1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian Di dalam dunia bisnis, semua kegiatan perusahaan tidak bisa lepas dari yang
namanya persaingan, walaupun perusahaan telah mengantisipasinya dengan berbagai strategi yang dimiliki, persaingan itu tetap akan ada. Kondisi seperti ini merupakan risiko yang dihadapi oleh investor dalam mendirikan suatu perusahaan. Risiko akan
selalu
ada dalam
setiap
investasi. Investor dapat
mengestimasi penerimaan yang akan diterima selama investasi, tetapi pada kenyataannya penerimaan yang diterima belum tentu sama seperti yang diestimasikan. Hal
tersebut dapat terjadi dikarenakan adanya faktor-faktor
tertentu yang mempengaruhi. Risiko dalam investasi khususnya pada saham, tercermin pada variabilitas pendapatan (return) saham, baik pendapatan saham individual maupun pendapatan saham secara keseluruhan (market return) di pasar modal.Besar kecilnya risiko investasi pada suatu aktiva atau portofolio, dapat diukur dengan variasi atau standar deviasi dari return aktiva tersebut (Brigham dan Houston, 2011).Risiko ini disebut dengan risiko total (total risk) yang terdiri atas risiko
2
sistematis (systematic risk) dan risiko tidak sistematis (unsystematic risk) (Harianto dan Sudomo, 1998). Lebih lanjut (Brigham dan Houston,2011) menunjukkan bahwa systematic risk terdiri atas business risk (risiko bisnis) dan financial risk (risiko keuangan).Atmaja (2001) risiko bisnis diukur oleh variabilitas operating income (EBIT) yang dihasilkan oleh perusahaan, salah satu faktor yang mempengaruhi risiko bisnis adalah fixed operating expenses (operating leverage), sedangkan risiko keuangan diukur oleh investasi perusahaan pada asset yang dibiayai oleh hutang. Dalam melakukan suatu investasi salah satu bentuk risiko yang harus diperhitungkan oleh investor adalah risiko bisnis. Risiko bisnis pada dasarnya merupakan suatu ketidakpastian mengenai pendapatan atau keuntungan yang diperkirakan akan diterima. Ketidakpastian pada umumnya dapat diukur dengan menggunakan
simpangan
baku (standar
deviasi).
Sedangkan
mengenai
pendapatan atau keuntungan, dalam beberapa penelitian umumnya diproksikan dengan menggunakan rasio keuangan Return on Asset (ROA). Standard Deviation of Return on Asset (SDROA) adalah standar deviasi dari ROA dan SDROA ini merupakan proksi dari risiko bisnis (Syafitri, 2011). Beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh dalam risiko bisnis antara lain oleh Apsari (2004) menyatakan bahwa beberapa faktor utama yang mempengaruhi risiko bisnis adalah degree of total leverage, cyclicality dan firm size.
3
Degree of total leverage (Atmaja, 2001) merupakan kepekaan laba per lembar saham (earning per share,EPS) terhadap perubahan penjualan. Degree of total leverage diukur dengan membandingkan persentase perubahan dalam earning per share terhadap persentase perubahan dalam penjualan. Perubahan pada penjualan dan perubahan pada earning per share tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan pada faktor-faktor ekonomi. Cyclicality (Apsari, 2004) adalah faktor yang menunjukkan seberapa jauh perusahaan dipengaruhi oleh perekonomian. Pada saat kondisi perekonomian membaik, semua perusahaan akan merasakan dampak positif dari kondisi tersebut dan pada saat resesi semua perusahaan akan merasakan dampak negatif dari resesi. Perusahaan yang sangat peka terhadap perubahan kondisi perekonomian merupakan perusahaan yang mempunyai tingkat risiko bisnis yang tinggi, demikian sebaliknya perusahaan yang tidak peka terhadap perubahan kondisi perekonomian mempunyai tingkat risiko bisnis yang rendah. Brealey and Myers (2003) dalam Suyanto (2004) mengatakan bahwa cyclicality mempengaruhi suatu perusahaan dengan dua (2) cara yaitu : 1.
Unique risk atau diversifiable risk dengan cara mempengaruhi variabilitas sales perusahaan.
2.
Business cycle mempengaruhi banyak perusahaan dalam berbagai hal. Business cycle menurut Bodie, Kane and Marcus (1999) dalam Suyanto
(2004) menunjukkan kondisi perusahaan akibat periode ekspansi maupun kontraksi yang terjadi dalam perekonomian nasional.Respon perusahaan terhadap
4
business cycle dapat dikelompokkan menjadi dua (2) yaitu cyclical industries dan defensive industries.Cyclical industries adalah perusahaan-perusahaan yang memproduksi durable goods seperti otomotif, mesin cuci dan industri dari produk yang menjadi bahan baku bagi produk lain. Karena konsumsi untuk durable goods dapat ditunda jika terjadi kesulitan ekonomi, maka penjualan pada bisnis tersebut sensitif terhadap kebijakan ekonomi makro, sedangkan defensive industries adalah perusahaan yang memproduksi f ood producers and processors, pharmaceutical firm dan public utilities. Perusahaan-perusahaan ini umumnya tidak terpengaruh kebijakan-kebijakan ekonomi makro. Firm size, dianggap sebagai proksi guna menentukan perekonomian pada umumnya dari pengembalian saham (Apsari, 2004). Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa perusahaan kecil mengalami risiko bisnis yang lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan besar.Karena perusahaan-perusahaan kecil memiliki risiko lebih banyak maka return nya pun lebih besar.Menurut Elton dan Gruber (1992) dalam Apsari (2004) perusahaan besar cenderung menghadapi risiko bisnis yang lebih rendah dari perusahaan dengan skala kecil. Chan dan Chen (1991) dalam Apsari (2004) menyatakan bahwa terdapat perbedaan risiko dan return antara
perusahaan kecil dan perusahaan
besar.Perusahaan kecil cenderung memiliki risiko yang lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan besar dan perusahaan kecil memberikan return yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan besar, hal ini disebabkan karena adanya efisiensi dalam produksi.
5
Pada
industri manufaktur khususnya
industri tekstil dan
garmen
menawarkan suatu kesempatan yang penting bagi suatu negara untuk memulai industrialisasi ekonominya. Industri ini memainkan peranan penting dalam meningkatkan orientasi ekspor di negara-negara Asia, seperti Hong Kong, Singapura, Taiwan, Korea Selatan, Malaysia, Cina, Indonesia, Thailand, dan Vietnam. Selain itu jumlah penduduk negara ASEAN yang mencapai sekitar 597 juta orang dan penerapan ASEAN Single Window (ASW) dengan bea masuk 0 persen (kecuali negara Laos, Kamboja, dan Myanmar yang menerapkan free duty pada tahun 2012) menjadi peluang besar bagi pasar tekstil (Hermawan, 2011). Di Indonesia, kinerja industri tekstil dan garmen juga memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia yaitu 2,18 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) dan 8,01 persen terhadap industri pengolahan pada tahun 2010 (BPS, 2011). Bahkan komoditas ekspor non migas yang memberikan kontribusi terbesar selama lebih dari 20 tahun terakhir adalah produk tekstil dan garmen.Peningkatan tersebut tidak terlepas dari kebijakan pemerintah pada awal pengembangan industri ini.Selain mempunyai kontribusi yang besar di dalam PDB dan devisa, industri ini juga menyerap banyak tenaga kerja, baik yang bekerja secara langsung ataupun tidak langsung. Arti penting industri tekstil dan garmen dapat dilihat dari perannya sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia selain pangan dan papan. Oleh karena itu, konsumsi sandang akan cenderung meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Potensi pasar Indonesia untuk komoditas produk tekstil dan garmen
6
relatif besar sebab kebutuhan kain masyarakat perkotaan tidak hanya berupa pakaian, tapi juga kebutuhan non pakaian. Penelitian Istojo (2002) dalam Hermawan (2011) menganalisis struktur industri Tekstil dan Produk Teksil (TPT) Indonesia terhadap World Trade Organization (WTO) tahun 2005.Metode yang digunakan adalah deskripsi karakteristik industri, f ive forces model, driving forces, dan key success factor.Hasil yang diperoleh bahwa ketergantungan industri tekstil dan garmen adalah tinggi terhadap pemasok dan pembeli serta persaingan yang ketat antara perusahaan dalam industri TPT Indonesia.Pemberlakuan WTO tahun 2005 menambah persaingan dan perebutan pasar di dalam dan luar negeri. Pemberlakuan WTO juga akan merubah struktur industri TPT menjadi mass customization yang cenderung pada non price factor dan secara penuh didukung oleh prinsip quick response dan just in time stock.Disebutkan pula bahwa perusahaan-perusahaan dalam industri TPT harus dapat melakukan banyak inovasi manufaktur sehingga diferensiasi produk akan meningkat.Hasil penelitian tersebut menunjukkan besarnya risiko bisnis yang dihadapi oleh industri tekstil dan garmen. Hal ini tentunya menarik untuk diangkat menjadi suatu penelitian, karena itu judul dari penelitian ini adalah : “ Analisa Pengaruh Degree of Total Leverage, Cyclicality dan Firm Size Terhadap Risiko Bisnis Pada Industri Tekstil dan Garmen di Bursa Efek Indonesia”.
7
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan tersebut, diatas, maka yang menjadi pertanyaan-
pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1.
Apakah degree of total leverage, cyclicality dan firm size secara bersamasama mempunyai pengaruh terhadap risiko bisnis ?
2.
Apakah degree of total leverage mempunyai pengaruh terhadap risiko bisnis ?
3.
Apakah cyclicality mempunyai pengaruh terhadap risiko bisnis ?
4.
Apakah firm size mempunyai pengaruh terhadap risiko bisnis ?
C.
Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah mengkaji kinerja
keuangan perusahaan manufaktur sub sektor tekstil dan garmen yang telah go public untuk periode tahun 2006-2010, serta pengaruhnya terhadap risiko bisnis. Secara detail tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengkaji secara bersama-sama pengaruh degree of total leverage, cyclicality dan firm size terhadap risiko bisnis pada industri tekstil.
2.
Untuk mengkaji pengaruh degree of total leverage terhadap risiko bisnis pada industri tekstil.
3.
Untuk mengkaji pengaruh cyclicality terhadap risiko bisnis pada industri tekstil.
8
4.
Untuk mengkaji pengaruh firm size terhadap risiko bisnis pada industri tekstil.
D.
Manfaat Penelitian Dari tujuan penelitian diatas, diharapkan akan mampu memberikan
implikasi yang positif kepada pihak-pihak sebagai berikut: 1.
Pihak manajemen akan mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi risiko bisnis, dengan demikian akan dapat melakukan langkah-langkah antisipasi terhadap kondisi internal maupun eksternal perusahaan.
2.
Bagi peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang cara menganalisa degree of total leverage, cyclicality dan firm Size terhadap risiko bisnis pada perusahaan-perusahaan yang go publik.
3.
Sumbangan pemikiran bagi para akademisi dalam kasanah pendugaan risiko dan sebagai acuan serta pembanding bagi penelitian selanjutnya.