BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah tumbuh kembang merupkan masalah yang masih perlu diperhatikan tidak hanya pada bayi lahir normal melainkan juga pada bayi lahir prematur. Dikarenakan tingkat perkembangan bayi dengan prematur pada tahun pertama umumnya lebih rendah ketimbang bayi aterm yang dilahirkan pada hari yang bersamaan. Defisit dalam tingkat tumbuh kembang ini cenderung bersesuaian dengan tingkat prematuritas. Perbedaan ini biasanya akan hilang pada tahun kedua asalkan saja tidak ada komplikasi. Cacat perkembangan lebih sering terjadi pada bayi prematur ketimbang pada bayi aterm dan sering meliputi gangguan fungsi intelektual atau motorik (Nelson, 2000). Terjadi keterlambatan perkembangan prematur meliputi perkembangan motorik, adaptasi sosial maupun bahasa. Selain itu bayi perlu menyesuaikan berat badannya untuk mengejar ketertinggalan dengan menyesuai kebutuhan maupun asupan nutrisi sesuai dengan kebutuhannya (Eisenberg, 2002). Setiap tahun diperkirakan lahir sekitar 350.000 bayi prematur atau berat badan lahir rendah di Indonesia. Tingginya kelahiran bayi prematur tersebut karena saat ini 30 juta perempuan usia subur yang kondisinya kurang energi kronik dan sekitar 80% ibu hamil menjalani anemia difisiensi gizi. Tingginya
1
2
yang kurang gizi mengakibatkan pertumbuhan janin terganggu sehingga beresiko lahir dengan berat badan di bawah 2500 gram (Kompas, 2008). Anak – anak dan orang dewasa yang pada saat lahir prematur, lebih sering mengalami masalah tumbuh kembang seperti cerebral palsi, retardasi mental, ketidakmampuan sensori dan kognitif serta penurunan kemampuan untuk berhasil mengembangkan adaptasi sosial, fisik dan psikologis terhadap lingkungan yang semakin kompleks (Bobak, 2004). Tumbuh kembang merupakan salah satu proses yang harus dilalui dalam kehidupan anak. Pada bayi umur 6 sampai 12 bulan kemampuan tumbuh kembang lebih terlihat karena anak lebih banyak bereksplorasi (Hurlock, 2001). Secara fisiologis, bayi umur (0-12) bulan merupakan kelompok yang paling rawan terhadap gangguan pertumbuhan dan perkembangan karena perubahan dari ASI (Air Susu Ibu) ke makanan biasa dan belum memiliki sistem kekebalan, hingga lebih rentan terpapar infeksi. secara epidemologis kelompok yang paling rawan adalah 6-12 bulan (Gross dkk, 2001). Masalah tumbuh kembang bayi prematur seperti masalah pertumbuhan serta penyimpangan persepsi, intelektual mulai terlihat pada usia koreksi 6 sampai 12 bulan. Salah satu tugas orang tua dalam mengasuh bayi prematur adalah mempelajari perbedaan khusus bayi prematur dan pola pertumbuhannya. Tugas orang tua tersebut adalah belajar, memahami, dan menerima kebutuhan perawatan bayi sehingga memperoleh pengetahuaan dalam merawat bayi tersebut yang
3
penting terhadap tumbuh kembang bayi prematur ke depannya (Sammons cit Bobak, 2004). Hasil penelitian Santoso (2003) yang meneliti mengenai hubungan bayi prematuritas dengan tumbuh kembang anak usia 1 tahun. Hasil penelitian menunjukan
pada anak prematur berhubungan dengan gangguan tumbuh
kembang anak. Terdapat perbedaan pertumbuhan dan perkembangan antara premature dengan aterm yaitu pertumbuhan dan perkembangan anak usia 1 tahun kelahiran premature kurang baik. Perawatan tidak hanya dalam hal memberikan nutrisi makanan sesuai kebutuhan bayi prematur melainkan juga harus memberikan pola makan yang sesuai. Selain itu orang tua harus memahami pentingnya keterikatan, suhu rumah serta perawatan lain yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur seperti KMC (Kangaroo Mother Care) (Eisenberg, 2002). Peran orang tua sangat penting dalam dalam proses tumbuh kembang bayi dengan kelahiran prematur. Banyak keadaan yang membuat para orang tua merasa stress ketika harus mengalami kelahiran ini. Disamping itu mereka tampak bingung dengan tumbuh kembang bayi mereka karena kurang pengetahuan mereka tentang tumbuh kembang bayi prematur, sehingga yang sering terjadi mereka berusaha untuk beradaptasi dan mengikuti apa yang dilakukan oleh tim medis yang ikut merawat bayi mereka dirumah (Proverawati, 2010). Peranan ibu dalam tumbuh kembang anak sangatlah penting. Ibu harus berperan sebagai pengamat dan ikut berpartisipasi. Peran ibu juga meliputi hal-hal
4
seperti mengontrol anak selama masa tumbuh kembang dan membuat perencanaan bagi anaknya (Hawadi, 2010). Oleh karena pengetahuan orang tua khususnya tentang tumbuh kembang prematur sangat penting yang berperan pada masa awal pertumbuhan dan perkembangan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta, angka kejadian kelahiran bayi dengan prematur di Surakarta pada tahun 2009 adalah 166 bayi yang tersebar di 5 kecamatan. Jumlah ini meningkat dibanding tahun sebelumnya yaitu 133 bayi. Kecamatan yang paling banyak kejadian kelahiran bayi prematur adalah di Kecamatan Banjarsari dengan dengan kejadian 53 bayi selama satu tahun dan di ikuti Kecamatan Pasar Kliwon dengan angka kejadian 40 bayi setahun. Dari hasil informasi yang diperoleh dari bidan yang bertugas di Puskesmas se-Kecamatan Banjarsari, selama 2 tahun terakhir ini, telah dilaporkan 6 kasus gangguan tumbuh kembang akibat kelahiran prematur ketika usia bayi prematur 6sampai12 bulan. Dengan 3 kasus gangguan motorik, 2 kasus retardasi mental dan 1 kasus serebral palsi. Hal ini, menurut bidan tersebut disebabkan rendahnya tingkat pengetahuan orang tua
mengenai tumbuh kembang bayi
prematur sehingga sedikit dari orang tua bayi prematur yang melaporkan gangguan tumbuh kembang yang dialami. Dari hasil wawancara pada lima orang ibu yang memiliki bayi prematur diperoleh informasi , tiga ibu mengatakan bahwa berdasarkan pengukuran di posyandu,
anaknya memiliki pertumbuhan yang
lebih lambat dibandingkan
5
dengan anak yang lahir normal. Ibu mengatakan kurang mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan anaknya yang lahir prematur, serta kebutuhan nutrisi dan perawatan yang diperlukan. Menimbang perbedaan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang dilahirkan prematur dengan bayi aterm serta dampak yang ditimbulkan dan angka kejadian kelahiran bayi prematur masih cukup tinggi serta adanya masalah tumbuh kembang bayi prematur di Kecamatan Banjarsari, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Tumbuh Kembang Bayi Prematur Usia 6 Sampai 12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas se-Kecamatan Banjarsari”.
B. Rumusan masalahan Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan tumbuh kembang prematur usia 6 sampai 12 bulan di wilayah kerja puskesmas seKecamatan Banjarsari”.
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan tumbuh kembang bayi prematur usia 6 sampai 12 bulan di wilayh kerja puskesmas seKecamatan Banjarsari.
6
2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang bayi prematur usia 6 sampai 12 bulan di wilayah kerja puskesmas seKecamatan Banjarsari. b. Mengetahui pertumbuhan bayi prematur usia 6 sampai 12 bulan di wilayah kerja puskesmas se-Kecamatan Banjarsari. c. Mengetahui perkembangan bayi prematur usia 6 sampai 12 bulan di wilayah kerja puskesmas se-Kecamatan Banjarsari. d. Mengetahui
hubungan
antara
tingkat
pengetahuan
ibu
dengan
pertumbuhan bayi prematur usia 6 sampai 12 bulan di wilayah kerja puskesmas se-Kecamatan Banjarsari. e. Mengetahui
hubungan
antara
tingkat
pengetahuan
ibu
dengan
perkembangan bayi prematur usia 6 sampai 12 bulan di wilayah kerja puskesmas se-Kecamatan Banjarsari. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Kesehatan Sebagai masukan dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur usia 6 sampai 12 bulan di wilayah kerja puskesmas seKecamatan Banjarsari. 2. Bagi Ibu Dapat dijadikan informasi tentang tumbuh kembang bayi prematur yang berbeda dengan bayi lahir normal
7
3. Bagi Institusi Pendidikan Mengembangakan ilmu keperawatan dan menambah literatur mengenai pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur. 4. Bagi Peneliti Menambah khasanah pengetahuan penulis mengenai “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Tumbuh Bayi Prematur Usia 6 Sampai 12 Bulan Di Wilayah Kerja puskesmas se-Kecamatan Banjarsari”.
E. Keaslian Penulisan Sepengetahuan penulis, belum pernah dilakukan penelitian seperti yang dilakukan peneliti, namun ada beberapa penelitian yang hampir sama yaitu penelitian yang dikemukakan oleh : 1. Bradley, A dkk. 1993. Maternal Knowledge, The Home Environment And Development Child Low Birth Weight”. Penelitian ini menggunakan uji analisis regresi. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan, bahwa pengetahuan ibu dan lingkungan rumah yang baik dapat menyebabkan perkembangan anak prematur baik. Perbedaan dengan penelitian tersebut adalah terletak pada lokasi penelitian dan sampel
yang digunakan adalah
ibu
dan
bayi
prematurnya usia 6 sampai 12 bulan. 2. Ary Oktora Sri Rahayu (2011) dengan judul Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur Dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011. Penelitian ini merupakan desain penelitian yang
8
bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan dan sikap ibu dalam perawatan lanjutan bayi prematur baik, hal ini di karenakan ibu-ibu sudah memahami bahwa bayi prematur itu sangat rentan terhadap infeksi dan memerlukan perawatan yang intensif . Perbedaan dengan penelitian tersebut adalah terletak pada lokasi penelitian dan sampel yang digunakan adalah ibu dan bayi prematurnya usia 6 sampai 12 bulan.