1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Rakyat Indonesia tidaklah akan lupa dengan peristiwa di bulan November, karena ia adalah bulan yang identik dengan kepahlawanan, yaitu: sejarah awal kemerdekaan Indonesia. Meskipun bulan November tidak diperingati sebagaimana peringatan tujuh belasan, namun, sebagai rakyat Indonesia, haruslah mengenang kembali dan mempelajari sejarah setengah abad silam, tepatnya pada 10 November 1945, Agresi Militer I di Surabaya. Pada saat itulah terjadi peristiwa penting bagi negara Indonesia ini, para pahlawan berjuang demi menyelamatkan bendera yang tidak hanya sekadar berarti merah putih, namun juga arti bernegara, arti eksistensi umat Islam dan arti kemerdekaan dalam menjalankan syariat Islam. Di bawah tekanan para penjajah, para pahlawan tidaklah gentar melawan mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diproklamirkan. Meski banyak yang gugur, namun pahlawan kita berhasil memenangkan agresi tersebut. Karena itu, seberapa pentingkah arti perjuangan (jihad) menurut Islam? banyak para pendahulu kita yang rela berjuang demi kemerdekaan. Atau tidak berarti apapun selain hanya mempertahankan rasa nasionalisme saja? Rasulullah Saw bersabda;
َب َصَلَى َاهللَ َعَلَيَ َِه ََالنِ ى َ ضيَ َاهللََعَنَهَ َأنَ َأَعََراَبِيَا َأَتَى َِ ب ََُ َوسَى َر َ ََِوعَنَ َأ َ،َََوا َلرجَلََيَقَ َاتِلَََلِيََذكَر،َا َلرجَلََيَقَ َاتِلَََلِلَمَغَنَ َِم،ِاهلل َ َََيَ َارسَ َول:ََوسَلَمََفَقَال
2
َف َ ِ ََو.َحيَة َِ َ َ َ َويَقَ َاتِل،َ َيَقَ َاتِلَ َشَجَاعَة:َف ََِرَوايَة َ َِو َ ،ََو َالرجَلَ ََلِيََرى ََُكَانَه ََََُنَ َقَاتَل:ِاهلل َ َ َاهللِ َ؟َفَقَالَ ََرسَ َول َ َ ف َسََبِيَ َِل َِ َ َ َفَمَن، َيَقَ َاتِلَ َغَضَبَا:ََِرَوايَة َ.ََُتَفَقََعَلَيَ َِه.ِاهلل َ َفَسََبِيَ َِل َ ََِاهللَِ َِهيََالَعَلَيَاَفَهَو َ َََلِتَكَ َونَََكََلِمَة َ
“Dari Abu Musa Ra.“Bahwasanya ada seorang Arab pedalaman datang kepada Nabi Saw, lalu berkata: “Wahai Rasulullah, ada seseorang yang berperang karena karena menginginkan harta rampasan, supaya tersohor dan supaya dilihat kedudukannya.”Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Berperang karena ingin disebut pemberani, dan berperang atas dasar fanatisme.” Dalam satu riwayat tercantum, “Berperang karena kemarahan. Siapakah yang sedang berperang di jalan Allah?” Maka Rasulullah Saw menjawab, Orang yang berperang untuk meninggikan kalimat Allah, maka dialah yang berperang di jalan Allah. (Muttafaq ‘Alaih)1 Bila dikaji kembali sejarah kemerdekaan, diketahui bahwa organisasi persiapan dan penggalang kemerdekaan ketika itu, justru diawali oleh para tokoh ulama Indonesia seperti PERSIS (Persatuan Islam) yang diprakarsai oleh HOS. Cokroaminoto, dari Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan, dari NU (Nahdlatul Ulama) oleh Abdul Wahab Hasbullah dan Hadratus Syekh Muhammad Hasyim Asy'ari. Bahkan, ketika itu pula Muhammad Hasyim Asy’ari memfatwakan jihad melawan penjajah adalah fardlu 'ain (kewajiban personal).2 Para pejuang kemerdekaan tidaklah hanya sekedar mempertahankan kemerdekaan, namun juga berusaha menjaga Islam tetap tegak di bumi pertiwi
1
Shahih Al Bukhari, hadts no. 123, dan Shahih Muslim, hadits no. 1904,. Lihat, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalihin, Bab Adab Sampai Bab Jihad, Jilid III, (Jakarta: Darus Sunnah, 2007), hlm. 1142. 2 Herry Muhammad, Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh abad 20, Cet. II, (Jakarta: Penerbit Gema Insani Press, 2008) hlm. 21
3
Indonesia. Sebab, bila Indonesia dapat dikuasai para penjajah yang kafir, maka, kemerdekaan menjalankan syareat Islam tidaklah akan tercapai. Konteks jihad di atas, sangat wajar jika kemudian Muhammad Hasyim Asy’ari menyerukan jihad (perang) itu wajib pada waktu tersebut, karena memang umat Islam dianiaya, diserang dan tanah air dalam keadaan perang yang genting. Sementara gemuruh dentuman senjata penjajah terdengar di mana-mana, tidak pantas umat Islam hanya berdiam diri kemudian menyerah kalah. Dalam Al Qur’an, Allah Swt berfirman: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah Swt, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu. (QS. Al Hajj,[22]:39) 3 Selain itu, dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad Saw juga pernah mengingatkan:
ََب َصَلَىَاهلل َالنِ ى َ َ َضيَ َاهللَ َعَنَهَ َقَالَ َسََئِل َِ ب َهََريََرةَ ََر َ َِان َعَنَ َأ َِ ََرَِوىَ َالشَيَخ ََ َث:َ ََقِيَل،هللِ ََوَرسَ َوَلَِِه َ ََِإِيَانَ َ َبا: َي َالَعَمَ َِل َأَفَضَلَ َ؟َقَال َ َأَ ى،َعَلَيَ َِه َ َوسَلَم َ.َ َقِيَلَ َثَ ََُاذَاَ؟َقَالَ َحَجَ ََُبََرَور.ِاهلل َ َ ف َسََبِيَ َِل َ َِ َالِهَاد َ َ :ََُاذَاَ؟َقَال َ.َُتَفَقََعَلَيَ َِه Bukhari-Muslim meriwayatkan dari Abi Hurairah RA, ia berkata, “Nabi Saw. Pernah ditanya oleh seseorang, amalan apakah yang paling utama? Ia menjawab, "Iman kepada Allah Swt dan Rasul-Nya”, Ia ditanya lagi: kemudian apa?’ Ia menjawab, "Jihad di jalan Allah Swt (fi sabilillah).” Ia ditanya lagi: lalu apa lagi?’ Ia menjawab, "Haji mabrur."4 (HR. Bukhori –Muslim) 3
Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Direkrotal Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Departemen RI/ Departemen Agama RI, 1998), hlm. 518 4 Shahih Al Bukhari, hadts no. 26 dan Shahih Muslim, hadits no. 83. Lihat, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalihin, Bab Adab ..., hlm. 1064.
4
Persoalan yang terjadi kemudian, masih relevankah jihad (perang) di masa sekarang? Atau mungkin ada bentuk jihad selain harus berperang?, Rasanya terlalu tergesa-gesa jika disimpulkan jihad itu harus dengan perang dan mengangkat senjata saja. Sebab Nabi Muhammad Saw pun pernah bersabda:
َب َصَلَى َاهللَ َعَلَيَ َِه َ ِالن َ َ َ َأَن:َ َب َسَ َعِيَدَ َالَدََِري َ َِ َعَنَ َأ،ي ََرَِوىَ َالتََرَُِيَ َِذ ى َ.َالِهَ ِادََكََلِمَةََعَدَلََ َِعنَدََسَلَطَانََجَ َائِر َ ََوسَلَمََقَالَََإِنََ َُِنََأَعَظَ َِم Al-Tirmidzi meriwatkan dari Abi Sa'id al-Khudri, Nabi Saw berkata, "Termasuk jihad yang paling agung adalah menegakkan keadilan di hadapan penguasa yang dzalim (berlaku tidak adil, aniaya)." (HR. AT Tirmidzi).5 Nabi Muhammad Saw pernah ditanya pula tentang perbuatan apa yang paling dicintai oleh Allah Swt?, Dari Ibnu Mas’ud Ra, dia berkata : Saya bertanya, “amal apa yang paling dicintai oleh Allah?” Ia menjawab, “Shalat tepat pada waktunya. “ lalu Ibnu Mas’ud bertanya lagi, “Kemudian apa? Jawab Nabi, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Ia bertanya lagi, “kemudian apa? “Nabi Menjawab, “Jihad di jalan Allah”, (Muttafaqun ‘Alaih)6 Hal ini bukan dikarenakan semua pekerjaan utama atau sesuatu yang paling di cintai oleh Allah Swt. dan semua harus dilakukan sesuai petunjuk Nabi Muhammad Saw. Jika Nabi Muhammad Saw menjawab satu persoalan dengan jawaban yang berbeda, hal itu lebih dikarenakan Nabi Muhammad Saw melihat situasi dan kondisi sang penanya. Jika sang penanya tidak
5
Hadist ini dikatakan Hasan Gharib oleh Imam At Tirmidzi dan dishohihkan oleh Syaikh Al Bani rohimahumullah, Lihat, Imam Abu ‘Isa At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmdizi ; al Jāmi’ al Kabīr, Cet. I, jilid 4, No. 2174, (Baerut, Darul Gharib Al-Islami, 1996), hal. 45 6 Shahih Al Bukhari, hadts no. 527, dan 2782. Shahih Muslim, hadits no. 85. Lihat, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalihin, Bab Adab ..., hlm. 1101.
5
kunjung menunaikan ibadah haji padahal ia mampu, maka Nabi Muhammad Saw menjawab haji adalah yang paling utama. Begitu seterusnya. Menilik ulasan di atas, rasanya belum saatnya harus berjihad dengan memanggul senjata. Sementara negara Indonesia saat ini tidak dalam keadaan perang fisik namun perang pemikiran, ekonomi bahkan kebudayan. Untuk sementara ini dunia masih dikuasai oleh pemuja modal, kapitalis borjuis. Sementara Indonesia meski punya Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah namun modalnya kurang, pantas kalau selama ini rakyat Indonesia selalu terjajah. Justru inilah kesempatannya. Jangan sampai ekonomi terkuras, dan kebudayaan pun ikut terhempas dengan berbagai trend yang diciptakan nonmuslim. Allah Swt berfirman:
ََف َالدي َِن َولَ َُي ِرجوكمَ َ ُِن َ َِ َلَ َي ن هاكمَ َاللهَ َع َِن َال ِذينَ َلَ َي قاتِلوكم َبَالمق ِس ِطي َِديا ِركمََأنََت ب ىروهمََوت ق ِسطواَإِلي ِهمََإِنََاللهََ ُِي ى "Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu, karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS. AlMumtahanah [60] : 8) 7.
Menjadi mujahid (pejuang) di Indonesia, bukan menjadi pilihan yang paling utama (berjihad) di medan perang, namun jihad yang sesuai pada sat ini adalah jihad fikri (pemikiran), jihad dengan taktik ilmu pengetahuan. Memerangi hedonisme, menekan kapitalisme dan memberantas sekulerisme, pluralisme, liberalisme dan faham-faham yang sesat yang lainnya. yaitu dengan pemikiran dalam dakwah dan jihad.
7
Al Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI…, hlm. 924
6
Bagaimanakah dakwah yang sesuai menurut waktu dan zaman?, Rasulullah Saw. Memberikan petunjuk bagaimanakah cara berdakwah yaitu;
َ)ََاطبََواَالنَاسََعَلَىَقَدَ َِرَعَقَ َو َلِِمََ(ََرَواهَََُسََلِم َِ َخ “Berbicaralah
kepada
manusia
menurut
kadar
aqal
(kecerdasan) mereka masing-masing” (HR. Muslim).8 Dimasa Penjajahan Jepang dan Belanda, lahirlah seorang da’i sekaligus Mujahid yang mampu memberikan contoh tauladan dalam da’wah melalui Jihad, baik Qitāl (perang) maupun Fikri (pemikiran). Dialah Muhammad Hasyim Asy’ari seorang dai sekaligus Mujahid. Siapa sebenarnya Muhammad Hasyim Asy’ari ?, generasi muda saat ini mungkin
tidak
begitu
mengenal
sosok
beliau, apalagi
sumbangsih
pemikirannya terhadap agama Islam, dan perjuangannya terhadap bangsa Indonesia. Ketidakpahaman inilah yang mungkin menjadikan ada berita yang berkembang bahwa ia adalah tokoh Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) sekaligus perintis kemerdekaan yang kolot, tradisional, tertutup, hanya berjuang untuk NU, dan tidak menerima perubahan zaman.9 Penelitian Tesis ini akan memperkenalkan secara sederhana siapa beliau, bagaimana pemikiran-pemikirannya dalam usaha-usaha dalam da’wah Islam maupun perjuangannya untuk kemerdekaan Republik Indonesia.
8
Mohammad Natsir, Fiqhud Da’wah, (Jakarta: Media Da’wah, 2000), hlm. 162. Imam Nawawi memberikan hukum “makruh” menggunakan bahasa yang tidak dimengerti dan penuh istilah-istilah asing saat berbicara dengan orang awam. Lihat, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalihin, Bab ilmu sampai bab istighfar..., Jilid IV, hlm. 774 9 Muhammad Rifa’i, K.H. Hasyim Asy’ari; Biografi Singkat 1871-1947, Cet II, (Jogyakarta: Penerbit Garansi, 2009), hlm. 12
7
Sehingga dengan penelitian ini dapat memberikan pandangan dan penjelasan secara rasional, misalnya tentang berita seperti yang tersebut diatas. Nilai perjuangan ia dalam da’wah dan jihad adalah begitu besar, diantaranya ialah ia selalu menjadi incaran penjajah, baik Belanda maupun Jepang, setiap aktivitas gerak-gerik ia terus diawasi, ditangkap, dipenjara, dan disiksa. Hal ini terjadi karena baik jepang maupun Belanda sudah menawarkan kepemilikan materi juga kekuasaan agar Muhammad Hasyim Asy’ari mau menjadi antek penjajah, akan tetapi ia selalu menolak bahkan melakukan perlawanan.10 Bentuk-bentuk perlawanan ia juga terlihat antara lain pada pemberian fatwa bahwa naik haji itu haram hukumnya, jika dibiayai Belanda dan menggunakan kapal para Penjajah. Fatwa lainnya yang juga menunjukkan perlawanan ia terhadap penjajah adalah menolak kewajiban tradisi seikeirei. Saikeirei adalah sikap hormat dengan membungkukkan badan kearah kaisar Jepang, Tenno Heika, yang dipercaya oleh masyarakat Jepang sebagai keturunan dari Dewa Matahari. Tradisi seikeirei11 yang dipaksakan penjajah Jepang terhadap rakyat Indonesia tersebut, seperti gerakan rukuk dalam ibadah shalat yang ditujukan pada Allah Swt. Selain itu, banyak sumber dan referensi mempercayai bahwa tokoh sekaliber Bung Tomo dan Panglima Besar Jendral 10
Tamyiz Burhanuddin, Akhlak Pesantren Pandangan Hasyim Asy’ari, Cet I, (Yogyakarta: ITTAQA Press, 2001), hlm. 28 11 Menurut Muhammad Hasyim Asy’ari, seikeirei ini adalah perbuatan syirik karena tidak ada yang layak disembah, kecuali Allah Swt. Belum lagi sumbangsih ia pada peristiwa 10 November 1945 yang dikenal sebagai Hari Pahlawan, dimana peran fatwa jihad ia memberikan sumbangsih atas militansi perjuangan melawan Belanda dan sekutunya, serta memberi suara perlawanan pantang menyerah dari rakyat Indonesia kepada penjajah. Lihat, Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama; Biografi K.H. Hasyim Asy’ari, Cet. I, (Yogyakarta: Penerbit LKiS, 2000), hlm. 96.
8
Sudirman pernah meminta nasihat atau do’a sebagai sepirit perjuangan pada Muhammad Hasyim Asy’ari.12 Sebagai seorang mujahid (pejuang), Muhammad Hasyim Asy’ari lebih dikenal juga sebagai seorang ulama Mujaddid (pembaharu). Ia adalah tokoh pembaharu dalam dunia pendidikan pesantren. Ia dikenal dengan sikap keterbukaannya, yaitu memasukkan model pendidikan umum, yaitu ilmu-ilmu umum atau sekuler, seperti pelajaran Bahasa Melayu, Matematika, Ilmu Bumi pada tahun 1916-1919, kedalam kurikulum pondok pesantrennya. Kemudian, ditambahkan dengan pelajaran Bahasa Belanda dan Sejarah Indonesia pada tahun 1926. Hal ini kemudian diikuti oleh pondok pesantren tradisional lainnya sampai saat ini.13 Ia juga merupakan ulama mufakkir (pemikir) dan diakui sebagai ahli hadits. Bahkan Kholil dari Bangkalan Madura, yang pernah menjadi gurunya, tiba-tiba ingin menjadi muridnya untuk belajar Ilmu Hadits.14 Selain itu, ia mengenalkan sistem dan metode pengajaran musyawarah atau mendiskusikan mata pelajaran di pondok atau persoalan di luar yang berkaitan dengan persoalan keagamaan, pola sosial, dan interaksi masyarakat, berkaitan dengan mata pencaharian maupun kesehariannya. 15 Sebagai salah seorang pendiri utama NU, sumbangsih ia atas organisasi ini tidak diraukan lagi, baik dari segi moril, materil, dan immaterial. Hal itu terlihat dari hampir semua anak cucu ia ikut memberikan sumbangan 12
Muhammad Rifa’i, K.H. Hasyim Asy’ari; Biografi …, hlm. 13 Ibid. 14 Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama; Biografi…, hlm. 18 15 Rohinah M. Noor, Hasyim Asy’ari Memodernisasi NU & Pendidikan Islam, cet. II, (Jakarta: Penerbit Grafindo Khazanah Ilmu, 2010), hlm. 64 13
9
pemikiran dan tenaga untuk NU, mulai dari Wahid Hasyim maupun Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Muhammad Hasyim Asy’ari mendidik keturunannya atau kerabatnya agar menjaga, berjuang, dan membesarkan NU li i’lāi kalimatillāh (untuk menjunjung tinggi kalimat Allah Swt) sampai akhir hayatnya. Di lain pihak, siapa yang meragukan kegigihannya dalam berjuang sebagai seorang da’i. ia memilih Tebuireng sebagai lokasi pendirian pondok pesantren sebagai sentral dakwah yang menurut beberapa sumber, bahwa tempat tersebut mulanya adalah sarang jin, sarang kaum abangan, preman, pejudi dan tukang mabuk, ketika ia dilarang menempati tempat da’wah tersebut, dengan tenang ia menjawab: “Menyiarkan agama berarti memperbaiki moral masyarakat yang belum baik, jika moral masyarakatnya sudah baik, apalagi yang mesti diperbaiki.”16 Tesis ini mencoba untuk menggali kembali pemikiran-pemikiran Muhammad Hasyim Asy’ari khususnya dalam bidang da’wah dan jihad, untuk itulah, dan berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian tentang pemikiran da’wah dan jihad dalam Islam yang diterapkan sesuai pemikiran oleh Muhammad Hasyim Asy’ari dalam karya ilmiah yang berjudul: “DAKWAH DAN JIHAD DALAM ISLAM (Studi pemikiran Muhammad Hasyim Asy’ari).”
16
Muhammad Rifa’i, K.H. Hasyim Asy’ari; Biografi …, hlm. 14
10
B. Rumusan Masalah Berdasarkan
Latarbelakang masalah diatas, maka secara rinci
pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: a.
Bagaimana pemikiran dakwah dan jihad Muhammad Hasyim Asy’ari ?
b.
Bagaimana Aktivitas dan kontribusi Muhammad Hasyim Asy’ari melalui dakwah dan jihad dalam Islam ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan latarbelakang permasalahan dan rumusan penelitian yang telah diajukan diatas, maka ada beberapa tujuan penelitian sebagai berikut: a.
Menggambarkan secara detail pemikiran dakwah dan jihad Muhammad Hasyim Asy’ari
b.
Mengetahui Aktivitas dan kontribusi Muhammad Hasyim Asy’ari melalui dakwah dan jihad
2. Manfaat Penelitian Ada dua manfaat penelitian, yaitu: a). Manfaat Akademik. b). Manfaat Praktis. a.
Manfaat Akademik 1.
Penelitian ini diajukan untuk memenuhi tugas dan persyaratan memperoleh gelar Magister Pemikiran Islam (M.P.I) dalam
11
bidang Pemikiran dan Peradaban Islam Program Pascasarjana UMS (Universitas Muhammadiyah Surakarta) 2.
Menambah informasi ilmiah dalam khazanah dakwah dan jihad Islam khususnya tentang tokoh dakwah dan Jihad, kiranya masih relevan dan aktual dijadikan pegangan dan bahan analisis bagi umat Islam yang menekuni dakwah dan jihad dalam kerangka menghadapi era globalisasi dewasa ini.
b.
Manfaat Praktis 1.
Mengangkat ide dan pemikiran dakwah dan jihad Muhammad Hasyim Asy’ari
2.
Memperkaya khazanah intelektual, wawasan, dan gambaran secara utuh tentang dakwah dan jihad Muhammad Hasyim Asy’ari
3.
Memberikan
sebuah
kontribusi
pemikiran,
kajian
pengembangan, sekaligus pencerahan dalam dunia dakwah dan jihad agar sesuai dengan tujuan dan misi dakwah dan jihad Islam 4.
Sebagai kontribusi penelitian dakwah dalam upaya mencari formulasi dakwah serta jihad yang moderat, populis, aktual, faktual, dan kontekstual untuk mencapai dakwah serta jihad yang memberi solusi.
12
5.
Sebagai bahan rujukan bagi aktivis dakwah agar dalam membuat perencanaan dan menjalankan dakwah benar-benar sesuai dengan kebutuhan umat.
D. Telaah Pustaka Studi mengenai pemikiran da’wah dan jihad Muhammad Hasyim Asy’ari dalam sejarah Indonesia ini sangatlah penting, tidak hanya bagi NU tetapi juga muslim Indonesia pada umumnya. Peran utamanya di dalam gerakan nasional Indonesia dan usaha-usahanya dalam menghantarkan Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan merupakan alasan khusus bagi penulis. Juga sebagai da’i sekaligus guru yang berpengaruh pada banyak ulama di Jawa. Walaupun kontribusinya terhadap Indonesia dan Islam Indonesia besar, belum ada karya yang lengkap mengenai Muhammad Hasym Asy’ari baik dalam bahasa Indonesia maupun Inggris. Hanya ada beberapa kajian ilmiah mengenai Muhammad Hasyim Asy’ari di antaranya adalah: Karya Deliar Noer, tahun 1963, dalam bentuk Disertasi, yang berjudul “The Rise and Development of the Modernist Movement in Indonesia”. Di Cornell University, kemudian diterbitkan dengan judul the Modernist Muslim Movement in Indonesia 1900-1942 (Singapore: Oxford University Press, 1973), Karya ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan Gerakan Modern Islam di Indonesia (Jakarta: LP3ES, 1985), pembehasan mengenai Muhammad Hasyim Asy’ari dalam versi Indonesia pada halaman
13
249-33717. Adapun kajian utama Deliar Noer berkisar pada gerakan Modernis Muslim di Indonesia, dia menempatkan Muhammad Hasyim Asy’ari sebagai seorang yang bereaksi terhadap gerakan Modernis. Sedangkan tesis ini, memuat tentang pemikiran dan usaha dakwah Muhammad Hasyim Asy’ari secara umum. Karya Zamakhsari Dhofier, tahun 1980, dalam bentuk Disertasi yang berjudul “The Pesantren Tradition, A Study of the Role of the Kiai in the Maintenance of The Traditional Ideology in Java” di Monash University. Karya ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan Studi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup kiai (Jakarta: LP3ES, 1985), Lihat khususnya halaman 96-99, 147,151 dan 169.18 Dhofier, mengambarkan Muhammad Hasyim Asy’ari dalam pandangan yang positif sebagai penjaga tradisi pesantren, sedangkan tesis ini selain dalam menjaga tradisi pesantren juga dimuat tentang perjuangan jihad. Achmad Farichin Chumaidi, tahun 1976 juga menyebut sekilas mengenai peran Muhammad Hasyim Asy’ari dalam mendirikan Nahdlatul Ulama dalam tesisnya yang berjudul The Jamiyyah Nahdlatul Ulama, Its Rise and Early Development (1926-1945), di McGill University.19 Karya Sayyid Muhammad Asad Syihab, tahun 1414 H, dalam bentuk naskah berbahasa arab yang berjudul “Al-Allaamah Muhammad Hasyim Asy’ari Waadli’u Labinati Istiqlaali Indonesia, kemudian naskah ini
17
Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama; Biografi…, hlm. 9 Ibid. 19 Achmad Farichin Chumaidi, “The Jamiyyah Nahdlatul Ulama, Its Rise and Early Development, (1926-1945), (Tesis M.A., McGill University, 1976), hlm. 42-48 18
14
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Ahmad Mustofa Bisri, dengan judul “Hadlratussuaikh Muhammad Hasyim Asy’arie Perintis Kemeedekaan Indonesia.20 Buku ini membahas mengenai riwayat hidup Muhammad Hasyim Asy’ari secara ringkas, juga menceritakan perjuangannya dalam merintis Kemerdekaan Republik Indonesia. Sedangkan tesis ini selain menceritakan riwayat hidup
Muhammad Hasyim Asy’ari, juga membahas tentang
pemikiran dakwah. Karya Lathiful Khuluq tahun 1996, mengenai Pemikiran keagamaan Muhammad Hasyim Asy’ari dan Usaha-usahanya dalam perpolitikan di Indonesia. Karya Lathiful Khuluq ini adalah karya ilmiah (tesis) di McGill University, yang menempatkan Muhammad Hasyim Asy’ari sebagai tokoh agama yang berpolitik. Namun ia menempatkan ia sebagai tokoh agama ini masih terlalu luas dan belum secara mendetail tentang ketokohannya sebagi seorang da’i.21 Karya Achmad Muhibbin Zuhri, tahun 2010, dalam bentuk Disertasi dengan judul “Pandangan Muhammad Hasyim Asy’ari tentang Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah” di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Kajian Disertasi ini merupakan penajaman terhadap ekspresi Sunnisme oleh kalangan Islam tradisional di Indonesia, disertasi ini kemudian diterbitkan dengan judul Pemikiran M. Hasyim Asy’ari Tentang Ahl Al-Sunnah Wa Al Jama’ah.22
20
Muhammad Asad Syihab, Hadratussyaikh Muhammad Hasym Asy’ari, Perintis Kemerdekaan Indonesia, Terj. A. Musthofa Bisri, ( Surabaya: Al ‘Alawiyyah, 1414 H), hlm 77 21 Mengenai Muhammad Hasyim Asy’ari tersebut dapat dilihat pada buku karya; Lathiful Khuluq, Kebangunan Ulama; Biografi…, hlm. 3-128 22 Achmad Muhibbin Zuhri, Pemikiran M. Hasyim Asy’ari Tentang Ahl Al-Sunnah Wa Al Jama’ah, (Surabaya: Khalista, 2010), hlm. 147
15
Karya Achmad ini, menekankan tentang pemahaman Ahl Sunnah wa al Jama’ah di kalangan Islam tradisional di Indonesia, hal ini juga membedakan dengan penelitian penulis yang menekankan tentang usaha-usaha dakwah apa saja yang dilakukan oleh Muhammad Hasyim Asy’ari dan jihadnya. Karya Zuhairi Misrawi, tahun 2010, dalam bentuk naskah Buku ilmiah yang berjudul Hadratussaikh Hasyim Asy’ari Moderasi, Keumatan, dan Kebangsaan”, pertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia penerbit Buku Kompas, Januari 2010. Naskah Buku Ilmiah ini dibahas mengenai pandanganpandangan KH Muhammad Hasyim Asy’ari dari sisi sikap-sikap moderat ia dan gerakan social.23 Karya tersebut, berbeda dengan penelitian penulis yang lebih memfokuskan bahasan pada aktivitas da’i dan mujahid Muhammad Hasyim Asy’ari. Paling
tidak
beberapa
karya
dalam
bahasa
Indonesia
yang
memfokuskan bahasannya hanya mengenai Muhammad Hasyim Asy’ari Pertama adalah buku yang berjudul Kiai Hasjim Asj’ari, Bapak Umat Islam Indonesia, 1871-1947 ditulis oleh anak beliau, Abdul Karim Hasyim– Nafiqah.24 Karya lain adalah skripsi tak diterbitkan berjudul “K.H.M. Hasyim Asy’ari dan Perjuangannya” ditulis oleh Sultoni, Skripsi fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga, dengan judul “K.H.M. Hasyim Asy’ari dan Perjuangannya”, Yogyakarta tahun 1983, 65 halaman. Namun karya-karya ini tidak menempatkan Muhammad Hasyim Asy’ari sebagai seorang da’i sekaligus
23
Zuhairi Misrawi, “Hadatussuaikh Hasyim Asy’ari Moderasi, Keumatan, dan Kebangsaan”,(Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010), hlm. 27 24 Akarhanaf, Kiai Hasjim Asj’ari, Bapak Umat Islam Indonesia, 1871-1947 (Jombang: n.p., 1949), hlm 84
16
mujahid Islam, hanya pada aspek usaha-usahanya dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Karya berikutnya adalah dari Samsul Ma’arif, tahun 2010, sebuah karya yang diterbitkan dengan judul Mutiaramutiara Dakwah K.H. Hasyim Asy’ari, yang berisi tentang nasehat-nasehat agama oleh
Muhammad Hasyim Asy’ari 25. Sebagaimana dalam kitab
“Irsyādus Sāry fī Jam’i Mushonnafāti Syaikh Hāsyīm As’ary”. Yang di kumpulkan oleh cucu ia Ishomuddin Hadzik. Yang kajian bahasannya masih terlalu luas dan tidak dibatasi, sehingga masih belum dijelaskan mengenai perjuangan-perjuangan jihad Islamnya secara khusus. Karya terakhir adalah dari Muhammad Rifai, “KH.Hasyim Asy’ari, Biografi Singkat 1871-1947” yang mengkaji tentang keluarga Muhammad Hasyim Asy’ari serta aktivitas sebagai kyai atau guru di pesantren.26 Selain membahas tentang keluarga, dan aktivitasnya sebagai kyai dan seorang guru, yang membedakan dengan tesis ini adalah pemikiran dakwah dan jihadnya yang lebih difokuskan. Belum ada dalam satu penelitian seperti skripsi, tesis, atau disertasi yang meneliti dan mengkaji secara spesifik tentang pemikiran dakwah dan jihad Muhammad Hasyim Asy’ari. Padahal, pemikiran dakwah dan jihad ia sangat pantas untuk diteliti. Walaupun sudah ada Penelitian tentang pemikiran Muhammad Hasyim Asy’ari, sebagaimana yang telah ditulis oleh Lathiful Khuluq dalam tesisnya yang telah diterbitkan LKiS Yogyakarta “Fajar Kebangunan Ulama Biografi K.H. Hasyim Asy’ari”. Namun dalam penelitian tersebut ia hanya membahas pemikiran Muhammad Hasyim Asy’ari dalam agama secara umum dan 25
Samsul Ma’arif, Mutiara-mutiara Dakwah K.H. Hasyim Asy’ari, (Jakarta: Kanza Publishing, 2010), hlm. 64 26 Muhammad Rifa’i, K.H. Hasyim Asy’ari; Biografi …, hlm 15-34
17
perjuangannya dalam berpolitik, adapun penelitian ini merupakan penelitian perdana Karya-karya mengenai Muhammad Hasyim Asy’ari diatas dapat disimpulkan bahwa kajian dan focus pembahasan diatas banyak persamaan tetapi berbeda dalam focus kajian masing-masing. Diantaranya seperti; Karya Deliar Noer, fokus pada gerakan modern Islam, Karya Zamakhsari Dhofier, mengambarkan Muhammad Hasyim Asy’ari dalam pandangan yang positif sebagai penjaga tradisi pesantren. Karya Achmad Farichin Chumaidi, menyebut sekilas mengenai peran Muhammad Hasyim Asy’ari dalam mendirikan Nahdlatul Ulama. Karya Sayyid Muhammad Asad Syihab, membahas mengenai riwayat hidup Muhammad Hasyim Asy’ari secara ringkas, juga menceritakan perjuangannya dalam merintis Kemerdekaan Republik Indonesia. Karya Lathiful Khuluq, menulis mengenai Pemikiran keagamaan Muhammad Hasyim Asy’ari dan Usaha-usahanya dalam perpolitikan di Indonesia. Karya Achmad Muhibbin Zuhri, penajaman bahasannya terhadap ekspresi Sunnisme oleh kalangan Islam tradisional di Indonesia. Karya Zuhairi Misrawi, dibahas mengenai pandangan-pandangan KH Muhammad Hasyim Asy’ari dari sisi sikap-sikap moderat ia dan gerakan sosial. Selain itu, beberapa karya dalam bahasa Indonesia yang memfokuskan bahasannya hanya mengenai Muhammad Hasyim Asy’ari Pertama adalah buku yang ditulis oleh anak beliau, Abdul Karim Hasyim–Nafiqah. Karya lain adalah skripsi yang ditulis oleh Sultoni, Karya berikutnya adalah dari Samsul Ma’arif, yang berisi tentang nasehat-nasehat agama oleh Muhammad Hasyim
18
Asy’ari. Karya terakhir adalah dari Muhammad Rifai, yang mengkaji tentang keluarga Muhammad Hasyim Asy’ari serta aktivitas sebagai kyai atau guru di pesantren. Karya-karya diatas semua mengenai Muhammad Hasyim Asy’ari, yang membahas tentang keluarga, kehidupannya, pemikirannya, perjuangannya, pendidikannya, dan lain lain. Dan yang membedakan tesis ini dengan karyakarya tersebut adalah focus kajian mengenai pemikiran-pemikiran dalam bidang dakwah Muhammad Hasyim Asy’ari dan aktivitas jihadnya dalam pandangan Islam.
E. Kerangka Teoritik Sarana
untuk
memudahkan
pemahaman
mengenai
apa
yang
dimaksudkan dalam judul ini, penting kiranya dijelaskan beberapa istilah ( kewajiban teori operasional ) penelitian yang menyangkut tentang dakwah, dan jihad itu sendiri. 1. Dakwah dan Jihad a.
Pengertian Dakwah Kamus Lisān al-Arab karya Ibn Manzur, ketika memberikan penjelasan tentang arti dari kata da’a hanya dikemukakan dengan dua pengertian saja, yaitu dengan arti permohonan do’a dan pengabdian kepada Allah Swt27.
27
Ibn Manzur Jamal al-Din Muhammad ibn Mukarram Al Anshary, Lisān Al-‘Arab, (Kairo: Dar Al Mishriyah li al Taklif wa al Tarjamat, t.th), Jilid 18, hlm. 281
19
Dakwah menurut pengertian bahasa (lughawi) berasal dari bahasa Arab: da’ā, yad’ū da’watan yang berarti mengajak, memanggil dan menyeru.28 Orang yang melakukannya disebut da’i. secara integral dakwah merupakan suatu proses untuk mendorong orang lain agar memahami dan mengamalkan suatu keyakinan tertentu. Rumusan ini menunjukkan sebuah aktivitas dakwah yang dilakukan para da’i untuk menyeru kepada agama Islam, hendaknya tidak dilakukan dengan cara kekerasan atau paksaan. Dakwah harus dilakukan dengan hikmah, pelajaran, dan bertukar pikiran29 sehingga pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima mad’ū dengan jelas dan mendorong terjadinya perubahan perilaku menjadi lebih baik. b.
Pengertian Jihad Dalam kitabnya Riyādhus Shālihin, Imām An-Nawawī, mencantumkan “Kitab Jihad.” Kata Jihad merupakan isim masdar (kata bentukan) dari kata jāhada – yujāhidu yang artinya adalah mengerahkan segenap kemampuan untuk menghadapi musuh 30. Menurut Ibn Manshur, Jihad ialah memerangi musuh, mencurahkan segala kemampuan dan tenaga berupa kata-kata, perbuatan, atau segala sesuatu yang seseorang mampu31. Hans Wehr mencatat, bahwa
28
Muhammad Fath al-Bayanuni, Al-Madzkhal ilā ‘Ilmi Da’wah, (Madinah: Mu’assasah al-Risalah, 1994), hlm. 200 29 Lihat, QS. An Nahl, [16]:125 30 Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Syarah Riyādhus Shālihin, Bab Adab..., hlm. 1073 31 Ibn Manzur Jamal al-Din Muhammad ibn Mukarram Al Anshary, op.cit. hlm. 521
20
jihad, ialah perjuangan, pertempuran, perang suci melawan musuhmusuh sebagai kewajiban agama32. Sedangkan Al Jurjani dalam bukunya At Ta’rifāt, mendefinisikan jihad sebagai seruan kepada agama yang haq33. Rasulullah Saw. mengariskan bahwa pengertian jihad adalah sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim dari Abu Musa al-Asy'ari Ra. Rasulullah Saw bersabda, (yang artinya); "Barang siapa yang yang berperang dengan niat untuk menegakkan kalimat Allah Swt yang tinggi (Islam), itulah yang dinamakan (jihad) fī sabīlillah" 34. Pengertian jihad tersebut, dapat dipahami bahwa dalam jihad terdapat suatu usaha atau aktivitas untuk menyampaikan da’wah yaitu meninggikan
kalimat
Allah
Swt.
Jikalau
kaum
musyrikin
menghalangi antara Nabi Muhammad Saw sebagai da’i dan manusia sebagai Mad’ū untuk menyebarkan da’wah, maka jihad (Perang) adalah cara untuk menyampaikan kalimat Allah Swt Beberapa pengertian tentang pemikiran, dakwah dan jihad tersebut di atas, dapat disimpulkan; Pemikiran dakwah dan jihad adalah
suatu
keaktifan
pribadi
manusia
untuk
menemukan
pemahaman atau pengertian tentang unsur-unsur dakwah (tujuan, subjek, materi, metode, media, dan organisasi dakwah) berdasarkan 32
Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, (New York: Ithaca, 1976), hlm.
33
Al Jurjani, At Ta’rifat, (Kairo: Musthafa Al-Babi Al Halabi,1938), hlm. 70 Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalihin, Bab Adab ...,
142 34
hlm. 1142
21
fenomena-fenomena yang terjadi, serta berusaha untuk dapat memberikan solusi dari problematika dakwah yang ada secara bijaksana dan nyata. Sedangkan jihad, juga termasuk suatu kegiatan; kesibukan; kerja; pengorbanan yang dilakukan dalam kegiatan kerja ditiap bagian, atau suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah dan mujāhid untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah Swt, dan secara bertahap menuju perikehidupan yang berakhlak mulia dengan manhaj Ahlus sunnah wal jama’ah yang sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah.
F. Metode Penelitian Penelitian ini, dipusatkan perhatiannya pada pemikiran dakwah dan jihad Muhammad Hasyim Asy’ari, maka, tesis ini menggunakan langkahlangkah metode penelitian sebagai berikut : 1) Paradigma penelitian. 2). Jenis Penelitian. 3) Pendekatan. 4). Sumber Data. 5). Pengumpulan Data. 6). Validitas Data. 7). Analisis Data. 1. Paradigma Penelitian Penelitian ini adalah penelitian berupa teks tertulis, maka paradigma yang digunakan adalah berdasarkan penelitian kualitatif.35 Penelitian kualitatif dalam penulisan ini menitikberatkan pada proses
35
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menitikberatkan pada proses dengan metode analisis deduktif, induktif, komparatif, interpretative, analisis isi, hermeneutic dan verstehen. Lihat, Sudarno Shobron, dkk, Pedoman Penulisan Tesis, (Surakarta, Sekolah Pascasarjana UMS, 2014), hlm. 11
22
dengan metode analisis deduktif.36 Oleh karena itu, penelitian kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa teks tertulis dari orang yang perilaku atau pemikiran yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu tersebut secara utuh (holistik). Orang dan perilaku ini bisa juga berupa teks yang tertulis. 2. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian berupa teks tertulis, maka jenis penelitiannya menggunakan analisis penelitian kepustakaan (library research), dengan menggali semua data-data yang berupa dokumen yang tertulis, baik dalam buku-buku karya ilmiah atau tulisan yang berkaitan tentang dakwah dan jihad Muhammad Hasyim Asy’ari. 3. Pendekatan Penelitian ini, menggunakan sebuah pendekatan Filosofis, yaitu pendekatan untuk meneliti pemikiran tokoh dan mengungkapkan dibalik hakekat segala sesuatu yang nampak dari berbagai teks tulisan dan catatan naskah-naskah yang telah diterbitkan. Islam dengan ke universalannya dalam ajarannya, serat mengandung hikmah bagi segenap manusia. Sedangkan mengungkap hikmah ajaran Islam itu merupakan kerja filsafat, dan inilah yang disebut aspek esoteris agama.37 4. Sumber Data Sumber data terdiri dari dua bagian yaitu sumber data primer dan sekunder. Pertama, sumber primer akan menelaah berbagai karya tulis 36 37
Sudarno Shobron, dkk, Pedoman Penulisan Tesis…, hlm. 11 Ibid, hlm. 15
23
Muhammad Hasyim Asy’ari, baik berupa buku-buku maupun artikelartikelnya. Kedua, sumber sekunder yaitu data-data yang bersumber pada buku-buku dakwah dan jihad serta tulisan-tulisan, atau karangan orang lain yang dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll), yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan untuk mengkaji pemikiran dan aktivitas dakwah dan jihad
Muhammad Hasyim Asy’ari, penulis mencoba
mengumpulkan, membaca, dan memahami buku-buku yang ditulis oleh ia sendiri sebagai bahan rujukan dan sumber data primer penulis. Sumber data primer yang dimaksud adalah; kitab karya Muhammad Hasyim Asy’ari yang telah dirangkum oleh cucunya Muhammad Ishom Hadzik, yang berjudul “Irsyādus Sāry fī Jam’i Mushonnafāti Syaikh Hāsyīm As’ary.” Diantaranya yang menjadi data primer yang berkaitan tentang dakwah dan jihad adalah ; 1). Al-Tibyān fi al-nahyi ‘an muqāta’at al-arhām wa al-aqārib wa al-akhwān. 2). Risalah Ahli Sunnah Wal Jama’ah fi Hadits al-Mauta wa Asyrat as-Sa’ah wa Bayan Mafhum as-Sunnah wa al-Bid’ah, 3). Adab al-‘alim wa almuta’alim. 3). Al-Tanbihāt al-wajibāt li man yasna’ al-mawlid bi almunkarāt. 4). Al-Risalah al-jami’ah. 5). Ziyādat ta’līqāt ‘ala manzumāt al-Syaikh ‘Abdullah b. Yasin al-Fasuruwani. 5). Al Qānūn al-asasi li jam’iyat Nahdat al-‘Ulama’. 6). Al-Mawa’iz. 7). Al-Durar al-muntathirah fī al-masā’il al-tis’a ‘asharah. 8). Al-Risalah al-tawhidiyyah. 8). Al-
24
Qalā’id fī bayān mā yajib min al-‘aqā’i.
38
adapun data sekunder yang
menjadi acuan untuk melengkapi dalam penulisan ini adalah: 1) Karya Sayyid Muhammad Asad Syihab, tahun 1414 H, dalam bentuk naskah berbahasa arab yang berjudul “Al-Allaamah Muhammad Hasyim Asy’ari Waadli’u
Labinati
Istiqlaali
Indonesia,
kemudian
naskah
ini
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Ahmad Mustofa Bisri, dengan judul “Hadlratussuaikh Muhammad Hasyim Asy’arie Perintis Kemeedekaan Indonesia. 2). Lathiful Khuluq, “Fajar Kebangunan Ulama Biografi K.H. Hasyim Asy’ari”, (Yogyakarta, LKis, 2000). 3). Samsul Ma’arif, Mutiara-mutiara Dakwah K.H. Hasyim Asy’ari, (Bogor: kanza publishing, 2011). 4). Achmad Muhibbin Zuhri, Pemikiran K.H. M. Hasyim Asy’ari tentang Ahl Sunnah wa al-Jama’ah, (Surabaya: Khalista, 2010). 5). Muhammad Rifa’, K.H. Hasyim Asy’ari; Biografi Singkat 1871-1947, (Jogyakarta: Penerbit Garansi, 2009). 6). Muhammad Isham Hadzik, KH. Hasyim Asy’ari, Figur Ulama dan Pejuang Sejati, (Jombang: Pustaka Warisan Islam Tebuireng, t. th.). 7). Gugun El-Guyanie, Resolusi Jihad Paling Syar’i, Cet. I, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2010). 5. Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh melalui sumber data primer maupun sekunder, dengan jenis teknik pengumpulan data yaitu dalam bentuk dokumentasi, yang berupa buku-buku dan catatan mengenai pembahasan dalam penelitian ini. 38
Lihat, Muhammad Ishom Hadzik, Irsyādu As syārī fī Jam’i Al Mushonnafāti As Syaikh Hasyim Asy’ary, (Jombang: Maktabat Al Turath al-Islami bi Ma’had Tebuireng, 2005), hlm. ب
25
6. Validitas Data Pengukuran keabsahan data pada penelitian kuantitatif mengacu pada validitas internal, validitas eksternal dan reliabilitas. Tesis ini selanjutnya menggunakan validitas internal. Setelah data diperoleh, selanjutnya diolah dengan menggunakan ujian validitas data penelitian kualitatif yakni dengan metode Confirmability (kepastian), yaitu kriteria ini agar memperoleh kepastian data yang diterima oeleh peneliti dari subyek penelitian. Kemudian dilakukan uji Confirmability dengan menguji proses penelitian dan hasil penelitian. 39 7. Analisis Data Penelitian kualitatif menggunakan analisis yang bervariasi sesuai dengan karakteristiknya. Adapun penelitian ini selanjutnya disimpulkan dengan pendekatan metode deduktif yaitu menyimpulkan kesimpulan dari umum ke khusus. Sistem kerja deduktif adalah bersifat deduksi yaitu penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum; penyimpulan dari yang umum ke yang khusus.40
G. Sistematika Pembahasan Umumnya, suatu pembahasan karya ilmiah memerlukan suatu bentuk penulisan yang sistematis sehingga tampak adanya gambaran yang jelas, terarah, logis, dan saling berhubungan antara bab satu dengan bab berikutnya.
39
Sudarno Shobron, dkk, Pedoman Penulisan Tesis…, hlm. 20-21 Dendi Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke empat. (Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Indonesi Pusat Bahasa). hlm. 303 40
26
Sistematika penulisan tesis ini disusun ke dalam tiga bagian; bagian awal, bagian utama, dan bagian akhir. Bagian awal, meliputi halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pernyataan keaslian tesis, halaman motto, halaman persembahan, halaman pengesahan, kata pengantar, abstrak, abstrak (bahasa inggris), daftar isi. Bagian utama meliputi, enam bab. Bab yang pertama, merupakan landasan umum penelitian dari tesis ini. Bagian ini memberikan gambaran umum penelitian isinya terdiri dari pendahuluan tentang masalah yang melatar belakangi penulisan ini, desain yang digunakan, serta asumsi dasar mengapa judul ini menarik diperhatikan, kemudian rumusan masalah yang menjadi sentra kajian, serta dikemukakan tujuan dan manfaat penelitian ini. Berikutnya metode penelitian sebagai berikut : 1) Paradigma penelitian. 2). Jenis Penelitian. 3) Pendekatan. 4). Sumber Data. 5). Pengumpulan Data. 6). Validitas Data. 7). Analisis Data. Kemudian telaah pustaka dan kerangka teoritis, metode penelitian, dan sistematika penulisan juga dicantumkan dalam bagian ini. Adapun pada Bab yang kedua, pembahasan dimulai dengan menyajikan teori tentang Pengertian Dakwah dan Jihad dalam Islam, meliputi sejarah dakwah, dan unsur-unsur dakwah yang diterapkan dalam jihad, serta tujuan jihad dan tahapan-tahapannya dalam Islam. Pada Bab ketiga, dalam tesis ini membahas mengenai biografi Muhammad Hasyim Asy’ari secara lengkap yang dikupas tuntas dari latar belakang keluarga, pendidikan, dan karier. Serta tidak kalah pentingnya adalah karya-karya intelektual
27
Muhammad Hasyim Asy’ari. Dan geneologi pemikiran dakwah beliau. Bagian bab keempat, dibahas secara khusus materi pemikiran dakwah serta aktivitas jihadnya dalam usaha memperjuangkan agama Islam dan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda maupun Jepang. Bagian bab kelima, pada bagian ini memuat tentang analisa terhadap pemikiran dan kontribusi dakwah dan jihad Muhammad Hasyim Asy’ari. Bagian bab keenam, Sebagaimana lazimnya dalam sebuah laporan hasil penelitian, dikemukakan beberapa kesimpulan yang didasarkan atas pembahasan sebelumnya, dan saran. Kemudian pada bagian akhir tesis ini meliputi; daftar kepustakaan dan lampiran-lampiran; biografi penulis, Uji turnitin, analisa perbandingan pemikiran Muhammad Hasyim Asy’ari dan NU, dan lain-lain.