Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dalam sebuah jurnal penelitian yang dikeluarkan oleh Universitas Meiji yang berjudul
「 AKB48 ビジネスモデルについての考察」 ( AKB48
bijinesu moderu nit tsuite no kousatsu, Investigation of AKB48 Bussiness Model, Katou Shizuko:2) disebutkan bahwa Idol adalah sebutan bagi masyarakat Jepang untuk seorang idola yang dikagumi dan digemari, atau seseorang yang memiliki fans berat. Keberadaan Idol mulai dikenal pada tahun 1970-an, bersamaan dengan meluasnya kepemilikan televisi berwarna di kalangan masyarakat Jepang. Fenomena AKB48 terbentuk dari kebudayaan pada tahun 1980, Idol berada di masa kejayaannya. Penyanyi-penyanyi terkenal yang bahkan masih berpentas hingga saat ini seperti Matsuda Seiko, Nakamori Akina, dan grup Onyanko Kurabu dengan Akimoto Yasushi sebagai produsernya berlombalomba untuk memulai debutnya. Memasuki tahun 1990 hingga saat ini, media komunikasi dan informasi menjadi semakin maju, selain televisi dan radio, orang-orang juga mulai mengenal internet. Saat ini di Jepang orang-orang dapat mendapatkan informasi kegiatan dan konser Idol melalui situs resminya. Idol pada dewasa ini menjadi semakin beragam, bahkan hanya dengan postingan animasi pada sebuah situs seseorang atau sesuatu dapat menjadi terkenal, sehingga melahirkan Virtual Idol atau Net Idol. Kebanyakan orang Jepang menjawab AKB48 sebagai Idol yang paling terkenal saat ini. Di era
modern ini, Idol dalam kebudayaan remaja Jepang memiliki citra fans pendukung adalah lawan jenis dari idolanya. Namun ini tidak berlaku untuk AKB48, kepopularitasan yang tinggi membuat mereka digemari oleh segala kalangan, pria bahkan wanita di Jepang. Saat ini hampir semua perusahaan televisi Jepang menyajikan acara yang di bintangi oleh AKB48. AKB48 mengadakan banyak mengadakan kegiatan unik yang membuat mereka berbeda dengan idol yang selama ini sudah ada di Jepang. Contohnya
総選挙) dan acara salaman
seperti kontes popularitas yang disebut Sousenkyo (
para fans dengan member AKB48. Sebagian dari para fans tidak ragu untuk menghabiskan uang dan waktu dalam jumlah besar untuk mengikuti konser, kegiatan acara serta membeli barang-barang koleksi yang berhubungan dengan AKB48. Pada 9 Juni 2011, salah satu member inti AKB48, Maeda Atsuko memperoleh 139.892 suara dan memenangkan Sousenkyo ketiga yang diadakan di Nihon Budoukan. Hasil kontes tersebut disiarkan selama 5 jam ke atas selama seminggu (Nihon Terebi, TBS), diberitakan melalui artikel koran di keesokan harinya (Nikkan Sports), dan disiarkan di sebagian bioskop di dalam maupun luar negeri Jepang. Di balik fenomena ini tersembunyi faktor penting yang dapat menjadi kunci dalam memahami perilaku para remaja Jepang dalam masyarakatnya. Sebelum datang ke Jepang, penulis memiliki imej bahwa para remaja Jepang memiliki karakteristik introvert, namun setelah dilakukan observasi secara langsung, penulis mendapat kesan yang sangat berlawanan dengan pemikiran awal. Para remaja yang menjadi fans AKB48 merupakan contoh terbaik dalam memahami hal ini. Dengan kata lain, penulis mendapat kesan yang sama sekali berbeda dengan apa yang diutarakan oleh masyarakat Jepang
pada umumnya terhadap remaja sekarang ini. Para remaja Jepang yang menjadi fans AKB48 lebih terbuka serta ekspresif dalam menunjukkan jati diri mereka, hal ini terlihat dari aktivitas dan gaya hidup mereka dalam mengejar dan mendukung Idol favorit mereka. Para remaja ini tidak hanya antusias, tetapi juga bergerak secara kelompok dengan sesame penggemar AKB48. Paling tidak para fans menunjukkan sikap yang lebih ekstrovert bila hal itu sudah berhubungan dengan AKB48. Kepopularitasan AKB48 menanjak sejak tahun 2010, pencapaiannya telah memikat banyak remaja Jepang, bahkan mereka dikenal sebagai sebuah fenomena sosial di Jepang, disebut juga “Fenomena AKB”. AKB48 memulai konser debutnya pada tanggal 8 Desember, 2005, di teater AKB48, lantai 8 gedung Don Quijote( dibaca: Don ki hote), Akihabara, Tokyo. Ini adalah titik awal kelahiran AKB48. Biasanya para idol Jepang memulai debut mereka dengan merilis CD atau melakukan penampilan di film bioskop maupun Dorama, namun AKB48 memulai debutnya dengan konser di tahun 2005 itu. Produser AKB48, Akimoto Yasushi menciptakan AKB48 dengan konsep” Idol yang dapat ditemui langsung”. Hingga saat ini, para idol di Jepang selalu memberikan kesan bahwa mereka berada di tempat yang tidak tercapai oleh para fans, bagaikan bunga yang berada di tepi jurang. Namun para member AKB48 menjalani kehidupan mereka seperti orang biasa untuk mempersempit jarak yang ada di antara para fans dengan idolanya. AKB48 setiap hari menggelar konser di teater mereka sendiri, ini juga merupakan hasil pemikiran produser Akimoto Yasushi yang beranggapan bahwa konser para idol lebih banyak dilakukan di balik layar televisi, sehingga sulit dicapai langsung oleh para fans, namun apabila AKB48 dapat melakukan konser di
teater sendiri setiap hari secara rutin, maka para fans dapat menemui idola mereka secara langsung setiap saat. Dalam sebuah wawancara yang tertulis dalam buku AKB48
の秘密の教科書 (AKB48 no Himitsu no Kyoukasyo)
produser Akimoto berkata, ”Menurut saya, konsep pembuatan yang berlaku pada zaman sekarang adalah dengan tidak memulai dari jumlah penonton yang maksimum, melainkan dengan bentuk yang lebih kecil, lalu diperluas secara perlahan.” (AKB48 no Himitsu no Kyoukasyo, 2011:15-16) Selain itu, anggota AKB48 yang mendapatkan banyak dukungan dari para fans akan mendapat kesempatan untuk tampil di tempat-tempat lain, hal ini adalah konsep lain dari produser Akimoto dalam mengembangkan AKB48, yaitu ”Idol yang dapat dipromosikan oleh para fans sendiri”. Profesor jurusan sosiologi Universitas Housei, Inamasu Tatsuo berkata,” AKB48 memiliki banyak elemen-elemen baru untuk sebuah grup idol. Salah satunya adalah jarak yang tidak terasa di antara para fans dengan idolnya. Selama ini idol dan para artis ”disuguhkan” secara searah dari pihak produser kepada para fans. Namun dalam kasus AKB48 memberikan kesan bahwa para fans juga turut andil dalam membesarkan idola favorit mereka. Ditambah lagi dengan jumlah anggota yang cukup banyak, AKB48 memiliki variasi karakter yang beragam, sehingga para fans dapat memilih idol mereka sendiri serta dapat ditemui kapan saja di konser mereka di teater Akihabara. Produser Akimoto sangat perhatian dengan keinginan para fans sebagai penerima dan dapat menangkap aliran zaman dengan baik. Meskipun AKB48 telah memiliki kepopularitasan yang tinggi, para member masih tetap menggelar konser mereka di teater Akihabara, sebab bagi mereka teater itu adalah titik awal dari segalanya. Para fans masih tetap bisa
bertemu para member setiap hari, sehingga mereka merasakan kedekatan dengan idol mereka. Ini adalah salah satu perbedaan terbesar dari AKB48 dengan idol yang ada selama ini. Untuk menaikkan pamor AKB48, produser Akimoto Yasushi menciptakan sebuah sistem kontes popularitas yang disebut
総選挙
(Sousenkyo). Dari satu jurnal penelitian yang digunakan penulis sebagai sumber data yang berjudul AKB48
ビジネスモデルについての考察
( AKB48 bijinesu moderu nit tsuite no kousatsu, Investigation of AKB48 Bussiness Model, Katou Shizuko: 6) tertulis bahwa kontes ini bertujuan untuk menentukan siapa member AKB48 yang paling populer dengan menggunakan sistem pemungutan suara oleh para fans. Namun, salah satu cara untuk mendapatkan hak suara tersebut ternyata adalah dengan membeli CD Single AKB48 yang sudah diselipi kupon berisi sederetan angka yang dapat digunakan untuk memasukkan suara via internet. Akibatnya, banyak remaja Jepang yang terdorong untuk membeli Single yang berisi kupon tersebut lebih dari satu keping, agar dapat memasukkan suara berkali-kali. Bila dipikirkan secara wajar, ini hanyalah taktik dagang yang digunakan oleh produser untuk meningkatkan penjualan CD, tetapi rupanya banyak fans yang tidak terlalu mempedulikan jumlah uang yang akan dihabiskan mereka untuk kontes ini, hasilnya, muncul orang-orang yang membeli puluhan, ratusan, bahkan ribuan keping CD Single tersebut demi memenangkan Idol favorit mereka.
1.2 Rumusan Permasalahan Penulis akan menganalisis gaya hidup hedonisme remaja Jepang penggemar grup Idol AKB48 yang mendorong mereka untuk melakukan hal-
hal yang secara umum dianggap tidak wajar sehingga menerima banyak kritikan dari masyarakat Jepang.
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Permasalahan dalam penelitian ini akan dibatasi pada kehidupan hedonis para remaja Jepang penggemar AKB48 ditinjau dari sudut pandang ekonomi. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik kehidupan hedonis para remaja Jepang yang dilatarbelakangi fenomena sosial AKB48 yang ditinjau dari sudut pandang ekonomi. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah agar pembaca skripsi dapat lebih memahami kehidupan hedonis remaja Jepang penggemar AKB48 sekarang.
1.5 Metode Penelitian Metode
operasional
yang
akan
digunakan
penulis
untuk
pengumpulan data adalah metode kepustakaan dengan sumber data berupa buku
絶望の国の幸福な若者たち(zetsubou no kuni no koufukuna wakamono
tachi) karya Furuichi Noritoshi dan jurnal penelitian, artikel, hasil penyelidikan dalam bentuk angket yang berhubungan dengan fenomena AKB48 serta gaya hidup dari para remaja Jepang terhadap fenomena tersebut yang sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh berbagai pihak yang ditemukan lewat internet. Metode analisa data yang akan digunakan penulis adalah metode deduktif, dimana penulis melakukan analisis dan menarik kesimpulan dari data-data yang ditemukan lewat sumber data.
Metode pendekatan yang akan digunakan oleh penulis adalah metode pendekatan kualitatif, dimana penulis akan melakukan studi dari gaya hidup remaja Jepang terhadap fenomena AKB48 dan kecenderungan para remaja Jepang yang dapat ditemukan lewat sumber data, kemudian mengambil kesimpulan dari data-data tersebut.
1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: Pada bab satu, yaitu pendahuluan, penulis akan menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan dan ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian. Pada bab kedua akan dijelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bab ketiga, penulis akan menjelaskan analisis yang dilakukan oleh penulis terhadap data-data yang diperoleh. Pada bab keempat akan ditulis simpulan dari bab-bab sebelumnya dan saran-saran dari penulis agar pembaca dapat mengambil manfaat dari penelitian ini. Pada bab kelima akan berisi ringkasan dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis.