BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Saat ini peran Koperasi dan Usaha Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam pembentukan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat sangat besar, Jawa Bara sendiri memberikan kontribusi sebesar 14,3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada tahun 2012 dimana lebih dari setengah atau tepatnya 54,55% dihasilkan dari kegiatan bisnis UMKM. Untuk kota Bandung sendiri pada tahun 2011 menyumbang sekitar 95.61 triliun rupiah dan pada tahun 2010 menyumbang 82 triliun rupiah (Pusdalisbang, 2012). Seperti yang dijelaskan pada pada tabel 1.1 sebagai berikut : Tabel 1.1 Jumlah PDRB Kota bandung Tahun
Nilai PDRB (dalam Triliun)
2009
70.28
2010
82.00
2011 Sumber PDRB Pusdalisbang (2012)
95.61 :Data
nilai
Jumlah Unit usaha dalam kategori kecil dan menengah untuk provinsi Jawa Barat sendiri selama 3 tahun yaitu 2009,2010,dan 2011 tidak menunjukan pertumbuhan yang baik seperti yang di tunjukan pada tabel 1.2 di bawah berikut. Tabel 1.2 Perkembangan Unit Usaha Industri Kecil dan Menengah di JawaBarat Kabupaten/Kota Kab. Bogor Kab. Sukabumi Kab. Cianjur Kab. Bandung Kab. Garut Kab. Tasikmalaya Kab. Ciamis
2009 14,333 15,329 1,211 12,269 9,763 1,382 1,313
Unit Usaha (unit) 2010 14,502 15,417 1,236 12,273 9,801 1,401 1,364
2011 14,505 15,417 1,236 12,283 9,801 1,467 1,364
(Bersambung) (sambungan)
Kab. Kuningan Kab. Cirebon Kab. Majalengka Kab. Sumedang Kab. Indramayu Kab. Subang Kab. Purwakarta Kab. Karawang Kab. Bekasi Kab. Bandung Barat Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar Total
2,169 10,427 7,366 5,030 2,329 3,380 10,704 9,242 10,580 16 7,761 9,363 10,701 9,324 9,775 9,949 6,028 9,591 9,143 198,478
2,340 10,466 7,373 5,052 2,352 3,380 10,762 9,269 10,583 16 7,794 9,364 10,701 9,351 9,782 10,055 6,048 9,650 9,205 199,537
2,340 10,488 7,373 5,052 2,352 3,380 10,762 9,269 10,583 50 7,832 9,364 10,701 9,351 9,782 10,055 6,061 9,650 9,205 199,723
Sumber : Pusdalisbang(2012) Tetapi jumlah pelaku usaha menunjukan pertumbuhan walaupun belum termasuk kategori signifikan, seperti yang di tunjukan pada tabel 1.3 Tabel 1.3 Jumlah Pelaku Usaha UMKM Kota Bandung S u m b e
Tahun
Jumlah pelaku usaha
2009
4121
2010
4221
2011
4425
r : Data pelaku usaha UMKM Dinas Koperasi UMKM (2012) Menurut Pemerintah kota Bandung terdapat 30 sentra industri di kota bandung tetapi hanya 7 sentra industri yang berpotensial yaitu sentra industri sepatu Cibaduyut, sentra industri Rajut Binong, sentra industri kaos Suci, sentra industri perdagangan jeans Cihampelas, sentra industri tekstil Cigonewa, sentra industri tahu tempe Cibuntu, dan sentra industri boneka Sukamulya Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, 2012).
1.1.1 Profil Sentra Industri Jeans Cihampelas
(Dinas Koperasi UMKM dan
Sekitar tahun 1987, seorang pengusaha mencoba untuk mendirikan sebuah toko jeans, dan ternyata usaha itu memiliki prospek yang bagus. Pada era 1990-an, kawasan ini pun semakin terkenal sebagai sentra jeans di Kota Bandung. Saat harihari libur maupun hari kerja , kawasan ini ramai dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah dari seluruh Indonesia dan mancanegara . (Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata kota Bandung, 2015) Cihampelas sendiri sudah berkembang menjadi daerah pariwisata dan perdagangan yang sudah dikenal untuk kondisi jeans Cihampelas sendiri akan diterangkan pada tabel 1.4 dibawah berikut. Tabel 1.4 Profil Sentra Industri Jeans Cihampelas Tahun 2012 Nama industri
Sentra industri perdagangan jeans Cihampelas
Daerah
Jalan Cihampelas kecamatan bolong
Unit usaha
59
Nilai investasi
Omzet 227,5 jt per hari
Jumlah tenaga kerja
352
Keunggulan
Model – model jeans selalu up to date
Sumber: Dinas Koperasi UMKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung (2012) Bukan hanya sebagai sentra UMKM di kota Bandung tetapi juga sudah menjadi land mark kota Bandung dengan arsitektur toko yang sangat menarik untuk dilihat seperti yang terlihat di bawah berikut (Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata kota Bandung, 2015)
Gambar 1.1 Kumpulan Gambar Daerah Industri Jeans Cihampelas
Sumber : Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata kota Bandung (2015) 1.2 Latar Belakang Penelitian Pada akhir tahun 2015 tepatnya pada tanggal 31 Desember 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan mulai diberlakukan. MEA sendiri adalah bentuk Integrasi Ekonomi ASEAN. Untuk mewujudkan MEA tersebut, para pemimpin negara ASEAN pada KTT ASEAN ke-13 pada bulan November 2007 di Singapura, mengahsilkan ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint, sebagai acuan seluruh negara anggota dalam mengimplementasikan komitmen MEA. Melalui cetak biru MEA, ASEAN telah melaksanakan berbagai pembangunan. Antara lain adalah dengan pelaksanaan pembangunan fasilitas perdagangan pada sektor informasi, teknologi, dan transportasi. Pengimplementasian ASEAN Single window atau pengintegrasian sistem kargo di masing-masing negara, serta harmonisasi kebijakan seperti adanya standar atau sertifikasi produk buatan ASEAN dengan Mutual Recognation Arrangement (MRA) juga merupakan bagian dari agenda ASEAN untuk mencapai MEA 2015 (Kementerian Luar Negeri , 2014). MEA yang akan segera berjalan akan membawa peluang dan ancaman bagi ekonomi Indonesia dimana bisa menambah atau mengurangi pendapatan negara, untuk Indonesia sendiri UMKM memberi sumbangan PDB yang cukup besar dimana menyumbang sebesar 54,55% pada 2012 yang berarti peranan UMKM cukup signifikan dalam pembangunan ekonomi Indonesia Syarief Hasan (2012), menyatakan Pembenahan UMKM dibutuhkan agar penuntasan kemiskinan melalui pertambahan kesempatan kerja dan menciptakan industri dengan orientasi ekspor. UMKM di Indonesia juga telah terbukti tangguh dalam menghadapi krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1998 lalu. Karena itu, Kemenkop dan UMKM sudah membuat rencana strategis sampai tahun 2014.
Diantaranya dengan meningkatkan iklim usaha, meningkatkan akses pada sumber daya produktif, mengembangkan produk dan pemasaran, serta meningkatkan daya saing.(www.rakyatmerdekaonline.com ,2012) MS Hidayat (2010) , mengungkapkan terjadinya kenaikan posisi Indonesia di dalam World Economic Forum (WEF) dari nomor 52 naik ke peringkat 38. Indonesia hanya berada di bawah Singapura dan Malaysia tetapi sejajar dengan Thailand dengan indeks 4.1. Tetapi menurut beliau Indonesia mempunyai potensi untuk memperbaiki posisi dalam waktu 2 tahun dan dapat mengungguli
Singapura dan Malaysia.
Sementara itu, dari pihak Kementerian Perindustrian telah melaksanakan pembinaan dan pemberdayaan terhadap sektor industri kecil menengah (IKM) yang merupakan bagian dari sektor UMKM. Dalam menghadapi MEA 2015, masih banyak peluang UMKM untuk meraih pangsa pasar dan peluang investasi, maka dari itulah dibutuhkan strategi yang tepat guna (finance.detik.com, 2010) Ragimun (2012) menerangkan terdapat beberapa kendala UMKM yang harus diwaspadai untuk pengembangan UMKM di Indonesia, salah satu yang sering dialami negara-negara berkembang termasuk Indonesia antara lain adalah masalah kurangnya bahan baku yang harus diimpor dari negara lain untuk proses produksi. Disamping itu pemasaran barang, permodalan, ketersediaan energi, infrastruktur dan informasi juga merupakan permasalahan yang sering muncul kemudian, termasuk masalah-masalah non fisik seperti tingginya inflasi, skill, aturan perburuhan dan lain sebagainya. Menurut Tambunan (2010) , Indonesia sendiri masih mempunyai hambatan yang tidak jauh berbeda seperti negara ASEAN lainnya , seperti yang di jelaskan pada tabel 1.5 dibawah berikut. Tabel 1.5 Kendala UMKM Negara ASEAN
Sumber : Tulus Tambunan (2010) Saat ini, struktur ekspor produk UMKM Indonesia banyak berasal dari industri pengolahan seperti furniture, makanan dan minuman, pakaian jadi atau garmen, industri kayu dan rotan, hasil pertanian terutama perkebunan dan perikanan, sedangkan di sektor pertambangan masih sangat kecil (hanya yang berhubungan dengan yang batu- batuan, tanah liat dan pasir). Secara rinci barang ekspor UMKM antara lain alat-alat rumah tangga, pakaian jadi atau garmen, batik, barang jadi lainnya dari kulit, kerajinan dari kayu, perhiasan emas atau perak, mainan anak, anyaman, barang dari rotan, pengolahan ikan, mebel, sepatu atau alas kaki kulit, arang kayu/tempurung, makanan ringan dan produk bordir. Sedangkan bahan baku utama produksi UMKM yang digunakan adalah bahan baku lokal sisanya dari impor seperti plastik, kulit dan beberapa zat kimia (Kementerian Keuangan, 2013). Menurut Abidin (2011) UMKM mempunyai kekuatan strategis dan penting dalam mempercepat pembangunan baik nasional dan daerah , dibuktikan dengan besarnya jumlah UMKM di Indonesia yaitu tercatat 48,9 Juta unit dan memberikan kontribusi 53,28% PDB, dan 96,18% tenaga kerja Indonesia terserap kedalamnya selain itu pertumbuhan PDB UMKM dengan minyak dan gas (Migas) dan tanpa migas ternyata tidak berbeda jauh, hanya pada PDB tanpa migas tumbuh sedikit lebih besar .
Tabel 1.6 Laju Pertumbuhan UMKM Indonesia No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Indikator
Satuan
Jumlah UMKM Pertumbuhan Jumlah UMKM Jumlah Tenaga Kerja UMKM Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja UMKM Sumbangan PDB UMKM (harga konstan) Pertumbuhan sumbangan PDB UMKM
Unit
52 764 603
53 823 732
55 206 444
56 534 592
Persen
2,64
2,01
2,57
2,41
Orang
96 211 332
99 401 775
101 722 458
107 657 509
Persen
2,33
3,32
2,33
5,83
Rp. Miliar
1 212 599,30
1 282 571,80
1 369 326,00
1 504 928,20
Persen Rp. Miliar
4,02
5,77
6,76
9,90
162 254,52
175 894,89
187 441,82
208 067,00
Persen
-8,85
8,41
6,56
11,00
Nilai Ekspor UMKM Pertumbuhan Nilai Ekspor UMKM
2009
2010
2011
2012
Sumber : Badan pusat statistik (2012) Data pertumbuhan UMKM selama 4 (empat) tahun di atas, tampak bahwa UMKM berperan besar dalam penyerapan tenaga kerja dan juga menyumbang pemasukan negara dimana dari tabel di atas sumbangan yang diberikan terus bertumbuh. Peran UMKM dalam perekonomian nasional dinilai sangat strategis. Sektor ini juga dianggap sebagai penyelamat krisis yang dihadapi Indonesia sejak tahun 1997 karena fleksibilitasnya dalam menyiasati perubahan dan kemampuannya menyerap tenaga kerja sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan. Ketahanan UMKM dalam menghadapi krisis ekonomi diharapkan dapat menolong perekonomian Indonesia menghadapi krisis global yang bermula dari krisis keuangan di Amerika (news.okezone.com, 2010). Pada tahun 2011 UMKM mampu berandil besar terhadap penerimaan negara dengan menyumbang 57,4 % pemasukan PDB melalui pembayaran pajak, yang diuraikan sebagai berikut : sektor usaha mikro menyumbang 36,28 % PDB, sektor usaha kecil 10,9 %, dan sektor usaha menengah 14,7 % melalui pembayaran pajak. Sementara itu, sektor usaha besar hanya menyumbang 38,1 % PDB melalui pembayaran pajak. Sebagian besar (hampir 99 %), UMKM di Indonesia adalah usaha mikro di sektor informal dan pada umumnya menggunakan bahan baku lokal dengan pasar lokal. Itulah sebabnya tidak terpengaruh secara langsung oleh krisis global. Laporan WEF 2010 menempatkan pasar Indonesia pada ranking ke-15. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sebagai pasar yang potensial bagi negara lain. Potensi ini yang belum dimanfaatkan oleh UMKM secara maksimal. (Kementerian Keuangan, 2013).
Bagi
Indonesia
yang
mempunyai 56.534.592 unit UMKM pada 2012 dengan pertumbuhan sekitar 2,41 % dari tahun 2011, UMKM berperan besar terhadap perekonomian Indonesia dengan memberikan sumbangan 57,4% dari total PDB Indonesia tahun 2012. Tetapi pada Global Competitive Index oleh WEF menempatkan Indonesia pada urutan ke 34 , di bawah sebagian negara ASEAN (Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand) menjadikan UMKM dan Pemerintah harus banyak berbenah untuk menaikan posisi Indonesia dalam perekonomian (www.weforum.org, 2014). Dalam rangka menuju Pasar Bebas ASEAN 2015,
dengan
berjalannya MEA 2015 akan memberikan beberapa tantangan yang tidak hanya bersifat internal di dalam negeri tetapi terlebih lagi persaingan dengan sesama negara
ASEAN dan negara lain di luar ASEAN seperti China dan India. Persaingan yang ketat ini akan berdampak pada harga yang kompetitif pula, bukan hanya komoditi/produk/jasa unggulan industri besar (UB), tetapi juga sektor UMKM karena kesamaan karakteristik produk. Menyadari peran UMKM sebagai kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar dan cukup dominan dalam perekonomian, maka pencapaian kesuksesan MEA 2015 mendatang juga akan dipengaruhi oleh kesiapan UMKM.
UMKM sendiri di kota Bandung
mempunyai peran vital dalam penyerapan tenaga kerja dan juga peningkatan kesehjahteraan masyarakat kota Bandung. Di kota Bandung sendiri terdapat 30 sentra industri dimana menurut pemerintah kota bandung hanya terdapat 7 sentra industri yang berpotensial yaitu sentra industri sepatu Cibaduyut, sentra industri Rajut Binong, sentra industri kaos Suci, sentra industri perdagangan jeans Cihampelas, sentra industri tekstil Cigonewa, sentra industri tahu tempe Cibuntu, dan sentra industri boneka Sukamulya , tetapi terdapat keunikan pada Sentra Industri Jeans Cihampelas dimana selain menjadi tempat penjualan tetapi pada perkembangannya juga menjadi landmark kota Bandung yang menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Pada observasi awal, menurut bapak Daniel Roat yang merupakan kepala toko Spiderman Cihampelas. Masalah yang sekarang dihadapi oleh Sentra Industri Jeans Cihampelas adalah kebijakan pemerintah yang kurang memihak dan kurangnya dukungan pemerintah seperti menyediakan tempat parkir dan banyaknya pedagang kaki lima yang memperpadat daerah Cihampelas yang bisa mengurangi lahan parkir yang secara langsung mempersulit datangnya turis dan pembeli. Jeans Cihampelas saat ini sangatlah penting untuk dipertahankan dan dikembangkan diaman emiliki posisi penting, bukan saja dalam penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan masyarakat di daerah, dalam banyak hal mereka menjadi perekat dan menstabilkan masalah kesenjangan sosial. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dirasa perlu dilakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan strategi agar dapat mengidentifikasi faktor internal dan juga eksternal yang dapat menjadi pertimbangan dalam pengembangan strategi untuk UMKM Sentra Industri Jeans Cihampelas agar mampu memanfaatkan peluang yang ada dan mampu bertahan dari banyaknya pesaing .
1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian serta penjelasan yang telah dikemukakan pada latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi lingkungan internal UMKM di sentra industri jeans Cihampelas Kota Bandung? 2. Bagaimana kondisi lingkungan eksternal UMKM di sentra industri jeans Cihampelas Kota Bandung? 3. Bagaimana strategi daya saing UMKM di sentra industri jeans Cihampelas Kota Bandung dengan menggunakan analisis SWOT? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui kondisi lingkungan internal UMKM di sentra industri jeans Cihampelas kota Bandung? 2. Mengetahui kondisi lingkungan eksternal UMKM di sentra industri jeans Cihampelas kota Bandung? 3. Mengetahui strategi daya saing UMKM di sentra industri jeans Kota Bandung dengan menggunakan analisis SWOT? 1.5 Kegunaan Penelitian 1) Aspek Praktis Diharapkan dengan adanya penelitian ini maka dapat memberi suatu masukan dari berbagai keadaan dan faktor penting agar Jeans Cihampelas dapat menerapkan strategi yang baik. 2) Aspek Akademis Penelitian ini memberikan kontribusi secara Akademis untuk studi manajemen strategi khususnya strategi daya saing UMKM. Sehingga dapat membuka Ruang dalam penelitian selanjutnya (Research Gap).
1.6 Sistematika Penulisan Laporan Penelitian
Pada laporan penelitian “Strategi Pengembangan Daya Saing Usaha Mikro,Kecil dan Menengah (UMKM): Studi Kasus Pada Sentra Industri Jeans Cihampelas” memiliki sistematika sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan Bab ini berisikan tentang uraian gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Pustaka dan Lingkup Penelitian Bab ini menguraikan tentang hasil kajian kepustakaan yang berkaitan dengan topik dan variabel penelitian . BAB III : Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang metode dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisa data yang mampu menjawab atau menjelaskan masalah penelitian. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab yang menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan dari data yang telah diperoleh. BAB V : Kesimpulan dan Saran Bab ini menjelaskan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan saran yang diberikan penulis terhadap masalah yang terjadi di dalam penelitian.