1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi, keberadaan bisnis ritel atau
eceran di tengah-tengah masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini terjadi karena adanya perubahan pola belanja masyarakat yang semakin selektif, dan adanya perbedaan cara pandang masyarakat tentang bisnis ritel (eceran). Mailool (2009), menjelaskan bahwa perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia yang didukung oleh meluasnya penggunaan kartu kredit mendorong kebutuhan ritel modern semakin meningkat. "Perkembangan itu sejalan dengan tumbuhnya Mall yang sangat mendukung tumbuhnya ritel modern, sehingga terjadi trend modernisasi pola hidup konsumen di Indonesia" .Bisnis ritel yang semula dipandang hanya sebatas penyedia barang dan jasa saja, sekarang dipandang sebagai bisnis yang semakin inovatif, dinamis, dan kompetitif. Di Indonesia, perdagangan eceran pada pasar modern mengalami pertumbuhan dan persaingan pesat dengan masuknya perusahaan besar seperti Alfa, Makro, Carrefour, Giant, Hypermart, dan lain-lain. Saat ini, terdapat sekitar 62 perusahaan ritel dengan sekitar 2700 gerai diseluruh Indonesia (Samuel:2006). Dan pada beberapa tahun terakhir pertumbuhan ritel modern di Indonesia berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan bisnis ritel modern ini dapat ditunjukan dari segi omzet yang masih tumbuh secara nyata yakni dari sekitar Rp
2
42 triliun pada tahun 2005, meningkat menjadi sekitar Rp 58 triliun pada tahun 2007 dan tahun 2008 sudah mencapai sekitar Rp 67 triliun (Pearson: 2009).
Fenomena munculnya berbagai perusahaan pengecer besar di Indonesia dalam bentuk toko moderen berlaku juga di Makassar. Hal ini mendorong perusahaan pengecer besar untuk tetap melakukan penelitian terhadap perilaku para pelanggannya. Salah satu perilaku pelanggan yang harus diteliti adalah kepuasan mereka dalam berbelanja di toko moderen. Kepuasan pelanggan sangat penting, karena konsumen akan memutuskan untuk kembali berbelanja pada ritel tersebut jika ritel kita dianggap sesuai dengan harapan mereka. Kepuasan pelanggan salah satunya nampak pada pelayanan yang diberikan, apakah sesuai dengan harapan pelanggan atau tidak, karena hal tersebut merupakan salah satu kunci keberhasilan perusahaan pengecer besar untuk mempertahankan dan mendatangkan pelanggannya. Dengan dukungan lebih dari 3.000 gerai yang menyediakan kebutuhan sehari-hari, Alfamart siap menjadi tempat pilihan belanja masyarakat yang tepat. Selalu hadir ditengah permukiman karena Alfamart ingin menjadi gerai lingkungan yang peduli akan komunitas sekitar dan menjadi bagian dari masyarakat.
Gerai pertama yang dibuka di Jalan Beringin Raya Karawaci, Tangerang pada 18 Oktober 1999 dengan nama Alfa Minimarket adalah merupakan cikal bakal dari Alfamart itu sendiri. Berbagai upaya dilakukan untuk memuaskan dan memenuhi tuntutan masyarakat, hingga 3 tahun kemudian, tepatnya awal 2003 Alfa Minimarket ini berubah nama menjadi Alfamart.Perubahan nama tersebut
3
semakin menjadikan Alfamart tumbuh agresif. Hanya dalam catatan waktu 6 tahun kemudian, Alfamart sudah memiliki 1.293 gerai yang tersebar di berbagai kota di pulau Jawa dan Propinsi Lampung.
Sejalan dengan visi Alfamart yaitu menjadi jaringan distribusi ritel terkemuka yang dimiliki masyarakat luas, terhitung 2007, Alfamart mencoba menawarkan skema kepemilikan gerai Alfamart kepada masyarakat yang berminat menjadi wirausaha. Dengan format waralaba yang dirancang khusus bagi pengusaha kecil dan menengah, skema waralaba ini intinya menawarkan peluang kepada masyarakat untuk bergabung dengan operator-operator gerai ritel yang berpengalaman tingkat nasional. Dalam skema waralaba tersebut, dukungan yang diberikan PT Sumber Alfaria Trijaya mencakup merek Alfamart yang sudah dikenal luas, kemampuan merchandising dan pemasaran, tata kelola bisnis ritel yang handal, sistem teknologi informa-si (TI) Alfamart yang menyeluruh, sistem logistic dan manajemen persediaan, serta basis pelanggan dari pemegang kartu Aku.Skema waralaba dengan dukungan yang demikian lengkap terbukti telah menumbuhkan kepercayaan yang tinggi pada masyarakat. Permintaan untuk menjadi wirausaha model waralaba ini pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Hingga Mei 2010, dari 3.700 unit gerai yang dibangun Alfamart, 1.000 unit gerai diantaranya berformat waralaba milik masyarakat. Sisanya yakni 2.700 unit gerai berformat milik sendiri. Tidak hanya itu, sebagai perusahaan ritel dengan jumlah gerai yang mencapai ribuan, Alfamart juga menjadi salah satu perusahaan yang menyediakan lowongan kerja bagi masyarakat cukup besar. Diperkirakan sekitar
4
12.000 calon karyawan disaring setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di Alfamart. Saat ini lebih dari 30.000 orang bergabung dengan Alfamart dan menempati berbagai posisi.
Alfamart mudah dijumpai di daerah perumahan, gedung perkantoran dan fasilitas umum karena pola penempatan gerai didasarkan pada prinsip mudah dijangkau masyarakat. Keberadaan gerai ini didukung oleh 16 pusat distribusi yang
dihubungkan
memungkinkan
dengan
pasokan
sistem barang
teknologi bisa
tetap
yang
mutakhir,
terjaga
sehingga
kontinuitasnya
(www.google.com).
1.2
Rumusan Masalah Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah keempat variabel marketing mix yang terdiri dari product, price, promotion dan distribution berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap keputusan konsumen
berbelanja pada ritel Alfamart di
Makassar? 2. Variabel marketing mix manakah yang mempunyai pengaruh dominan terhadap keputusan konsumen berbelanja pada ritel Alfamart di Makassar?
5
1.3
Tujuan dan Manfaat penelitian
1.3.1 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengatahui apakah keempat variabel marketing mix yang terdiri dari product, price, promotion dan distribution berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap keputusan konsumen berbelanja pada ritel Alfamart. 2. Untuk mengetahui variabel marketing mix mana yang paling dominan berpengaruh terhadap keputusan konsumen berbelanja pada ritel Alfamart. 1.3.2 Manfaat a. Bagi ritel Alfamart hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pihak manajemen organisasi terkait karakteristik marketing mix pada umumnya, agar dapat melakukan proses evaluasi pelanggannya secara tepat sasaran hingga seberapa jauh tingkat ekspektasinya dapat dijelaskan secara langsung pengaruhnya terhadap kepuasaan pelanggan Alfamart Makassar. b. Bagi peneliti akan bermanfaat untuk menambah pengetahuan dalam menerapkan teori-teori yang dipelajari di bangku perkuliahan . c. Bagi penulis-penulis selanjutnya yang akan mengangkat permasalahan yang sama, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai literature.
6
1.4 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penyusunan skripsi, penulis menggunakan sistematika penulisan yang menjelaskan mengenai keseluruhan isinya. BAB I
: Pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II
: Landasan teori yang menjelaskan tentang teori bauran pemasaran kerangka pikir dan hipotesis.
BAB III : Metodologi penelitian yang menjelaskan tentang lokasi penelitian, waktu penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan definisi operasional. BAB IV : Gambaran umum perusahaan yang menjelaskan tentang sejarah singkat Alfamart, visi dan misi, struktur organisasi dan pembagian tugas. BAB V : Analisis hasil dan pembahasan yang menjelaskan tentang karakteristik responden dan analisis serta pembahasan mengenai faktor marketing mix terhadap pengambilan keputusan pembelian konsumen pada ritel Alfamart. BAB VI : Kesimpulan dan saran-saran.