BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Dalam pembangunan suatu kota skala global, kota harus berperan sebagai
mesin pertumbuhan (engine of growth). Kota yang memiliki aspek pembangunan yang harmonis, peran kota-kota besar dan metropolitan sebagai engine of growth mendapatkan tantangan tersendiri,
yaitu dengan memperhatikan prinsip
keberlanjutan dan layak huni. Sebagai pusat pertumbuhan tentunya kota besar dan kota metropolitan akan melengkapi sarana dan prasarananya dari berbagai sektor dan tentunya akan semakin banyak investasi yang harus ditanamkan di kota-kota tersebut. Semakin banyak investasi, tentu akan semakin banyak pula peluang lapangan kerja. Hukum Efek Pengganda (multiplier effect) akan berlaku pula, artinya roda ekonomi akan berputar seiring dengan semakin banyaknya perputaran uang yang terjadi. Perkembangan suatu kota juga dilihat dari kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah yang sudah diberikan wewenang dari pemerintah pusatnya. Investasi adalah salah satu variabel penting dalam sebuah perekonomian. Ada beberapa hal yang mempengaruhi investasi, yaitu suku bunga, PDRB, utilitas, birokrasi, kualitas SDM, regulasi, stabilitas politik dan keamanan serta faktor sosial dan budaya. Hal ini menimbulkan implikasi kebijakan, yaitu penurunan suku bunga, kebijakan fiskal, perbaikan sarana dan prasarana, perbaikan birokrasi pemerintahan, pelanggaran regulasi, kebijakan untuk
Universitas Sumatera Utara
menciptakan stabilitas politik dan keamanan, penguatan budaya lokal. Investasi mendorong pertambahan pendapatan nasional (pertumbuhan ekonomi) secara berlipat ganda lewat proses multiplier effect, mendorong terciptanya lapangan kerja yang dapat menggurangi pengangguran, sebagai alat pemerataan antar daerah, antar sektor dan antar perorangan (Sadono Sukirno,1994). Persaingan ekonomi global akan menuntut kota-kota berlomba-lomba menjadi kota yang tidak hanya memiliki sarana dan prasarana yang memadai tetapi juga atraktif bagi investasi, menarik untuk dikunjungi, aman dan nyaman untuk dihuni, memiliki kemudahan maupun memiliki lingkungan yang kondusif bagi meningkatnya produktifitas dan kreatifitas. Tanpa karakteristik ini sulit bagi kota-kota kita untuk berperan secara optimal sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi wilayah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan wilayah dilakukan dengan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah melalui kegiatan investasi baik yang berasal dari dalam negeri atau yang disebut Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau juga yang berasal dari luar negeri atau disebut Penanaman Modal Asing (PMA). Karena itu untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maka diperlukan investasi pada semua sektor pembangunan. Kebijakan otonomi daerah telah memberikan peluang yang cukup besar kepada daerah untuk menarik investasi sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan. Dalam hal ini menyebabkan tingkat persaingan daerah akan semakin tajam sehingga pemerintah daerah dituntut untuk menyiapkan daerahnya
Universitas Sumatera Utara
sedemikian rupa sehingga mampu menarik investor untuk masuk ke wilayah masing-masing. Menurut Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Derah (KPPOD) terdapat beberapa faktor-faktor yang dapat menentukan daya tarik investor untuk masuk ke suatu daerah. Faktor-faktor tersebut diperkirakan relatif sama dengan yang terjadi di kota Pematangsiantar. Faktor-faktor tersebut adalah kelembagaan, sosial politik, ekonomi daerah, tenaga kerja dan infrastruktur fisik. Pada
tahun
2001-2005 KPPOD melakukan penelitian terhadap 96-228 kabupaten/kota di seluruh Indonesia untuk mengetahui bobot masing-masing faktor tersebut. Hasil penelitian KPPOD menunjukkan bahwa selama tahun 2001-2004 faktor kelembagaan memiliki bobot tertinggi yang menjadi daya tarik investasi, sedangkan pada tahun 2005 faktor kelembagaan mengalami penurunan menjadi paling rendah (Tabel 1.1). Faktor lainnya seperti ekonomi daerah, infrastruktur fisik dan tenaga kerja juga berpengaruhdan memiliki jumlah bobot yang cukup tinggi dan penambahan sedikit. Tabel 1.1 Bobot Faktor Pemeringkat Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota Di Indonesia. Faktor
2001-2004
2005
Infrastruktur Fisik
13%
17%
Sosial Politik
26%
27%
Ekonomi Daerah
17%
23%
Tenaga Kerja
13%
18%
Kelembagaan
31%
15%
Sumber: KPPOD (2001-2005)
Universitas Sumatera Utara
Di lihat dari (Tabel 1.1) ada lima faktor pemeringkat daya saing investasi kabupaten/kota di Indonesia
yaitu infrastuktur fisik, sosial politik, ekonomi
daerah tenaga kerja dan kelembagaan. Dari sumber data yang diperoleh menjelaskan dari tahun 2001-2004 faktor yang mempengaruhi daya tarik investasi dilihat dari persentasi yang lebih tinggi adalah faktor kelembagaan sebesar 31%, berikutnya faktor sosial politik sebesar 26%, faktor yang ketiga ekonomi daerah sebesar 17% dan faktor infrastuktur fisik dan tenaga kerja menujukkan persentasi yang sama sebesar 13%, sedangkan pada tahun 2005 faktor keamanan,politik dan sosial budaya memiliki bobot terbesar dalam mempengaruhi daya saing investasi suatu daerah, yakni sebesar 27%, disusul oleh faktor ekonomi daerah dengan bobot sebesar 23%. Persentasi ekonomi daerah ini lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 17%, faktor kelembagaan yang pada empat tahun berturut-turut memiliki bobot terbesar 31% untuk tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 15%. Hal ini tidak serta merta menunjukkan kondisi kelembagaan daerah-daerah di indonesia setelah 5 tahun pelaksanaan otonomi daerah sudah mulai membaik, sehingga tidak lagi dipandang sebagai faktor yang terlalu penting dalam memengaruhi daya saing investasi daerah. hal ini bisa terjadi karena diluar dunia usaha sudah mulai apatis dengan kondisi kelembagaan pemerintah daerah yang hingga 5 tahun pelaksanaan otonomi daerah belum juga menunjukkan perbaikan yang signifikan. Selanjutnya perhatian dunia usaha beralih pada faktor-faktor yang lebih terukur, yakni ekonomi daerah, ketenagakerjaan, dan infrastruktur fisik. Pertimbangan ketiga faktor ini memiliki bobot lebih besar dibandingkan dengan faktor kelembagaan. Yang menarik bahwa sampai pada tahun ke-5 pelaksanaan otonomi daerah faktor keamanan
Universitas Sumatera Utara
politik sosial budaya masih menjadi perhatian utama bagi para pelaku usaha dibandingkan dengan ke-4 faktor lainnya.
Dengan
adanya
penerapan
otonomi
daerah
diharapkan
Kota
Pematangsiantar menjadi pusat daya saing investasi dalam bidang ekonomi, sosial dan politik, tenaga kerja, kelembagaan dan infrastruktur yang memadai. Kota Pematangsiantar merupakan salah satu kota yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala bidang, dengan tujuan melihat bagaimana daya saing dalam berinvestasi serta menarik para investor dalam negeri maupun investor luar negeri. Prospek di Kota Pematangsiantar juga menjanjikan, karena letak Kota Pematangsiantar yang strategis. Sebagai kota sentral perdagangan, secara geografis Kota Pematangsiantar diapit Kabupaten Simalungun yang memiliki kekayaan perkebunan karet, sawit, teh dan pertanian. Kemudian kota ini juga menghubungkan jalan darat ke kabupaten-kabupaten lainnya, seperti Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan. Sehingga posisinya sangat strategis sebagai kota transit perdaganagan antar kabupaten atau transit wisata ke Danau Toba Parapat. Berdasarkan uraian fakta dan fenomena di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis indikator-indikator yang menentukan daya saing investasi suatu daerah secara khusus kota Pematangsiantar. Maka penelitian ini berjudul “ Analisis Daya Saing Investasi di Kota Pematangsiantar”.
Universitas Sumatera Utara
1.2
Rumusan Masalah Pada dasarnya penelitian ini dilakukan untuk menganalisis indikator daya
saing investasi di Kota Pematangsiantar. hal ini bertujuan untuk mengetahui potensi investasi pada Kota Pematangsiantar. dimana indikator yang digunakan untuk mengukur daya saing investasi pada penelitian ini adalah indikator kelembagaan,
perekonomian
daerah,
sistem
ekonomi,
infrastruktur
dan
pendidikan dasar dan kesehatan. Dengan demikian permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat daya saing investasi di Kota Pematangsiantar? 2. Strategi apa yang perlu diambil untuk mengembangkan daya saing investasi di Kota Pematangsiantar? 1.3
Tujuan Penelitian Dalam upaya mengetahui daya saing Kota Pematangsiantar baik secara
internal (antar kecamatan di wilayahnya) maupun secara eksternal (antar wilayah sekitarnya) Kota Pematangsiantar, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai jawaban dari rumusan masalah yang dipaparkan diatas yaitu: 1. Untuk menganalisis daya saing investasi di Kota Pematangsiantar. 2. Untuk
merekomendasikan
strategi
yang
digunakan
dalam
mengembangkan daya saing investasi di Kota Pematangsiantar. 1.4
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan koordinasi, sinkronisasi dan sinergi antar pihak yang berkepentingan dalam investasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Menyediakan data dan informasi daya saing investasi dan meningkatkan daya saing daerah. 3. Menjadi bahan masukkan bagi para pembuat kebijakan dan pengambilan keputusan
dalam
perencanaan
pembangunan
ekonomi
Kota
Pematangsiantar.
Universitas Sumatera Utara