BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna dan mengandung komposisi nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi (Wiji, 2013). ASI Esklusif adalah menyusui bayi secara murni, bayi hanya diberi ASI tanpa makanan dan cairan tambahan lainnya selama enam bulan (Danuatmaja, 2009). Sejalan dengan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 33/2012 tentang pemberian ASI Eksklusif, yang menyatakan kewajiban ibu untuk menyusui bayinya sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan. ASI Esklusif dapat menurunkan resiko kematian bayi akibat infeksi saluran nafas akut dan diare (Wiji, 2013). UNICEF menyatakan bahwa 30.000 kematian bayi yang ada di Indonesia setiap tahunnya bisa dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak lahir tanpa harus memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi (UNICEF, 2012). Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) di Indonesia Bayi yang disusui eksklusif sampai dengan 6 bulan adalah 16,3%. Inisiasi menyusui dini kurang dari satu jam setelah bayi lahir adalah 29,9%, tertinggi di Nusa Tenggara Timur 56,2% dan terendah di Maluku 14,0%. Sebagian besar proses mulai menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1-6 jam setelah bayi lahir sebanyak 12,1%. Pemberian kolostrum cukup baik sebanyak 75,7% (Riskesdas, 2013).
1
Berdasarkan Profil Kesehatan Sumatera Utara, pada tahun 2012 cakupan persentase bayi yang diberi ASI Eksklusif sebesar 36,72%, Pada tahun 2011 cakupan bayi yang mendapatkan ASI esklusif hanya 11% dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan yaitu cakupan ASI esklusif sebesar 56,6% (BPS, 2013). Cakupan ini masih jauh dari harapan dengan standart nasional yakni sebesar 80%. Berdasarkan Riset Fasilitas Kesehatan Dasar 2013, faktor penyebab rendahnya cakupan ASI Esklusif di Indonesia karena baru sekitar 40% Rumah Sakit yang melaksanakan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi sebagai penerapan 10 Langkah Keberhasilan Menyusui. Hasil rapid assessment 2010 menemukan banyak Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta menerima sponsor dan hadiah berupa sampel susu formula. Menkes juga menyatakan bahwa hanya sekitar 60% masyarakat tahu informasi tentang ASI dan baru ada sekitar 40% tenaga kesehatan terlatih yang bisa memberikan konseling menyusui (Harnowo, 2012). Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan
Mursyida
(2013),
umur
mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI Esklusif. kebanyakan ibu yang berumur lebih >30 tahun mempunyai tanggung jawab dalam pemberian ASI Esklusif, sedangkan ibu yang berumur <30 tahun lebih cenderung memberikan susu formula. Demikian juga dengan paritas mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI Esklusif. Prevalensi menyusui esklusif meningkat dengan bertambahnya jumlah anak, dimana prevalensi anak ketiga atau lebih akan lebih banyak disusui esklusif dibandingkan anak pertama atau kedua. Hal ini dikarenakan bahwa ibu yang mempunyai anak kurang dari tiga kurang berpengalaman dalam pemberian ASI Esklusif kepada bayinya.
2
Sedangkan hasil penelitian Desfi Lestari (2013) diperoleh data dari 86 responden, yang memiliki tingkat pengetetahuan kurang mengenai ASI esklusif sebanyak 18 responden (20,9%) yang memberikan ASI esklusif hanya 1 responden dan yang tidak memberikan ASI esklusif sebanyak 17 responden. Sedangkan yang memiliki pengetahuan cukup mengenai ASI eksklusif sebanyak 52 responden (60,5%), yang memberikan ASI esklusif 21 responden dan yang tidak memberikan ASI esklusif sebanyak 31 responden, dan yang memiliki pengetahuan baik hanya 16 responden (18,6%) yang memberikan ASI esklusif 13 responden dan yang tidak memberikan ASI esklusif 1 responden. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hajijah (2012) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah menunjukkan bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku pemberian ASI secara esklusif adalah pendidikan, sosial ekonomi dan pekerjaan. Hasil penelitian Suratno (2011) di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Kota Padang, terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan, sosial ekonomi dan pekerjaan terhadap pemberian ASI Eksklusif. Bentuk dukungan yang paling dominan adalah penilaian suami. Beberapa penyebab menurunnya pemberian ASI Eksklusif yaitu gencarnya susu formula sehingga banyak ibu-ibu yang tidak percaya diri dengan manfaat dari kandungan ASI. Penyebab umum kegagalan pemberian ASI Esklusif adalah minimnya pengetahuan ibu tentang ASI Esklusif dan menyusui, ibu bekerja, pendidikan rendah, teknik menyusui yang tidak benar dan sosial ekonomi (Wiji, 2013).
3
Dari survei awal yang dilakukan oleh peneliti, dari 60 bayi yang berusia 012 bulan yang mendapat imunisasi di Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang hanya 16 (22,7%) bayi yang mendapat ASI Esklusif 0-6 bulan. Hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang tersebut, menunjukkan beberapa faktor ibu tidak memberikan Asi Eksklusif antara lain terkait dengan pendidikan, sosial ekonomi dan pekerjaan Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik ingin melakukan penelitian dengan judul “Hubungan pendidikan sosial ekonomi dan pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.
1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagimana hubungan pendidikan sosial ekonomi dan
pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pendidikan sosial ekonomi dan pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.
4
1.3.2.Tujuan Khusus 1. Hubungan pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. 2. Hubungan sosial ekonomi dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. 3. Hubungan pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Meningkatkan pengetahuan peneliti tentang hubungan pendidikan sosial ekonomi dan pekerjaan ibu mnenyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang dan menerapkan ilmu yang telah diperoleh dari pendidikan selama mengikuti perkuliahan. 1.4.2 Bagi Tempat Penelitian Sebagai masukan informasi mengenai hubungan pendidikan sosial ekonomi dan pekerjaan ibu mnenyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Pengertian ASI Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna dan mengandung komposisi nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi (Wiji, 2013). Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling cocok untuk bayi serta mempunyai nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat manusia ataupun susu hewan (Suhardjo, 2010). Secara alamiah, kedua belah kelenjar payudara ibu mampu menghasilkan ASI. Dengan demikian, ASI merupakan makanan yang telah disiapkan untuk calon bayi saat ibu mengalami kehamilan. Selama hamil, payudara ibu mengalami perubahan untuk menyiapkan produksi ASI tersebut sehingga jika telah tiba waktunya ASI dapat digunakan sebagai pemenuhan nutrisi bayi (Wiji, 2013). Para ahli anak diseluruh dunia telah mengadakan penelitian terhadap keunggulan ASI. Hasil penelitian tersebut menjelaskan keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi atau susu buatan lainnya. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI secara khusus terlidung dari serangan penyakit system pernafasan dan pencernaan. Hal itu disebabkan kekebalan tubuh di dalam ASI memberikan perlindungan langsung melawan serangan penyakit. Tambahan lagi, telah dibuktikan pula bahwa di dalam ASI terdapat unsure-unsur
6
yang dapat mmebentuk sistem kekebalan melawan penyakit-penyakit menular dan membantunya agar bekerja dengan benar (Wiji, 2013). 2.1.2. Komposisi ASI Komposisi ASI tidak dapat disamakan dengan komposisi yang ada pada susu formula ataupun makanan padat lainnya. Adapun beberapa komposisi ASI adalah sebagai berikut (Wiji, 2013) : 1. Karbohidarat Laktosa (gula susu) merupakan bentuk utama karbohidrat dalam ASI dimana keberadaannya lebih besar jumlahnya dari pada susu sapi. Laktosa membantu bayi menyerap kalsium dan yang diperlukan bagi pertumbuhan otak. 2. Protein Protein utama dalam ASI adalah air dadih. Mudah dicerna, air dadih menjadi kerak lembut dari bahan-bahan gizi siap diserap ke dalam aliran darah bayi yang memiliki peranan penting dalam melindungi bayi dari penyakit dan infeksi. 3. Lemak Lemak mengandung separuh dari kalori ASI. Salah satu dari lemak tersebut, kolesterol diperlukan bagi perkembangan normal system saraf bayi yang meliputi otak. 4. Vitamin ASI mengandung vitamin A yang berfungsi untuk kesehatan mata, mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan. Vitamin D mencegah bayi menderita penyakit tulang. Vitamin E yang berfungsi penting untuk ketahanan
7
dinding sel darah merah. Vitamin K berfungsi sebagai faktor pembekuan darah dan Vitamin yang larut dalam ASI diantaranya adalah vitamin B, vitamin C, asam folat. 5. Mineral Mineral dalam ASI memiliki kualitas baik, mudah diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat dalam susu sapi yang berfungsi mempercepat pertumbuhan anak. 6. Air Air merupakan bahan pokok terbesar dalam ASI (sekitar 87%). Air membantu bayi memelihara suhu tubuh mereka. Bahkan pada iklim yang sangat panas, ASI mengandung semua air yang dibutuhkan bayi. 7. Kartinin Kartinin dalam ASI sangat tinggi berfungsi membantu proses pembentukan energy yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh.
2.2. Pemberian ASI ESKLUSIF 2.2.1. Pengertian Pemberian ASI Esklusif Pemberian ASI Esklusif adalah menyusui bayi secara murni, bayi hanya diberi ASI tanpa makanan dan cairan tambahan lainnya selama enam bulan (Danuatmaja, 2009). Bayi yang mendapat ASI Esklusif sangat kecil resikonya kekurangan zat besi, meskipun kadar zat besi dalam ASI rendah, tetapi lebih mudah diserap daripada yang terdapat dalam susu sapi. Pemberian ASI Esklusif adalah suatu pemberian ASI dari ibunya terhadap bayinya, yang mana bayi hanya
8
diberikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lainnya termasuk air putih, maupun vitamin lainnya (Widuri, 2013). WHO
dan
UNICEF
merekomendasikan
kepada
para
ibu,
bila
memungkinkan memberikan ASI Esklusif sampai 6 bulan dengan menerapkan (Wiji, 2013) : a.
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selama lebih kurang 1 jam segera setelah kelahiran bayi.
b.
ASI Esklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan atau minuman.
c.
ASI diberikan secara on demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap hari selama 24 jam.
d.
ASI sebaiknya diberikan tidak menggunakan botol, cangkir, ataupun dot.
2.2.2. Manfaat Pemberian ASI Esklusif Keuntungan ASI Esklusif secara Umum (Maryunani, 2009) : 1.
Memberikan nutrisi yang optimal dalam hal kualitas dan kuantitas bagi bayi.
2.
Meningkatkan kecerdasan secara a.
Asuh (fisik) ASI mengandung zat gizi dengan fungsi spesifik untuk pertumbuhan otak
b. Asah (stimulasi/pendidikan) Menyusui Esklusif merupakan stimulasi awal dimana pandangan, belaian, usapan, kata-kata ibu waktu menyusui memenuhi kebutuhan awal dari pendidikan/ kebutuhan stimulasi atau kebutuhan rangsangan.
9
c. Asih (fisik-biomedis) 1.
Bayi yang disusui esklusif, dipijat, sering di dekap, dibelai membuat bayi merasa nyaman, terlindung dan dicintai.
2.
Bayi tumbuh menjadi manusia mencintai sesamanya/ spiritual yang baik
3.
Menyusui dini merupakan latihan bersosialisasi diri membentuk emosional stabil.
Manfaat pemberian ASI secara esklusif (Danuatmaja dan Meiliasari, 2009): 1.
ASI merupakan nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang terbaik.
2.
ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
3.
ASI dapat meningkatkan kecerdasan.
4.
Pemberian ASI dapat meningkatkan jalinan kasih saying atau bonding.
2.2.3. Jenis ASI Berdasarkan Faktor Produksi Jika dilihat dari waktu produksinya, ASI dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu (Wiji, 2013) : 1.
Kolostrum Merupakan ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum adalah susu pertama yang dihasilkan oleh payudara ibu berbentuk cairan berwarna kekuningan atau sirup bening yang mengandung protein lebih tinggi dan sedikit lemak daripada susu yang matang. Bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel, dengan khasiat:
10
a. Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan. b. Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gamaglobulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi. c. Mengandung zat antibody sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai dengan 6 bulan. 2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi) Merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh. Pada masa ini, susu transisi mengandung lemak dan kalori yang lebih tinggi dan protein yang lebih rendah daripada kolostrum. 3. ASI Mature ASI mature merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya. ASI mature merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai usia 6 bulan. ASI tidak berwarna putih kebiru-biruan (seperti susu krim) dan mengandung lebih banyak kalori daripada susu kolostrum ataupu transisi. 2.2.4. Tanda- tanda Bayi Menyusui Secara Efektif Untuk mengetahui apakah seorang bayi sudah menyusui secara efektif, terdapat tanda-tanda yang bisa ibu lihat secara langsung, yaitu (Wiji, 2013): a. Bayi terbuka matanya lebar-lebar seperti menguap, dengan lidahnya kebawah dan ke depan persis sebelum ia merapatkan mulutnya di payudara ibu. b. Ia menarik putting dan sebagian besar areola masuk kedalam mulutnya. c. Dagunya melekuk pada payudara ibu dan hidungnya menyentuh susu ibu.
11
d. Bibirnya di pinggir dan lidahnya menjulur di atas gusi bawahnya. e. Rahangnya bergerak secara ritmis ketika bayi disusui f. Bayi mulai disusui dengan singkat dan cepat. Begitu susu mengendur, ia menyelesaikan ke dalam corak yang lambat dengan penuh susu dan jeda waktu yang singkat. g. Ibu akan merasa mendengar bayi menelan susu ibu. Pada hari-hari pertama sebelum susu penuh, bayi mungkin butuh disusui 5 hingga 10 kali sebelum bayi mendapatkan susu yang cukup untuk ditelan. Begitu susu penuh, ibu bisa mendengarnya menelan setiap saat bayi menghisap. 2.2.5. Posisi Menyusui Agar proses menyusui berjalan dengan lancar, maka seorang ibu harus mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke bayi secara efektif. Ada beberapa posisi menyusui, yaitu (Wiji, 2013): 1. Posisi berdiri Bila ingin menyusui dengan posisi berdiri diusahakan bayi merasa nyaman selama menyusui. Adapun cara menyusui dengan posisi berdiri: a. Bayi digendong dengan kain, atau alat penggendong bayi b. Saat menyusui sebaiknya tetap disangga dengan lengan ibu agar bayi merasa tenang dan tidak terputus saat menyusu. c. Lekatkan badan bayi ke dada ibu dengan meletakkan tangan bayi dibelakang atau samping ibu agar tubuh tidak terganjal saat menyusui.
12
2. Posisi rebahan Posisi menyusui dengan rebahan dapat dilakukan dengan cara: a. Ibu dapat duduk di atas tempat tidur
dan punggung bersandar pada
sandaran tempat tidur atau dapat diganjal dengan bantal. b. Kedua kaki ibu berada lurus di atas tempat tidur. c. Bayi diletakkan mengahdap perut ibu/payudara. d. Ibu menyangga bayi serasa merata dari kepala, bahu, hingga pantatnya. e. Posisikan paha ibu turut membantu menyangga tubuh bayi, namun kalau kurang dapat ditambah dengan bantal. 3. Posisi duduk Adapun posisi menyusui dengan posisi duduk yaitu: a. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi ditidurkan diatas pangkuan ibu. b. Bayi dipegang satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkug siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu. c. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu di depan. d. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. 4. Posisi menggendong Posisi ini juga disebut dengan posisi menyusui klasik. Adapun cara menyusui bayi dangan posisi menggendong: a. Peluk bayi dan kepala bayi pada lekuk siku tangan
13
b. Jika bayi menyusu pada payudara kanan, letakkan kepalanya pada lekuk siku tangan kanan dan bokongnya pada telapak tangan kanan. c. Arahkan badan bayi sedemikian rupa sehingga kuping bayi berada pada satu garis lurus dengan tangan bayi yang ada di atas. d. Tangan bayi yang lain di biarakan seolah-olah merangkul badan ibu sehingga mempermudah mulut bayi mencapai payudara. e. Tangan kiri ibu memegang payudaranya jika diperlukan. 5. Posisi menggendong menyilang Posisi ini dapat dipilih bila bayi memiliki kesulitan menempelkan mulutnya ke putting susu karena payudara ibu yang besar sementara mulut bayi kecil. Posisi ini juga baik untuk bayai yang sakit. Cara menyusui bayi dengan posisi menggendong menyilang: a. Tidak menyangga kepala bayi dengan lekuk siku, melainkan dengan telapak tangan. b. Jika menyusui pada payudara kanan maka menggunakan tangan kiri untuk memegang bayi. c. Peluk bayi sehingga kepala, dada dan perut bayi menghadap ibu. d. Lalu arahkan mulutnya ke putting susu dengan ibu jari dan tangan ibu dibelakang kapala dan bawah telinga bayi. e. Ibu menggunakan tanan sebelahnya untuk memengang payudara jika diperlukan.
14
6. Posisi football (mengepit) Posisi ini dapat dipilih jika ibu menjalani operasi Caesar. Selain itu posisi ini juga digunakan jika bayi baru lahir kecil atau memiliki kesulitan dalam menyusu, putting susu ibu datar, atau ibu menpunyai bayi kembar. Adapun cara menyususi bayi dengan posisi football atau mengepit: a. Telapak tangan menyangga kepala bayi sementara tubuhnya diselipkan dibawah tangan ibu seperti memegang bola atau tas tangan. b. Jika menyusui dengan payudara kanan maka memegangnya dengan tangan kanan,, demikian pula sebaliknya. c. Arahkan mulutnya ke putting susu, mula-mula dagunya d. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi dan ia menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan. 7. Posisi berbaring miring Posisi ini baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasakan lelah atau nyeri.pada posisi ini kesukaran perlekatan yang lazim apabila berbarig adalah bila bayi terlalu tinggi dan kepala bayi harus mengarah ke depan untuk mencapai putting. Adapun cara menyusui dengan posisi berbaring miring: a. Posisi ini dilakukan sambil berbaring ditempat tidur. b. Mintalah bantuan pasangan untuk meletakkan bantal dibawah kepala dan bahu, serta diantara lutut. Hal ini akan membuat punggung dan panggul pada posisi yang lurus.
15
c. Muka ibu dan bayi tidur berhadapan dan bantu menempelkan mulutnya ke putting susu. d. Jika perlu letakkan bantal kecil atau lipatan selimut dibawah kepala bayi agar bayi tidak perlu menegangkan lehernya untuk mencapai putting dan ibu tidak perlu membungkukan badan kea rah bayinya, sehinggga tidak cepat lelah. 8. Posisi menyusui dengan kondisi khusus Ada posisi menyusui secara khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti menyusui pasca operasi Caesar, menyusui pada bayi kembar dan menyusui dengan ASI yang berlimpah. a. Menyusui pasca operasi Caesar b. Posisi menyusui bayi kembar c. Kedua tangan ibu memeluk masing-masing satu kepala bayi, seperti memegang bola. d. Letakkan tepat di bawah payudara ibu. e. Posisi kaki boleh dibiarkan menjuntai keluar. f. Untuk memudahkan, kedua bayi dapat diletakkan pada satu bidang datar yang memiliki ketinggian kurang lebih sepinggang ibu. g. Dengan demikian, ibu cukup menopang kepala kedua bayi kembarnya saja. h. Cara lain adalah meletakkan bantal di atas pangkuan ibu.
16
9.
Posisi menyusui dengan ASI berlimpah Pada ibu-ibu yang memiliki ASI berlimpah dan memancar dan aliranya deras, terdapat posisi khusus untuk menghindari agar bayi tidak tersedak dengan cara: ibu tidur telentang lurus, sementara bayi di atas perut ibu dalam posisi berbaring lurus dengan kepala menghadap ke payudara, atau bayi ditengkurapkan di atas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi.
2.2.6. Langkah Keberhasilan Menyusui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 450/Menkes/SK/IV/2004 1.
Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PPASI): tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas.
2.
Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan ketrampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut.
3.
Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejakmasa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun, termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.
4.
Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan , yang dilakukan diruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi Caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar.
5.
Membantu
ibu
bagaimana
cara
menyusui
yang
benar,
dan
cara
mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis. 6.
Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir.
17
7.
Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari.
8.
Membantu ibu menyusui semua bayi semau bayi, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui.
9.
Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.
10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/ Rumah Bersalin/Sarana Pelayanan Kesehatan. 2.2.7. Tanda Bayi Cukup ASI Tanda bayi cukup mendapatkan ASI (Yetti, 2010) : 1.
Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda.
2.
Bayi menyusu sering, tiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari.
3.
Bayi tampak puas, sewaktu waktu merasa lapar bangun dan tidur cukup.
4.
Bayi tampak sehat, warna kulit dan turgor baik, anak cukup aktif.
5.
Bayi bertambah berat badannya rata-rata 500 gram/ bulan.
2.2.8. Tanda Bayi tidak Cukup ASI Tanda yang menunjukkan bayi kurang mendapat cukup ASI (Widuri, 2013): 1.
Air seni bayi berwarna kuning pekat, berbau, tajam dan jumlahnya sedikit. Bayi buang air kecil kurang dari 6 kali sehari.
2.
Perkembangan berat badan bayi kurang dari 500 gram/bulan.
3.
Tidur bayi tidak tenang/nyenyak dan mudah bangun.
18
2.2.9. Cara lain dalam Memberikan ASI Cara lain yang dapat dilakukan ketika ibu bekerja yaitu (Saleha, 2009): a. Memerah ASI Setidaknya sebulan sebelum masuk kerja, mulailah memerah ASI dengan tangan. Cara memerah ASI adalah sebagai berikut: 1. Perah areola dengan ibu jari, telunjuk dan jari tengah. 2. Selanjutnya tekan areola dengan ritme persis seperti ritme bayi yang mengisap. 3. Arahkan aliran ASI ke gelas bersih 4. Tuliskan tanggal pemerahan pada kantong plastic gula dengan spidol permanent. 5. Masukkan ASI dalam kantung plastik, ikat dan simpan dalam freezer. b. Mencairkan ASI beku Berikut ini adalah cara untuk mencairkan ASI yang beku. 1. Siapkan air hangat suam kuku di dalam rantang atau panic kecil. 2. Taruhlah plastik berisi ASI beku dalam air hangat tersebut. ASI akan mencair dalam waktu kurang dari 5 menit. c. Penyimpanan ASI ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat dengan syarat berikut ini : 1. Di udara bebas/ terbuka
: 6-8 jam
2. Di lemari es (4ºc)
: 24 jam
3. Di lemari pendingin/beku (-18ºc)
:6 bulan
19
2.2.10. Makanan yang Mempengaruhi Produksi ASI Beberapa makanan yang dapat mempengaruhi produksi ASI agar ibu dapat memberikan ASI secara esklusif (Wiji, 2103): 1. Daun katuk Pada daun katuk terdapat vitamin A, C, B1, zat besi, kalium, protein, fosfor, sterol, alkaloid, asam seskuiterna. Dapat digunakan sebagai sayuran dan jamu. 2. Bayam Tumbuhan bayam yang mengandung klorofil ini ternyata juga berisi vitamin A, B6, C, E, K, asam folat, zat besi, karoten, thiamin. 3. Kacang Hijau Rajin mengkomsumsi kacang hijau baik yang direbus atau yang sudah dibuat bubur. Makanan ini mengandung vitamin B1, protein, fosfor, tiamin, mangan, kaliun, magnesium, asam folat. 4. Bunga Pepaya Bunga papaya terbukti berisi vitamin A, C, fosfor, kalium yang juga dapat meningkatkan nafsu makan. 5. Semangka Menurut para ahli buah semangka mengandung vitamin A, C, asam folat, kalium. Sangat cocok untuk membantu produksi ASI secara signifikan. 6. Labu Siam Buah labu adalah satu cara menambah produksi air susu ibu secara alami, tanpa perlu obat untuk memperlancar ASI. Buah ini dapat dimasak sebagai sayuran atau kolak. Labu siam mengandung vitamin B6, C, K, asam folat,
20
kalium, magnesium, zink, mangan. Labu siam dapat membantu petumbuhan sel dan juga perkembangan tubuh bayi. 2.2.11. Peraturan Pemerintah tentang Pemberian ASI Esklusif Menurut Peraturan Pemerintah No.33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Esklusif. Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 129 ayat (2) UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063). Menetapkan : Peraturan Pemerintah Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Pasal 2 Pengaturan pemberian ASI Eksklusif bertujuan untuk: a.
Menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya;
b.
Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya; dan
21
c.
Meningkatkan peran dan dukungan Keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Pasal 6 Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada Bayi yang dilahirkannya. Pasal 7 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 tidak berlaku dalam hal terdapat: a. Indikasi medis b. Ibu tidak ada c. Ibu terpisah dari bayi. Pasal 9 Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib melakukan inisiasi menyusu dini terhadap bayi yang baru lahir kepada ibunya paling singkat selama 1 (satu) jam. Pasal 10 Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib menempatkan ibu dan Bayi dalam 1 (satu) ruangan atau rawat gabung kecuali atas indikasi medis yang ditetapkan oleh dokter. Pasal 13 1.
Untuk mencapai pemanfaatan pemberian ASI Eksklusif secara optimal, Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib memberikan informasi dan edukasi ASI Eksklusif kepada ibu dan/atau
22
anggota Keluarga dari Bayi yang bersangkutan sejak pemeriksaan kehamilan sampai dengan periode pemberian ASI Eksklusif selesai. Sanksi Administratif Pasal 14 1. Setiap Tenaga Kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (1), atau Pasal 13 ayat (1) dikenakan sanksi administratif oleh pejabat yang berwenang berupa: a. Teguran lisan b. Teguran tertulis c. Pencabutan izin 2. Setiap penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (1), atau Pasal 13 ayat (1) dikenakan sanksi administratif oleh pejabat yang berwenang berupa: a. Teguran lisan b. Teguran tertulis 3. Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Esklusif 2.3.1. Pendidikan Tingkat
pendidikan
ibu
yang
rendah
mengakibatkan
kurangnya
pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah,terutama dalam pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan ini diperoleh baik secara formal maupun informal.
23
Sedangkan ibu-ibu yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, umumnya terbuka menerima perubahan atau hal-hal guna pemeliharaan kesehatanya. Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan (Arini H, 2012). Pendidikan adalah upaya persuasif atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan atau praktik untuk memelihara (mengatasi masalah) dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran sehingga perilaku tersebut diharapkan akan berlangsung lama (long lasting) dan menetap (langgeng) karena didasari oleh kesadaran. Memegang kelemahan dan pendekatan kesehatan ini adalah hasil lamanya memerlukan waktu lama (Arini H, 2012). Pendidikan diperkirakan ada kaitannya dengan pengetahuan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif, hal ini dihubungkan dengan tingkat pengetahuan ibu bahwa seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang rendah (Arini H, 2012) Pengetahuan paradigma itu dipicu oleh tingginya tingkat kebutuhan hidup dan meningkatnya pemahaman kaum wanita tentang aktualisasi diri. Pendidikan dan kebebasan informasi membuat para wanita masa kini lebih berani memasuki wilayah pekerjaan lain yang dapat memberdayakan kemampuan dirinya secara
24
maksimal sehingga ibu tidak dapat memberikan ASI eksklusif (Arini H, 2012). Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan jadi pengetahuan (Arini H, 2012). 2.3.2 Pekerjaan Pekerjaan mempunyai peranan dalam pengetahuan seseorang. Seseorang yang bekerja akan mempunyai lebih banyak kesempatan untuk memperoleh informasi atau pengetahuan dibanding dengan seseorang yang tidak bekerja dan lebih banyak berada dirumah. Namun
untuk mengaplikasikannya para ibu
cenderung sangat sulit karena para ibu yang bekerja diluar rumah cenderung lebih memilih untuk memberikan susu formula karena dirasa lebih praktis, begitupun para ibu rumah tangga walaupun mereka memberikan ASI pada bayi mereka tetapi mereka juga memberikan makanan pendamping lain pada bayi seperti pisang (Widuri, 2013). Faktor ini juga tidak luput dari kurangnya pengetahuan dari para ibu, tidak sedikit dari ibu yang bekerja akan tetapi tetap memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya selama 6 bulan. Pada ibu bekerja cara lain untuk tetap dapat memberikan asi secara eksklusif pada bayinya adalah dengan memberikan ASI peras. (Baskoro, 2008). Penyebab umum kegagalan pemberian ASI Esklusif adalah ibu bekerja, teknik menyusui yang tidak benar dan mitos-mitos lain tentang ASI tidak baik bagi bayi (Wiji, 2013).
25
2.3.3 Sosial Ekonomi Sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Hal ini disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan. Untuk melihat kedudukan sosial ekonomi Melly G. Tan mengatakan adalah pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan. Berdasarkan ini masyarakat tersebut dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi (Koentjaraningrat, 1981).
2.4. Kerangka Konsep Variabel Independen
Pendidikan
Sosial Ekonomi
Pekerjaan
Variabel Dependen
Pemberian ASI Esklusif
Gambar 2.1. Kerangka Konsep
2.5. Hipotesa Penelitian 1. Terdapat hubungan pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. 2. Terdapat sosial ekonomi dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.
26
3. Terdapat hubungan pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.
27
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan desain cross sectional, yaitu variabel independen dan variabel dependen diteliti secara bersamaan dan dalam satu waktu yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang terdapat antara kedua variabel tersebut.
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang dengan alasan pemberian ASI Esklusif masih sangat rendah. 3.2.2 . Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai pada bulan Mei – Juni 2015 yaitu mulai pengajuan judul sampai dengan penggandaan laporan.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini seluruh bayi usia 6-12 bulan dan batita usia 1-2 tahun yang datang imunisasi dan berobat di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Dari bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Juni 2015 rata-rata per bulan sebanyak 142 bayi.
28
3.3.2. Sampel Besar sampel dalam penelitian ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Nursalam, 2008).
Keterangan : n : Sampel N : Populasi d : Standar deviasi (0,1)
59 Maka besar sampel sebanyak 59 bayi Teknik pengambilan sampel secara accidental sampling yaitu dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia pada saat pengumpulan data sampai batas sampel yang diinginkan peneliti terpenuhi. 3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diambil langsung menggunakan kuesioner.
29
3.4.2. Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara meminta kesediaan responden yang berobat dan pada jadwal imunisasi di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang sampai batas sampel terpenuhi. Peneliti terlebih dahulu menjelaskan cara pengisian kuesioner, menayakan apakah ada hal-hal yang tidak dimengerti oleh responden. Apabila ada maka harus dijelaskan kembali setelah itu hasil kuesioner dikumpulkan kembali.
3.5. Definisi Operasional 3.5.1. Pemberian ASI Esklusif Pemberian ASI Esklusif adalah memberikan ASI pada bayi tanpa memberikan makanan/minuman tambahan yang dihitung sejak bayi dilahirkan sampai bayi berumur 6 bulan, dengan kategori: 1.
Ya : Apabila bayi belum mendapatkan makanan pendamping ASI sebelum usia 6 bulan.
2.
Tidak : Apabila bayi sudah mendapatkan makanan pendamping ASI sebelum usia 6 bulan.
Alat ukur
: Kuesioner
Skala ukur
: Ordinal
2.5.2. Pendidikan Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh dan diselesaikan oleh responden dengan memperoleh ijazah. Kategori Pendidikan : 0. Tinggi : Diploma/S1 (Kemendiknas, 2009) 1. Dasar : SD/SMP dan Menengah : SMA
30
2.5.3. Sosial Ekonomi Sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain yang berkaitan dengan penghasilan, dengan kategori : 1. Rendah
: apabila pendapatan ibu < Rp. 2.200.000,-
2. Tinggi
: apabila pendapatan ibu ≥ Rp. 2.200.000,-
Alat ukur
: Kuesioner
Skala ukur
: Ordinal
2.5.4. Pekerjaan Ibu Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan ibu di luar rumah dengan tujuan untuk menghasilkan uang ataupun barang untuk pemenuhan kebutuhan seharihari, dengan kategori: 0. Bekerja : apabila ibu memiliki pekerjaan di luar rumah 1. Tidak Bekerja : apabila ibu tidak memiliki pekerjaan diluar rumah Alat ukur
: Kuesioner
Skala ukur
: Ordinal
3.6. Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1. Pengolahan data Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut : a.
Pengeditan (Editing) Pada tahap pengeditan data dilakukan dengan memeriksa kelengkapan dari data rekam medik yang bertujuan agar data yang diperoleh dapat diolah benar
31
sehingga pengolahan data memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang diteliti. b.
Pengkodean (Coding) Setelah data diperoleh, penulis melakukan pengkodean untuk mempermudah analisis data
c.
Pemasukan data (Entering) Pemasukan data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah selesai di coding dari dummy tabel ke dalam program komputer.
d.
Pembersihan (Cleaning) Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukan ke dalam komputer apakah ada kesalahan atau tidak. Apabila ada data yang salah maka dilakukan editing data.
3.6.2. Analisis data Dalam penelitian ini analisis data yang dilakukan adalah analisa data univariat dan bivariat. Analisis univariat untuk bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian dan digunakan untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel sedangkan analisis bivariat ini digunakan untuk melihat hubungan umur pendidikan, sosial ekonomi dan pekerjaan ibu dengan pemeberian ASI Esklusif dengan menggunakan uji statistik Chi-square. Adapun rumus Chi-square yang digunakan adalah sebagai berikut :
Dimana : ² = Chi-square 32
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dusun I terletak di Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Dusun I ini merupakan salah satu dusun yang terletak di daerah dataran tinggi. Secara geografis dusun I mempunyai luas wilayah 8.492 km2.
4.2. Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel dependen dan variabel independen, yaitu: 4.2.2. Pendidikan Untuk melihat umur responden dalam pemberian ASI Esklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang adalah seperti tabel dibawah ini: Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pendidkan Responden dalam Pemberian ASI Esklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang No 1 2
Pendidikan Tinggi Rendah Jumlah
Jumlah 15 44 59
Persentase 25,4 74,6 100
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa pendidikan responden lebih banyak dengan pendidikan rendah sebanyak 44 orang (74,6%) dan lebih sedikit dengan pendidikan tinggi sebanyak 15 orang (25,4%).
33
4.2.2. Sosial Ekonomi Untuk melihat sosial ekonomi responden dalam pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang adalah seperti tabel dibawah ini: Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Sosial Ekonomi Responden tentang Pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang No 1 2
Sosial Ekonomi Rendah Tinggi Jumlah
Jumlah 42 17 59
Persentase 71,2 28,8 100
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa sosial ekonomi responden lebih banyak dengan sosial ekonomi rendah sebanyak 42 orang (71,2%) dan lebih sedikit dengan sosial ekonomi tinggi sebanyak 17 orang (28,8%). 4.2.3. Pekerjaan Untuk melihat pekerjaan responden dalam pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang adalah seperti tabel dibawah ini: Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden dalam Pemberian ASI Esklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang No 1 2
Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Jumlah
Jumlah 15 44 59
Persentase 25,4 74,6 100
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa pekerjaan responden lebih banyak dengan tidak bekerja sebanyak 44 orang (74,6%) dan lebih sedikit dengan bekerja sebanyak 15 orang (25,4%).
34
4.2.4. Pemberian ASI Esklusif Untuk melihat distribusi frekuensi pemberian ASI Esklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Esklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang No 1 2
Pemberian ASI Esklusif Ya Tidak Jumlah
Jumlah 21 38 59
Persentase 35,6 64,4 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang lebih banyak dengan tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 38 orang (64,4%) dan lebih sedikit dengan memberikan ASI Eksklusif sebanyak 21 orang (35,6%).
4.3. Analisa Data Bivariat Analisa bivariat untuk mengetahui hubungan variabel pendidikan, sosial ekonomi dan pekerjaan dengan pemberian ASI Esklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel berikut ini: 4.3.1. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Untuk melihat hubungan pendidikan ibu dengan pemberian ASI Esklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel berikut:
35
Tabel 4.5. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang
Pendidikan Tinggi Rendah Total
Pemberian ASI Esklusif Memberikan Tidak Memberikan n % n % 11 73,3 4 26,7 10 22,7 34 77,3 21 35,6 38 64,4
Total ρ n 15 44 59
% 100 100 100
0,001
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dapat dilihat bahwa hasil analisis hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI Esklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang diperoleh bahwa ada sebanyak 11 dari 15 orang (73,3%) dengan pendidikan tinggi memberikan ASI Eksklusif dan tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 4 orang (26,7%). Sedangkan diantara pendidikan rendah ada 10 dari 44 orang (22,7%) memberikan ASI Eksklusif dan tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 34 orang (77,3%). Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai ρ=0.001< α (0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan pemberian ASI Eksklusif antara pendidikan tinggi dan pendidikan rendah (ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang). 4.3.2. Hubungan Sosial Ekonomi dengan Pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Untuk melihat hubungan paritas dengan pemberian ASI Esklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel berikut:
36
Tabel 4.6. Hubungan Sosial Ekonmi dengan Pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang
Sosial Ekonomi Rendah Tinggi Total
Pemberian ASI Esklusif Ya Tidak n % n % 10 23,8 32 76,2 11 64,7 6 35,3 21 35,6 38 64,4
Total ρ n 42 17 59
% 100 100 100
0,008
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dapat dilihat bahwa hasil analisis hubungan antara sosial ekonomi dengan pemberian ASI Esklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang diperoleh bahwa ada sebanyak 10 dari 42 orang (23,8%) dengan sosial ekonomi rendah memberikan ASI Eksklusif dan tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 32 orang (76,2%). Sedangkan diantara sosial ekonomi tinggi ada 11 dari 17 orang (64,7%) memberikan ASI Eksklusif dan tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 6 orang (35,3%). Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai ρ=0.008< α (0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan pemberian ASI Eksklusif antara sosial ekonomi rendah dan ekonomi tinggi (ada hubungan yang signifikan antara sosial ekonomi dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang). 4.3.3. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Untuk melihat hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Esklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel berikut:
37
Tabel 4.7. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang
Pekerjaan Ibu Bekerja Tidak Bekerja Total
Pemberian ASI Esklusif Ya Tidak n % n % 1 6,7 14 93,3 20 45,5 24 54,5 21 35,6 38 64,4
Total ρ n 15 44 59
% 100 100 100
0,017
RP (95% CI) 0,1 1.265-1,001
Berdasarkan tabel 4.9 diatas, dapat dilihat bahwa hasil analisis hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Esklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang diperoleh bahwa ada sebanyak 1 dari 15 orang (6,7%) dengan bekerja memberikan ASI Eksklusif dan tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 14 orang (93,3%). Sedangkan diantara ibuyang tidak bekerja ada 20 dari 44 orang (45,5%) memberikan ASI Eksklusif dan tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 24 orang (54,5%).
Hasil uji
statistik chi square diperoleh nilai ρ=0.017< α (0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan pemberian ASI Eksklusif antara ibu yang bekerja dan ibu yang tidak bekerja (ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang).
38
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Hasil penelitian tentang variabel pendidikan ditemukan dengan pendidikan tinggi memberikan ASI Eksklusif sebesar 73,3%. Uji statistik chi square menunjukkan variabel pendidikan ibu dengan nilai p value < α (0,05) maka terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin tinggi pendidikan ibu akan meningkatkan pemberian ASI Eksklusif. Tingkat
pendidikan
ibu
yang rendah mengakibatkan kurangnya
pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah, terutama dalam pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan ini diperoleh baik secara formal maupun informal. Sedangkan ibu-ibu yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, umumnya terbuka menerima perubahan atau hal-hal guna pemeliharaan kesehatanya. Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan (Arini H, 2012). Hasil penelitian ini sesuai dengan Mursyida (2013), pendidikan mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI Esklusif. Kebanyakan ibu yang pendidikan tinggi mempunyai tanggung jawab dalam pemberian ASI Esklusif, sedangkan ibu yang pendidikan rendah lebih cenderung memberikan susu formula. Karena Pendidikan diperkirakan ada kaitannya dengan pengetahuan ibu
39
menyusui dalam memberikan ASI eksklusif, hal ini dihubungkan dengan tingkat pengetahuan ibu bahwa seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang rendah (Arini H, 2012).
5.2. Hubungan Sosial Ekonomi dengan Pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Hasil penelitian tentang variabel sosial ekonomi ditemukan dengan ekonomi tinggi memberikan ASI Eksklusif sebesar 64,7%. Uji statistik chi square menunjukkan variabel sosial ekonomi dengan nilai p value < α (0,05) maka terdapat hubungan antara sosial ekonomi dengan pemberian ASI Eksklusif. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin tinggi ekonomi akan meningkatkan pemberian ASI Eksklusif. Sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa didapatkan perbedaan bermakna antara pendapatan rumah tangga dengan pemberian ASI eksklusif pada responden. Hal ini tidak sama dengan hasil penelitian Ida (2012) di mana dari hasil statistik tidak didapatkan perbedaan bermakna perilaku pemberian ASI eksklusif dengan tingkat pendapatan keluarga. Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 tentang pemberian ASI eksklusif menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang jelas antara
40
pemberian ASI eksklusif dan tingkat pengeluaran per kapita. Semakin tinggi pengeluaran per kapita rumah tangga, semakin menurun pemberian ASI eksklusif, baik di kelompok bayi umur 0-1 bulan, 2-3 bulan, maupun 4-5 bulan. Penelitian Purnamawati (2002) yang dikutip oleh Jaljuli (2007) menunjukkan adanya pengaruh dominan sosial ekonomi terhadap pemberian ASI eksklusif, yaitu ibu dengan sosial ekonomi tinggi mempunyai peluang 4,6 kali memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu dengan sosial ekonomi rendah. Hasil
penelitian ini sejalan dengan Mursyida (2013) bahwa sosial
ekonomi mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI Esklusif. Prevalensi menyusui esklusif meningkat dengan bertambahnya jumlah pendapatan, dimana prevalensi sosial ekonomi tinggi akan lebih banyak memberikan makanan pendamping ASI dibandingkan sosial ekonomi rendah.
5.3. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Hasil penelitian tentang variabel pekerjaan ibu ditemukan dengan ibu yang bekerja memberikan ASI Eksklusif sebesar 6,7%. Uji statistik chi square menunjukkan variabel pekerjaan ibu dengan nilai p value < α (0,05) maka terdapat hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin ibu bekerjaakan meningkatkan tidak memberikan ASI Eksklusif. Pekerjaan mempunyai peranan dalam memberikan ASI Eksklusif. Seseorang yang bekerja akan mempunyai lebih banyak kesempatan untuk memperoleh informasi atau pengetahuan dibanding dengan seseorang yang tidak
41
bekerja dan lebih banyak berada dirumah. Namun untuk mengaplikasikannya para ibu cenderung sangat sulit karena para ibu yang bekerja diluar rumah cenderung lebih memilih untuk memberikan susu formula karena dirasa lebih praktis, begitupun para ibu rumah tangga walaupun mereka memberikan ASI pada bayi mereka tetapi mereka juga memberikan makanan pendamping lain pada bayi seperti pisang (Widuri, 2013). Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Wiji (2008) bahwa penyebab umum kegagalan pemberian ASI Esklusif adalah ibu bekerja, teknik menyusui yang tidak benar dan mitos-mitos lain tentang ASI tidak baik bagi bayi.
42
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Ada hubungan pendidikan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 2. Ada hubungan sosial ekonomi ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 3. Ada hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang
B. SARAN 1. Hendaknya
ibu
dengan
pendidikan
rendah
untuk
meningkatkan
pengetahuan tentang pemahaman pemberian ASI Eksklusif agar dapat memberikan ASI Eksklusif. 2. Hendaknya
ibu
dengan
yang
bekerja
agar
mengusahakan
dan
memperhatikan tetap memberikan ASI Eksklusif pada bayinya 4. Kepada ibu menyusui di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang perlu meningkatkan pengetahuan tentang pemberian ASI Eksklusif dengan mengikuti penyuluhan yang diadakan petugas kesehatan dan mencari informasi tentang ASI Ekslusif. 3. Kepada petuas kesehatan di Dusun I Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang perlu meningkatkan pemahaman ibu tentang pemberian ASI Eksklusif dan meningkatkan dukungan keluarga dalam upaya peningkatan pemberian ASI Eksklusif.
43
DAFTAR PUSTAKA
Arini. 2012. Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui ?. Yogyakarta. Flash Books Badan Pusat Statistik Provinsi Sumut, 2012. Cakupan ASI Esklusif. http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KES_PROVINSI_2012/0 2_Profil_Kes_Prov.SumateraUtara_2012.pdf. Diakses 28 Desember 2013 Danuatmaja, B. dan Meiliasari, M., 2009. 40 Hari Pasca Persalinan Masalah dan Solusinya. Jakarta : Puspa Swara Desfi, dkk, 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI dan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Esklusif di Kelurahan Fajar Bulan. Tesis. Universitas Lampung. Diakses 28 Desember 2013 Harnowo,P.A.,2012.http://health.detik.com/read/2012/09/19/132344/2025874/764 /1/hanya-336-bayi-di-indonesia-yang-dapat-asi-eksklusif. Diakses 27 Desember 2013 Hasibuan, Y., 2011. Diktat Biostatistika. Medan : Politeknik Kesehatan Medan Hevira,S.,2012.BentukBentukDukunganKeluargahttp://digilib.unimus.ac.id/files/d isk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira-5136-3-bab2.pdf.Diakses 25 April 2013 Hidayat, A.A., 2010. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika Machfoedz, I., 2011. Metodologi Penelitian ( Kuantitatif & Kualitatif ) Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta : Fitramaya Maryunani, A., 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas. Jakarta : TIM Minarto,2011.www.http///MATERI%20ASI%20ESKLUSIF/Pentingnya%20ASI %20Eksklusif%20%20Februari%202011.htm. Diakses 30 Desember 2013 Mursyida, 2013. Hubungan Umur Ibu dan Paritas dengan Pemberian ASI Esklusif pada Bayi Berusia 0-6 bulan Di Puskesmas Pembina Palembang Tahun 2013. Tesis. Poltekkes Kemenkes Palembang. Diakses 29 Desember 2013 Notoatmojo, S., 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
44
Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Penelitian
Ilmu
Peraturan Pemerintah RI, 2012. Pemberian ASI Esklusif. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Prasetyono, D.S., 2012. Buku Pintar ASI Esklusif. Yogyakarta: DIVA Press Proverawati dan Rahmawati, 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika Purwanti, H., 2012. Konsep Penerapan ASI Esklusif Buku Saku untuk Bidan. Jakarta : EGC Rahmadhanny, R., 2012. Faktor Penyebab Putusnya ASI Esklusif pada Ibu Menyusui Di Puskesmas Rumbai Kecamatan Rumbai Pesisir Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok. Diakses 28 Desember 2013 Riwidikdo, H., 2010. Statistik untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka Rihama Roesli, U., 2012. Panduan Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Esklusif. Jakarta : Pustaka Bunda Saleha, S., 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika SDKI 2012, Angka Kematian Bayi. laporan%3Fdownload%3D45%3Alaporanpendahuluan-sdki 2012&ei=FsldU7nZJsmErAfmyYCwBw&usg=AFQjCNGch2PmxIhHV7 fDSs-q_3mt5dyBng&bvm=bv.65397613,d.bmk. Diakses 30 Desember 2013 Suhardjo. 2010. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta : Kanisius Sunyonto, D., 2012. Biostatistik untuk Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika Suradi, R. dan Roesli, U., 2008. Manfaat ASI dan Menyusui. Jakarta : FKUI TimGizi,2013.www.http///MATERI%20ASI%20ESKLUSIF/PEKAN%20ASI%2 0SEDUNIA%202013%20_%20Kementerian%20Kesehatan%20Republik %20Indonesia.htm. Diakses 30 Desember 2013 Utami, H.S., 2012. Faktor –Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Praktek Pemberian ASI Esklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2012. Skripsi.
45
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok. Diakses 27 Desember 2013 Wawan, A. dan Dewi, M., 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, sikap, dan perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika Widuri, H., 2013. Cara Mengelola ASI Esklusif Bagi Ibu Bekerja. Yogyakarta : Pustaka Baru Wiji, R.N., 2013. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika
46
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENDIDIKAN, SOSIAL EKONOMI DAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DUSUN I DESA SERDANG KECAMATAN BERINGIN KABUPATEN DELI SERDANG
PETUNJUK PENGISIAN 1. Isilah identitas anda terlebih dahulu dengan mengisi nama, alamat, umur, pekerjaan, jumlah anak dan beri tanda cheks list (√ ) pada pertanyaan yang telah disediakan kolom (
).
2. Jawaban diisi dengan memilih salah satu jawaban yang dianggap benar 3. Beri tanda silang (x) pada jawaban yang dianggap benar dan apabila ingin memperbaiki jawaban, coret jawaban yang salah dengan tanda (=) dan ganti dengan jawaban yang benar
IDENTITAS RESPONDEN No. Responden
:
1.
Nama
:
2.
Alamat
:
3.
Umur
:
4.
Pendidikan
:
5.
Pekerjaan
:
6.
Pendapatan
:
7.
Apakah sampai saat ini masih menyusui? :
8.
Sampai umur berapa ibu memberikan hanya ASI saja? :
47
ya
tidak bulan
MASTER TABEL DATA PENELITIAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
ASI Eksklusif 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2
Pendidikan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 48
Pekerjaan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2
Sosial Ekonomi 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1
1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2
49
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
Frequencies Pemberian ASI Eksklusif Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Ya
21
35.6
35.6
35.6
Tidak
38
64.4
64.4
100.0
Total
59
100.0
100.0
Pendidikan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tinggi
15
25.4
25.4
25.4
Rendah
44
74.6
74.6
100.0
Total
59
100.0
100.0
Sosial Ekonomi Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1-3
42
71.2
71.2
71.2
>3
17
28.8
28.8
100.0
Total
59
100.0
100.0
Pekerjaan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Bekerja
15
25.4
25.4
25.4
Tidak Bekerja
44
74.6
74.6
100.0
Total
59
100.0
100.0
50
Crosstabs Pendidikan * Pemberian ASI Eksklusif Crosstab Pemberian ASI Eksklusif Ya Pendidikan Tinggi
Rendah
Total
Tidak
Total
Count
11
4
15
Expected Count
5.3
9.7
15.0
% within Umur
73.3%
26.7%
100.0%
10
34
44
Expected Count
15.7
28.3
44.0
% within Umur Count Expected Count % within Umur
22.7% 21 21.0 35.6%
77.3% 38 38.0 64.4%
100.0% 59 59.0 100.0%
Count
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. Exact Sig. (2-sided) (2-sided)
a
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 12.497 1 .000 Continuity 10.387 1 .001 Correctionb Likelihood Ratio 12.261 1 .000 Fisher's Exact Test .001 .001 Linear-by-Linear 12.285 1 .000 Association N of Valid Casesb 59 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.34. b. Computed only for a 2x2 table
51
Pekerjaan * Pemberian ASI Eksklusif Crosstab Pemberian ASI Eksklusif Ya Pekerjaan Bekerja
Count Expected Count % within Pekerjaan
Tidak Bekerja Count Expected Count
Total
% within Pekerjaan Count Expected Count % within Pekerjaan
Tidak
Total
1
14
15
5.3
9.7
15.0
6.7%
93.3%
100.0%
20
24
44
15.7
28.3
44.0
45.5%
54.5%
100.0%
21 21.0
38 38.0
59 59.0
35.6%
64.4%
100.0%
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. Exact Sig. (2-sided) (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 7.342a 1 .007 Continuity 5.747 1 .017 Correctionb Likelihood Ratio 8.842 1 .003 Fisher's Exact Test .011 .005 Linear-by-Linear 7.217 1 .007 Association N of Valid Casesb 59 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.34. b. Computed only for a 2x2 table
52