1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah salah satu sarana untuk meningkatkan perekonomian negara, dimana perusahaan dikelolah secara bersama-sama dengan menggunakan manajemen. Manajemen yang baik harus dapat memanfaatkan
kesempatan
dimasa mendatang serta meningkatkan nilai perusahaan, sehingga perusahaan tersebut dapat mencapai laba yang optimal dan dapat tetap bertahan untuk kelangsungan hidupnya. Tujuan utama berdirinya sebuah perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan para pemilik modal. Tujuan tersebut dapat dilihat dari tingkat laba yang diperoleh oleh perusahaan untuk suatu periode tertentu, dimana pada akhirnya laba tersebut akan dibagikan kepada para investor. Investasi merupakan penanaman modal pada salah satu aktiva atau lebih dengan jangka waktu tertentu dan diputuskan oleh seorang manajer keuangan. Keputusan mengenai investasi sangat berpengaruh dalam kinerja perusahaan karena keputusan tersebut menyangkut masalah sumber dana untuk investasi dan yang paling penting yaitu harapan dari investasi itu sendiri (expected return). Tentunya harapan investor dalam berinvestasi adalah untuk mendapatkan keuntungan (return). Investasi dapat ditanamkan pada aktiva tetap (fix asset) dan pada aktiva lancar atau yang sering dikenal dengan modal kerja (working capital).
2
Modal kerja merupakan dana untuk membiayai operasi perusahaan seharihari, seperti membeli bahan baku persediaan, membayar gaji pegawai, ataupun beban lainnya yang harus dikeluarkan selama beroperasinya perusahaan tersebut. Perusahaan harus memiliki modal kerja yang cukup agar dapat mengatasi permasalahan keuangan yang mungkin timbul seperti permasalahan melunasi kewajiban jangka pendek, inflasi, kerugian, kelangkaan bahan baku persediaan ataupun permasalahan keuangan lainnya. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup tentu tidak dapat memperluas produksinya, sehingga keuntunganpun
akan
berkurang,
perusahaan
tidak
mampu
membayar
kewajibannya tepat waktu dan akan mengalami masalah likuiditas. Investasi yang ditanamkan pada modal kerja tersebut diharapkan akan dapat kembali ke perusahaan dalam jangka waktu yang pendek melalui hasil penjualan. Dimana hasil penjualan tersebut akan digunakan kembali untuk kegiatan operasi dan sebagian keuntungan tersebut akan dibagikan kepada para investor. Dengan demikian dana tersebut akan kembali berputar dalam modal kerja. Semakin cepat perputaran modal kerja dinilai akan semakin baik, semakin cepat modal kerja berputar dalam satu periode akan semakin besar pula return
yang akan di
hasilkan. Menurut Prof. Dr. Manahan P. Tampubolon (2005:55) “ manajemen modal kerja secara kolektif mencakup aktiva dan pasiva lancar dalam jangka pendek, sedangkan modal kerja netto menggambarkan perbedaan antara aktiva lancar dan pasiva lancar dari suatu korporasi. Dengan demikian, dalam manajemen modal kerja sangat berkaitan dengan manajemen investasi dalam aktiva lancar serta
3
kebijakan dalam pasiva lancar”. Menurut Agus Hajito dan Martono (2011:75) dikemukakan bahwa perhatian utama dalam manajemen modal kerja adalah pada manajemen aktiva lancar (gross working capital) perusahaan, yaitu kas, sekuritas, piutang, persediaan serta pendanaan (terutama kewajiban lancar atau jangka pendek) yang diperlukan untuk mendukung aktiva lancar. Perusahaan selalu menginginkan return disetiap operasinya agar return tersebut dapat digunakan kembali dalam operasi yang akan datang dan membayar kewajibannya. Begitu pula dengan investor selalu menginginkan return disetiap investasinya,
oleh
karena
itu
perusahaan
harus
dalam
keadaan
yang
menguntungkan agar investor dapat berminat dalam meginvestasikan dananya di perusahaan tersebut. Return on assets/Rentabilitas menurut Suad Husnan dan Eny Pudjiastuti (2006:72) adalah “rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba operasi perusahaan”. Sedangkan menurut K. R. Subramanyam dan John. J.Will (2008:9) “laba operasi (operating income) merupakan suatu pengukuran laba perusahaan yang berasal dari aktivitas operasi”. Manfaat dari penilaian return on assets selain untuk mendapatkan return juga untuk mengetahui pertumbuhan kinerja perusaan, mengevaluasi kinerja perusahaan dan menentukan kebijakan yang akan datang. Menurut Toto Prihadi (2010:138) return on assets dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu Return On Sales (ROS), Return On Equity (ROE), Return on assets (ROA). ROA adalah tingkat return on assets yang dikaitkan dengan penggunaan aset. Rasio ini menunjukkan kemampuan modal yang ditanamkan
4
terhadap keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk menghasilkan laba. Laba atas aset tersebut adalah perhitungan return on assets perusahaan dengan didasarkan atas net income (laba bersih) dibagi dengan total asset (total aktiva) perusahaan, baik yang diinvestasikan di dalam maupun di luar perusahaan. Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nita Kripsianti (2013) mengenai Pengaruh Fixed Asset dan Net Working Capital terhadap Profitabilitas dikatakan bahwa “Penggunaan ROA dapat dipakai untuk mengetahui tingkat keuntungan bersih yang diperoleh seluruh modal kerja yang telah diinvestasikan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan perusahaan.” Objek penelitian ini adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk. peroide 2000-2012. PT Indofood Sukses Makmur Tbk. adalah perusahaan yang bergerak pada bidang produksi makanan (food and beverages). Menurut Martono dan D. Agus Hardjito (2002:76) pada skripsi Temi Apriani dikatakan bahwa “Investasi dimana biaya eksplisit pendanaan jangka pendek lebih kecil dari pendanaan jangka panjang digunakan untuk mendukung investasi dalam modal kerja aktiva lancar, maka return on assets atau kemampuan perusahaan memperoleh laba semakin besar”. Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi modal kerja sangat penting dalam suatu perusahaan, penggunaan modal kerja yang efektif dan efisien dapat mempercepat perputaran modal kerja, sehingga return on assets yang diharapkan ikut meningkat. Namun pada kenyataanya, pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk. pada tahun tertentu ketika unsur-unsur modal kerja tersebut mengalami peningkatan tetapi return on
5
assets yang dihasilkan perusahaan justru mengalami penurunan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Perputaran Kas, perputaran Piutang, Perputaran Persediaan dan ROA PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Periode 31 Desemeber 2000- 31 Desember 2012 No. Tahun Perputaran Perputaran Perputaran ROA Kas (kali) Piutang (kali) Persediaan (kali) 7.93 1. 2000 5,40 0,05 15.72 12.95 2. 2001 5,25 0,06 16.64 14.95 3. 2002 5,08 0,05 14.62 12.33 4. 2003 5,40 0,04 13.13 12.26 5. 2004 5,91 0,02 13.14 15.87 6. 2005 5,76 0,01 13.14 15.87 7. 2006 5,91 0,04 14.75 8.80 8. 2007 5,94 0,03 15.54 8.81 9. 2008 5,83 0,03 17.65 8.55 10. 2009 4,82 0,05 17.74 5.15 11. 2010 4,82 0,06 17.63 3.86 12. 2011 5,38 0,09 17.07 3.79 13. 2012 5,10 0,08 16.81 Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah maret 2013)
Berdasarkan table 1.1 diketahui bahwa pada tahun 2000 dalam satu periode kas dapat berputar sebanyak 7,93 kali, piutang berputar sebanyak 15,72 kali, persediaan berputar sebanyak 5,40 kali dan ROA yang dihasilkan sebesar 0,05 atau 5 %. Tahun 2001 perputaran kas dan piutang mengalami kenaikan begitupun pada ROA nya, namun perputaran persediaan mengalami penurunan. Pada tahun 2002 perputaran kas mengalami kenaikan, namun pada tahun ini tidak hanya persediaan saja yang menurun tetapi piutang dan ROA nyapun mengalami penurunan.
6
Pada tahun 2003-2004 perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan mengalami peningkatan, tetapi perputaran ROA justru mengalami penurunan. Ketika tahun 2005 perputaran kas dan perputaran piutang mengalami peningkatan, namun perputaran persediaan dan ROA justru mengalami penurunan. Sebaliknya pada tahun 2006 semua variabel mengalami peningkatan. Tahun 2007 perputaran kas dan ROA mengalami penurunan, namun perputaran piutang dan perputaran persediaan mengalami sedikit peningkatan. Pada tahun 2008 perputaran kas dan perputaran piutang mengalami kenaikan, namun perputaran persediaan dan ROA mengalami penurunan. Lalu pada tahun 2009 perputaran kas dan ROA mengalami penurunan, tetapi hal ini tidak diiringi dengan peningkatan perputaran piutang dan perputaran persediaan. Pada tahun 2010-2011 perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan mengalami peningkatan namun ROA nya justru meningkat. Di tahun 2012 semua variabel mengalami penurunan.
7
Grafik 1.1 Perputaran Kas, perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Periode 31 Desemeber 2000- 31 Desember 2012 20.00 18.00
14.62
16.00 14.00
12.33 12.26
10.00
6.00 4.00 2.00
15.87
15.87
15.72 13.13 13.14 12.95 14.95
12.00
8.00
17.63
17.74 16.64
7.93
17.65 15.54 14.75
17.07
16.81
13.14
Perputaran Kas 8.80 8.81
8.55
5.15 5.91 5.94 5.83 5.91 5.76 5.38 5.10 5.40 5.25 5.08 5.40 4.82 4.82 3.86 3.79
Perputaran Piutang Perputaran Persediaan
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah mei 2013)
Berdasarkan grafik 1.1 dapat diketahui bahwa pada tahun 2000 perputaran kas sebesar 7,93 kali, keadaan ini menunjukkan seberapa besar tingkat penjualan dibandingkan dengan rata-rata kas. Pada 2001 perputaran kas mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2002, namun pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2004 perputaran kas mengalami penurunan. Pada tahun 2005 dan 2006 perputaran kas mengalami peningkatan, dimana pada tahun ini merupakan perputaran kas tertinngi yaitu dengan nilai 15,87 kali. Selanjutnya pada tahun 2007 perputaran kas mengalami penurunan dan pada tahun 2008 sempat mengalami kenaikan. Pada tahun 2009-2012 perputaran kas terus mengalami penurunan, dimana pada tahun 2011 perputaran kas adalah 3,86 kali keadaan ini
8
merupakan tingkat perputaran terendah selama tahun 2000-2012. Perputaran kas pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk. dapat dikatakan tidak setabil karena mengalami kenaikan dan penurunan. Perputaran piutang pada tahun 2009 sebesar 15,74 kali, keadaan ini menunjukkan seberapa besar tingkat penjualan dibandingkan dengan rata-rata piutang. Pada tahun 2001 perputaran piutang mengalami kenaikan, pada tahun 2002-2003 perputaran piutang mengalami penurunan dan pada tahun 2004-2009 perputaran piutang meningkat kembali. Namun pada tahun 2010-2012 perputaran piutang mengalami penurunan. Perputaran piutang pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk. dapat dikatakan stabil. Perputaran persediaan pada tahun 2000 sebesar 5,40 kali, keadaan ini menunjukkan seberapa besar harga pokok penjualan dibandingkan dengan ratarata penjualan. Pada tahun 2001-2002 perputaran persediaan mengalami penurunan, namun pada tahun 2003-2004 perputaran persediaan mengalami kenaikan. Tahun 2005 perputaran persediaan kembali mngalami penurunan dan pada tahun 2006-2007 perputaran persediaan sedikit mengalami peningkatan. Namun pada tahun 2008-2010 mengalami penurunan kembali, dimana perputaran persediaan tahun 2010 merupakan perputaran dengan nilai terendah yaitu sebesar 4,82 kali. Kemudian tahun 2011 perputaran persediaan meningkan dan turun kembali tahun 2012. Perputaran persediaan pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk. dapat dikatakan stabil, karena pada grafik, pertumbuhan perputaran tersebut hampir membentuk garis lurus.
9
Grafik 1.2 Return on assets (ROA) PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Periode 31 Desemeber 2000- 31 Desenber 2012 0.10
0.09
0.09 0.08
0.08
0.07 0.06 0.05 0.04 0.03
0.06
0.06 0.05
0.05
0.03 0.02 0.03
0.02 0.01
0.05
0.04
0.04
0.01
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah mei 2013)
Dari grafik 1.2 diatas dapat diketahui bahwa ROA perusahaan pada tahun 2000 adalah 0,05 atau 5%, artinya dari seluruh aset yang dimiliki perusahaan menghasilkan laba sebesar 5%. Pada tahun 2001 ROA perusahaan mengalami peningkatan, namun pada tahun 2002 ROA perusahan mengalami penurunan sampai dengan tahun 2005. ROA pada tahun 2005 adalah nilai ROA terendah selama tahun 2000-2012. Pada tahun 2006 ROA perusahaan kembali meningkat, namun pada tahun 2007-2008 ROA perusahaan pengalami penurunan. Kemudian tahun 2009-2011 ROA perusahaan terus mengalami kenaikan, dimana ROA tahun 2011 merupakan nilai ROA terbesar selama tahun 2000-2012 yaitu 0,09 atau dari seluruh aset yang ditanamkan akan mendapatkan keuntungan sebesar 9%. Lalu tahun 2012 sedikit mengalami penurunan di bandingkan tahun sebelumnya.
10
Peningkatan yang terjadi pada perputaran kas dan perputaran piutang dikarenakan meningkatnya penjualan bersih perusahaan, namun ketika mengalami penurunan
dikarenakan
rata-ratanya
meningkat.
Peningkatan
perputaran
persediaan dikarenakan harga pokok penjualan barang meningkat sedangkan penurunannya dikarenakan meningkatnya rata-rata persediaan. Pada ROA terjadi penurunan dikarenakan laba bersih perusahaan menurun dan mengalami peningkatan dikarenakan total aktiva perusahaan yang meningkat. Ketika investasi pada perputaran kas meningkat, perputaran piutang, perputaran persediaan dan ROA justru mengalami penurunan pada tahun 2002, dan sebaliknya pada tahun 2011 ketika perputaran kas mengalami penurunana, perputaran piutang, perputaran persediaan dan ROA nya justru mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 perputaran kas dan perputaran piutang mengalami peningkatan sedangkan perputaran persediaan dan ROA perusahaan mengalami penurunan, dan sebaliknya pada tahun 2006 ketika perputaran kas dan perputaran piutang mengalami penurunan, perputaran persediaan dan ROA justru mengalami peningkatan. Tahun 2009-2011 ketiga variabel independen (modal kerja) mengalami penurunan beturut-turut, namun hal ini tidak diikuti oleh ROA nya yang justru mengalami peningkatan. Seharusnya alokasi dana pada modal kerja berpengaruh positif terhadap return on assets perusahaan, karena alokasi dana pada modal kerja merupakan aset yang dapat mendukung oprasional perusahaan. Namun pada tahun-tahun tertentu ketika terjadi peningkatan perputaran modal kerja yang dapat diukur dengan perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan yang
11
meningkat, justru return on assets perusahaan mengalami penurunan ataupun sebaliknya. Dari fenomena tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat Perputaran Modal Kerja Terhadap Return On Assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 2000-2012”.
1.2 Identifikasi Masalah Masalah yang akan di angkat pada skripsi ini adalah seberapa besar pengaruh dari modal kerja yang dilihat dari tiga dimensi yaitu tingkat perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap return on assets (ROA) perusahaan. Dimana modal kerja yang baik akan meningkatkan return on assetsnya. Manajer keuangan harus dapat menentukan dan memprediksikan modal kerja yang optimal agar dapat efisien dan efektif dalam penggunaannya. Manajer keuangan juga harus menentukan besarnya investasi modal kerja tersebut pada akun kas, piutang dan persediaan. Karena dengan modal kerja yang berlebihan akan membuat dana tidak produktif, sedangkan modal kerja yang kurang akan menghambat
perusahaan
dalam
memperluas
produksinya,
sehingga
keuntunganpun akan berkurang dan menimbulkan masalah likuiditas bagi perusahaan. Besarnya investasi yang akan ditanamkan pada akun kas harus ditentukan dengan baik. Seperti pada modal kerja, kas perusahaan yang mengalami kekurang dapat menyebabkan tidak likuidnya perusahaan. Dimana perusahaan tidak mampu
12
memenuhi kewajiban jangka pendeknya ataupun membayar kewajiban tak terduga seperti memperbaiki kerusakan listrik ataupun mesin produksi. Sedangkan apabila kas berlebihan tentunya tidak akan menjadi produktif, karena cendrung terjadi pengendapan dana (idle fund). Investasi pada akun kas yang tinggi dinilai tidak baik, karena investasi pada akun ini memberikan keuntungan paling rendah diantara investasi lainnya. Tidak hanya investasi pada akun kas, piutang pun harus diperhitungkan dengan baik. Penjualan produk secara kredit atau yang lebih dikenal dengan piutang, artinya perusahaan baru akan menerima pembayaran penjualan pada waktu yang akan datang sesuai dengan perjanjian pada saat penjualan. Piutang yang terlalu besar akan menghambat perusahaan dalam memperoleh keuntungan dan membeli kembali harga pokok bahan baku yang akan diproduksi berikutnya. Dengan piutang yang terlalu besar pula artinya
perusahaan juga harus siap
dengan adanya piutang yang tidak dapat tertagih, sebab pada kenyataannya ada pembeli yang tidak mampu melunasi hutang karena beberapa faktor. Piutang yang terlalu kecilpun akan menjadi tidak baik, karena belum tentu pihak pembeli mampu membayar produk yang perusahaan jual secara tunai. Jika pembeli yang mampu membayar tunai hanya sedikit, artinya penjualan perusahaanpun akan sedikit, keuntungan yang diterimapun akan sedikit dan kemampuan perusahaan dalam membeli bahan baku yang akan diproduksi berikutnyapun akan sedikit pula. Oleh karena itu lebih baik perusahaan memiliki piutang dari pada penjualan perusahaan rendah. Namun tentunya piutang tersebut dengan jangka waktu pelunasan yang tidak terlalu lama, agar perputaran piutang semakin tinggi.
13
Begitupun pada akun persediaan, adanya risiko kesalahan dalam menentukan besarnya alokasi persediaan yang dibutuhkan perusahaan untuk di produksi akan sangat berpengaruh terhadap return on assets perusahaan. Alokasi yang terlalu besar dapat menyebabkan persediaan tidak produktif, bahkan persediaan yang disimpan terlalu lama bisa menjadi rusak. ditambah produksi yang terlalu tinggi akan menyebabkan terlalu banyaknya produk yang tersimpan, sedangkan belum tentu produk tersebut akan langsung terjual, apa lagi pada produk food and beverages ini memiliki masa kadaluarsa yang relatif cepat. Namun di sisi lain alokasi persediaan yang sedikit dapat menghambat berjalannya kegiatan produksi dikarenakan tidak cukup siapnya bahan baku yang akan diproduksi (Ready Stock). Selain itu keadaan perekonomian pun dapat mempengaruhi investasi pada akun persediaan seperti dari segi harga jika terjadinya inflasi atau perubahan nilai mata uang asing dapat menyebabkan harga pokok pembelian bahan baku menjadi meningkat. Oleh karena itu semakin cepat persediaan dapat di produksi dan dijual kembali menjadi kas lalu di belikan lagi persediaan, dinilai akan semakin baik. Kesalahan dalam menentukan besarnya investasi tersebut akan berpengaruh terhadap lambatnya tingkat perputaran kas, tingkat perputaran piutang dan tingkat perputaran persediaan. Yang berarti lambatnya tingkat perputaran modal kerja, sedangkan semakin lambat perputaran modal kerja akan mengurangi return on assets perusahaan. Hubungan antara subvariabel tingkat perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap return on assets pada perusahaan tersebut menunjukkan fenomena yang berbeda. Hal tersebut juga
14
didukung dengan adanya hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan beberapa research gap untuk beberapa variabel yang berpengaruh terhadap return on assets.
1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka perumusahan masalah penelitian ini adalah: 1. Seberapa besar pengaruh dari perputaran kas terhadap perolehan return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk. periode 2000-2012? 2. Seberapa besar pengaruh dari perputaran piutang terhadap perolehan return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk. periode 2000-2012? 3. Seberapa besar pengaruh dari perputaran persediaan terhadap perolehan return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk. periode 2000-2012? 4. Seberapa besar pengaruh tingkat perputaran modal kerja (tingkat perputaran kas, tingkat perputaran piutang dan tingkat perputaran persediaan) terhadap perolehan return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk. periode 20002012?
1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris dari pengaruh perputaran kas terhadap return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
15
2. Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris dari pengaruh perputaran piutang terhadap return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 3. Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris dari pengaruh perputaran persediaan terhadap return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 4. Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris dari pengaruh tingkat perputaran modal kerja (tingkat perputaran kas, tingkat perputaran piutang dan tingkat perputaran persediaan) terhadap perolehan return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
1.5 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Teoritis Manfaat teoritis yang bisa diambil dengan adanya penelitian ini adalah untuk memperkaya khasanah penelitian mengenai investasi pada modal kerja terhadap return on assets yang menjadi tujuan penting perusahaan dalam kelangsungan usahannya. 2. Praktisi a. Bagi Perusahaan Memberikan sumbangan informasi yang dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengelola modal kerjanya khususnya kas, piutang, dan persediaan beserta perputarannya. Maka untuk masa yang
16
akan datang pihak manajemen dapat lebih cermat dan teliti dalam meningkatkan efisiensi modal kerja dan laba perusahaan. b. Bagi Universitas Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan topik tentang pengaruh perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan terhadap return on assets pada perusahaan food and beverage PT Indofood Sukses Makmur Tbk. c. Bagi Peneliti Dapat menambah dan mengembangkan wawasan peneliti khususnya mengenai pengaruh perputaran modal kerja, yaitu perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan dalam memperoleh keuntungan suatu perusahaan.
1.6 Kerangka Pemikiran Menurut Prof. Dr. Sugiyono (2011:65), “kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. a. Landasan Teori Perusahaan yang baik harus mampu memperhitungkan berapa besar tingkat modal kerja agar perusahaan dapat memenuhi kewajiban jatuh tempo (likuiditas). Tingkat keamanan perusahaan (margin safety) dapat dilihat dari besarnya aktiva lancar yang mampu menutupi hutang lancarnya. Namun modal kerja yang terlalu besar dapat menyebabkan dana mengendap (idle found) sehingga modal kerja
17
tersebut akan menjadi tidak produktif dan tidak efisein, yang pada akhirnya membuat perusahaan kehilangan kesempatan untuk menghasilkan laba. Perputaran modal kerja yang tinggi akan memberikan tingkat pengembalian yang tinggi pula. Sehingga semakin tinggi rasio ini akan semakin baik, artinya perusahaan mampu menggunakan asetnya secara efiesien. Pengembalian yang tinggi juga merupakan penilaian penting bagi investor untuk berinvestasi, dengan investasi tersebut perusahaan dapat menginvestasikan kembali pada modal kerjanya. Dengan komponen modal
kerja tersebut
dapat
diketahui
apakah
pengelolahan modal kerja sudah cukup efektif atau belum, sehingga dapat dilihat dari kenaikan atau penurunan tingkat perputaran modal kerja yang diukur dari tingkat perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan akan berpengarauh terhadap return on assets perusahaan. b. Paradigma Pemikiran Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma ganda dengan tiga variable independen yaitu perputaran kas (X1), perputaran piutang (X2), perputaran persediaan (X3) dan variable dependen yaitu return on assets (Y). paradigm tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.
18
Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran Pengaruh Modal Kerja Terhadap Return on assets Perputaran Kas (X1) Perputaran Modal Kerja (X)
Perputaran Persediaan (X1)
Return on assets (ROA) (Y)
Perputaran Piutang (X3)
1.7 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum di dasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik (Prof. Dr. Sugiyon, 2011:70). Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: Ho1 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara perputaran kas terhadap return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Ha1 : Terdapat pengaruh signifikan antara perputaran kas terhadap return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
19
Ho2 :
Tidak terdapat pengaruh signifikan antara perputaran piutang terhadap return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Ha2 :
Terdapat pengaruh signifikan antara perputaran piutang terhadap return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Ho3 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara perputaran persediaan terhadap return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Ha3 :
Terdapat pengaruh signifikan Perputaran Persediaan terhadap return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Ho4 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara tingkat perputaran modal kerja (tingkat perputaran kas, tingkat perputaran piutang dan tingkat perputaran persediaan) terhadap return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Ha4 :
Terdapat pengaruh signifikan antara tingkat perputaran modal kerja (tingkat perputaran kas, tingkat perputaran piutang dan tingkat perputaran persediaan) terhadap return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Modal Kerja Modal kerja merupakan dana untuk membiayai operasi perusahaan seharihari, seperti membeli bahan baku persediaan, membayar gaji pegawai, ataupun beban lainnya yang harus dikeluarkan selama beroperasinya perusahaan tersebut. Perusahaan harus memiliki modal kerja yang cukup agar dapat mengatasi permasalahan keuangan yang mungkin timbul seperti permasalahan melunasi kewajiban jangka pendek, inflasi, kerugian, kelangkaan bahan baku persediaan ataupun permasalahan keuangan lainnya. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup tentu tidak dapat memperluas produksinya, sehingga keuntunganpun akan berkurang dan perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya tepat waktu dan akan mengalami masalah likuiditas. 2.1.1 Pengertian Modal Kerja Definisi modal kerja menurut Drs. S. Munawir (2010:114) “Suatu analisa terhadap sumber modal kerja sangat penting bagi penganalisa intern maupun ekstern, disamping masalah modal kerja ini erat kaitannya dengan operasi perusahaan sehari-hari juga menunjukkan keamanan atau margin of safety para kreditur terutama kreditur jangka pendek. Adanya modal kerja yang cukup sangat penting bagi suatu perusahaan karena dengan modal kerja yang cukup itu memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi dengan seekonomis mungkin dan perusahaan tidak mengalami kesulitan atau menghadapi bahaya-bahaya yang
21
mungkin timbul karena adanya krisis atau kekacauan keuangan. Akan tetapi adanya modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif, dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena adanya kesempatan untuk memperoleh keuntungan telah disia-siakan. Sebaliknya adanya ketidak cukupan maupun miss-manajemen”. Menurut Drs. S. Munawir (2010:114) ada tiga konsep atau definisi modal kerja yang umum dipergunakan: 1. Konsep Kuantatif. Konsep ini menitik beratkan pada kwantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam mebiayai operasinya yang bersifat rutin atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk operasi jangka pendek, dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital). 2. Konsep Kwalitatif. Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek (net working capital), yaitu jumlah aktva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik perusahaan. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya (hutang jangka pendek) dan menunjukkan pula margin of protection atau tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek, serta menjamin kelangsungan operasi dimasa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan aktiva lancarnya.
22
3. Konsep Fungsionil. Konsep ini menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income) ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Penentu besar kecilnya modal kerja menurut Bambang Riyanto (2012:64) ada dua yaitu: periode perputaran atau periode terkaitnya modal kerja dan pengeluaran kas setiap harinya. Komponen penting dalam modal kerja Menurut Prof. Dr. Manahan P. Tampubolon (2005:55) adalah: a. Kas dan surat berharga. Dalam pemilihan besaran alat likuid antara kas dan surat berharga, manajer keuangan akan menghadapi masalah, seperti yang berkaitan dengan manajer oprasional. Penyediaan alat likuid kas yang “idle” seharusnya dapat ditempatkan dalam surat berharga yang dapat memberikan hasil. b. Piutang. Piutang ini terjadi karena korporasi menjual barang secara kredit, sehingga sangat berkaitan dengan manajemen kredit yang diberikan korporasi. c. Persediaan barang. Persediaan barang umumnya terdiri dari bahan baku, persediaan setengah jadi (dalam proses) dan barang jadi. Korporasi melakukan investasi dalam persediaan barang ini menyangkut opportunity cost dari modal yang tertanam dalam persediaan, biaya penyimpanan dan risiko kerusakan
23
barang. Sedangkan manfaat persediaan barang adalah untuk memenuhi permintaan khususnya di dalam jumlah besar dan tak terduga. 2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan bukan merupakan hal yang mudah, karena modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut (Munawir, 2010:116): 1. Sifat atau jenis perusahaan Kebutuhan modal kerja tergantung pada jenis dan sifat dari usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan. Modal kerja dari perusahaan jasa relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri, karena untuk perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun persediaan. Kebutuhan uang tunai untuk membayar pegawai maupun untuk membiayai operasinya dapat dipenuhi dari penghasilan atau penerimaan-penerimaan saat itu juga, sedangkan piutang biasanya ditagih dalam waktu relatif pendek. Bagi perusahaan industri dibutuhkan modal kerja yang lebih besar karena perusahaan harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaan tidak mengalami kesulitan di dalam operasinya. 2. Waktu yang diperoleh untuk memproduksi barang yang akan dijual Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan jangka waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang yang akan dijual. Semakin
24
lama waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang, maka jumlah modal kerja yang diperlukan semakin besar. 3. Syarat pembelian dan penjualan Syarat kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan dan sebaliknya. Di samping itu modal kerja juga dipengaruhi oleh syarat penjualan. Semakin lunak kredit (jangka kredit lebih panjang) yang diberikan kepada langganan akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus ditanamkan dalam piutang. 4. Tingkat perputaran persediaan Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan semakin rendah. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan persediaan yang efisien. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan mengurangi risiko kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau perubahan selera konsumen, di samping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut. 5. Tingkat perputaran piutang Kebutuhan modal kerja juga dipengaruhi jangka waktu penagihan piutang. Apabila piutang terkumpul dalam waktu pendek berarti kebutuhan akan modal kerja semakin rendah atau kecil. Untuk mencapai tingkat perputaran piutang
25
yang tinggi diperlukan pengawasan piutang yang efektif dan kebijaksanaan yang tepat sehubungan dengan perluasan kredit, syarat kredit penjualan, maksimum kredit bagi langganan serta penagihan piutang. 6. Volume Penjualan Perusahaan membutuhkan modal kerja untuk mendukung kegiatan operasional pada saat terjadi peningkatan penjualan. Jika tingkat penjualan tinggi maka modal kerja yang diperlukan relatif tinggi, sebaliknya bila penjualan rendah dibutuhkan modal kerja yang rendah. 7. Faktor Musim dan Siklus Fluktuasi dalam penjualan yang disebabkan oleh faktor musim dan siklus akan mempengaruhi kebutuhan akan modal kerja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah modal kerja yang relatif pendek. Modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelang puncak penjualan. 2.2.3 Sumber Modal Kerja Menurut Munawir (2010:120) mengemukakan bahwa pada umumnya modal kerja suatu perusahaan berasal dari berbagai sumber, yaitu: 1. Hasil operasi perusahaan Modal kerja perusahaan yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan penghitungan laba rugi perusahaan. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.
26
2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek) Surat-surat berharga merupakan salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang. 3. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadikan atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja. 4. Penjualan saham atau obligasi Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya atau dengan menerbitkan obligasi. 5. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama sebagai tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat atau kebutuhan jangka pendek lainnya.
27
6. Kredit dari supplier Salah satu sumber modal kerja adalah kredit yang diberikan supplier. Material, barang-barang dan jasa bisa dibeli secara kredit. Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu hutang harus dilunasi, perusahaan hanya memerlukan modal kerja yang kecil. 2.2.4 Manfaat Modal Kerja Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi tergantung pada sifat dari current asset yang dimiliki seperti kas, efek, piutang, persediaan, tetapi working capital harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan modal yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan, di samping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan, juga akan memberikan keuntungan seperti yang disebutkan oleh Munawir (2010:116): 1. Melindungi perusahaan dari krisis modal kerja karena kekurangan aktiva lancar 2. Memungkinkan untuk membayar semua kewajiban tepat pada waktunya 3. Menjamin dimilikinya credit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan-kesulitaan keuangan yang mungkin terjadi 4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan barang dalam jumlah yang cukup untuk melayani konsumennya
28
5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberi syarat-syarat kredit yang lebih menarik bagi pelanggan 6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang dan jasa yang dibutuhkan. 2.2.5 Manajemen Modal Kerja Menurut Prof. Dr. Manahan P. Tampubolon (2005:55) Manajemen modal kerja merupakan manajemen aktiva lancar dan pasiva lancar. Manajemen modal kerja mempunyai beberapa pengertian penting bagi korporasi. Pertama, modal kerja menunjukkan besarnya investasi yang dilakukan korporasi dalam aktiva lancar dan klaim atas korporasi yang diwakili oleh hutang lancar. Kedua investasi dalam aktiva likuid, piutang dan persediaan barang adalah sensitif terhadap tingkat produksi dan penjualan. Kekurang cermatan perencanaan posisi aktiva lancar dapat menimbulkan masalah likuiditas. Korporasi harus dapat mengendalikan tingkat persediaan, piutang dan kas sehingga jumlahnya sesuai dengan yang direncanakan. Demikian juga dengan perencanaan hutang dagang, hutang dan pembayaran lainnya harus dilakukan dengan
cermat. Kurangnya perencanaan
yang cermat
dapat
menimbulkan penguapan arus kas (volatility) arus kas yang dapat membawa masalah kepada likuiditas. Keterkaitan masalah diatas dengan manajemen modal kerja adalah bertujuan untuk mencari tingkat (level) dari susunan aktiva lancar dan pasiva lancar yang optimal. Kaitan lainnya adalah masalah pembiayaan aktiva lancar dengan pilihan alternatif antara aktiva lancar dengan jaminan jangka panjang yang harus di
29
pertimbangkan. Tingkat (level) investasi dalam aktiva lancar ditentukan oleh trade off antara manfaat dan biayanya. Semakin besar posisi aktiva lancar, semakin besar biaya pengadaannya, disertai opportunity cost
dari investasi. Manfaat
tambahan akan semakin berkurang dengan bertambahnya jumlah modal kerja. 2.2.6 Perputaran Modal Kerja Menurut “Kamus Standar Akuntansi” (Ardiyos, 2006: 633) perputaran modal kerja (working capital turnover) adalah penjualan dibagi dengan rata-rata modal kerja. Perbandingan ini menunjukkan aktivitas badan usaha dalam menggunakan modal kerja untuk memperoleh penerimaan. Menurut Munawir (2010:80) untuk mengananlisis posisi modal kerja dapat juga menggunakan rasio lainnya, misalnya rasio antara aktiva lancar dengan total aktiva, rasio antara tiap pos-pos dalam aktiva lancar dengan total aktiva lancar, rasio antara total hutang lancar dengan total hutang, rasio antara tiap-tiap pos hutang lancar dengan total hutang lancar dan lain-lain. Untuk menilai keefektifan modal kerja dapat menggunakan rasio antara total penjualan dengan modal kerja rata-rata (working capital turnover). Rasio ini dapat menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan, dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah (Rp) modal kerja. Perputaran yang lama menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang disebabkan rendahnya perputaran persediaan, piutang, atau adanya saldo kas yang terlalu besar. Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar selama perusahaan tersebut dalam keadaan usaha. Perputaran modal kerja dimulai sejak kas
30
diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai dengen kembali lagi menjadi kas. 2.2.7 Perputaran Kas Menurut Munawir (2010:14), kas adalah uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Termasuk dalam pengertian kas adalah check yang diterima dari para langganan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau permintaan deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali setiap saat oleh perusahaan. Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang memiliki sifat paling lancar (paling likuid) dan paling mudah berpindah tangan dalam suatu transaksi. Transaksi tersebut misalnya untuk membayar gaji atau upah pekerja, membeli aktiva tetap, membayar hutang, membayar deviden dan transaksi lain yang diperlukan perusahaan. Kas ini merupakan aktiva yang tidak bisa menghasilkan “laba”, dalam artian tidak bisa mendapatkan laba secara langsung dalam operasi perusahaan. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha pengelolaan (manajemen) kas yang efektif dan efisien sehingga pemanfaatan kas tersebut dapat optimal. (Agus Harjito dan Matono, 2011:121) Kas merupakan bentuk aktiva yang paling likuid, yang bisa digunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan. Karena sifat likuidnya tersebut, kas memberikan keuntungan yang paling rendah. Kalau perusahaan menyimpan kas di bank dalam bentuk rekening giro yang diterima oleh perusahaan persentasenya akan lebih rendah daripada kalau disimpan dalam bentuk deposito berjangka yang tidak setiap saat dapat diuangkan (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2006:105). Menurut Bambang Riyanto (2012:94-97) adapun persediaan bersih kas dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: (1). Perimbangan antara kas masuk
31
dengan kas keluar, (2). Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan dan (3). Adanya hubungan yang baik dengan bank-bank. Perputaran kas (cash turnover) adalah perbandingan antara Sales dengan jumlah kas rata-rata”. Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja (Bambang Riyanto, 2012:95) . Tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerminkan adanya over investment dalam kas dan berarti pula bahwa perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh perputaran kas yang relatif tinggi dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar (Munawir 2010:158).
Kas diperlukan perusahaan baik untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap. Dalam mengukur tingkat perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam dalam modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan. Oleh karena itu, sumber kas dalam penelitian ini berasal dari aktivitas penjualan. Makin tinggi tingkat perputaran kas berarti makin cepat kembalinya kas masuk pada perusahaan. Dengan demikian kas akan dapat dipergunakan kembali untuk membiayai kegiatan operasional sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan. Rumus Perputaran Kas (Bambang Riyanto 2012:95):
32
Rata-rata Kas = (Kas tahun ini + Kas tahun sebelumnya) / 2 2.2.8 Perputaran Piutang Piutang (receivable) merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang atau jasa atau dari pemberian pinjaman uang. Piutang mencakup nilai jatuh tempo yang berasal dari aktivitas seperti sewa dan bunga. Piutang usaha (account receivable) mengacu pada janji lisan untuk membayar yang berasal dari penjualan produk dan jasa secara kredit (K. R. Subramanyam dan John J. Will, 2008:274). Menurut
Ardiyos
(2006:484)
dalam
“Kamus
Standar Akuntansi”,
perputaran piutang adalah total penerimaan operasi dibagi dengan rata-rata piutang. Digunakan untuk mengukur bagaimana sebuah perusahaan mengelola utangnya secara efektif. Perputaran piutang merupakan rasio yang mengukur seberapa cepat piutang dilunasi dalam satu tahun. Apabila perputaran piutang sebanyak 4x, maka berarti bahwa rata-rata piutang tersebut dilunasi dalam jangka waktu 360 hari/4 = 90 hari. (Suad Husnan dan Eny Pudjiastuti, 2006:75) Menurut Munawir (2010:75) piutang yang dimiliki suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut (turn over receivable), yaitu dengan membagi total penjualan kredit (netto) dengan piutang rata-rata. Makin tinggi rasio (turn over) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan investasi lebih lanjut.
33
Rumus Perputaran Piutang (Munawir, 2010:75):
Rata-rata Piutang = (piutang tahun ini + piutang tahun sebelumnya) / 2 Perubahan rasio antara penjualan kredit dan rata-rata piutang disebabkan oleh banyak hal. Munawir (2004:75) mengemukakan bahwa faktor-faktor penyebabnya adalah sebagai berikut: (1). Turunnya penjualan dan naiknya piutang, (2). Turunnya piutang dan diikuti turunnya penjualan dalam jumlah yang lebih besar, (3). Naiknya penjualan diikuti naiknya piutang dalam jumlah yang lebih besar, (4). Turunnya penjualan dengan piutang yang tetap dan (5). Naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah. 2.2.9 Perputaran Persediaan Menurut K. R. Subramanyam dan John J. Will (2008:279), “persediaan (inventory) merupakan barang yang akan dijual dalam aktivitas normal perusahaan. Dengan pengecualian organisasi jasa tertentu, persediaan merupakan aset inti dan penting dalam perusahaan. Persediaan harus diperhatikan karena merupakan komponen utama dari aset operasi yang akan mempengaruhi perhitungan laba. Manajemen persediaan (inventory management) yang baik merupakan kunci keberhasilan setiap perusahaan, baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan dagang. Perusahaan manufaktur mempertahankan persediaan, baik persediaan bahan baku maupun persediaan bahan setengah jadi dalam jumlah tertentu selama proses produksi. Dalam perusahaan manufaktur terdapat jenis-jenis persediaan seperti persediaan barang jadi (inventory of finished good), persediaan barang
34
setengah jadi (inventory of work in process) dan persediaan bahan baku atau bahan mentah (inventory of raw material) (Agus Harjito dan Martono, 2011:87). Menurut Kamus Besar Ekonomi (Sigit Winarno, SE dan Sujana Ismaya, SE, 2007:266) perputaran persediaan (inventory turnover) adalah perbandingan atau ukuran yang digunakan untuk mengetahui ketepatan tingkat persediaan, dalam suatu waktu, dalam rangka menjual atau memutar barang jadi. Menurut “Kamus Standar Akuntansi” (Ardiyos, 2006:289) perputaran persediaan adalah salah satu dari rasio-rasio aktivitas (activity ratio), digunakan untuk mengevaluasi usia persediaan dan kecepatan geraknya. Menurut Suad Husnan dan Eny Pudjiastuti (dalam bukunya Dasar-Dasar Manajemen Keuangan 2006:75) perputaran persediaan adalah rasio yang mengukur berapa lama rata-rata barang berada di gudang. Pemikirannya adalah bahwa kenaikan persediaan disebabkan oleh peningkatan aktivitas atau karena perubahan kebijakan persediaan. Kalau terjadi kenaikan persediaan yang tidak proporsional dengan peningkatan aktivitas, maka terjadi pemborosan dalam pengelolaan persediaan. Rasio perputaran persediaan dinyatakan sebagai berikut: Rumus Perputaran Persediaan (Suad Husnan dan Eny Pudjiastuti, 2006:75):
Rata-rata Persediaan = (Pesediaan tahun ini + Persediaan tahun sebelumnya)/2 Turn over ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun (dijual dan diganti). Untuk mengetahui rata-rata
35
persediaan tersimpan dalam gudang dapat ditentukan dengan membagi jumlah hari-hari dalam satu tahun dengan turn over terebut. (Munawir 2004:78)
2.3 Return on assets Return on assets adalah dasar penilain yang sangat penting dalam mengukur keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan. Karena dengan return on assets investor dapat mengetahui berapa pengembalian atas modal yang telah ditanamkannya. Oleh karena itu, perusahaan yang baik harus selalu berada dalam keadaan yang menguntungkan. 2.3.1 Pengertian Return on assets Bambang Riyanto (2012:35) mendefinisikan return on assets sebagai berikut: “Return on assets adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan
laba
selama
suatu
periode
tertentu”.
Return
on
assets
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan sebagainya. Keuntungan yang diperoleh akan mempermudah perusahaan untuk memperoleh tambahan modal dari pihak luar untuk kegiatan operasional perusahaan. Return on assets adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Toto Prihadi, 2010:138). Return on assets suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif. Menurut Kamus Standar Akuntasi (2006:460), Return on assets atau profitability adalah; (1) Kemampuan perhitungan memperoleh laba, dalam periode tertentu di masa yang
36
akan datang, (2) Suatu perhitungan atas kemungkinan memperoleh laba dari investasi yang ditanam, dalam periode tertentu di masa yang akan datang. Return on assets merupakan ukuran kesuksesan dari sebuah perusahaan, karena return on assets adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba selama periode tertentu. Return on assets dapat diukur dengan membandingkan antara laba bersih dengan modal ataupun dengan total aktivanya dalam suatu periode tertentu. Dengan return on assets dapat diketahui efektivitas dan efisiensin dari penggunaan modal kerja. 2.3.2 Pengukuran Return on assets Ukuran return on assets memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan ukuran kekuatan keuangan jangka panjang lainnya atau solvabilitas yang hanya mengandalkan pos neraca. Angka ini dapat mengungkapkan pengembalian atas investasi modal secara efektif dari berbagai perspektif kontributor pendanaan yang berbeda (kreditor dan pemegang saham) (John J Wild, 2010:162). Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen. Rasio return on assets dapat dibagi menjadi tiga kelompok (Toto Prhadi, 2010:139): a. Return On Sales (Laba atas Penjualan) Rasio return on sales adalah rasip return on assets yang dikaitkan dengan pendapatan, karena dalam rasio ini ditunjukkan untuk mengetahui tingkat return on assets laba tertentu terhadap penjualan. Terdiri dari Gross Profit
37
Margin, Operating Margin, Contribution Margin, Margin Before Interest and Tax, EBITDA Margin, Pretax Margin, Profit Margin / Net Profi Margin. b. Return On Equity Tingkat return on assets dikaitkan dengan modal sendiri karena rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. c. Return On Investment Laba yang diperoleh dikaitkan dengan investasi baik pada sisi aset, total capital maupun pada modal tertentu. Terdiri dari Return On Capital dan Return on assets. 2.3.3 Return on assets (ROA) Rasio yang dapat digunakan dalam mengkur tingkat laba yang dihasilkan atas modal kerja yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva suatu perusahaan adalah dengan menggunakan rasio return on assets mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
(ROA). Analisis ROA
menghasilkan
laba
dengan
menggunakan total asset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai asset tersebut. Menurut Brigham dan Housten (Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, 2006:109) ROA adalah rasio antara laba bersih terhadap total aktiva mengukur tingkat pengembalian total aktiva atau yang lebih dikenal dengan return on assets (ROA). Munawir (2002:269), “Return on assets merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas sumber daya keuangan yang telah ditanamkan”. Sedangkan menurut Mahmud Hanafi (2009:159), analisis Return
38
on assets sering diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai Rentabilitas Ekonomi yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu, analisis ini kemudian bias diproyeksikan kedalam masa depan untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada msa-masa mendatang. Analisis Return on assets (ROA) atau sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia Rentabilitas Ekonomi mengukur kemapuan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut. Analisis ini kemudia bisa diproyeksikan ke masa depan untuk melihat kemampuan perusahaan pada masa-masa mendatang. ROA bisa dipecahkan lagi ke dalam dua komponen yaitu: profit margin dan perputaran total aktiva. Profit margin
melaporkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari tingkat penjualan tertentu.
Profit margin bisa
diinterpretasikan sebagai tingkat efisiensi peusahaan, yakni sejauh mana kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya yang ada di perusahaan. Perputaran modal aset mencerminkan kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan dari total investasi tertentu. Rasio ini juga bisa diartikan sebagai kemampuan perusahaan mengelola aktiva berdasarkan tingkat penjualan yang tertentu. Rasio ini mengukur aktivitas penggunaan aktiva perusahaan. Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nita Kripsianti (2013) mengenai Pengaruh Fixed Asset dan Net Working Capital terhadap Profitabilitas dikatakan bahwa “Rasio ROA ini sering dipakai manajemen untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dan menilai kinerja operasional dalam
39
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan, disamping perlu mempertimbangkan masalah pembiayaan terhadap aset tersebut. ROA (Return on assets) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. Nilai ROA yang semakin mendekati 1, berarti semakin baik return on assets perusahaan karena setiap aktiva yang ada dapat menghasilkan laba. Dengan kata lain semakin tinggi nilai ROA maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan tersebut. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi, hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba. Menurut Toto Prihadi (2011:152) ROA dapat diartikan dengan dua cara, yaitu: Mengukur kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan aset untuk memperoleh laba dan mengukur hasil total untuk seluruh penyedia sumber dana yaitu kreditor dan investor. Rumus perhitunga ROA (Toto Prihadi, 2011:154):
Rata-rata total aktiva = (total aktiva tahun ini + total aktiva tahun sebelumnya)/2
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang bagaimana pengaruh perputaran modal kerja terhadap return on assets (ROA) PT Indofood Sukses Makmur Tbk. periode 2000-2012 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sesuai maksud tersebut, maka metode penelitian yang digunakan adalah asosiatif kausal analitis. Asosiatif analitis menurut Sugiyono (2011:11-12) merupakan penelitiana yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih, metode ini dapat dibangun suatu teori yang berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala. Sedangkan asosiatif kausal analitis artinya hubungan sebab akibat dimana variabel X akan memperngaruhi variabel Y.
3.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data pada penelitian ini adalah data kuantitatif, data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka. Kemudian dianalisis lebih lanjut untuk kemudian diambil kesimpulan. Adapun data kuantitatif yang dimaksud yaitu data-data untuk mengukur pengaruh tingkat perputaran modal kerja terhadap return on assets dengan objek penelitian adalah perusahaan Food and Beverages yaitu pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2000-2012. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian
41
Capital Market Directory (ICMD) dengan periode data 31 Desember 1999 sampai dengan 2010 dan periode 31 Desember 2011 sampai dengan 2012 dari www.indofood.com.
3.3 Variabel Penelitian Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Modal Kerja yang diukur dengan Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan. Menurut Sugiyono (2011:39) variabel bebas (variabel independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulya variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel dependen (terikat) pada penelitian ini adalah. Menurut Sugiyono (2011:40) variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Nazir, 2011:126). Sedangkan secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang telah ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:59). Terdapat empat variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tiga variabel merupakan variabel independen (bebas) dan yang lainnya merupakan variable independen (terikat).
42
Tabel 3.1 Operasional Variabel No. 1
2
Jenis Variabel Perputaran Modal Kerja (X)
Return on assets (Y)
Sub Cara Menghitung Variabel Perputaran Perputaran kas (cash kas turnover) adalah (X1) perbandingan antara Sales dengan jumlah kas rata-rata Perputaran Posisi piutang dan taksiran Piutang waktu pengumpulan piutang (X2) dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut (turn over receivable), yaitu dengan membagi total penjualan kredit (netto) dengan piutang rata-rata. Perputaran Perputaran persediaan Persediaan adalah rasio yang mengukur (X3) berapa lama rata-rata barang berada di gudang. Return on assets adalah suatu cara untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan aset untuk memperoleh laba.
Rumusan
Skala
CT = Penjualan Bersih Rasio Rata-rata Kas (Bambang Riyanto 2012 :95) Rasio RTO = Penjualan Rata-rata Piutang (Munawir, 2010:75)
Rasio HPP Rata-rata Persediaan (Suad Husnan dan Eny Pudjiastuti (2006:75) Rasio ROA= Laba Bersih Rata-rata Total Aset (Toto Prihadi, 2011:154) IT O=
3.4 Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder sehingga metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan cara non participant observation. Non participant observation menurut Sugiyono (2010:204) adalah teknik pengumpulan data dengan cara observasi dengan proses pengumpulan datanya peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat
43
independen. Data diperoleh dengan cara mengutip secara langsung dari laporan keuangan yang telah terpublikasi di alamat webstite resmi PT Indofood Sukses Makmur Tbk. dan Indonesia Capital Market Directory. Selain itu penulis juga memperoleh data yang di perlukan melalui penelitian kepustakaan (Library Research) untuk memperoleh landasan dan konsep yang kuat agar dapat menyelesaikan permasalahan, maka penulis mengadakan penelitian kepustakaan dengan membaca buku, catatan, literatur, internet dan majalah serta bacaan lain yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
3.5 Teknik Pengelolahan Data Data yang diperoleh akan diolah sehingga sesuai dengan kepentingan penelitian, data yang diolah tersebut selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel. Hal yang dilakukakan pertama adalah menyusun kembali secara ringkas laporan keuangan yang dibutuhkan yaitu neraca dan laporan laba rugi dengan menggunakan pos-pos yang berkaitan dengan pengukuran penelitian. Setelah laporan keuangan perusahaan tersusun, kemudian penulis membuat rancangan analisis data yaitu: analisis kinerja keuangan dengan dibantu program Ms. Exel dan analisis statistik dibantu dengan program SPSS 20. 3.5.1 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Analisis kinerja keuangan perusahaan untuk mengukur efisiensi dalam mengukur modal kerja bersih yang di investasikan dalam menunjang kegiatan penjualan peusahaan, digunakan rasio perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan.
44
Rasio perputaran kas digunakan untuk mengukur sebarapa sering kas yang digunakan untuk kegiatan operasi dapat berputar dan kembali lagi menjadi kas.
Rasio perputaran piutang digunakan untuk mengukur seberapa sering penjualan kredit dapat berputar dalam perusahaan dan kembali menjadi kas.
Selanjutnya untuk mengukur kemampulabaan perusahaan dapat dilakukan dengan menghitung rasio keuangan return on assets yang dapat dikaitkan dengan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba, yaitu Return on assets (ROA).
Data-data tersebut diperoleh dari laporan keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. periode 2000 sampai dengan 2012. Selanjutnya data-data tersebut dihitung menggunakan program Ms. Excel. 3.5.2 Analisis Statistika Penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen yakni variabel X1 (Perputaran Kas), variabel X2 (Perputaran Piutang) dan X3 (Perputaran Persediaan), serta satu variabel dependen yakni variabel Y (Return on assets). Untuk mengetahui pengaruh dan hubungan dari masing-masing variabel maka
45
digunakan analisis regresi dan korelasi ganda yang dapat dibantu dengan program SPSS 20. 3.5.2.1 Analisis Statistik Secara Parsial Dalam pengujian hipotesis, uji parsial dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Uji parsial
adalah suatu nilai yang memberikan kuatnya pengaruh atau hubungan dua variabel atau lebih dengan salah atau bagian variabel yang dikendalikan. Untuk mengetahui hubungan secara parsial maka dilakukan korelasi secara parsial, sehingga diketahui koefisien korelasi dan koefisien determinasi sedangkan untuk mengetahui pengaruh antar variabel digunakan analisis regresi sederhana. 1. Analisis Regresi Sederhana (Linear Regression) Analisis regresi sederhana atau linear regression adalah analisis regresi yang menyangkut sebuah variabel independen dan sebuah variabel dependen (Nazir, 2011:459).
Analisis regresi sederhana dilakukan dengan persamaan
berikut (Sugiyono, 2010:270);
Dimana:
Y
=
Variabel dependen
a
=
Intercept (konstanta)
X1
=
Variabel independen
b
=
Koefisien regresi (slope)
Dimana untuk mencari nilai a dan b dapat menggunakan rumus sebagai berikut : (∑
)(∑ ∑
)
(∑ (∑
)( ) )
46
∑ ∑
(∑ ) (∑ (∑ )
)
2. Korelasi (Correlation) Untuk mengetahui hubungan yang terjadi antara satu variabel dengan variabel yang lain dapat digunakan analisis korelasi. Korelasi adalah salah satu teknik statistika yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih yang sifatnya kuantitatif (Sulaiman, 2002:109).
Jika nilai-nilai suatu
variabel menarik sedangkan nilai variabel lain menurun, maka kedua variabel tersebut mempunyai korelasi negatif, sebaliknya jika nilai-nilai suatu variabel menarik dan diikuti pula dengan menariknya nilai variabel lain, maka kedua variabel tersebut mempunyai korelasi positif. Derajat atau tingkat hubungan antara dua variabel diukur dengan indeks korelasi disebut koefisien korelasi (Nazir, 2011:450). Menurut Sugiyono (2010:276) korelasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut; 𝑟
𝑛 ∑𝑋 *𝑛 ∑ 𝑋
𝑌
(∑ 𝑋 ) (∑ 𝑌 )
∑ 𝑋 + *𝑛 ∑ 𝑌
(∑ 𝑌 ) +
Besaran koefisien korelasi berkisar antara -1 hingga +1. Nilai r = -1 disebut korelasi linear negatif (berlawanan arah) artinya terdapat hubungan negatif yang sempurna antara variabel X dan Y. Nilai r = 1 disebut korelasi linear positif (searah) artinya terdapat hubungan positif yang sempurna antara variabel X dengan variabel Y, sedangkan nilai r = 0 berarti tidak ada hubungan antara dua variabel tersebut. Untuk menginterprestasikan angka kuat tidaknya hubungan (r)
47
antara variabel independen dengan variabel dependen dapat digunakan tabel berikut: Tabel 3.2 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,400 – 0,599 0,600 – 0,799 0,800 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat
(Sugiyono, 2010: 250)
3. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi parsial untuk mengetahui sampai seberapa jauh variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat, maka perlu diketahui nilai koefisien determinasi atau penentuan r2, yang berguna untuk mengukur besarnya proporsi atau persentase jumlah variasi dari variabel terikat, atau untuk mengukur sumbangan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Apabila nilai koefisien determinasi sebesar 1 (100%), menunjukkan adanya hubungan yang sempurna, sedangkan nilai koefisien determinasi sebesar 0 menunjukkan tidak terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel yang diprediksi. Koefisien determinasi dapat dicari dengan rumus:
Dimana ; Kd
= koefisien determinasi
r
= koefisien korelasi
48
Nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai r2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel– variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. 4. Pengujian Hipotesis (t- test) Uji t digunakan untuk membuktikan apakah variabel-variabel independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Analisa secara parsial ini digunakan untuk menentukan variabel bebas yang memiliki hubungan paling dominan terhadap variabel terikat. Uji t dapat menguji signifikansi pengaruh variabel bebas yakni perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap return on assets yang merupakan variabel terikat atau dependen. Pengujian dilakukan dengan uji statistik dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) dalam bentuk kalimat; Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan antar variabel independen terhadap variabel dependen, 1. Ho1 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran kas terhadap return on assets Ha1 ; Terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran kas terhadap return on assets
49
2. Ho2 ; Tidak terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran piutang terhadap return on assets Ha2 ; Terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran piutang terhadap return on assets 3. Ho3 ; Tidak terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran persediaan dengan return on assets Ha3 ; Terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran persediaan terhadap return on assets b) Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) dalam model statistika. Hipotesis penelitian tersebut dinyatakan ke dalam hipotesis statistika sebagai berikut: 1. Ho1: µ = 0 Ha1: µ
≠0
2. Ho2: µ = 0 Ha2: µ ≠ 0 3. Ho3 : µ = 0 Ha3: µ
≠0
c) Menetapkan tingkat signifikansi taraf nyata (level of significance) sebesar 5% atau besarnya α adalah 0,05. Kemudian dicari t tabelnya dengan ketentuan derajat kepercayaan (dk) atau derajat kebebasan (degree of freedom) df= dk = n-1 d) Mencari t hitung menggunakan program SPSS.20 e) Membandingkan t hitung dengan t tabel dengan kaidah keputusan;
50
Jika t hitung ≥ t tabel, maka Ho ditolak artinya terdapat pengaruh antara modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang atau perputaran persediaan secara parsial terhadap return on assets. Jika t hitung ≤ t tabel, maka Ho diterima artinya tidak terdapat pengaruh antara modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang atau perputaran persediaan secara parsial terhadap return on assets. Gambar 3.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji -t) Daerah penolakan hipotesis
Daerah penolakan hipotesis
Daerah penerimaan hipotesis
-t tabel (α/2,df)
0
t tabel (α/2,df)
3.5.2.2 Analisis Statistik Secara Simultan Pengujian secara simultan digunakan untuk mengetahui nilai yang memberikan kuatnya pengaruh atau hubungan dua variabel atau lebih secara bersama-sama. Untuk mengetahui hubungan secara simultan maka dilakukan korelasi berganda sehingga dapat diketahui koefisien korelasi dan koefisien determinasi, sedangkan untuk mengetahui pengaruh antar variabel digunakan analisis regresi berganda.
51
1. Analisis Regresi Ganda Linear (Linear Multiple Regression) Analisisi regresi berganda digunakan untuk mengetahui suatu hubungan fungsional antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu variabel diestimasikan. Persamaan regresi untuk tiga variabel independen adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2010:284):
Dimana:
Y
= Nilai Variabel dependen (Return on assets)
X1 = Nilai variabel independen (Perputaran Kas) X2 = Nilai variabel independen (Perputaran Piutang) X3 = Nilai variabel independen (Perputaran Persediaan) a
= Nilai Y taksiran pada saat X = 0
b1 = Nilai kenaikan Y bila X1 naik satu satuan sedangkan X2 dan X3 tetap b2 = Nilai kenaikan Y bila X2 naik satu satuan sedangkan X1 dan X3 tetap b3 = Nilai kenaikan Y bila X3 naik satu satuan sedangkan X1 dan X2 tetap Untuk dapat membuat ramalan melalui regresi, maka data setiap variabel harus tersedia. Kemudian berdasarkan data tersebut peneliti akan mendapat persamaan melalui perhitungannya. Untuk menghitung nilai a, b1, b2 dan b3 dapat menggunakan persamaan sebagai berikut (Sugiyono, 2010:284): ∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
52
∑
∑
∑
∑
∑
∑
2. Korelasi Ganda (Multiple Correlation) Analisis korelasi ganda digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel bebas atau lebih yang secara bersama-sama dihubungkan dengan variabel terikatnya. Sehingga dapat diketahui besarnya sumbangan seluruh variabel bebas yang menjadi obyek penelitian terhadap variabel terikatnya. Untuk menunjukkan arah kuatnya hubungan antara dua variabel secara bersama-sama atau lebih dengan variabel lainnya dengan tingkat pengukuran data jenis rasio dapat digunakan teknik Korelasi Pearson Product Moment dengan rumus sebagai berikut: (Sulaiman, 2002:111). ∑ * ∑
(∑ ∑
+ * ∑
) (∑
) (∑
) +
3. Koefisien Determinasi Analisis determinasi dalam regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui prosentase sumbangan pengaruh variabel independen yakni X1, X2 dan X2 secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar prosentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen, r2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun prosentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikitpun variasi variabel dependen. Sebaliknya r2 sama dengan 1, maka prosentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen adalah sempurna, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model
53
menjelaskan 100% variasi variabel dependen. Koefisien determinasi dapat dicari dengan rumus:
Dimana ; Kd = koefisien determinasi r
= koefisien korelasi
4. Pengujian Hipotesis Uji-F pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen atau variabel bebas atau variabel X1, variabel X2 dan variabel X3 yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat atau Y secara signifikan. Dengan demikian F-test dapat membuktikan apakah variabel-variabel independen yakni perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan secara simultan mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen yaitu profitabiltas. Menurut Sudjana (2004:138) pengujian dilakukan dengan langkah sebagai berikut: a) Merumuskan Hipotesis Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap return on assets Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap return on assets b) Menetapkan tingkat signifikansi taraf nyata (level of significance) sebesar 5% atau besarnya α adalah 0,05.
54
c) Kemudian mencari F tabelnya pada derajat kebebasan (degree of freedom) untuk F tabel dapat ditulis; F (α; df1, df2), dimana: df1 = k, banyaknya variabel bebas dan df2 = n-k-1,
k adalah
n adalah banyaknya sampel.
Sehingga untuk F tabel dapat ditulis; F (α; df1, df2). d) Mencari nilai F hitung dengan menggunakan program SPSS. e) Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan kaidah: Jika F hitung ≥ F tabel, maka Ho ditolak artinya terdapat pengaruh antara modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan secara simultan terhadap return on assets. Jika F hitung ≤ F tabel, maka Ho diterima artinya tidak terdapat pengaruh antara modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan secara simultan terhadap return on assets. Gambar 3.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji F)
Daerah Penerimaan Ho
Daerah Penolakan Ho
F table
F hitung
55
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Kondisi Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Data penelitian yang digunakan adalah data-data yang dapat memenuhi keperluan penelitian, baik faktor yang dipengaruhi variabel independen seperti perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan maupun faktor yang mempengaruhi variabel dependen yakni return on assets. Sebagaimana yang tercantum pada laporan keuangan baik neraca (balance sheet) maupun laporan laba rugi (income statment) selama periode tahun 2000 sampai dengan 2012 yang di dapat dari Indonesian Capital Market Directory
dan diunduh di alamat
website: www.indofood.com, sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 4.1.2 Sejarah PT Indofood Sukses Makmur Tbk Indofood dikenal sebagai perusahaan yang mapan dan terkemuka disetiap kategori bisnisnya, dimana operasionalnya mencakup seluruh tahapan proses produksi mulai dari mengelolah bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di rak para pedagang eceran. Perusahaan yang bergerak dibidang makanan dan minuman ini, didirikan pada tahun 1990 oleh Sudono Salim dengan nama PT Panganjaya Intikusuma yang berada di Jakarta, Indonesia. Perusahaan produksi makanan nomor satu d Indonesia ini mengganti nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur tahun 1994, pada tahun ini pula perusahaan ini
56
mendaftarkan perusahaanya pada pasar modal sehingga menjadi PT Indofood Sukses Makmur Tbk., dengan penawaran saham perdana sebanyak 763 juta saham dan harga nominal Rp1.000 per saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Untuk memperluas produksinya, pahun 1995 PT Indofood Sukses Makmur Tbk. mengakuisisi pabrik Bogasari. Selain itu PT Indofood Sukses Makmur Tbk. ini juga memperluas produksinya dengan cara mengakuisisi saham yang bergerak di bidang perkebunan, agrabisnis serta distibusi pada tahun 1997, di tahun ini pula PT Indofood Sukses Makmur Tbk. melakukan penawaran umum terbatas dengan perbandigan 1:5 sehingga total penambahan saham sebanyak 305.2 juta. Perusahaan ini telah melaksanakan ESOP sebanyak 3 kali dan menerbitkan obligasi sebanyak 3 kali pula Selanjutnya pada tahun 2005 membentuk perusahaan patungan dengan Nestle SA dan mengakuisisi perusahaan-perusahaan lain. Perusahaan ini juga telah mencatatkan sahamnyya pada Group Agrabisnis di Bursa Efek Singapura dan menempatkan saham baru. strukturusasi internal Group
Tahun 2010 telah suskses menyelesaikan
CBP dan tahun 2011 SIMP, anak perusahaan
langsung dan tidak langsung Perseroan, melaksanakan IPO yang diikuti dengan pencatatan saham di BEI pada tanggal 9 Juni 2011. 4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan Visi PT Indofood Sukses Makmur Tbk. adalah “Menjadi perusahaan total food solution, yang artinya perusahaan dapat memenuhi kebutuhan pangan dengan produk bermutu, berkualitas, aman untuk dikonsumsi dan menjadi pemimpin di industri makanan. Dari visi tersebut kita dapat mengetahui realistik
57
dan spesifikasi yang merupakan penggambaran citra, nilai, arah dan tujuan untuk masa depan perusahaan. Sedangkan misi yang ingin dicapai oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk. adalah (1) Memberikan solusi atas kebutuhan pangan secara berkelanjutan, (2) Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi, dan teknologi, (3) Memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara berkelanjutan, (4) Meningkatkan stakeholders’ values secara berkesinambungan.
4.2 Pengujian Instrumen Penelitian 4.2.1 Analisis Kinerja Keuangan Data dalam penelitian ini adalah data-data yang dapat memenuhi keperluan pengukuran baik faktor yang mempengaruhi variabel dependen yakni return on assets maupun tiga variabel independen yakni perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan sebagaimana yang tercantum pada laporan keuangan baik laporan laba rugi (income statement) maupun neraca (balance sheet) PT Indofood Sukses Makmur Tbk. selama periode 2000 samapai dengan 2012. 4.2.1.1 Deskripsi Kas Menurut Munawir (2010:14), kas adalah uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Termasuk dalam pengertian kas adalah check yang diterima dari para langganan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau permintaan deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali setiap saat oleh perusahaan.
58
4.2.1.1.1 Pertumbuhan Kas Nilai kas berikut merupakan nilai kas yang telah tercantum pada laporan keuangan tahunan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Berikut adalah pertumbuhan kas PT Indofood Sukses Makmur Tbk. selama periode 2000-2012.
Dimana n = pertumbuhan kas pada tahun ke n Tabel 4.1 Pertumbuhan Kas PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012 (dalam jutaan Rupiah) Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Kas 1,775,873 1,428,083 834,386 1,368,446 1,529,698 1,394,075 970,911 1,794,451 4,538,051 4,271,208 4,474,830 10,439,353 13,049,048 13,343,028
Tahun
Pertumbuhan Kas
1999-2000 2000-2001 2001-2002 2002-2003 2003-2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 2011-2012
-20% -42% 64% 12% -9% -30% 85% 153% -6% 5% 133% 25% 2%
Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
Berdasarkan tabel 4.1 pertumbuhan kas PT Indofood Sukses Mamur Tbk. selama periode 2000-2012 dapat diketahui bahwa terjadi penurunan terendah pada tahun 2000 ketahun 2001 sebesar 42 %, dimana kas pada tahun 2000 sebesar Rp. 1.428.083.000.000 turun menjadi Rp. 834.386.000.000. Kemudian dapat diketahui
59
pula pertumbuhan tertinggi pada tahun 2006 ke tahun
2007 sebesar 153%
dimana kas pada tahun 2006 sebesar Rp. 1.794.451.000.000 naik menjadi Rp. 4.538.051.000.000. Pertumbuhan kas tersebut dapat dilihat dalam grafik berikut ini. Grafik 4.1 Pertumbuhan Kas PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012 (dalam jutaan rupiah) 16,000,000 13,343,028 13,049,048
14,000,000 12,000,000
10,439,353
10,000,000 8,000,000 6,000,000
4,538,051
4,474,830
4,000,000
4,271,208 1,428,083 1,794,451 1,394,075 1,368,446 2,000,000 1,529,698 834,386 970,911 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa pertumbuhan kas PT Indofood Sukses Makmur Tbk. cendrung tetap sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2005, namun setelah tahun 2005 sampai dengan tahun 2012 cendrung mengalami kenaikan yang signifikan. Investasi perusahaan pada modal kerja dalam bentuk kas ini yang paling rendah adalah tahun 2001 dengan besar Rp. 834.386.000.000 dan kas paling tinggi pada tahun 2012 dengan besar kas Rp. 13.343.028.000.000
60
4.2.1.1.2 Perputaran Kas Perputaran kas (cash turnover) adalah perbandingan antara Sales dengan jumlah kas rata-rata. Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja (Bambang Rianto, 2012:95).
Tabel 4.2 Perputaran Kas PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012 (dalam jutaan rupiah) Tahun
Kas
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
1.775.873 1.428.083 834.386 1.368.446 1.529.698 1.394.075 970.911 1.794.451 4.538.051 4.271.208 4.474.830 10.439.353 13.049.048 13.343.028
Rata-rata Kas
Penjualan Bersih
Perputaran Kas (Kali)
1.601.978 1.131.235 1.101.416 1.449.072 1.461.887 1.182.493 1.382.681 3.166.251 4.404.630 4.373.019 7.457.092 11.744.201 13.196.038
11.548.599 12.702.239 14.644.598 16.466.285 17.871.425 17.918.528 18.764.650 21.941.558 27.858.304 38.799.279 37.397.319 38.403.360 45.332.256 50.059.427
7.93 12.95 14.95 12.33 12.26 15.87 15.87 8.80 8.81 8.55 5.15 3.86 3.79
Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
Dari tabel 4.2 perputaran kas PT Indofood Sukses Makmur Tbk. periode 2000-2012 diketahui bahwa perputaran kas tertinggi terjadi pada tahun 2005 dan
61
2006, dimana pada tahun 2005 kas perusahaan sebesar Rp. 970.911.000.000, ratarata kas sebesar Rp. 1.182.493.000.000 dan penjualan bersih sebesar Rp. 18.764.650.000.000 dapat menghasilkan perputaran kas sebanyak 15,87 kali, yang berarti dana yang diinvesatasikan pada kas dalam satu tahun dapat berputar 15,87 kali. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, perputaran kas meningkat sebesar 33%, hal ini disebabkan meningkatnya penjualan bersih sebesar 5% sedangkan rata-rata kas menurun sebesar 19%. Kemudian terjadi perputaran terendah pada tahun 2012 dimana kas perusahaan
sebesar
Rp.
13.343.028.000.000,
Rp.13.196.038.000.000 dan penjualan
rata-rata
kas
sebesar
bersih perusahaan sebesar Rp.
50.059.427.000.000 dapat menghasilkan perputaran kas sebanyak 3,79 kali, artinya dana yang diinvesatsikan pada kas dalam satu tahun dapat berputar 3,79 kali. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, perputaran kas menurun 1 %, hal ini dikarenakan penjualan meningkat 10% sedangkan perputaran kas meningkat besar yaitu 12%. Semakin besar rasio antara penjualan bersih terhadap rata-rata kas akan lebih baik karena tingginya perputaran kas menunjukkan bawa modal kerja pada kas telah digunakan secara efisien sehingga dapat mengasilkan pendapatan yang diharapkan.
62
Grafik 4.2 Perputaran Kas PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012 (dalam jutaan rupiah) 18.00 15.87
16.00
15.87 14.95
14.00 12.95
12.00
12.33
8.81
10.00 8.00
12.26 8.80
8.55
7.93
6.00
5.15 3.86 3.79
4.00 2.00 0.00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
Berdasarkan grafik perputaran kas PT Indofood Sukses Makmur Tbk. cendrung mengalami penurunan. Investasi perusahaan pada modal kerja dalam bentuk kas ini, perputaran yang paling rendah adalah terjadi pada tahun 2012 sebanyak 3,79 kali dan perputaran kas paling tinggi terjadi pada tahun 2005 dan 2006 yaitu sebanyak 15,87 kali. 4.2.1.2 Deskripsi Piutang Piutang (receivable) merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang atau jasa atau dari pemberian pinjaman uang. Piutang mencakup nilai jatuh tempo yang berasal dari aktivitas seperti sewa dan bunga. Piutang usaha (account receivable) mengacu pada janji lisan untuk membayar yang
63
berasal dari penjualan produk dan jasa secara kredit (K. R. Subramanyam dan John J. Will, 2008:274). 4.2.1.2.1 Pertumbuhan Piutang Nilai piutang berikut merupakan nilai piutang yang telah tercantum pada laporan keuangan tahunan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Berikut adalah pertumbuhan piutang PT Indofood Sukses Makmur Tbk. selama periode 20002012.
Dimana n = tahun ke n Tabel 4.3 Pertumbuhan Piutang PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012 (dalam jutaan Rupiah) Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Piutang 786.140 830.367 929.394 1.323.789 1.398.318 1.328.973 1.527.361 1.448.172 2.136.401 2.260.082 1.956.166 2.400.484 2.911.803 3.044.727
Tahun
Pertumbuhan Piutang
1999-2000 2000-2001 2001-2002 2002-2003 2003-2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 2011-2012
6% 12% 42% 6% -5% 15% -5% 48% 6% -13% 23% 21% 5%
Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
64
Berdasarkan tabel 4.3 pertumbuhan piutang PT Indofood Sukses Mamur Tbk. periode 2000-2012 terjadi peningkatan tertinggi pada tahun 2006 ketahun 2007 dimana besarnya piutang pada tahun 2006 sebesar Rp. 1.448.172.000.000 naik menjadi Rp. 2.136.401.000.000. Sedangkan penurunan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2008 ketahun 2009 yaitu sebesar 13% dimana piutang pada tahun 2008 sebesar Rp 2.260.082.000.000 mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar Rp. 1.956.166.000.000. Grafik 4.3 Pertumbuhan Piutang PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012 (dalam jutaan rupiah) 3,500,000 3,044,727 3,000,000
2,911,803
2,500,000 2,136,401
2,260,082
2,400,484
2,000,000 1,398,318
1,500,000 1,000,000
830,367
1,323,789
1,527,361
1,956,166
1,448,172
1,328,973
929,394 500,000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
Berdasarkan grafik 4.3 dapat dilihat bahwa pertumbuhan kas PT Indofood Sukses Makmur Tbk. cendrung mengalami kenaikan yang signifikan sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2012. Investasi perusahaan pada modal kerja dalam
65
bentuk piutang ini yang paling rendah adalah tahun 2000 dengan besar piutang Rp. 830.367.000.000 dan piutang yang paling tinggi pada tahun 2012 dengan besar piutang Rp. 3.004.727.000.000 4.2.1.2.2 Perputaran Piutang Menurut “Kamus Standar Akuntansi” (Ardiyos, 2006:484) perputaran piutang adalah total penerimaan operasi dibagi dengan rata-rata piutang. Perputaran piutang digunakan untuk mengukur bagaimana sebuah perusahaan mengelola piutangnya secara efektif. Rumus:
Tabel 4.4 Perputaran Piutang PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012 (dalam jutaan rupiah) Tahun
Piutang
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
786.140 830.367 929.394 1.323.789 1.398.318 1.328.973 1.527.361 1.448.172 2.136.401 2.260.082 1.956.166 2.400.484 2.911.803 3.044.727
Rata-rata Piutang
808.254 879.881 1.126.592 1.361.054 1.363.646 1.428.167 1.487.767 1.792.287 2.198.242 2.108.124 2.178.325 2.656.144 2.978.265
Penjualan Bersih
Perputaran Piutang (Kali)
11.548.599 12.702.239 14.644598 16.466.285 17.871.425 17.918.528 18.764.650 21.941.558 27.858.304 38.799.279 37.397.319 38.403.360 45.332.256 50.059.427
Sumber : ICMD tahun dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
15.72 16.64 14.62 13.13 13.14 13.14 14.75 15.54 17.65 17.74 17.63 17.07 16.81
66
Dari tabel 4.4 perputaran piutang PT Indofood Sukses Makmur Tbk. periode 2000-2012 dapat diketahui bahwa terjadi perputaran terendah pada tahun 2003, dimana piutang perusahaan sebesar Rp. 1.398.318.000.000, rata-rata piutang sebesar
Rp.
1.361.054.000.000
dan
penjualan
bersih
sebesar
Rp.
17.871.425.000.000 dapat menghasilkan perputaran piutang sebesar 13.13 kali, artinya setiap dana yang di investasikan pada akun piutang dalam satu tahun berputar sebanyak 13.13 kali. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan perputaran piutang mengalami penurunan sebesar 10,2%, hal ini disebabkan penjualan perusahaan meningkat sebesar 8,5% dan rata-rata piutang meningkat jauh lebih besar yaitu 21%. Kemudian perputaran piutang tertinggi terjadi pada tahun 2009, dimana piutang perusahaan sebesar Rp. 1.956.166.000.000, rata-rata piutang sebesar Rp. 2.108.124.000.000
dan
penjualan
bersih
perusahaan
sebesar
Rp.
37.397.319.000.000, dapat menghasilkan perputaran kas sebanyak 17,74 kali, artinya setiap dana yang di investasikan pada akun piutang dalam satu tahun berputar sebanyak 17,74 kali. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan perputaran piutang menurun sebesar 0,6%, hal ini disebabkan penjualan perusahaan meningkat sebesar 2,7% dan rata-rata piutang meningkat 3,3%. Semakin besar rasio penjualan dengan rata-rata piutang akan semakin baik, karena tingginya perputaran piutang menunjukkan bahwa piutang telah digunakan secara efisien sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang diharapkan perusahaan. Tetapi pada tahun-tahun tertentu terjadi penurunan pertumbuhan
67
perputaran piutang menunjukkan semakin besar dana yang tertanam pada piutang untuk mencapai penjualan tertentu yang telah ditetapkan. Pertumbuhan perputaran piutang tersebut dapat dilihat dari grafik berikut ini. Grafik 4.4 Perputaran Piutang PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012 (dalam jutaan rupiah) 20.00 18.00
16.64
16.00 14.00 12.00
17.65
15.72
17.63
15.54
14.62 13.14 13.13
17.74
17.07 16.81
14.75 13.14
10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber : ICMD tahun dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
Berdasarkan grafik 4.4 dapat diketahui bahwa pertumbuhan perputaran piutang PT Indofood Sukses Makmur Tbk. tahun 2000 sampai dengan tahun 2012 cendrung stabil, karena pertumbuhan perputaran piutang tidak mengalami kenaikan ataupun peturunan yang ekstrim. Investasi perusahaan pada modal kerja dalam bentuk piutang ini mengalami perputaran yang paling rendah pada tahun 2003 dengan perputaran sebanyak 13,13 kali dan perputaran piutang paling tinggi terjadi pada tahun 2009 dengan perputaran piutang sebanyak 17,74 kali.
68
4.2.1.3 Deskripsi Persediaan Menurut K. R. Subramanyam dan John J. Will (2008:279), “persediaan (inventory) merupakan barang yang akan dijual dalam aktivitas normal perusahaan. Dengan pengecualian organisasi jasa tertentu, persediaan merupakan aset inti dan penting dalam perusahaan. Persediaan harus diperhatikan karena merupakan komponen utama dari aset operasi yang akan mempengaruhi perhitungan laba. 4.2.1.3.1 Pertumbuhan Persediaan Nilai persediaan berikut merupakan nilai yang telah tercantum pada laporan keuangan tahunan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Berikut adalah pertumbuhan persediaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. selama periode 2000-2012.
Dimana n = tahun ke n
69
Tabel 4.5 Pertumbuhan Persediaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012 (dalam jutaan Rupiah) Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Persediaan 1.348.653 1.970.598 2.137.103 2.743.304 2.218.210 2.284.332 2.691.672 2.980.805 4.172.388 6.061.219 5.117.484 5.644.141 6.536.343 7.782.594
Tahun
Pertumbuhan Persediaan
1999-2000 2000-2001 2001-2002 2002-2003 2003-2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 2011-2012
46% 8% 28% -19% 3% 18% 11% 40% 45% -16% 10% 16% 19%
Sumber : ICMD tahun dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
Berdasarkan tabel 4.5 pertumbuhan persediaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. periode 2000-2012 dapat diketahui bahwa terjadi pertumbuhan tertinggi pada 1999 ke tahun 2000 sebesar 46%, dimana persediaan pada tahun 1999 sebesar Rp. 1.348.653.000.000 meningkat menjadi Rp. 1.970.598.000.000. Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2002 ketahun 2003 yaitu 19%, dimana pada tahun 2002 persediaan sebesar Rp. 2.743.304.000.000 mengalami penurunan pada tahun 2003 menjadi Rp. 2.218.210.000.000. Untuk lebih jelasnya, pertumbuhan persediaan dapat dilihat dari grafik berikut ini.
70
Grafik 4.5 Pertumbuhan Persediaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012 (dalam jutaan rupiah) 9,000,000 7,782,594
8,000,000 7,000,000 6,061,219
6,000,000
6,536,343 5,644,141
5,000,000
4,172,388
5,117,484
4,000,000 3,000,000 2,000,000
2,743,304 1,970,598
2,284,332
2,980,805 2,691,672
2,137,103 2,218,210
1,000,000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber : ICMD tahun dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa pertumbuhan persediaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. cendrung mengalami peningkatan sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2012, namun setelah tahun 2005 sampai dengan tahun 2012 meskipun pada tahun 2003 dan 2009 sempat mengalami penurunan, namun di tahun tahun lainnya terus mengalami peningkatan yang signifikan. Investasi perusahaan pada modal kerja dalam bentuk persediaan ini paling rendah terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar Rp.1.970.598.000.000 dan persediaan paling tinggi pada tahun 2012 dengan besar piutang Rp. 7.782.594.000.000.
71
4.2.1.3.2 Perputaran Persediaan Menurut “Kamus Standar Akuntansi” (Ardiyos, 2006:289) perputaran persediaan adalah salah satu dari rasio-rasio aktivitas (activity ratio), digunakan untuk mengevaluasi usia persediaan dan kecepatan geraknya.
Tabel 4.6 Perputaran Persediaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012 (dalam jutaan rupiah) Tahun
Persediaan
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
1.348.653 1.970.598 2.137.103 2.743.304 2.218.210 2.284.332 2.691.672 2.980.805 4.172.388 6.061.219 5.117.484 5.644.141 6.536.343 7.782.594
Rata-rata Persediaan
1.659.626 2.053.851 2.440.204 2.480.757 2.251.271 2.488.002 2.836.239 3.576.597 5.116.804 5.589.352 5.380.813 6.090.242 7.159.469
HPP
Perputaran Pesediaan (Kali)
7.866.872 8.961.596 10.776.075 12.398.734 13.405.369 13.313.099 14.341.545 16.761.335 21.232.761 29.822.362 26.955.710 25.932.908 32.749.190 36.493.332
5,40 5,25 5,08 5,40 5,91 5,76 5,91 5,94 5,83 4,82 4,82 5,38 5,10
Sumber : ICMD tahun dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
Dari tabel 4.6 perputaran persediaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. periode 2000-2012 terjadi perputaran terendah pada tahun 2007, dimana persediaan perusahaan sebesar Rp. 4.172.388.000.000, rata-rata persediaan
72
sebesar Rp. 3.576.597.000.000 dan HPP sebesar Rp. 21.232.761.000.000, dapat menghasilkan perputaran persediaan sebanyak 5,94 kali, artinya dana yang di investasikan pada persediaan dalam satu tahun berputar sebanyak 5,94 kali. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan perputaran persediaan 0% atau tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan, hal ini disebabkan meningkatnya HPP sebesar 27% yang hampir sama dengan meningkatnya ratarata persediaan sebesar 26%. Selanjutnya perputaran persediaan tertinggi terjadi pada tahun 2010 persediaan perusahaan sebesar Rp. 5.644.141.000.000, rata-rata persediaan sebesar Rp. 5.380.813.000.000 dan HPP sebesar Rp. 25.932.908.000.000, dapat menghasilkan perputaran persediaan sebanyak 4,82 kali, artinya dana yang di investasikan pada persediaan dalam satu tahun berputar sebanyak 4,82 kali. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan perputaran persediaan sebesar 0% atau tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan, hal ini disebabkan menurunnya HPP sebesar 4% sama dengan menurunnya rata-rata persediaan sebesar 4%. Semakin besar rasio harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan akan semakin baik, karena tingginya perputaran persediaan menunjukkan bahwa persediaan telah digunakan secara efisien sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang diharapkan perusahaan. Tetapi pada tahun-tahun tertentu terjadi penurunan pertumbuhan perputaran menunjukkan semakin besar dana yang tertanam pada persediaan untuk mencapai harga pokok tertentu yang telah ditetapkan.
73
Grafik 4.6 Perputaran Persediaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012 (dalam jutaan rupiah) 7.00 6.00 5.00
5.91 5.94
5.91 5.40 5.25
5.40 5.08
5.83 5.38
5.76 4.82
5.10
4.82
4.00 3.00 2.00 1.00 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
Berdasarkan grafik, dapat diketahui bahwa pertumbuhan perputaran perediaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. tahun 2000 sampai dengan tahun 2012 cendrung stabil, karena pertumbuhan perputaran persediaan berada pada kisaran 5 sampai 6 kali perputaran, meskipun pada tahun 2009 dan tahun 2010 sedikit berada d bawah kisaran 5 kali perputaran persediaan. Investasi perusahaan pada modal kerja dalam bentuk persediaan ini mengalami perputaran yang paling rendah pada tahun 2009 dan 2010 dengan perputaran sebanyak 4,48 kali dan perputaran persediaan paling tinggi terjadi pada tahun 2007 dengan perputaran persediaan sebanyak 5,94 kali.
74
4.2.1.4 Deskripsi Return on assets Return on assets adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Toto Prihadi, 2010:138). Return on assets suatu perusahaan dapat diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan asetnya secara produktif 4.2.1.4.1 Return on assets (ROA) Dalam pengukuran return on assets, rasio yang dapat digunakan dalam menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki oleh perusahaan atau disebut dengan Return On Asset (ROA). Return On Asset (ROA) adalah rasio untuk mengukur tingkat laba terhadap aset yang digunakan dalam menghasilkan laba tersebut. Laba atas aset tersebut adalah perhitungan return on assets perusahaan dengan didasarkan atas net income (laba bersih) dibagi dengan total asset (total aktiva) perusahaan, baik yang diinvestasikan di dalam maupun di luar perusahaan (Munawir, 2002:269).
4.2.1.4.2 Pertumbuhan Return on assets (ROA) Pertumbuhan Return on assets dalam pengukuran return on assets perusaaan, dapat diketahui dengan membagi laba bersihnya (net income) dengan total asetnya. Berikut adalah pertumbuhan Return on assets (ROA) PT Indofood Sukses Makmur Tbk. dari tahun 2000 sampai dengan 2012.
75
Tabel 4.7 Pertumbuhan Return on assets (ROA) PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012 (dalam jutaan rupiah) Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Laba Bersih 1.395.399 646.172 746.330 802.633 603.481 386.919 124.018 661.210 980.357 1.034.389 2.075.861 2.952.858 4.891.716 4.779.466
Total Aset
ROA
Tahun
Pertumbuhan ROA
10.637.680 12.554.630 12.979.102 15.251.516 15.308.854 15.673.356 14.786.084 16.267.483 29.706.895 39.591.309 40.382.953 47.275.955 53.585.933 59.324.207
0,1312 0,0515 0,0575 0,0526 0,0394 0,0247 0,0084 0,0406 0,0330 0,0261 0,0514 0,0625 0,0913 0,0806
1999-2000 2000-2001 2001-2002 2002-2003 2003-2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 2011-2012
-61% 12% -8% -25% -37% -66% 385% -19% -21% 97% 22% 46% -12%
Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
Berdasarkan tabel 4.7 pertumbuhan Return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk. periode 2000-2012 menunjukkan bahwa pertumbuhan ROA terendah terjdi pada tahun 2005 dimana ROA perusahaan sebesar 0,0084 atau 0,84%, artinya dari seluruh aset yang dimiliki perusahaan menghasilkan laba sebesar 0.84%, jika dibandingkan pada tahun 2004 ke tahun 2005 pertumbuhan ROA perusahaan menurun sangat besar yakni 66%, hal ini dikarenakan laba bersih menurun 68% sedangkan total asetnya menenurun 6%. Selanjutnya pertumbuhan ROA tertinggi terjadi pada tahun 2006 dimana ROA perusahaan sebesar 0,0406 atau 4,06%, artinya dari seluruh aset yang dimiliki perusahaan menghasilkan laba sebesar 4,06%, jika dibandingkan pada
76
tahun 2005 ke tahun 2006 pertumbuhan ROA perusahaan meningkat sangat besar yakni 385%, hal ini dikarenakan laba bersih meningkat sangat besar pula yakni 433% sedangkan total asetnya hanya meningkat sebesar 10%. Rasio ROA digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dan menilai kinerja operasional dalam memanfaatkan aset yang dimiliki perusahaan. Nilai ROA yang semakin mendekati 1 atau 100%, berarti semakin baik return on assets perusahaan karena setiap aset yang ada dapat menghasilkan laba. Dengan kata lain semakin tinggi nilai ROA maka akan semakin baik kinerja keuangan perusahaan tersebut. Pertumbuhan Return On Asset (ROA) dapat dilihat dalam grafik berikut ini. Grafik 4.7 Pertumbuhan Return On Asset (ROA) PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012 (dalam jutaan rupiah) 0.1000
0.0913
0.0900 0.0800
0.0806
0.0700 0.0600
0.0526
0.0500 0.0515 0.0400 0.0300
0.0625
0.0575
0.0514
0.0394
0.0406 0.0330
0.0247
0.0261
0.0200 0.0100
0.0084
0.0000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
77
Berdasarkan grafik pertumbuhan ROA dapat diketahui bahwa pertumbuhan ROA PT Indofood Sukses Makmur Tbk. sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2012 cendrung tidak stabil, karena terjadi peningkatan dan penurunan. Peningkatan ROA terjadi pada tahun 2001, 2006, 2009, 2010 dan 2011 dengan nilai ROA tertinggi tahun 2011 sebesar 0,0913 atau 9,13%. Sedangkan penurunan ROA terjadi pada tahun 2002, 2003, 2004, 2005, 2007, 2008 dan 2012 dengan nilai ROA terendah pada tahun 2005 sebesar 0,0084 atau 0,84% Keadaan ROA pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk. yang telah diuraikan sebelumnya, dari tahun 2000 sampai 2012, pada umumnya jauh mendekati angka 100%. Keadaan ini kurang baik bagi perusahaan karena, nilai ROA yang semakin kecil, menunjukkan ketidak mampuan dari aset yang diinvestasikan secara keseluruhan dalam menghasilkan laba secara optimal. 4.2.2 Analisis Statistik Untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antar variabel perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan dan Return on assets (ROA) pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk., maka digunakan analisis regresi dan korelasi baik secara parsial maupun simultan. 4.2.2.1 Analisis Data Secara Parsial Dalam pengujian hipotesis, uji parsial (uji statistik t) dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) secara terpisah atau masing-masing.
78
4.2.2.1.1 Pengaruh Perputaran Kas terhadap Return on assets Untuk mengetahui pengaruh modal kerja pada perputaran kas terhadap return on assets, maka dilakukakan analisis regresi liniear sederhana, korelasi, koefisien determinasi dan pengujian hipotesis (uji-t) 4.2.2.1.1.1 Regresi Linear Sederhana (Linear Regression) Untuk mengetahui pengaruh perputaran kas terhadap return on assets maka dapat diketahui dengan regresi linear sederhana.
1
Tabel 4.8 Regresi Linear Sederhana Modal Kerja Pada Perputaran Kas terhadap Return on assets Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta t Sig. (Constant) .082 .013 6.514 .000 PerputaranKas
-.004
.001
-.676
-3.041
.011
a. Dependent Variable: ROA Dari data tersebut, diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 0,082 - 0,004 Perputaran Kas
Penjelasan persamaan: 1) Konstansta sebesar 0,082 menyatakan bahwa jika ada tidak ada tambahan modal kerja pada perputaran kas maka return on assets nya akan bertambah sebesar 0,082 2) Angka koefisien regresi modal kerja pada perputaran kas memiliki nilai negatif sebesar 0,004 yang berarti bahwa setiap penambahan investasi pada perputaran kas sebesar 1 maka tingkat return on assets akan turun sebesar 0,004
79
4.2.2.1.1.2 Korelasi (Correlation) Untuk mengetahui hubungan yang terjadi antara perputaran kas terhadap return on assets maka dilakukan pengukuran data dengan menggunakan analisis korelasi pearson (Korelasi Product Moment Pearson). Tabel 4.9 Korelasi Modal Kerja pada Perputaran Kas terhadap return on assets Correlations PerputaranKas 1
-.672*
13
0.012 13
Pearson Correlation
-.672*
1
Sig. (2-tailed) N
0.012 13
13
Pearson Correlation PerputaranKas
ROA
ROA
Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Jika nilai koefisien korelasi suatu variabel bernilai positif, maka memiliki hubungan berbanding lurus, sedangkan jika nilai koefisien korelasi bernilai negatif, maka memiliki hubungan berbanding terbalik. Berdasarkan tabel 4.9, diketahui koefisien korelasi antara modal kerja pada perputaran kas dengan return on assets memiliki nilai negatif yakni 0.672, berarti antara modal kerja pada perputaran kas dengan return on assets memiliki hubungan berbanding terbalik, yang artinya peningkatan nilai modal kerja pada perputaran kas tidak diikuti oleh peningkatan return on assetsnya. Angka -0,672 juga menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara perputaran kas dengan return on assets adalah kuat, karena nilai tersebut berada dalam interval koefisien 0,600 – 0,799.
80
Jika output program SPSS pada angka korelasi diberi tanda satu bintang (*) maka probabilitas atau signifikansi adalah 0,05. Signifikansi hubungan dua variabel dapat dianalisis dengan ketentuan, jika probabilitas atau nilai signifikansi < 0,05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan, sebaliknya jika return on assets atau nilai signifikansi > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan. Dalam tabel korelasi diketahui bahwa nilai signifikansi adalah 0,012, menunjukkan hubungan modal kerja pada perputaran kas terhadap return on assets adalah signifikan, karena nilai 0,012 < 0,05. 4.2.2.1.1.3 Koefisien Determinasi R Square (R2) adalah
kuadrat dari koefisien korelasi parsial untuk
mengetahui sampai seberapa jauh variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat. Koefisien korelasi juga merupakan sebuah nilai untuk mengukur keeratan hubungan antara variabel respon atau variabel dependen dengan variabel predictor atau variabel independen. Apabila nilai koefisien determinasi sebesar 1 (100%), menunjukkan adanya hubungan yang sempurna, sedangkan nilai koefisien determinasi sebesar 0 menunjukkan tidak terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Tabel 4.10 Koefisien Determinasi Modal Kerja pada Perputaran Kas terhadap Return On Assets Model Summaryb Model 1
R .672a
R Square .451
a. Predictors: (Constant), PerputaranKas b. Dependent Variable: ROA
Adjusted R Square .407
Std. Error of the Estimate .01732
81
Berdasarkan tabel 4.9 besarnya koefisien determinasi tersebut adalah 0,451 atau 45,1% artinya modal kerja pada perputaran kas berpengaruh terhadap return on assets sebesar 45,1% dan sisanya sebesar 54,9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Besarnya R Square 45,1% maka hubungan modal kerja pada perputaran kas terhadap return on assets adalah sedang. 4.2.2.1.1.4 Pengujian Hipotesis (Uji-t) Uji t digunakan untuk membuktikan apakah variabel-variabel independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Uji t dapat menguji pengaruh variabel perputaran kas terhadap return on assets. Pengujian dilakukan dengan uji statistik t dapat dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut; a. Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) Ho : µ = 0; Tidak rerdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran kas dengan return on assets Ha ; µ ≠ 0; Terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran kas dengan return on assets b. Mencari t tabelnya dengan ketentuan bahwa tingkat signifikansi taraf nyata (level of significance) sebesar 5% atau α = 0,05. Derajat kebebasan (degree of freedom) atau DF = n - k -1 = 13 – 1 - 1 = 11. Maka t tabel adalah 2,2010
82
Tabel 4.11 Pengujian Hipotesis (Uij- t) Pengaruh Perputaran Kas Terhadap Return On Assets Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model 1 (Constant) PerputaranKas
B Std. Error .082 .013 -.004 .001
Beta
t 6.438 -3.006
-.672
Sig. .000 .012
a. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan tabel 4.9 t hitung adalah negatif 3,006 sedangkan diketahui sebelumnya bahwa t tabel adalah 2,2010. Tanda negatif artinya memiliki hubungan negatif atau berbanding terbalik, sedangkan angka 3,006 artinya t hitung > t tabel maka ho ditolak dan Ha diterima. Ho ditolak memiliki arti bahwa terdapat pengaruh negatif antara modal kerja pada perputaran kas terhadap return on assets. Hasil perhitungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.1 Uji t Modal Kerja pada Perputaran Kas terhadap Return On Assets
Daerah penolakan
Daerah penerimaan
t hitung (-3,006) -t tabel (-2,2010)
Daerah penolakan
t tabel (2,2010)
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa t hitung berada pada daerah negatif penolakan Ho yang berarti terdapat pengaruh negatif antara modal kerja pada perputaran kas terhadap return on assets, dan pada tingkat signifikan
83
diketahui pada tabel 4.9 adalah 0,010 atau lebih kecil dari taraf nyata sebesar 0,05 sehingga menunjukkan hubungan antara modal kerja pada perputaran kas terhadap return on assets adalah signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara modal kerja pada perputaran kas terhadap return on assets. 4.2.2.1.2 Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Return On Assets Untuk mengetahui pengaruh modal kerja pada perputaran piutang terhadap return on assets, maka dilakukakan analisis regresi liniear sederhana, korelasi, koefisien determinasi dan pengujian hipotesis (uji-t) 4.2.2.1.2.1 Regresi Linear Sederhana (Linear Regression) Untuk mengetahui pengaruh perputaran persediaan terhadap return on assets maka dapat diketahui dengan regresi linear sederhana. Tabel 4.12 Regresi Linear Sederhana Modal Kerja Pada Perputaran Piutang terhadap Return on assets Coefficientsa Unstandardized Standardized Model Coefficients Coefficients t Sig. Std. B Error Beta 1 (Constant) .072 .049 -1.484 .166 PerputaranPiutang
.008
.003
-.595
a. Dependent Variable: ROA
Dari data tersebut, diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 0,072 + 0,008 Perputaran Piutang
2.454
.032
84
Penjelasan persamaan: 1. Konstansta sebesar 0,072 menyatakan bahwa jika ada tidak ada tambahan modal kerja pada perputaran piutang maka return on assets akan bertambah sebesar 0,072. 2. Angka koefisien regresi modal kerja pada perputaran kas memiliki nilai positif sebesar 0,008 yang berarti bahwa setiap penambahan modal kerja pada perputaran piutang sebesar 1 maka tingkat return on assets akan naik sebesar 0,008. 4.2.2.1.2.2 Korelasi (Correlation) Untuk mengetahui hubungan yang terjadi antara satu variabel dengan variabel yang lain dengan distribusi normal dan tingkat pengukuran data dengan menggunakan analisis korelasi pearson (Korelasi Product Moment Pearson). Tabel 4.13 Korelasi Modal Kerja pada Perputaran Piutang terhadap Return On Assets Correlations PerputaranPiutang PerputaranPiutang Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ROA Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 13 .595 .032 13
ROA .595 .032 13 1 13
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel 4.13, diketahui koefisien korelasi antara modal kerja pada perputaran piutang dengan return on assets memiliki nilai yakni 0.595, berarti antara modal kerja pada perputaran piutang dengan return on assets memiliki hubungan berbanding lurus, yang artinya peningkatan nilai modal kerja pada
85
perputaran piutang akan diikuti oleh peningkatan return on assetsnya. Angka 0.595 juga menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara perputaran piutang dengan return on assets adalah sedang, karena nilai tersebut berada dalam interval koefisien 0,400 – 0,599. Dalam tabel korelasi diketahui bahwa nilai signifikansi adalah 0,032, menunjukkan hubungan modal kerja pada perputaran piutang terhadap return on assets adalah signifikan, karena nilai 0,032< 0,05. 4.2.2.1.2.3 Koefisien Determinasi Untuk mengetahui sampai seberapa jauh variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat maka dapat dilihat dari tabel koefisien determinasi berikut ini. Tabel 4.14 Koefisien Determinasi Modal Kerja pada Perputaran Piutang terhadap Return on assets Model Summaryb Model
R
1
.595a
R Square .355
Adjusted R Square -.071
Std. Error of the Estimate .02329
a. Predictors: (Constant), PerputaranPiutang b. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan tabel 4.12 besarnya koefisien determinasi tersebut adalah 0,355atau 35,5% artinya modal kerja pada perputaran piutang berpengaruh terhadap return on assets sebesar 35,5% dan sisanya sebesar 64,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Besarnya R Square 35,5% menunjukkan hubungan modal kerja lemah.
86
4.2.2.1.2.4 Pengujian Hipotesis (Uji-t) Untuk membuktikan apakah variabel perputaran piutang mempunyai pengaruh terhadap variabel return on assets maka dilakukan pengujian statistik t dengan langkah-langkah berikut; a. Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) Ho : µ = 0; Tidak terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran piutang dengan return on assets Ha ; µ ≠ 0; Terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran piutang dengan return on assets b. Mencari t tabelnya dengan ketentuan bahwa tingkat signifikansi taraf nyata (level of significance) sebesar 5% atau α = 0,05. Derajat kebebasan (degree of freedom) atau DF = n - k -1 = 13 – 1 - 1 = 11. Maka t tabel adalah 2,2010 Tabel 4.15 Pengujian Hipotesis (Uij- t) Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Return on assets Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
1 (Constant) PerputaranPiutang
B Std. Error .072 .049 .008
.003
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta ,595
-1.484
.166
2.458
.032
a. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan tabel 4.15 t hitung adalah negatif 2,458 sedangkan diketahui sebelumnya bahwa t tabel adalah 2,2010. Tanda positif artinya memiliki hubungan positif atau berbanding lurus, sedangkan angka 2,458 artinya t hitung > t tabel maka Ho tolak dan Ha diterima. Ho tolak memiliki arti bahwa terdapat
87
pengaruh antara modal kerja pada perputaran piutang terhadap return on assets. Hasil perhitungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.2 Uji t Modal Kerja pada Perputaran Piutang terhadap Profitabiltas
Daerah penolakan
-t tabel (-2,2010)
Daerah penerimaan
Daerah penolakan
t tabel (2,2010)
t hitung (2,458)
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa t hitung berada pada daerah positif penerimaan Ho yang berarti terdapat pengaruh antara modal kerja pada perputaran piutang terhadap return on assets, dan pada tingkat signifikan diketahui pada tabel 4.13 adalah 0,032 atau lebih kurang dari taraf nyata sebesar 0,05 sehingga menunjukkan hubungan antara modal kerja pada perputaran piutang terhadap return on assets adalah signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran piutang terhadap return on assets. 4.2.2.1.3 Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Return on assets Untuk mengetahui pengaruh modal kerja pada perputaran persediaan terhadap return on assets, maka dilakukakan analisis regresi liniear sederhana, korelasi, koefisien determinasi dan pengujian hipotesis (uji-t).
88
4.2.2.1.3.1 Regresi Linear Sederhana (Linear Regression) Untuk mengetahui pengaruh perputaran persediaan terhadap return on assets maka dapat diketahui dengan regresi linear sederhana. Tabel 4.16 Regresi Linear Sederhana Modal Kerja Pada Perputaran Persediaan terhadap Return on assets Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .237 .070 3.369 .006 PerputaranPersediaan
-.035
.013
-.633
-2.711 .020
a. Dependent Variable: ROA
Dari data tersebut, diperoleh persamaan sebagai berikut: Return on assets = 0,237 - 0,035 Perputaran Persediaan
Penjelasan persamaan: 1. Konstansta sebesar 0,237 menyatakan bahwa jika ada tidak ada tambahan modal kerja pada perputaran persediaan maka return on assets akan bertambah sebesar 0,056. 2. Angka koefisien regresi modal kerja pada perputaran persediaan memiliki nilai negatif 0,035 yang berarti bahwa setiap penambahan modal kerja pada perputaran persediaan sebesar 1 maka tingkat return on assets akan turun sebesar 0,035. 4.2.2.1.3.2 Korelasi (Correlation) Korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan yang terjadi antara satu variabel dengan variabel yang lain dengan distribusi normal dan tingkat
89
pengukuran data dengan menggunakan analisis korelasi pearson (Korelasi Product Moment Pearson). Tabel 4.17 Korelasi Modal Kerja pada Perputaran Persediaan terhadap Return on assets Correlations PerputaranPersediaan ROA PerputaranPersediaan Pearson Correlation 1 -.633*
ROA
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
13 -.633*
.020 13 1
.020 13
13
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel 4.17, diketahui koefisien korelasi antara modal kerja pada perputaran persediaan dengan return on assets memiliki nilai negatif yakni 0.633, berarti antara modal kerja pada perputaran persediaan dengan return on assets memiliki hubungan berbanding terbalik, yang artinya peningkatan nilai modal kerja pada perputaran persediaan tidak diikuti oleh peningkatan return on assetsnya. Angka -0,633 juga menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara perputaran persediaan dengan return on assets adalah kuat, karena nilai tersebut berada dalam interval koefisien 0,600 – 0,799. Dalam tabel 4.17 diketahui bahwa nilai signifikansi adalah 0,020, menunjukkan hubungan modal kerja pada perputaran persediaan terhadap return on assets adalah signifikan, karena nilai 0,020 < 0,05.
90
4.2.2.1.3.3 Koefisien Determinasi Untuk mengetahui seberapa jauh variabel perputaran piutang dapat menjelaskan variabel return on assets, maka dapat dilihat dari koefisien determinasi berikut ini. Tabel 4.18 Koefisien Determinasi Modal Kerja pada Perputaran Persediaan terhadap Return on assets Model Summaryb Model 1
R
R Square .633a
.400
Adjusted R Square .346
Std. Error of the Estimate .01829
a. Predictors: (Constant), PerputaranPersediaan b. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan tabel 4.12 untuk mengetahui besarnya pengaruh antara perputaran persediaan dengan return on assets yang ditunjukkan oleh R Square, besarnya koefisien determinasi tersebut adalah 0,400 atau 40% artinya modal kerja pada perputaran persediaan berpengaruh terhadap return on assets sebesar 40% dan sisanya sebesar 60% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Besarnya R Square menunjukkan hubungan modal kerja pada perputaran persediaan terhadap return on assets adalah sedang. 4.2.2.1.3.4 Pengujian Hipotesis (Uji-t) Untuk membuktikan apakah variabel perputaran persediaan mempunyai pengaruh terhadap variabel return on assets maka dilakukan uji statistik t dengan langkah-langkah sebagai berikut; a. Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha)
91
Ho : µ = 0; Tidak terdapat pengaruh signifikan antara perputaran persediaan dengan return on assets Ha ; µ ≠ 0; Terdapat pengaruh signifikan antara perputaran persediaan dengan return on assets b. Mencari t tabelnya dengan ketentuan bahwa tingkat signifikansi taraf nyata (level of significance) sebesar 5% atau α = 0,05. Derajat kebebasan (degree of freedom) atau DF = n - k -1 = 13 – 1 - 1 = 11. Maka t tabel adalah 2,2010 Tabel 4.19 Pengujian Hipotesis (Uij- t) Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap return on assets Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model t B 1
(Constant) PerputaranPersediaan
Std. Error
.237
.070
-.035
.013
Sig.
Beta -.633
3.369
.006
-2.711
.020
a. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan tabel 4.19 t hitung adalah negatif 2,711 sedangkan diketahui sebelumnya bahwa t tabel adalah 2,2010. Tanda negatif artinya memiliki hubungan negatif atau berbanding terbalik, sedangkan angka 2,711 artinya t hitung > t tabel maka ho ditolak dan Ha diterima. Ho ditolak memiliki arti bahwa terdapat pengaruh negatif antara modal kerja pada perputaran persediaan terhadap return on assets. Hasil perhitungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
92
Gambar 4.3 Hasil Uji t Modal Kerja pada Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets
Daerah penolakan
t hitung (-2,711)
Daerah penerimaan
-t tabel (-2,2010)
Daerah penolakan
t tabel (2,2010)
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa t hitung berada pada daerah negatif penolakan Ho, yang berarti terdapat pengaruh negatif antara modal kerja pada perputaran persediaan terhadap return on assets, dan pada tingkat signifikan diketahui pada tabel 4.17 adalah 0,020 atau kurang dari taraf nyata sebesar 0,05 sehingga menunjukkan hubungan antara modal kerja pada perputaran persediaan terhadap return on assets adalah signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara modal kerja pada perputaran persediaan terhadap return on assets. 4.2.2.2 Analisis Secara Simultan Analisisi secara simultan digunakan untuk mengetahui suatu hubungan dan pengaruh fungsional antara lebih dari satu variabel independen terhadap variabel dependen.
93
4.2.2.2.1 Regresi Berganda Analisisi regresi berganda digunakan untuk mengetahui suatu hubungan fungsional antara lebih dari satu variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 4.20 Regresi Ganda Linear Modal Kerja pada Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Return on assets Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model t Sig. Std. B Beta Error 1 (Constant) .184 .118 1.560 .513 PerputaranKas PerputaranPiutang PerputaranPersediaa n
-.002
.002
.001
.004
-.023
.014
-.459 -1.538 .059
.518
0.188
.855
-.414 -1.695
.124.
a. Dependent Variable: ROA
Dari data tersebut, diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 0,184 – 0,002 Perputaran Kas + 0,001 Perputaran Piutang – 0,023 Perputaran Persediaan
Penjelasan persamaan: a) Konstansta sebesar 0,184 menyatakan bahwa jika ada tidak ada penambahan Modal Kerja pada Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Return on assetsnya adalah 0,184 b) Modal kerja pada perputaran kas memiliki nilai koefisien regresi negatif sebesar 0,002 yang berarti bahwa setiap perubahan variabel perputaran kas sebesar 1 akan menurunkan tingkat return on assets sebesar 0,002. Dengan nilai signifikan sebesar 0,002 yang berarti signifikan (0,002<0,05).
94
c) Modal kerja pada perputaran piutang memiliki nilai koefisien regresi positif sebesar 0,001 yang berarti bahwa setiap perubahan variabel perputaran piutang sebesar 1 akan meningkatkan tingkat return on assets sebesar 0,001. Dengan nilai signifikan sebesar 0,001 yang berarti signifikan (0,001<0,05). d) Modal kerja pada perputaran persediaan memiliki nilai koefisien regresi negatif sebesar 0,023 yang berarti bahwa setiap perubahan variabel perputaran kas sebesar 1 akan menurunkan tingkat return on assets sebesar 0,023. Dengan nilai signifikan sebesar 0,023 yang berarti signifikan (0,023<0,05). 4.2.2.2.2 Matriks Korelasi Untuk mencari hubungan antara dua variabel bebas atau lebih yang secara bersama-sama dihubungkan dengan variabel terikatnya, maka digunakan matriks korelasi. Sehingga dapat diketahui besarnya sumbangan seluruh variabel bebas yang menjadi obyek penelitian terhadap variabel terikatnya. Jika koefisien korelasi suatu variabel diketahui bernilai positif maka memiliki hubungan cenderung berbanding lurus sedangkan jika koefisien korelasi bernilai negatif maka memiliki hubungan berbanding terbalik.
95
PerputaranKas
Tabel 4.21 Matriks Korelasi Correlations Perputaran Perputaran Perputaran Kas Piutang Persediaan ** Pearson 1 -.710 .412 Correlation .007 .162 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
PerputaranPiutang
Sig. (2-tailed)
.012
13
13
13
13
-.710**
1
-.508
.595*
.076
.032
.007 13
13
13
Pearson Correlation
.412
-.508
1
-.633*
Sig. (2-tailed)
.162
.076
13
13
13
13
-.672*
.595*
-.633*
1
.012
.032
.020
13
13
13
N Pearson Correlation ROA
-.672*
13
N
PerputaranPersediaan
ROA
Sig. (2-tailed) N
.020
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel, diketahui koefisien korelasi antara modal kerja pada perputaran kas dengan perputaran piutang sebesar -0,710, nilai koefisien yang bertanda negatif artinya diantara kedua variabel tersebut memiliki hubungan berbanding terbalik. Peningkatan modal kerja pada perputaran kas tidak akan diikuti dengan peningkatan modal kerja pada perputaran piutang, begitupun keadaan sebaliknya jika modal kerja pada perputaran kas mengalami penurunan, maka modal kerja pada perputaran piutang akan mengalami peningkatan. Angka koefisien korelasi 0,710 menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara modal
13
96
kerja pada perputaran kas dengan return on assets berada dalam interval koefisien 0,600 – 0,799 yang berarti tingkat hubungannya adalah kuat. Jika angka korelasi pada output program SPSS diberi tanda satu bintang (*) maka probabilitas atau signifikansi adalah 0,05 dan jika bertanda 2 bintang (**) maka probabilitas atau tingkat signifikansi 0,01. Dimana jika probabilitas atau nilai signifikansi < 0,05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan, sebaliknya jika nilai Sig. > 0,05 maka tidak signifikan dan jika probabilitas atau nilai signifikansi < 0,01 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan, sebaliknya jika nilai Sig. > 0,01 maka tidak signifikan. Sedangkan signifikansi hubungan antara variabel perputaran kas dengan variabel perputaran piutang adalah 0,007, artinya < 0,01 hubungan antara kedua variabel tersebut signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara modal kerja pada perputaran kas dengan perputaran persediaan berbanding lurus, signifikan dan memiliki tingkat korelasi interval yang kuat. Koefisien korelasi antara modal kerja pada perputaran kas dengan perputaran piutang sebesar 0,710, nilai koefisien yang bertanda negatif artinya diantara kedua variabel tersebut memiliki hubungan berbanding terbalik. Peningkatan modal kerja pada perputaran kas akan tidak akan diikuti dengan peningkatan modal kerja pada perputaran piutang, begitupun keadaan sebaliknya jika modal kerja pada perputaran kas mengalami penurunan, maka modal kerja pada perputaran piutang dapat akan mengalami peningkatan. Angka koefisien korelasi 0,710 menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara modal kerja pada perputaran kas dengan perputaran persediaan berada dalam interval koefisien 0,60 – 0,799 yang berarti tingkat hubungannya adalah kuat. Sedangkan
97
signifikansi hubungan antara variabel perputaran kas dengan variabel perputaran piutang adalah 0,007, artinya < 0,05 hubungan antara kedua variabel tersebut signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara modal kerja pada perputaran kas dengan perputaran piutang berbanding terbalik, signifikan dan memiliki tingkat korelasi interval yang kuat. Selanjutnya koefisien korelasi antara modal kerja pada perputaran kas dengan perputaran persediaan sebesar 0,412, nilai koefisien yang bertanda positif artinya diantara kedua variabel tersebut memiliki hubungan berbanding lurus. Peningkatan modal kerja pada perputaran kas akan diikuti dengan peningkatan modal kerja pada perputaran persediaan, begitupun keadaan sebaliknya jika modal kerja pada perputaran kas mengalami penurunan, maka modal kerja pada perputaran persediaanpun dapat mengalami penurunan. Angka koefisien korelasi 0,412 menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara modal kerja pada perputaran kas dengan perputaran persediaan berada dalam interval koefisien 0,40 – 0,599 yang berarti tingkat hubungannya adalah sedang. Sedangkan signifikansi hubungan antara variabel perputaran kas dengan variabel perputaran persediaan adalah 0,162, artinya > 0,05 hubungan antara kedua variabel tersebut tidak signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara modal kerja pada perputaran kas dengan perputaran persediaan berbanding lurus, tidak signifikan dan memiliki tingkat korelasi interval yang sedang. Hubungan koefisien korelasi antara modal kerja pada perputaran piutang dengan perputaran persediaan sebesar -0,508, nilai koefisien yang bertanda negatif artinya diantara kedua variabel tersebut memiliki hubungan berbanding terbalik.
98
Peningkatan modal
kerja pada perputaran piutang tidak akan diikuti dengan
peningkatan modal kerja pada perputaran persediaan, begitupun keadaan sebaliknya jika modal kerja pada perputaran piutang mengalami penurunan, maka modal kerja pada perputaran persediaan akan mengalami penurunan. Angka koefisien korelasi -0,508 menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara modal kerja pada perputaran piutang dengan perputaran persediaan berada dalam interval koefisien 0,400 – 0,599 yang berarti tingkat hubungannya adalah sedang. Sedangkan signifikansi hubungan antara variabel perputaran piutang dengan variabel perputaran persediaan adalah 0,076, artinya > 0,05 hubungan antara kedua variabel tersebut tidak signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara modal kerja pada perputaran kas dengan perputaran persediaan berbanding terbalik, tidak signifikan dan memiliki tingkat korelasi interval yang sedang. Sedangkan koefisien korelasi antara modal kerja pada perputaran kas dengan return on assets memiliki hubungan berbanding terbalik, hal ini disebabkan nilai koefisienya – 0,672. Sehingga peningkatan modal kerja pada perputaran kas tidak akan diikuti dengan peningkatan return on assets, begitupun keadaan sebaliknya jika modal kerja pada perputaran kas mengalami penurunan, maka return on assets dapat mengalami peningkatan. Angka koefisien korelasi 0,676 menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara modal kerja pada perputaran kas dengan return on assets berada dalam interval koefisien 0,600 – 0,799, yang berarti tingkat hubungannya adalah kuat. Sedangkan signifikansi hubungan antara variabel perputaran piutang dengan variabel perputaran
99
persediaan adalah 0,012, artinya < 0,05 hubungan antara kedua variabel tersebut adalah signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara modal kerja pada perputaran kas dengan return on assets berbanding terbalik, signifikan dan memiliki tingkat korelasi interval yang kuat. Selanjutnya pada koefisien korelasi antara modal kerja pada perputaran piutang dengan return on assets memiliki hubungan berbanding lurus, hal ini disebabkan nilai koefisienya 0,595. Sehingga peningkatan modal
kerja pada
perputaran piutang akan diikuti dengan peningkatan return on assets, begitupun keadaan sebaliknya jika modal kerja pada perputaran piutang mengalami penurunan, maka return on assetspun akan mengalami penurunan. Angka koefisien korelasi 0,595 menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara modal kerja pada perputaran piutang dengan return on assets berada dalam interval koefisien 0,400 – 0,599, yang berarti tingkat hubungannya adalah sedang. Sedangkan signifikansi hubungan antara variabel perputaran piutang dengan variabel persediaan adalah 0,032, artinya < 0,05 maka hubungan antara kedua variabel tersebut signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara modal kerja pada perputaran piutang dengan return on assets berbanding lurus, signifikan dan memiliki tingkat korelasi interval yang sedang. Kemudian koefisien korelasi antara modal kerja pada perputaran persediaan dengan return on assets juga memiliki hubungan berbanding terbalik, hal ini disebabkan nilai koefisienya – 0,633. Sehingga peningkatan modal kerja pada perputaran persediaan tidak akan diikuti dengan peningkatan return on assets, begitupun keadaan sebaliknya jika modal kerja pada perputaran persediaan
100
mengalami penurunan, maka return on assets dapat mengalami peningkatan. Angka koefisien korelasi 0,633 menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara modal kerja pada perputaran persediaan dengan return on assets berada dalam interval koefisien 0,600 – 0,799, yang berarti tingkat hubungannya adalah kuat. Sedangkan signifikansi hubungan antara variabel perputaran persediaan dengan variabel return on assets adalah 0,020, artinya < 0,05 hubungan antara kedua variabel tersebut adalah signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara modal kerja pada perputaran persediaan dengan return on assets berbanding terbalik, signifikan dan memiliki tingkat korelasi interval yang kuat. 3. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) adalah nilai yang digunkan untuk melihat sejauh mana model yang terbentuk dapat menjelaskan kondisi yang sebenarnya, nilai ini merupakan ukuran ketepatan atau kecocokan garis regresi yang diperoleh dari pendugaan data yang diobservasi atau diteliti. Koefisien determinasi berfungsi untuk mengetahui besarnya persentase variabel terikat yaitu return on assets yang dapat diprediksi dengan menggunakan vriabel bebas modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan, juga dapat digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat. Tabel 4.22 Koefisien Determinasi Secara Simultan Model Summaryb Model 1
R
R Square
.816a
.605
Adjusted R Square .553
Std. Error of the Estimate .01640
a. Predictors: (Constant), PerputaranPersediaan, PerputaranPiutang, PerputaranKas b. Dependent Variable: ROA
101
Berdasarkan nilai R Square pada tabel, besarnya koefisien determinasi tersebut dihasilkan sebesar 0,605 atau 60,5%, artinya sumbangan pengaruh yang diberikan variabel modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap variabel return on assets sebesar 60,5% dan sisanya sebesar 39,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor penyebab lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa besarnya pengaruh modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap variabel return on assets adalah 60,5%, nilai R Square 6,5% mendekati angka 100% yang berarti tingkat hubungannya adalah kuat. 4.2.2.2.4 Pengujian Hipotesis (Uji-F) Uji-F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen atau variabel X1 yaitu perputaran kas, variabel X2 yaitu perputaran piutang dan variabel X3 yaitu perputaran persediaan yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat atau Y yaitu return on assets yang signifikan. Pengujian dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 1. Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) Ho : µ < 0 ; Tidak terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap return on assets. Ha ; µ > 0; Terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap return on assets.
102
2. Menetapkan tingkat signifikansi taraf nyata (level of significance) sebesar 5% atau besarnya α adalah 0,05. 3. Mencari F tabel pada derajat derajat kebebasan (degree of freedom/df), dimana F tabel dapat ditulis; F (α; df1, df2), df1 = k (k adalah banyaknya variabel bebas) dan df2 = n-k-1 (n adalah banyaknya sampel). Sehingga df1= 3, df2= 13-3-1=9, maka F (0,05; 3; 9) adalah 3,86 4. Mencari F hitung menggunakan program SPSS
Model Regression 1
Tabel 4.23 Pengujian Hipotesis (Uji- F) ANOVAa Sum of df Mean Squares Square .004 3 .001
Residual Total
.002 .006
9 12
F 4.600
Sig. .032b
.000
a. Dependent Variable: ROA b. Predictors: (Constant), PerputaranPersediaan, PerputaranPiutang, PerputaranKas
Pada tabel tersebut diketahui bahwa F hitung adalah 4,600 dengan nilai signifikan 0,032. 5. Membandingkan nilai
F hitung dengan F tabel dengan ketentuan, jika F
hitung ≥ F tabel, maka Ho ditolak, sedangkan jika F hitung ≤ F tabel, maka Ho diterima. Berdasarkan tabel tersebut F hitung adalah 4,600 sedangkan F tabel adalah 3,86. Sehingga F hitung ≥ F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti, terdapat pengaruh secara simultan antara modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap return on assets.
103
Gambar 4.4 Uji F Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho
Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan Ho
F tabel (3,86)
F hitung (4,600)
Dari gambar 4.4 tersebut dapat dilihat bahwa F hitung berada pada daerah penolakan Ho, maka Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap return on assets.
4.3 Pengolahan Data Penelitian 4.3.1 Pengaruh Modal Kerja pada Perputaran Kas terhadap Return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Kas adalah salah satu aktiva lancar yang mempunyai sifat paling likuid, disebut paling likuid karena kas selalu siap untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan dalam jangka pendek. Sedangkan perputaran kas adalah seberapa sering kas yang digunkakan untuk kegiatan operasi perusahaan jangka pendek dapat berputar dalam satu tahun dan kembali lagi dalam bentuk kas. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa modal kerja pada perputaran kas terhadap return on assets memberikan pengaruh negatif, hal
104
tersebut dapat dilihat dari hasil koefisien korelasi yang bernilai negatif 0,672. Koefisien korelasi -0,672 menunjukkan bahwa pengaruh dari modal kerja pada perputaran kas terhadap return on assets adalah berbanding terbalik, artinya setiap terjadi penambahan modal kerja pada perputaran kas akan menurunkan tingkat return on assetsnya. Angka koefisien korelasi -0,672 juga menunjukkan hubungan yang kuat dari pengaruh modal kerja pada perputaran kas terhadap return on assets karena berada pada interval koefisien 0,600 - 0,799. Sedangkan koefisien determinasi modal kerja pada perputaran kas terhadap return on assets adalah 45,1% yang artinya modal kerja pada perputaran kas berpengaruh terhadap return on assets sebesar 45,7% dan sisanya sebesar 45,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Kemudian berdasarkan hasil uji hipotesis (Uji t) yang digunakan untuk membuktikan apakah variabel independen secara sendiri-sendiri (parsial) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Modal kerja pada perputaran kas berpengaruh negatif terhadap return on assets, hal ini diketahui dengan membandingkan t hitung dengan t tabel, t hitung 3,001 dan t tabel 2,2010, maka t hitung > t tabel, berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ho ditolak memiliki arti bahwa terdapat pengaruh negatif antara perputaran kas dengan return on assets. Pada tingkat signifikan diketahui 0,012 atau < 0,05 sehingga menunjukkan hubungan antara modal kerja pada perputaran kas terhadap return on assets adalah signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara modal kerja pada perputaran ka terhadap return on assets.
105
Dengan demikian hasil penelitian ini tidak mendukung teori yang menyatakan bahwa modal kerja pada perputaran kas terhadap return on assets adalah berpengaruh positif seperti yang dikemukakan oleh Munawir, “Tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerminkan adanya over investment dalam kas dan berarti pula bahwa perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh perputaran kas yang relatif tinggi dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar”. Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa makin tinggi tingkat perputaran kas maka makin tinggi pula keuntungan (return on assets) yang akan diterima perusahaan. Hasil penelitian yang tidak sejalan dengan teori, diduga karena over investment dalam kas yang dapat dilihat dari grafik pertumbuhan kas yang meningkat hal ini berarti perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas seperti yang dikatakan oleh Munawir.
4.3.2 Pengaruh Modal Kerja pada Perputaran Piutang terhadap Return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Piutang adalah penjualan barang secara kredit, dimana piutang tersebut akan dilunasi pada waktu jatuh tempo yang telah disepakati. Sedangkan perputaran piutang merupakan rasio yang mengukur seberapa cepat piutang peusahaan dapat dilunasi dalam satu tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa modal kerja pada perputaran piutang terhadap return on assets memberikan pengaruh negatif, hal tersebut dapat dilihat dari hasil koefisien korelasi 0,595 Koefisien korelasi 0,595 menunjukkan bahwa pengaruh dari modal kerja pada perputaran piutang terhadap
106
return on assets adalah berbanding lurus, artinya setiap terjadi penambahan modal kerja pada perputaran piutang akan meningkatkan return on assetsnya. Angka koefisien korelasi 0,595 juga menunjukkan hubungan yang sedang dari pengaruh modal kerja pada perputaran piutang terhadap return on assets karena berada pada interval koefisien 0,400-0,599. Sedangkan koefisien determinasi modal kerja pada perputaran piutang terhadap return on assets adalah 35,5% yang artinya modal kerja pada perputaran piutang berpengaruh terhadap return on assets sebesar 35,5% dan sisanya sebesar 64,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Dari hasil uji hipotesis (Uji t) diketahui bahwa modal kerja pada perputaran piutang mempunyai pengaruh negatif terhadap return on assets. Hal ini diketahui dengan membandingkan t hitung dengan t tabel, t hitung 2,458 dan t tabel 2,2010, maka t hitung > t tabel, berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ho ditolak memiliki arti bahwa terdapat pengaruh antara perputaran piutang dengan return on assets. Pada tingkat signifikan diketahui 0,032 atau < 0,05 sehingga menunjukkan hubungan antara modal kerja pada perputaran piutang terhadap return on assets adalah signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara modal kerja pada perputaran piutang terhadap return on assets. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa modal kerja pada perputaran piutang berpengaruh terhadap return on assets, sehingga penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa modal kerja pada perputaran piutang terhadap return on assets adalah berpengaruh, seperti yang dikemukakan oleh Munawir (2010:75) “makin tinggi rasio perputaran piutang menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin
107
rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisis lebih lanjut, mungkin karena ada bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijakan pemberian kredit”. 4.3.3 Pengaruh Modal Kerja pada Perputaran Persediaan terhadap Return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Persediaan adalah barang yang akan dijual oleh perusahaan baik melalui proses produksi maupun tidak. Perputaran persediaan adalah seberapa cepat barang yang tersedia di gudang dapat berputar dalam satu tahun, dengan cara menjual persediaan yang siap jual sehingga dapat menghasilkan keuntungan dan dapat kembali menjadi kas. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa modal kerja pada perputaran persediaan terhadap return on assets memberikan pengaruh negatif, hal tersebut dapat dilihat dari hasil koefisien korelasi yang bernilai negatif 0,633. Koefisien korelasi -0,633 menunjukkan bahwa pengaruh dari modal kerja pada perputaran persediaan terhadap return on assets adalah berbanding terbalik, artinya setiap terjadi penambahan modal kerja pada perputaran persediaan akan menurunkan tingkat return on assetsnya. Angka koefisien korelasi -0,633 juga menunjukkan hubungan yang kuat dari pengaruh modal kerja pada perputaran persediaan terhadap return on assets karena berada pada interval koefisien 0,600-0,799. Sedangkan koefisien determinasi modal kerja pada perputaran persediaan terhadap return on assets adalah 40% yang artinya modal kerja pada perputaran persediaan berpengaruh terhadap return on assets sebesar 40% dan sisanya sebesar 60% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.
108
Berdasarkan uji hipotesis (Uji t) diketahui bahwa modal kerja pada perputaran piutang mempunyai pengaruh negatif terhadap return on assets. Hal ini diketahui dengan membandingkan t hitung dengan t tabel, t hitung negatif 2,711 dan t tabel 2,2010, maka t hitung > t tabel, ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ho ditolak memiliki arti bahwa terdapat pengaruh antara perputaran persediaan dengan return on assets. Pada tingkat signifikan diketahui 0,020 atau < 0,05 menunjukkan hubungan antara modal kerja pada perputaran persediaan terhadap return on assets adalah signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara modal kerja pada perputaran persediaan terhadap return on assets. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa modal kerja pada perputaran persediaan berpengaruh negatif terhadap return on assets, sehingga penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa modal kerja pada perputaran persediaan terhadap return on assets adalah berpengaruh hal ini dikemukakan oleh Agus Sartono (2008:444) “Apabila persediaan terlalu kecil maka kegiatan operasi besar kemungkinan mengalami penundaan, atau perusahaan beroprasi pada kapasitas yang rendah. Sebaliknya apabila persediaan terlalu besar maka akan mengakibatkan perputaran persediaan yang rendah sehingga return on assets perusahaan menurun”. Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa makin rendah perputaran persediaan maka makin rendah return on assetsnya, dan sebaliknya makin tinggi perputaran persediaan maka maikn tinggi pula profiitabilitasnya. Hasil penelitian yang tidak sejalan dengan teori, diduga karena berdasarkan annual report yang
109
diunggah dari webside resmi PT Indofood tahun 2010 terjadi inflasi yang disebabkan oleh naiknya harga komoditas akibat kondisi cuaca yang kurang menguntungkan. Sehingga persediaan perusahaan rendah yang pada akhirnya menyebabkan kegiatan operasi besar kemungkinan mengalami penundaan, atau perusahaan beroprasi pada kapasitas yang rendah seperti yang dikatakann oleh Sartono. 4.3.4 Pengaruh Modal Kerja pada Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan secara Simultan terhadap Return On Assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Return on assets adalah kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba, yaitu menggunakan rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki oleh perusahaan selama periode tertentu. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap return on assets memberikan pengaruh yang signifikan, hal tersebut diketahui dengan besarnya koefisien korelasi sebesar 0,816, nilai tersebut berada dalam interval koefisien 0,800 – 1,000 yang berarti tingkat hubungannya sangat kuat. Hasil penelitian ini berarti modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap return on assets. Dengan koefisien determinasi sebesar 60,5%, sedangkan sisanya sebesar 39,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.
110
Kemudian berdasarkan uji hipotesis (Uji F) menunjukkan bahwa F hitung adalah 4,600 sedangkan F tabel 3,86. F hitung ≥ F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti, terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap return on assets. Berdasarkan teori telah diketahui bahwa modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap return on assets adalah berpengaruh hal ini dikemukakan oleh Martono dan D. Agus Harjito yang diambil dari skripsi Temi Apriani (2002) “Investasi dimana biaya eksplisif pendanaan jangka pendek lebih kecil dari pendanaan jangka panjang untuk mendukung investasi dalam modal kerja, maka profitabiltas atau kemampuan memperoleh laba perusahaan semakin besar”. Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian tidak sejalan, karena hasil penelitian ini menunjukkan arah dari pengaruh modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap return on assets adalah berbanding terbalik. Hal tersebut diduga di karenakan Return On Asset pada PT Indofood Sukses Makmur dihasilkan dari Aktiva tetap, bukan dari modal kerjanya. Sedangkan return on assets yang di dapatkan mungkin lebih bersumber dari Retun On Sales atau Return On Equity.
111
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Pengaruh Modal Kerja pada Perputaran Kas terhadap Return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Modal kerja pada perputaran kas memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return on assets pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk., hal tersebut dapat dilihat dari koefisien korelasi sebesar negatif 0,672, keadaan ini menunjukkan modal kerja pada perputaran kas memiliki hubungan yang kuat terhadap return on assets dan memiliki koefisien determinasi dengan besar 45,1%. Sedangkan uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara perputaran kas dengan return on assets. Pada tingkat signifikan diketahui 0,012 atau < 0,05, artinya hubungan antara modal kerja pada perputaran kas terhadap return on assets adalah signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara modal kerja pada perputaran kas terhadap return on assets.
2.
Pengaruh Modal Kerja pada Perputaran Piutang terhadap Return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk Modal kerja pada perputaran piutang memberikan pengaruh yang signifikan pada return on assets pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk., hal tersebut
112
dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi sebesar 0,595, keadaan ini menunjukkan modal kerja pada perputaran piutang memiliki hubungan yang sedang dan memiliki koefisien determinasi dengan besar 35,5%. Sedangkan uji hipotesis menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara perputaran piutang terhadap return on assets. Pada tingkat signifikan diketahui 0,032 atau < 0,05 artinya hubungan antara modal kerja pada perputaran piutang terhadap return on assets adalah signifikan.
Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara modal kerja pada perputaran piutang terhadap return on assets. 3.
Pengaruh Modal Kerja pada Perputaran Piutang terhadap Return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Modal kerja pada perputaran persediaan memberikan pengaruh yang signifikan kepada return on assets pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk., hal tersebut dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi sebesar negatif 0,633, keadaan ini menunjukkan modal kerja pada perputaran persediaan memiliki hubungan yang kuat terhadap return on assets dan memiliki koefisien determinasi dengan besar 40%. Sedangkan uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara perputaran persediaan dengan return on assets. Pada tingkat signifikan diketahui 0,020 atau < 0,05, artinya hubungan antara modal kerja pada perputaran persediaan terhadap return on assets adalah tidak signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara modal kerja pada perputaran persediaan terhadap return on assets.
113
4.
Pengaruh Modal Kerja pada Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan secara Simultan terhadap Return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Perputaran modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan secara simultan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk., dengan koefisien korelasi sebesar 0,778 nilai tersebut berada dalam interval koefisien 0,600 – 0,799, yang berarti tingkat hubungannya kuat. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian koefisien determinasi menunjukkan besaran 60,5%. Dari hasil Uji F menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan. Maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan secara simultan berpengaruh terhadap return on assets.
5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan saran baik untuk perusahaan dan penelitian selanjutnya sebagai berikut: 1.
Bagi perusahaan dalam meningkatkan return on assets sebaiknya dapat menggunakan asetnya seefektif mungkin, berdasarkan penelitian PT Indofood Sukses Makmur Tbk., investasi pada perputaran modal kerja tidak memberikan return on assets yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan semakin
114
tingginya tingkat perputaran modal kerja justru laba yang didapat perusahaan semakin rendah. 2.
Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menambah objek penelitian dengan menggunakan populasi dan sampel agar hasil penelitian lebih signifikan serta menggunakan uji asumsi klasik untuk menguji kelayakan model regresi, agar dapat menghasilkan nilai parameter yang baik dan tidak terjadi penyimpangan yang cukup serius sehingga hasil penelitian lebih dapat diandalkan.
115
DAFTAR PUSTAKA Annual Report Laporan Tahun 2011 dan tahun 2012 PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Apriani, Temi. 2007. Pengaruh Investasi dalam Aktiva Tetap dan Modal Kerja terhadap Return on assets pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Periode 2001-2005. Program Studi Manajemen pada Fakultas Bisnis dan Manajemem Universitas Widyatama: Bandung Ardiyos. 2006. Kamus Standar Akuntansi. Citra Harta Prima: Jakarta Baridwan, Zaki. 1984. Intermediate Accounting. BPFE (Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi) UGM: Yogyakarta Brigham dan Housten. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Empat: Jakarta
Salemba
Hanafi, Mamduh. 2008. Manajemen Keuangan. UPP (Penerbitan dan Percetakan) STIM YKPN: Yogyakarta Harjito, Agus. 2011.dan Drs. Martono, SU, “Manajemen Keuangan”, Edisi ke 2, Ekoniasia: Yogyakarta http://google.com/laporan-keuangan-pt-indofood Husnan Suad dan Enny Pudjiastuti. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, UPP STM YKPN: Yogyakarta Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Laporan Keuangan Perusahaan Food And Beverages PT. Indofood Sukses Makmur peiode 2000-2010 Kripsianti, Nita. 2013. Pengaruh Fixed Asset dan Net Working Capital terhadap Return on assets PT Gudang Garam Tbk Periode 2000-2011. Program Studi Manajemen pada Fakultas FISIP Universitas Islam Negeri: Bandung Munawir. 2010. Analisa Laporan Keuangan. Liberty: Yogyakarta Nazir. 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Bogor Prihadi, Toto. 2010. Analisis Laporan keuangan (Teori dan Aplikasi). PPM (Pusat Pengembangan Manajemen): Jakarta Riyanto, Bambang. 2012. Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan, Edisi 4, BPFE: Yogyakarta
116
Sartono, Agus. 2008. Manajemen dan Keuangan. BPFE: Yogyakarta Subramanyaman dan Wild, John. Analisis Laporang Keuangan. Edisi 10. Salemba Empat: Jakarta Subramanyaman dan Wild, John. Analisis Laporang Keuangan. Edisi 10. Jilid 2 Salemba Empat: Jakarta Sudjana. 2004. Statistika. Tarsito: Bandung Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung Sugiyono. 2011, “Metode Penelitian Administrasi”, Alfabeta: Bandung Sulaiman, Wahid. 2002. Jalan Pintas Menguasi SPSS 10. Andi Offset: Yogyakarta Tampubolon, P. Manahan, 2005. Manajemen Keuangan (Konseptual, Problem dan Studi Kasus). Ghalia Indonesia: Bogor. Wibowo, Agung E. 2012. Aplikasi Praktis SPSS dalam Penelitian. Gava Media: Batam Winarni, Sigit dan Sujana Ismaya. 2007. Kamus Besar Ekonomi, Cet 2 Pustaka Grafika: Bandung