BAB I PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul Muhammadiyah merupakan organisasi dakwah DPDU PD¶UXI QDKL munkar EHUDNLGDK ,VODP GDQ EHUVXPEHU SDGD $O 4XU¶DQ GDQ 6XQQDK Organisasi gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya dengan maksud untuk EHUWDID¶ul (pengharapan baik) dapat mencontoh dan menteladani jejak perjuangannya dalam rangka menegakan µ,]]XO ,VODP ZDO Muslimin, kejayaan Islam dan kemuliaan hidup umat Islam sebagai realita1. Dalam perkembangannya, organisasi ini telah memiliki cabang yang tersebar di seluruh pelosok negeri, sehingga tak heran jika saat ini Muhammadiyah merupakan organisasi Islam terbesar ke-2 VHWHODK 1DKGDWXO 8ODPD¶ 18 GL Indonesia. Bahkan organisasi ini dapat dikatakan sebagai organisasi internasional karena tidak hanya eksis di pentas nasional, tetapi telah merambah ke dunia internasional, seperti di kawasan Asia Tenggara organisasi ini dapat kita temukan di negara Malaysia, Singapura, Thailand dan Kamboja. Serta di kawasan Afrika dan Timur Tengah terdapat di negara Mesir dan Iran. Sedangkan di kawasan Eropa dapat kita jumpai di negara Inggris dan Belanda. Muhammmadiyah ini merupakan organisasi keagamaan, namun dalam pergerakannya organisasi dapat berubah menjadi organisasi sosial politik 1
Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban , Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam : Dalam Perspektif Sejarah dan Ideologi, Edisi Ketiga, LPPI UMY, 2003, hal. 113.
masyarakat di saat organisasi ini mampu menampung aspirasi umat Islam serta mampu meminimalisir problematika yang dihadapi Umat Islam tanpa berdasar ras, suku, bangsa atau yang lainnya serta sepanjang tidak EHUWHQWDQJDQGHQJDQ$O4XU¶DQGDQ6XQQDK Dewasa ini eksistensi Muhammadiyah di dunia internasional semakin meningkat. Salah satu contohnya adalah dengan ditunjuknya Muhammadiyah sebagai anggota International Contact Group (ICG) untuk menyelesaikan konflik Moro Islamic Liberation Front (MILF) dengan pemerintah Filipina. ICG itu sendiri terdiri dari unsur pemerintah dan International NonGovernment Organitations (INGOS), diantaranya pemerintah Inggris, Jepang, Saudi Arabia dan Turki. INGOS yang terlibat diantaranya The Asia Foundation Manila, Henry Dunant Center dan Muhammadiyah sebagai fasilitator pemerintah Malaysia2. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang luar biasa disamping akan menjadi sebuah prestasi tersendiri bagi Muhammadiyah jika mampu memberikan solusi bagi tercapainya perdamaian antara MILF dan pemerintah Filipina, karena Muhammadiyah merupakan satu-satunya organisasi Islam yang ditunjuk menjadi anggota ICG dalam penyelesaian konflik ini. Mendasari fenomena di atas maka muncul inspirasi penulis untuk mengangkat fenomena tersebut menjadi sebuah study yang bersifat deskriftifanalitik dengan judul ³Peran Muhammadiyah di Dunia Internasional
2
http://rektor.umm.ac.id/agendadetail.php?c=167&month=1&year=2010, di akses pada 3 Maret 2010.
(Study Kasus : Kontribusi Muhammadiyah Dalam Resolusi Konflik Mindanao)´.
B. Tujuan Penelitian Sebuah penelitian ilmiah pada umumnya bertujuan untuk memberikan gambaran yang objektif mengenai suatu fenomena tertentu. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan penulis ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Menggambarkan atau mendeskripsikan serta menganalisis bagaimana peran dan kontribusi Muhammadiyah dalam solusi konflik Mindanao. 2. Mengedepankan diskursus yang membuat iklim berpikir yang kritis-solutif terhadap persoalan kontemporer dengan melihat bagaimana sebuah organisasi yang berprinsipkan pada satu ideologi mampu berkembang menembus batas kenegaraan dengan mengusung sebuah tujuan kejayaan Islam dan kemuliaan hidup umat Islam sebagai realita. Dengan maksud untuk memberikan gambaran yang objektif mengenai kondisi organisasi Muhammadiyah beserta aktivitas gerakannya serta usaha-usaha untuk menjaga eksistensinya sebagai gerakan Islam di dunia internasional. 3. Memperoleh akurasi pemahaman yang mendalam, kaitannya dengan kemampuan akademisi penulis. Dengan maksud untuk menerapkan teori dan konsep yang penulis peroleh selama kuliah. 4. Mencoba membuktikan hipotesa dalam menjawab pertanyaan dari pokok permasalahan yang ada dalam penelitian ini.
Selanjutnya, hasil dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaankegunaan sebagai berikut: 1. Secara akademis, hasil penelitian ini digunakan untuk memenuhi kelengkapan syarat kelulusan sebagai Sarjana Ilmu Politik (S.IP) jenjang strata satu (S1) pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Secara logis, hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi usaha penelitian selanjutnya. 3. Secara ideal, hasil penelitian ini dapat memperkaya dan menambah mozaik deskripsi dan analisa tentang politik dalam kaitannya dengan organisasi atau kelompok kepentingan.
C. Latar Belakang Masalah Secara historis perjuangan membela bangsa, negara dan menegakkan Islam di Indonesia, umat Islam mendirikan berbagai organisasi dan partai politik dengan corak dan warna yang berbeda-beda. Ada yang bergerak dalam bidang politik, sosial budaya, pendidikan, ekonomi dan sebagainya. Namun semuanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu memajukan bangsa Indonesia khususnya umat Islam dan melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Tercatat dalam sejarah, bahwa dari lembaga-lembaga tersebut telah lahir para tokoh dan pejuang yang sangat berperan baik di masa perjuangan mengusir penjajah, maupun pada masa pembangunan.
Salah
satu
organisasi
Islam
terbesar
di
Indonesia
adalah
Muhammadiyah. Muhammadiyah secara etimologi artinya pengikut Nabi Muhammad SAW. Organisasi Muhammadiyah adalah sebuah organisasi nonpolitis yang bertujuan mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah Nabi Muhammad SAW, memberantas kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran agama ELG¶DK dan memajukan ilmu agama Islam di kalangan anggotanya. Organisasi ini didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 November 1912. Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah yang baru, telah disesuaikan dengan UU no.8 tahun 1985 dan hasil Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Surakarta pada tanggal 7-11 Desember 1985, Bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah DPDU PD¶UXI QDKL PXQNDU yang berakidah Islam dan bersumber pada AlQuran dan As-Sunnah. Adapun maksud pemberian nama Muhammadiyah adalah untuk ber WDID¶XO (pengharapan baik) dapat mencontoh dan mentauladani jejak perjuangan agama Islam semata-mata demi terwujudnya kejayaan Islam sebagai realita dan kemuliaan hidup umat Islam sebagai realita3. Perkembangan Muhammadiyah dewasa ini telah menjadi sebuah gerakan tajdid atau pembaharuan, oleh karena itu Muhammadiyah dituntut untuk selalu membuat langkah-langkah segar, kreatif, inovatif dan responsif pada perkembangan zaman. Dengan kata lain, Muhammadiyah diharapkan dapat selalu berdiri di depan sejarah dalam arti berada dalam perkembangan
3
Musthafa Kamal Pasha., Op. Cit, hal. 119.
masyarakat. Secara demikian interpretasi terhadap ajaran Islam yang dilakukan Muhammadiyah harus segar dan dinamis. Al-4XU¶DQ GDQ $VSunnah tidak pernah basi atau kadaluwarsa sepanjang zaman bila kita mau menangkap pesan-pesan kedua sumber Islam dan selalu mengaitkan dalam perkembangan masyarakat secara antisipatif.4 Dengan sifat gerakannya tersebut, maka tak heran jika Muhammadiyah memiliki peranan penting dalam berbagai aspek sosial kemasyarakan dengan skala
nasional
maupun
internasional.
Belakangan
ini
keterlibatan
Muhammadiyah dalam dunia internasional semakin meningkat, berbagai permasalahan dunia seperti masalah radikalisme yang mengatasnamakan agama dan konflik-konflik agama lainnya menjadikan Muhammadiyah tidak bisa tinggal diam. Nilai-nilai yang dimiliki Muhammadiyah seperti toleransi dan modernisasi serta dakwah DPDU PD¶UXI QDKL PXQNDU terbukti berfungsi dengan baik untuk turut serta mengambil peran dalam mengurangi ketegangan berbagai konflik dan kekerasan menggunakan simbol agama yang terjadi di berbagai wilayah kawasan dunia. Bukti kongkret peran Muhammadiyah di dunia internasional adalah bahwa Muhammadiyah diminta langsung oleh Raja Thailand yang bernama Bhumibol untuk ikut merenkontruksi masyarakat kawasan konflik di Thailand Selatan. Hal ini di ungkapkan oleh Prof. Dr. Din Syamsuddin selaku Ketua PP Muhammadiyah pada Ahad 17 Mei 20095. Adapun perannya yang saat ini telah terlaksana adalah Muhammadiyah melakukan kerjasama dalam bidang 4
Amin Rais, Moralitas Politik Muhammadiyah, Dinamika, Yogyakarta, 1995, hal. 30. http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1465 &Itemid=2, di akses pada 20 April 2010. 5
dakwah melalui pengiriman Da'i, pendidikan dengan cara pertukaran tenaga guru dan dosen maupun dengan mendirikan sekolah serta pemberdayaan ekonomi melalui pengembangan lembaga keuangan mikro. Khusus dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah memberikan beasiswa pendidikan bagi 150 mahasiswa Thailand yang tersebar di beberapa perguruan tinggi Muhammadiyah, antara lain di Makasar, Malang, Yogyakarta, dan Jakarta yang kesemuanya mempelajari non-ilmu agama6. Selain itu, Muhammadiyah juga berencana akan mendirikan sekolah terpadu mulai dari tingkat dasar (SD) sampai ke perguruan tinggi di Thailand Selatan dalam waktu dekat7. Bukti lain peran Muhammadiyah di dunia internasional adalah kerjasama dengan Yayasan British Council Inggris yang lebih memfokuskan ke dalam isu multikulturalisme. Hal ini terjalin berawal dari kedatangan Wakil Ketua Yayasan British Council Inggris Mr. Gerard Lemos pada hari Senin 26 Februari 2007, yang didampingi oleh Ketua British Council perwakilan Jakarta Mr. Mike Hardy, dan Mrs. Yanti Amran Team Leader Social Development, untuk berdialog dengan jajaran Pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah8. Dalam dialog tersebut, Mr. Gerard Lemos memaparkan kondisi masyarakat di Inggris yang pada dasanya sekuler. Namun semenjak
6
http://www.antarajatim.com/lihat/berita/30704/muhammadiyah-akan-dirikan-sekolahdi-filipina, di akses pada 20 April 2010 7 http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1519 &Itemid=2, di akses pada 20 April 2010 8 http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?Itemid=2&id=386&option=com_content&t ask=view, di akses pada 20 April 2010
kedatangan kaum imigran atau pendatang membawa karakter keagamaan yang kuat, terjadi perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan bermasyarakat di Inggris. Untuk merespon kondisi seperti itu, maka terjadilah kesepakatan kerjasama antara British Council dengan Amal Usaha Muhammadiyah, baik dalam pembelajaran bahasa Inggris, pendidikan (dalam bentuk kerjasama antar
Universitas),
memfasilitasi
kerjasama
dengan
Non-Government
Organitation (NGO) pHUHPSXDQ GL ,QJJULV GHQJDQ µ$LV\L\DK PDXSXQ kerjasama yang lain9. Selain contoh peran kongkret Muhammadiyah di dunia internasional yang telah dijelaskan di atas, terdapat contoh lain, salah satunya adalah, pada Senin 15 Juni 200910, Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Din Syamsuddin, turut menghadiri pertemuan tokoh agama dunia menyambut G-B Summit di kota Roma Italia. Pertemuan ini dihadiri 50-an tokoh berbagai agama di dunia, yang bertujuan merumuskan pikiran dan saran bagi para pemimpin negara-negara maju tersebut. Adapun fokus utama pertemuan itu adalah pada desakan agar negara-negara maju melakukan investasi bagi perdamaian dibandingkan kontribusi terhadap ketiadaan perdamaian dan kerusakan global, karena bagaimanapun juga harus diakui bahwa berbagai krisis global dewasa ini (pangan, energi, lingkungan hidup dan keuangan) adalah akibat keserakahan negara-negara
9
maju dalam mengeksploitasi
Ibid. http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1509 &Itemid=2, di akses pada 20 April 2010. 10
Sumber Daya Alam (SDA) untuk pertumbuhan ekonomi belaka tanpa memperhatikan kelestarian alam dan nasib umat manusia kebanyakan. Adapun keterlibatan Muhammadiyah di dunia internasional yang terbaru dan patut dibanggakan adalah bahwa Muhammadiyah ditunjuk sebagai anggota International Contact Group (ICG) untuk menyelesaikan konflik Moro Islamic Liberation Front (MILF) dengan pemerintah Filipina. ICG terdiri dari unsur pemerintah dan NGO Internasional, diantaranya pemerintah Inggris, Jepang, Saudi Arabia, dan Turki. NGO Internasional yang terlibat diantaranya The Asia Foundation Manila, Henry Dunant Center, dan Muhammadiyah sebagai fasilitator pemerintah Malaysia. Terpilihnya Muhammadiyah menjadi anggota ICG dalam penyelesaian konflik ini berawal dari keaktifan Muhammadiyah dalam forum internasional sehingga mampu menempatkan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Din Syamsuddin menjadi Wakil Sekjend :RUOG,VODPLF3HRSOHV¶V/HDGHUVKLS (WIPL). Berawal dari itulah Muhammadiyah sering menjalin komunikasi dengan berbagai kalangan di dunia terkhusus lagi masyarakat muslim dunia. Dalam beberapa kesempatan, perwakilan Muhammadiyah sering melakukan komunikasi dengan beberapa perwakilan MILF, salah satunya DGDODK 0D¶DNLU ,TEDO GLPDQD EHliau merupakan salah satu dari Ketua MILF. Selain itu, perwakilan Muhammadiyah juga sering berkomunikasi dengan salah seorang senator muslim Filipina yang bernama Aminah Rasul. Dari komunikasi yang terjalin dengan baik itulah maka Muhammadiyah diminta oleh MILF untuk turut serta menjadi anggota ICG. Oleh karena itu, pada saat
pertemuan di Kuala Lumpur bulan Desember tahun 2009, Muhammadiyah disetujui menjadi anggota ICG dalam penanganan kasus ini11. Dilihat dari sejarahnya, konflik Mindanao merupakan konflik sipil terpanjang yang ada di Asia Tenggara. Berawal ketika Republik Filipina merdeka pada tahun 1946 atas bentukan kolonial, mayoritas warga Islam Moro di pulau Mindanao, meminta supaya tidak menjadi bagian negara yang baru itu. Namun permintaan tersebut diabaikan. Dengan demikian banyak hal yang terjadi yang membuat rakyat Mindanao menderita, diantaranya perekonomian bangsa Moro tetap rendah, bahkan mereka terusir dari tanah kelahirannya pasca program transmigrasi besar-besaran yang dilakukan oleh warga Luzon dan Visayas. Padahal sebelumnya warga Islam Moro dan suku asli Lumad mengendalikan seluruh pulau Mindanao12. Dengan latar belakang itulah maka pada tahun 1972, Front Pembebasan Nasional Moro mengangkat senjata, untuk memperjuangkan hak-hak tanah mereka. Pertempuran berdarah itu sampai saat ini terus terjadi yang telah memasuki dekade ke-3, sehingga mengakibatkan ratusan ribu orang tewas dan yang lainnya kehilangan tempat tinggal. Dalam masa konflik yang panjang tersebut terjadi kesepakatan pada tahun 1992, dimana sebuah kesepakatan damai ditandatangi untuk daerah otonomi warga Moro. Kemudian berkembang menjadi wilayah Islam Mindanao atau ARMM di kepulauan Sulu. Pembentukan wilayah itu bertujuan
11
Interview dengan Surwandono, S.Sos, MSi., (Penasehat Muhammadiyah dalam Penanganan Konflik Mindanao)-XP¶DW$SULO 12 Muslim di Filipina Minoritas di Negeri Sendiri, Republika Online.htm, di akses pada 20 April 2010.
untuk pembangunan dan penentuan nasib sendiri warga Islam di sana. Namun, kesepakatan tersebut gagal total karena pemerintah Filipina tidak memenuhi janjinya13. Dengan kondisi seperti itu maka tentu saja konflik kembali memanas, sehingga sampai saat ini pun terus berkecamuk. Bahkan dalam sebuah laporan disebutkan bahwa Dr. Abbas yang merupakan pemimpin bangsa Moro mengatakan bahwa : ³'DODP VHJDOD VROXVL SDVWL DGD ELELt masalah baru yang akan muncul, tapi khususnya dalam perpecahan sejarah dalam masyarakat kami, kalau ada kesepatakan perdamaian, belum tentu akan menciptakan perdamaian di tempat ini. Selama warga masih berperang dalam hati mereka masingmasing, nantinya akan terjadi bias, prasangaka buruk, kurangnya kepercayaan dan diskriminasi. Inilah yang akan terjadi di pasar, sekolah dan kantor.³14
Dengan demikian, maka hal ini menjadi sebuah tantangan yang luar biasa bagi Muhammadiyah untuk dapat memberikan solusi yang tepat dalam mengatasi konflik Mindanao tersebut meski hal ini merupakan hal baru dalam tonggak sejarah pergerakan Muhammadiyah. Selain itu, hal ini akan menjadi sebuah prestasi tersendiri bagi Muhammadiyah tatkala mampu memberikan solusi bagi tercapainya perdamaian antara MILF dan Pemerintah Filipina karena Muhammadiyah merupakan satu-satunya organisasi Islam yang ditunjuk menjadi anggota ICG (International Contact Group) dalam penyelesaian konflik ini. Ditambah lagi konflik Mindanao ini bisa dikatakan konflik terpanjang di kawasan Asia Tenggara. 13
Ibid http://mindanaoexaminer.com/news.php?news_id=20090428064908, di akses pada 20 April 2010. 14
D. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas mengenai keterlibatan Muhammadiyah dalam proses perdamaian konflik Mindanao, maka muncul sebuah
pertanyaan
mendasar
penulis
yaitu;
³Bagaimana
peran
Muhammadiyah dalDPSURVHVSHUGDPDLDQNRQIOLN0LQGDQDR"´
E. Kerangka Pemikiran Untuk menjawab permasalahan di atas, dibutuhkan suatu konsep maupun teori. Konsep maupun teori merupakan acuan dan pedoman yang dapat mengarah pada suatu penelitian yang empiris dengan menunjukkan fakta atau data dan hubungan seperti apa yang perlu diteliti dan dianalisa agar kita dapat mengembangkan konsep dan teori tersebut. Secara umum salah satu unsur terpenting dalam sebuah penelitian adalah teori, karena dengan unsur ilmu inilah penulis mencoba menerangkan fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Teori adalah serangkaian fenomena sosial, secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.15 Menurut definisi ini, teori mengandung tiga hal; Pertama, teori adalah serangkaian proposisi antar konsep-konsep yang saling berhubungan dengan cara menentukan konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungan. Kedua, teori menerangkan secara sistematis suatu fenomena sosial dengan cara menentukan hubungan antar konsep. Ketiga, teori menerangkan fenomena
15
Adaptasi dari Kerlinger, FN., Fondation of Behavioral Research 2 nd, Editin, Holf, Rinchart and Wiston, 1973, hal. 9, dikutip dari buku Metode Penelitian Survei, Masri Singarimbun dan Sofian Efendi., 1989, hal. 37.
tertentu dengan cara menentukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana hubungannya. Untuk memberikan jembatan penghubung antara pokok permasalahan dengan hipotesa, maka penulis akan menggunakan landasan pemikiran, yaitu Teori Resolusi Konflik. Konflik berasal dari kata Conligere (bahasa latin) yang berarti menyerang bersama-sama. Menurut Mitchell (1981) Konflik adalah sebuah situasi dimana dua atau lebih orang saling mencapai tujuan-tujuan yang dikehendakinya tetapi hanya salah satu yang berhasil mencapainya. Menurut James A. Schellenberg (1966) Konflik adalah situasi dimana Individu atau kelompok yang lain dalam rangka merebut sesuatu yang dikehendaki berdasarkan pada persaingan kepentingan-kepentingan karena perbedaan identitas atau sikap. Menurut Louis Kiesberg (1988) Konflik sosial adalah fenomena umum yaitu hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok ) yang memiliki atau merasa memiliki sasaran-sasaran yang tidak sejalan.16 Resolusi konflik merupakan suatu terminologi ilmiah yang menekankan kebutuhan untuk melihat perdamaian sebagai suatu proses terbuka. Titik tekan dari resolusi konflik berusaha menangani sebab-sebab konflik dan membangun hubungan baru yang bisa tahan lama diantara kelompok-
16
Juni 2010.
http://www.facebook.com/topic.php?uid=67954569922&topic=14163, di akses pada 5
kelompok yang bemusuhan.17 Resolusi pada dasarnya adalah setiap upaya intervensi (untuk mencegah aktualisasi, mendeeskalasi, menghentikan dan menyelesaikan konflik) dalam salah satu atau lebih tahap konflik. Salah satu sumber konflik yang terjadi antara satu pihak dengan yang lainnya adalah kondisi-kondisi laten dan aktual yang memproduksi keyakinan atau kepercayaan tentang adanya tujuan-tujuan yang tak selaras konstruk teoritik atau asumsi dasar tentang sifat manusia dan proses sosial internal dan intersaksional. Dengan kata lain kemunculan konflik disebabkan karena terdapat rasa atau kesadaran kolektif, ketidakpuasan kolektif terhadap pihak atau pihak-pihak lain dan tujuan-tujuan yang saling berlawanan. Menguatnya konflik seringkali dipicu oleh provokasi para pihak yang terlibat. Provokasi bisa berupa persuasi, koersi dan balas jasa atau imingiming baik material maupun non-material, bahkan bisa juga provokasi berupa gabungan dari ketiganya. Kehadiran pemicu konflik diatas pada perjalanannya turutpula meningkatkan eskalasi konflik yang ditandai dengan perubahan dalam unit konflik : sosio-psikologis (loyalitas dan komitmen pada tujuan / posisi yang telah ditetapkan, sense of crisis terhadapnya dan organisasional (komposisi kelompok, kompetisi dalam kepemimpinan) dan diwarnai dengan perubahan dalam hubungan-hubungan antar pihak yang bertikai (aksi sepihak atau bersama-sama yang saling menyakiti). Sementara itu, untuk menyelesaikan konflik, secara teoretis ada banyak sekali model, namun dalam tulisan ini hanya akan disajikan satu model saja 17
Simon, Fisher, et,al., Mengelola Konflik : Keterampilan dan Strategi Untuk Bertindak, dialihbahasakan oleh S.N. Kartika Sari, D. Kapitalu, Rita Maharani dan Dwi Nivita Rini, The Brithis Council, Jakarta, 2001, hal 7.
yang dianggap paling relevan dengan topik bahasan. Model itu adalah model intervensi pihak ketiga. Secara paling sederhana, pihak ketiga dapat didefinisikan sebagai indifidu atau kolektif yang berada di luar konflik anatara dua piahk atau lebih dan mencoba membantu mereka untuk mencapai kesepakatan.18 Dalam model ini ada beberapa bentuk, yakni coercion, arbitrasi, dan mediasi. Coercion adalah model penyelesaian konflik dengan cara paksaan, di mana masing-masing pihak dipaksa untuk mengakhiri konflik. Arbitrasi adalah penyelesaian konflik dengan cara mengambil pihak ketiga untuk memutuskan masalah yang terjadi, dan keputusan pihak ketiga harus dipatuhi oleh masing-masing pihak. Sementara mediasi berarti pihak ketiga hanya berfungsi untuk menjembatani penyelesaian konflik yang terjadi dalam masyarakat.19 Definisi lain dari mediasi sebagaimana yang ditulis oleh Rabie adalah: ³$n act of outside intervention toassist adversaries to resolve a shared conflict. It works to create a peace process to engage adversaries in a constructive political dialogue, or to transform an established dialogue process into a conflict resolution and peace-PDNLQJRQH´ 20
Dari definisi diatas dapat diartikan secara bebas bahwa mediasi adalah sebuah tindakan intervensi pihak luar untuk menyelesaikan konflik bersama. Mediasi bekerja untuk menciptakan proses perdamaian terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam konflik melalui dialog politik yang
18
Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubin, Penerjemah Helly P. Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto, Teori Konflik Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004, hal 374. 19 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Press, Jakarta, 1998, hal. 241. 20 Surwandono, Diktat Resolusi Konflik, HI UMY, 2007, hal. 26.
konstruktif, atau untuk mengubah proses dialog menjadi sebuah resolusi konflik dan pembuatan perdamaian. Dalam definisi ini, ada sejumlah elemen yang terlibat dalam tindakan mediasi. Diantaranya adalah mediasi merupakan tindakan orang luar (Netralitas). Mediator membantu musuh untuk menyelesaikan konflik (Fasilitasi). Mediasi adalah komponen dari proses resolusi konflik dan perdamaian (Masak Kondisi). Melalui mediasi, pihak terlibat dalam dialog konstruktif (Kompromi). Adapun peran mediator yang paling utama dalam proses mediasi sebagaimana yang di tulis oleh Wall 1981 serta Wall dan Lynn 199221, adalah mengontrol proses komunikasi dan memikirkan serta menyarankan ide baru untuk perjanjian dengan argumen yang jelas serta berbagai pilihan tertentu. Dengan kata lain mediator adalah medium dimana kedua belah pihak dapat memulai berkomunikasi. Dimana peran mediator disini adalah berupaya untuk mengkondisikan proses komunikasi diantara pihak-pihak yang berkonflik. Selain itu dalam proses mediasi, mediator juga dapat berkonsultasi dengan kedua belah pihak atau pihak yang berkonflik, memastikan kekhawatiran masing-masing dan kemudian membantu kedua belah pihak untuk menghindari perbedaan pendapat dalam persiapan untuk negosiasi. Ketika perbedaan pendapat muncul, mediator dapat mengajukan solusi atau alternatif. Selanjutnya, mediator dapat membantu para pihak untuk merumuskan penyelesaian konflik yang solutif dan inovatif. Hal ini pun 21
Dean G. Pruitt and Peter J. Carneval, Negoitation In Social Conflict, Pacific Grove, California, 1993, hal. 169.
merupakan bukan tugas yang mudah. Karena bagaimanapun juga sebuah proses perdamaian harus saling diterima oleh para pihak. Para pihak yang terlibat dalam konflik harus merasa puas dan nyaman dengan hasilnya. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa peran mediator adalah untuk memfasilitasi penyelesaian konflik yang berfungsi sebagai wasit, pemikir netral dan perencana konstruktif. Kemudian untuk mendukung tingkat efektifitas peran pihak ketiga dalam penyelesaian sebuah konflik dapat melakukan intervensi dengan melakukan modifikasi struktur fisik dan sosial, mengubah srtuktur isu dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan motivasi pihak-pihak yang berkonflik.22 Memodifikasi struktur fisik dan sosial maksudnya adalah bahwa pihak ketiga dalam menjalankan perannya dapat melakukan tindakan-tindakan seperti membangun komunikasi antara pihak-pihak yang berkonflik sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, membuka dan mentralkan tempat berlangsungnya proses problem solving, menetapkan batas waktu dan memberi sumber daya tambahan terhadap pihak yang berkonflik. Memodifikasi struktur isu maksudnya adalah bahwa pihak ketiga dalam menjalankan perannya dapat melakukan tindakan-tindakan seperti membantu pihak-pihak yang berkonflik untuk mengidentifikasi berbagai isu dan alternatif yang tersedia, dengan membantu mereka mengepak dan mengurutkan isu-isu tersebut sedemikian rupa sehingga mengarah kepada kesepakatan dan dengan
22
Ibid, hal 383.
memperkenalkan berbagai isu dan alternatif baru yang tadinya tidak terjadi pada para pelaku konflik itu sendiri. Mengambil tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan motivasi pihak-pihak yang berkonflik maksudnya adalah bahwa pihak ketiga dalam menjalankan perannya dapat melakukan tindakan-tindakan seperti memotifasi pihak yang berkonflik untuk membuat konsesi tanpa harus kehilangan muka, kepercayaan, ketidakrasionalan, momentum dan otonomi. Secara keseluruhan sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, konflik terjadi karena adanya perbedaan tujuan dan kepentingan antara dua pihak atau lebih. Dalam hal ini Bangsa Moro dan Pemerintah Filipina memiliki perbedaan tujuan dan kepentingan. Kepentingan Bangsa Moro dalam konflik ini adalah mempertahakan wilayah Mindanao serta berusaha memisahkan diri dari pemerintah Filipina atau paling tidak mendapat otonomi khusus bagi wilayah Mindanao. Sedangkan kepentingan Pemerintah Filipina ialah menguasai wilayah Mindanao untuk Negara Filipina dengan alasan bahwa wilayah tersebut merupakan wilayah penting bagi Filipina dengan kekayaan alam yang melimpah serta posisi strategi di kawasan Asia Tenggara. Dalam
konteks
resolusi
konflik
secara
teoritik
substansial,
Muhammadiyah selaku anggota International Contact Group (ICG) berusaha memainkan perannya dengan baik agar mencapai sebuah tujuan atau harapan dari pihak-pihak yang bertikai yaitu kata damai. Adapun kontribusi Muhammadiyah dalam permasalah ini adalah bahwa Muhammadiyah berfungsi sebagai supporting unit dalam proses mediasi dengan membantu
memodifikasi struktur isu dimana Muhammadiyah berusaha memberikan masukan-masukan atau saran kepada pihak yang berkonflik dengan cara mengepak dan mengurutkan isu-isu yang dihadapi sedemikian rupa sehingga mengarah kepada kesepakatan dan dengan memperkenalkan berbagai isu dan alternatif baru yang tadinya tidak terjadi pada para pelaku konflik itu sendiri yang dalam hal ini adalah Moro Islamic Liberation Front (MILF) dengan pemerintah Filipina.
F. Hipothesis Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah serta ditambah kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan sementara bahwa Muhammadiyah memainkan perannya sebagai anggota International Contact Group (ICG) dalam penyelesaian konflik Mindanao dengan mengunakan model mediasi, dimana Muhammadiyah berusaha menjadi pemikir dengan memberikan saran dan masukan kepada pihak yang berkonflik atau dengan cara memodifikasi struktur isu dan juga berusaha menjadi perencana konstruktif pihak-pihak yang berkonflik.
G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan suatu jenis
penelitian yang menelaah fenomena atau kenyataan sosial dalam suasana yang berlangsung secara wajar atau ilmiah, bukan dalam kondisi yang terkendali atau laboratories sifatnya (tidak bersifat angka). Dengan menggunakan model atau pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatau program atau suatu situasi sosial23. Sedangkan desain studi kasusnya menggunakan desain studi kasus tunggal dimana kasus tersebut menyatakan kasus penting dalam menguji suatu teori yang telah disusun dengan baik24. Menurut K Yin Robert25: ³6WXGL NDVXV DGDODK VXDWX LQNXLUL HPSLULV \DQJ PH\HOLGLNL fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas dan dimana multi sumber bukWLGLPDQIDDWNDQ´
Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus mempunyai beberapa keuntungan, Lincoln dan Guba mengemukakan bahwa keistimewaan studi kasus meliputi hal-hal berikut26: 1. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan subyek yang diteliti.
23
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Kominukasi dan Ilmu Sosial lainnya, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal. 201. 24 Masri Singarimbun, Metode Penelitian Soaial, LP3ES, Jakarta, 1989, hal. 192. 25 Robert Yin K., Studi Kasus (Desain dan Metode), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hal. 18. 26 Deddy Mulyana, Op. Cit, hal. 201.
2. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari. 3. Studi kasus merupakan saran efektif untuk menunjukkan hubungan atara peneliti dan responden. 4. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan (trust-worthiness). 5. 6WXGL.DVXVPHPEHULNDQ³XUDLDQWHEDO´\DQJGLSHUOXNDQEDJLSHQLODLDQ atas transferabilitas. 6. Studi kasus terbuka bagi penelitian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.
2. Teknik Pengambilan Data Data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata bukan angka, melalui penerapan kualitatif yang berisikan kutipan data-data yang memberikan gambaran tentang penelitian. Dalam penelitian jenis kualitatif ada tiga cara dalam pengumpulan atau pengambilan data, yaitu wawancara, observasi, dan pemanfaatan dokumen tertulis27. Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan 2 cara yaitu, wawancara dan pemanfaatan dokumen tertulis (cetak ataupun elektronik), dengan data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata bukan
27
Michael Patton Quinn, Metode Evaluasi Kualitatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1991.
angka, melalui penerapan kualitatif yang berisikan kutipan data-data yang memberikan gambaran tentang penelitian. 1. Wawancara (interview), adalah proses penghimpunan data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung dengan responden atau nara sumber. Wawancara dilakukan berdasarkan pertanyaan yang telah dirumuskan dalam daftar wawancara (interview guide) serta dapat ditambah pertanyaan yang muncul secara spontan. Tujuannya adalah untuk mencari data pokok mengenai keterlibatan Muhammadiyah dalam proses perdamaian konflik Mindanao dan apa kepentingannya. 2.
Pemanfaatan dokumen tertulis (cetak ataupun elektronik). Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini selain melalui wawancara adalah dengan menggunakan media buku pendukung, artikel, studi pustaka atau literatur, serta media lain yang dalam bentuk cetak ataupun elektronik untuk menguatkan data serta memperdalam pengetahuan tentang masalah yang diteliti.
3. Teknik Analisa Data Kajian ini merupakan kajian deskriptif±analitik, yang bertujuan menggambarkan dan menganilisis peran dan kontribusi Muhammadiyah dalam proses perdamaian konflik Mindano. Fokusnya mengarah pada bagaimana kontribusi atau upaya yang dilakukan oleh Muhammadiyah dalam penyelesaian konflik tersebut.
Tahap awal pelaksanaan kajian ini, yaitu dengan melakukan studi kepustakaan. Studi kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh data dan gambaran
tentang
bagaimana
sejarah
Muhammadiyah,
kemudian
menggambarkan bagaimana Muhammadiyah berkembang sampai bisa menembus batas negara dan memiliki pengurus cabang istimewa di luar negeri sehingga memiliki pengakuan dunia internasional yang akhirnya dapat terpilih menjadi salah satu anggota International Contact Group (ICG) dalam kasus ini. Selain itu tidak ketinggalan juga menggambarkan bagaimana konflik antara Moro Islamic Liberation Front (MILF) dengan pemerintah Filipina ini bisa terjadi mulai dari sejarah sampai perkembangannya. Setelah itu, data dianalisis untuk menemukan kontribusi dan upayaupaya yang dilakukan Muhammadiyah untuk meredakan konflik Mindanao, serta faktor-faktor pendukung dan penghambat pada prosesnya itu. Dan dari hasil analisis ini, diharapkan dapat menghasilkan suatu penjelasan, rekomendasi atau saran, serta kesimpulan akhir.
4. Informan Penelitian Informan penelitian ini maksudnya adalah orang yang berkompeten memberi informasi tentang bagaimana keterlibatan Muhammadiyah dalam International Contact Group (ICG) beserta peran dan upaya-upaya yang dilakukannya, yang mana informasi itu didapat melalui proses wawancara (interview).
H. Jangkauan Penelitian Pada penelitian ini, penulis membatasi masalah (focus interest) hanya pada peran Muhammadiyah dalam proses perdamaian konflik Mindanao dari awal keterpiliahannya menjadi anggota International Contact Group (ICG) sampai dengan upaya yang telah dilakukannya hingga bulan Juni 2010.
I. Sistematika Penulisan Agar pembaca dapat memperoleh uraian atau gambaran mengenai permasalahan yang akan dibahas, maka diperlukan uraian yang sistematis yakni penulis menyajikan per bab. Di dalam penyusunan tulisan ini, penulis menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari V bab. Bab I, Pendahuluan. Berisikan mengenai alasan pemilihan judul, tujuan penelitian, latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka pemikiran, hipothesis, metode penelitian, jangkauan penelitian serta sistematika penulisan. Bab II, Sejarah dan Perkembangan Muhammadiyah. Berisikan tentang uraian mengenai sejarah dan perkembangan Muhammadiyah hingga proses internasionalisasi Muhammadiyah. Bab III, Dinamika Konflik Mindanao. Berisikan tentang uraian mengenai konflik Mindanao antara Moro Islamic Liberation Front (MILF) dengan pemerintah Filipina di mulai dari sejarah hingga perkembangannya sampai dengan upaya resolusi konflik yang telah dilakukan.
Bab IV, Konstribusi Muhammadiyah Dalam Solusi Konflik Mindanao. Pada bab ini, akan membahas hasil penelitian yang berupa peran dan kontribusi Muhammadiyah dalam proses perdamaian konflik Mindanao. Kemudian pada bab V, Penutup. Berisikan kesimpulan dan rekomendasi atau saran jika diperlukan.