BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Merujuk amanat Undang-Undang Dasar 1945, tersebutkan dalam pasal 31 ayat (1) bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan ayat (2) disebutkan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Dan dalam UU No. 20/2003 pasal 5, bahwa setiap warga negara berhak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intlektual, dan/atau sosial berhak mendapatkan pendidikan khusus, warga negara di daerah terpencil atau terbelakang.serta masyarakat adat yang terpencil berhak mendapat pendidikan layanan khusus, warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak mendapat pendidikan khusus serta setiap warga negara berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional. Pembangunan pendidikan sangat penting karna perannya yang signifikan di berbagai bidang kehidupan: sosial, ekonomi, politik dan budaya. Karna itu, pemerintah berkewajiban untuk memenuhi setiap hak warga negara sebagai mana diamanatkan UUD 1945, yang mewajibkan pemerintah bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan kesejahteran umum. Pendidikan
menjadi landasan kuat yang
diperlukan untuk meraih kemajuan bangsa di masa depan, bahkan lebih penting
Universitas Sumatera Utara
lagi sebagi bekal dalam menghadapi era global sarat dengan persaingan antra bangsa yang berlangsung sangat ketat. Dengan demikian, pendidikan menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi karna pendidikan faktor determinan bagi suatu bangsa untuk bisa memenangi kompetisi global. Dari sisi idiologi, pendidikan sebenarnya telah mendapat tempat dari pendiri bangsa. Terbukti dimasukkannya pendidikan sebagai salah satu prioritas utama dalam dalam pembukan UUD 1945, yang tak dapat diubah yang dianggap sebagi landasan bangsa yang sakral. Sebelum
pemerintahan
Persiden
Soeharto,
sebenarnya
masalah
pendidikan nasional telah memperoleh cukup perhatian dari para elite politik yang ada. Jika kita melihat sejarah, proklamator Bung Hatta merupakan salah satu tokoh yang gencar menyuarakan pentingnya pendidikan nasional bagi kemajuan bangsa sejak jaman kolonialisme. Sebagai pendiri Partai Nasional Indonesia (PNI baru) sejak tahun 1931 (PNI lalu pecah menjadi Partai Sosialis dan Partai sosialis Indonesia), konsep pentingnya pendidikan telah diajukan Hatta dalam pasal 4 Konsitusi PNI, yaitu untuk mencerdaskan rakyat dalam pendidikan politik, pendidikan ekonomi, dan pendidikan sosial (pidato Bung Hatta dalam reuni Pendidikan Nasional Indonesia yang diterbitkan di Bogor tahun 1968). Pendidikan Untuk Semua disebut PUS atau Eduction for All (EFA) bukan lah suatu program baru. Kalau bisa disebut jargon alias slogan,hal itu merupakan suatu gerakan untuk mengaitkan dan mensinergikan berbagai program pendidikan yang telah ada dilaksanakan oleh berbagai intansi terkait seperti aparat pemerintah, legeslatif, yudikatif dan masyarakat luas (organisasi dan Lembaga
Universitas Sumatera Utara
Swadaya Masyarakat ), baik ditingkat pusat (nasional) maupun daerah (provinsi, kabupaten/kota) sebagai sebuah komitmen global atau lebih dikenal dengan Kerangka Aksi Dakar 2000. Program yang dipayungi oleh UNESCO ini lahir dari keprihatinan dunia akan kondisi pendidikan pada tahun 1980-an yang memilukan. Lebih dari100 juta anak (60 juta diantarnya perempuan ) tidak mengenyam pendidikan dasar. 960 juta orang dewasa ( dua pertiganya perempuan ) masik buta huruf, dan lebih dari dua pertiga penduduk dunia tidak memiliki akses teknologi dan media. Pada pertengahan tahun 1990-an masih ada 872 juta penduduk negara berkembang yang masih buta huruf, dua pertiganya adalah perempuan. Semenjak tahun 1980, penurunan angka buta huruf hanya mencapai 15% dan sangat kecil dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk dunia. Pada tahun
2000
diperkirakan jumlah buta huruf mencapai 881 juta jiwa. (Budiharso, 2007: 8) Kerangka Aksi Dakar tersebut menegaskan Deklarasi Dunia tentang PUS dengan enam komitmen. Pertama, memperluas dan meningkatkan kesempatan pendidikan masa kanak-kanak terutama bagi mereka yang terpinggirkan. Kedua, memastikan pada tahun 2015 nanti, semua anak, terutama perempuan, anak-anak yang terpinggirkan dan mereka yang menjadi etnis minoritas, memiliki akses pendidikan dasar yang bermutu. Ketiga memastikan bahwa keperluan untuk belajar dari semua generasi muda maupun dewasa terpenuhi melalui terbukanya akses terhadap segala bentuk pendidikan, baik formal maupun informal. Keempat, meningkat celik huruf khususnya bagi kaum perempuan, serta meningkatkan akses pembelajaran seumur
hidup
bagi dewasa.
Kelima,
melenyapkan
kepincangan kesempatan gender dalam akses pendidkan dasar dalam akses pendidikan dasar dan menengah pada tahun 2005 dan mencapai kesetaran
Universitas Sumatera Utara
kesempatan gender pada tahun 2015. Keenam meningkatkan semua kwalitas pendidikan, baik formal maupun informal. Saat ini hampir 7 juta anak tidak bisa sekolah, sedangkan estimasi UNESCO lebih dari jumlah itu. Data yang dilansir Departemen Pendidikan Nasional (Juni 2007) menunjukan, 12.881.080 orang masuk kategori buta aksra di Indonesia. Malah ada yang menyebut 70 juta orang yang buta huruf ( The New Rulers of the World, Pilger ). (Kompas, 24 Agustus 2007 hal 60) Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) melakukan survei dan menemukan tingkat pengangguran sangat besar antara mereka yang putus sekolah. Pada kelompok usia 15-17 tahun, angka pengangguran sebesar 71 persen. Besaran tersebuat berkurang secara berangsur-angsur menjadi sekitar 53 persen untuk usia 19-20 tahun dan 20 persen untuk usia 23-24 tahun. Deputi Direktur ILO Jakarta, Peter Rademeker mengemukakan, laporan ini merupakan bukti yang kuat adanya kebutuhan untuk tidak membiarkan anakanak dibawah usia 15 tahun masuk kedalam angkatan kerja, dan harus tetap sekolah. “anak yang putus sekolah dan masuk dunia kerja memang dapat membantu perekonomian keluarga untuk jangka pendek, namun diusia dewasa, ia kemungkinan besar gagal atau kurang berhasil dalam kehidupan bekerjanya ketimbang mereka yang berhasil menamatkan pendidikannya. Peter juga menjelaskan masalah ini harus disikapi dengan mempormosikan pendidikan dan kesempatan latihan yang luas bagi orang muda. “ hal ini tidak hanya membantu mereka, namun akan menjadi investasi yang efektif bagi masa depan ekonomi Indonesia.” Lanjutnya menjelaskan, mereka yang putus sekolah cendrung untuk menikah dan memiliki anak pertama rata-rata dua tahun lebih
Universitas Sumatera Utara
cepat dibandingkan dengan mereka yang
menyelesaikan pendidikan dasar.
(TEMPO Interaktif, 12 Juni 2006) Anak putus sekolah di Sumatra Utara masih sangat memprihatinkan. Sebanyak 86 ribu anak usia 7-15 tahun didaerah ini didapati tidak melanjutkan sekolahnya. Sejumlah faktor menjadi penyebab, di antaranya kondisi ekonomi keluarga, geografis, budaya dan pola pikir masyarakat. Kondisi ini dibeberkan Kasubdis Dikmenjur Dinas Pendidikan Sumut Drs Bahaudin Manik kepada wartawan di Bina Graha Pemprovsu. Dijelaskannya, masalah ini terjadi didaerah terpencil yang cendrung terisolir. Letaknya yang jauh dari pusat pamerintahan, meyulitkan akses kedaerah itu. “Jadi, daerah yang paling parah putus sekolahnya di Sumut adalah pulau Nias sekitarnya. Kemudian, kabupaten-kabupaten yang dimekarkan,” ujarnya. Di daerah-daerah itu, tenaga pengajarnya dan prasarana masih jauh tertinggal dari kota besar. (Harian Global, 07 juni 2006) Pendidikan Nonformal (PNF) merupakan salah satu jalur pendidikan pada sistim pendidikan nasional yang bertujuan antara lain untuk memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dijangkau dan dipenuhi oleh jalur pendidikan sekolah
formal.
Pendidikan
nonformal
memberikan berbagai pelayanan
pendidikan untuk semua agar setiap warga negara memperoleh pendidkan sepanjang hayat yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jaman. Salah satu bentuk pelayanan pendidikan nonformal adalah pendidikan kesetaraan melalui program Paket A Setara SD, program Paket B Setara SMP dan Paket C Setara SMA. Pendidikan kesetaraan berupaya memperluas akses terhadap
Universitas Sumatera Utara
wajib belajar 9 tahun, serta memberikan pelayan pedidikan bagi masyarakat yang kebutuhan pendidikannya tidak dapat dipenuhi oleh lembaga pendidikan formal. Bagaimanapun, selembar ijazah tetap masih menjadi tumpuan harapan bagi sebagian besar masyarakat, terutama terkait upaya untuk mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik. Sekalipun itu hanya selembar ijazah setingkat SMP. Setidaknya itulah harapan Sri Wahyuni (20), warga Slipi, Jakarta Barat. Ibu dari seorang anak berusia empat tahun ini, Selasa (26/6) kemarin—bersama 60 warga belajar pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) di Kecamatan Palmerah—mengikuti ujian nasional (UN) pendidikan kesetaraan Paket B (setara SMP). Mereka mengikuti ujian di lokasi PKBM Budi Daya, dengan jadwal mata ujian pertama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Ada juga yang mencari ijazah untuk memenuhi persyaratan tertentu, seperti para kader partai politik yang dicalonkan menjadi anggota parlemen. Misalnya karena ijazahnya hilang waktu kebanjiran. Dulu pernah ada yang demikian di PKBM kami," ujar Samsinar. (Kompas 27 Juni 2007) Data final Puspendik pada 26 Agustus lalu menyebutkan peserta UN Kesetaraan Paket A 17.481 orang, Paket B 245.698 peserta, Paket C 200.968 peserta. Jumlah total 464.147 atau naik 920 peserta. Jumlah peserta pada Mei-Juni 2006 280.980. Jadi, total peserta tahun ini 745.127. Jumlah peserta UN Kesetaraan 2006 meningkat pesat dibandingkan Mei-November 2005 sebanyak 224.901 orang, kenaikannya 231,3 persen. Provinsi dengan jumlah peserta terbesar pada periode kedua Jawa Tengah (80.627), Jawa Timur (44.850, Jawa Barat (33.055), Nusa Tenggara Timur
Universitas Sumatera Utara
(30.137), Kalimantan Barat (23.125), dan Sumatra Utara (21.020). Peserta DKI untuk Paket A 252, Paket B 1.807, Paket C 8.720. Jumlah totalnya, 10.779 peserta. Tingkat kelulusan UN untuk Mei-Juni 2006 secara nasional kecuali DIY dan Kabupaten Klaten untuk Paket A 84,28, Paket B 88,3, Paket C IPS 75,26 dan Paket C IPA 65,57 persen. Pelaksanaan UN Kesetaraan DIY dan Kabupaten Klaten diundur, karena gempa. Tingkat kelulusan di DIY untuk paket C IPS 62,23. ( Ella Yulaelawati, 2006) Sebanyak 179 Siswa Pusat Kegitan Belajar Masyarakat (PKBM) Emphaty melaksanakan try out di Perguruan Gajah Mada Jalan Bunga Kenanga Medan Selayang. Try out tiga hari ini dimaksudkan menguji kemampuan sebelum mengikuti ujian nasional PKBM pada 19-21 Juni 2007. Try out bagi peserta pendidikan luar sekolah yang didominasi anak putus sekolah dalam paket belajar B setara SMP dan C setara SMA oleh PKBM Emphaty dihari pertama menguji materi PPKN dan Matematika dengan jumlah 50 dan 30 soal ujian. Pelaksanaan try out ini langsung kepala cabang dinas pendidikan medan selayang Ny. Sadariah SH didampingi Pimpinan PKBM B Nainggolan didampingi tutor dan mahasiwa Universitas Sumatera Utara (USU) yang melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Nainggolan kepada wartawan, “ Kita harapkan dengan langsung try out dilokasi ujian akan membawa persiapan lebih mantap”. Ia berharap nantinya kelulusan PKBM Emphaty dapat mencapai hasil serupa seperti tahun lalu. “ Tahun lalu lulus 100 persen dimana meluluskan 54 siswa Paket B dan 5 siswa paket C. (Sumut Pos 6 Juni 2007) Dilihat dari jumlah peserta yang begitu banyak dan antusiasnya peserta
Universitas Sumatera Utara
ujian nasional Kesetaraan disetiap Provinsi di Indonesia. Sebenarnya masyarakat kita sadar akan pentingnya pendidikan dan memiliki harapan untuk hidup lebih baik. Karena tidak adanya akses dan faktor sosial ekonomi, sosial budaya, dan kondisi geografis menyebabkan mereka tidak menikmati bangku sekolah. Adanya Progam pendidikan Kesetaraan ini cukup membantu mereka untuk dapat melanjutkan pendidikan dan juga mengurangi angka anak putus sekolah. Disisi lain program ini membantu mereka yang benar-benar tidak mampu dalam hal ekonomi untuk mendapatkan pendidikan juga status sosial yang lebih baik. Karena salah satu sasaran program pendidikan kesetaraan adalah mereka yang kurang mampu dari segi ekonomi. Adapun yang
menjadi dasar penulis mengangkat
judul tentang
implementasi program pedidikan kesetaraan dikarenakan penulis terlibat langsung sebagai
tenaga pengajar di PKBM EMPHATY dalam menjalankan program
pendidikan kesetaraan yang menjadi lokasi penelitian penulis. Selain itu juga yang menjadi ketertarikan penulis dikarenakan belum ada yang penelitian mengenai pendidikan kesetaraan ini.
I.2. Perumusan Masalah Masalah merupakan pokok dari suatu penelitian. Untuk itu, dalam penelitian ini perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang diteliti. Berdasarkan latar belakang masalah dan uraian di atas. Penulis dapat merumuskan. “Bagaimanakah Implementasi Program Pendidikan Kesetaraan yang Dilakukan Oleh PKBM EMPHATY Medan”
Universitas Sumatera Utara
I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.3.1. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah •
Untuk mengetahui implementasi program pendidikan kesetaraan yang dilakukan PKBM EMPHATY Medan.
I.3.2. Manfaat Penelitian 1. Secara akademis, dapat memberikan konstribusi positif terhadap khasanah keilmuan bagi Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial. 2. Secara
teoritis,
mempertajam
dapat
kemampuan
menabah dalam
litratur
sehingga
penulisan
karya
dapat ilmiah,
khususnya mengenai pedidikan kesetaraan 3. Secara Praktis, dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Yayasan EMPHATY dalam menjalankan program pendidikan kesetaraan kedepan. 4. Menjadi bahan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pendidikan kesetaraan.
Universitas Sumatera Utara
I.4. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN BAB ini berisikan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian serta Sistematika Penulisan
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA BAB ini menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan masalah dan objek yang akan diteliti
BAB III : METODE PENELITIAN BAB ini berisikan Tipe Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data serta Teknik Analisa Data BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN BAB ini berisikan Gambaran Umum mengenai lokasi dimana peneliti melakukan penelitian BAB V
: ANALISA DATA BAB ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam
penelitian Beserta analisisnya BAB VI : PENUTUP BAB ini berisikan Kesimpulan dan Saran.
Universitas Sumatera Utara