1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembudidayaan tanaman, organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan salah satu resiko yang harus dihadapi. Kehilangan hasil akibat organisme pengganggu tanaman (OPT), pada saat prapanen diperkirakan sebesar 40-60 % sedangkan pada pascapanen diperkirakan 20-15%. Dengan demikian kehilangan hasil keseluruhan yang diakibatkan organisme pengganggu tanaman (OPT) dapat mencapai 60-75%. Dalam beberapa kasus, organisme pengganggu tanaman (OPT) dapat menyakibatkan gagal panen (Kardinan, 2007). Menurut Moekasan et al (2005) melaporkan kehilangan hasil panen diakibatkan seranggan ulat grayak (Spodoptera exigua) dapat mencapai 100% jika tidak dilakukan upaya pengendalian karena hama ini bersifat polifak. Spodoptera axigua atau ulat grayak, atau ulat pemotong daun bawang merah merupakan hama serangga yang banyak menyerang berbagai jenis tanaman dan bersifat polifak (mempunyai tanaman inang). Hama ini sulit diberantas dikarenakan aktif pada sore dan malam hari, dan pada siang harinya ulat grayak tidak tampak, karena pada umumnya bersembunyi di tempat-tempat yang teduh, di bawah batang dekat leher akar bawang merah. Serangga ini merusak pada stadium larva, yaitu memakan daun, sehingga menjadi berlubang-lubang dan biasanya dalam jumlah besar ulat grayak bersama-sama pindah dari tanaman yang telah habis dimakan ke tanaman lainnya.
2
Selama ini cara yang digunakan untuk memberantas Spodoptera exigua H. yaitu dengan mengunakan insektisidas kimia 2-3 hari sekali, bahkan kadangkadang petani mencampur beberapa jenis insektisida kimia. Walaupun teknik ini mampu menekan serangan S. exigua, tetapi tindakan tersebut tidak bisa dilakukan terus menerus karena menyebabkan terjadinya resistensi dan resurgensi hama S. exigua terhadap insektisida. Serta berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan sekitar. (Shahabuddin & Mahfudz, 2010) Menurut Nugroho (2006) ada lima cara untuk mengatasi meluasnya serangan hama ulat grayak, yaitu menangkap kupu-kupu (induk ulat grayak) dengan jaring seranggan, mengumpulkan telur untuk dimusnahkan, meletakkan daun pisang pada lokasi serangan hama sehingga ulat grayak yang tidak tahan sinar matahari ini berkumpul di bawah daun kemudian dilakukan penyemprotan dengan insektisida kimiawi, selain itu melakukan penggenangan sawah dengan air dan melakukan penyemprotan dengan intektisida. Berbagai cara tersebut masih dirasa kurang efektif, kemudian para petani menggunakan insektisida kimiawi, insektisida kimiawi itu sendiri adalah racun yang tidak ramah lingkungan. Penyalah gunaan insektisida kimiawi akibat minimnya pengetahuan tentang insektisida kimiawi dapat merugikan para petani, zat kimia yang terkandung dalam insektisida kimiawi sangat mungkin meracuni orang lain yang tidak bersinggungan secara langsung dengan insektisida kimiawi. Misalnya, ketika petani menyemprotkan insektisida kimiawi untuk memberantas hama, residu zat kimia akan mengendap pada tanaman dan tanah pertanian , apabila petani memegang tanaman setelah disemprot atau mencampur larutan
3
insektisida kimia tanpa sarung tangan, petani dapat terkena iritasi kulit, udara disekitarnya pun ikut terkontaminasi dan dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan. Selain itu apabila ada air yang mengalir, zat kimia didalam tanah akan terlarut dan terbawa hingga ke sungai, masyarakat yang menggunakan air sungai tersebut untuk konsumsi, mandi, cuci, dan kakus akan terkena dampaknya seperti sakit perut atau penyakit kulit. Apabila kejadian tersebut terjadi secara berulangulang selama sekian lama akan menyebabkan keracunan kronis yang dapat menimbulkan berbagai penyakit yang mematikan. Melihat
berbahayanya penggunaan insektisida kimia, sangat perlu
dipertimbangkan terutama dampak resiko terhadap lingkungan, kesehatan manusia dan terhadap makhluk hidup lainnya serta satwa-satwa liar. Untuk mengurangi dampak negatif penggunaan insektisida ini, perlu dilakukan pengendalian hama terpadu (PHT) yang salah satunya adalah dengan pemanfaatan insektisida nabati. Insektisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengendalikan organism pengganggu tumbuhan (OPT) (Dwi. 2007). Dari fenomena tersebut maka perlu dilakukan cara alternatif yaitu dengan menggunakan Insektisida nabati ini dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandu), pembunuh dan pembentuk lainnya (Novizan,2008). Tanaman yang digunakan sebagai insektisida nabati adalah bagian dari tanaman yang mengandung racun (toksin) sehingga dapat membunuh hama. Toksin pada tanaman tersebut dapat membunuh hama dan tidak merusak lingkungan atau
4
membahayakan bagi manusia karena insektisida nabati tersebut dari tumbuhan yang mengandung toksin ini dapat terurai oleh alam. Penggunaan insektisida kimia dilingkungan pertanian menjadi masalah yang dilematis. Disatu pihak penggunaan insektisida kimia dapat membunuh hama, terjadi di lain pihak dapat merusak ekosistem dan juga membahayakan masyarakat sekitar. Untuk itulah dibutuhkan suatu formula yang aman bagi lingkungan sekitar yaitu insektisida yang terbuat dari alam atau yang biasa disebut dengan insektisida nabati. Bagian tanaman yang banyak mengandung senyawa insektisida nabati yang terdapat pada daun kirinyuh yaitu saponin, tannin, flavonoid, fenol, triterpenoid, alkaloid, Pyrolizidine Alkaloids dan steroid. Senyawa tersebut mempunyai sifat toksin yang merupakan senyawa bioakitif. Senyawa bioaktif yang terdapat pada tumbuhan merupakan bahan aktif pengendalian hama, sehingga dapat dijadikan insektisida nabati. Menurut Harborne, (1987). Senyawa bioaktif menyebabkan adanya aktifitas biologi yang khas seperti toksik menghambat makan, antiparasit, dan insektisida nabati. Menurut Frank,1991. Uji toksisitas akut dirancang untuk menentukan konsentrasi letal median (LC50) tosikan. LC50 didefinisikan sebagai”konsentrasi tunggal suatu zat yang secara statistik diharapkan akan membunuh hewan coba.” Pengujian ini juga dapat menunjukkan organ sasaran yang dirusak dan efek toksik spesifiknya, serta memberikan petunjuk tentang konsentrasi yang sebaiknya digunakan dalam pengujian yang lebih lama.
5
Tanaman kirinyuh (Chromolaena
odorata)
mengandung
senyawa
metabolit sekunder yang mampu memberikan efek kronik pada nematoda parasit (Radhopolus similis), dan beberapa jenis serangga seperti rayap, Sitophilus zeamais, Prostephanus truncatus, Plutella xylostella, Spodoptera litura, dan Spodoptera exigua (Haryati dkk, 2004). Menurut penelitian Haryati dkk (2004), Hasil data pada pengamatan intensitas serangan dan jumlah kelompok telur menunjukkan bahwa pada kontrol intensitas serangan S. exigua menduduki peringkat tertinggi yaitu sebesar 15,29%. Hal tersebut berbeda dengan perlakuan yang lain, dimana pada perlakuan tersebut intensitas serangan hama ini relatif lebih kecil. Begitu juga dengan penelitian Reni Werdhitasari (2007) yang menggunakan filtrat bunga krisan juga telah dibuktikan keefektifanya. Kelebihan dari uji filtrat bunga krisan yaitu dapat mematikan sebanyak 50% kematian pada ulat grayak sepesies Spodoptera litura. . Pada uji pendahuluan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa konsentrasi filtrat daun kirinyuh dapat berperan sebagai insektisida nabati ulat grayak Spodoptera exigua (Hubner), dimana konsentrasi yang digunakan antara 10% sampai 50% (10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%) Pada konsentrasi 20% didapatkan mortalitas larva ulat grayak sebanyak 16 ekor dari 20 ekor atau mortalitas larva mencapai 50.75%. Berdasarkan informasi di atas dan belum adanya laporan penelitian mengenai uji efektifitas berbagai konsentrasi filtrat daun kirinyuh terhadap mortalitas ulat grayak Spodoptera exigua serta ditunjang oleh studi pendahuluan, maka perlu dilakukan penelitian dengan
judul: “Uji Efektivitas Berbagai
6
Konsentrasi Filtrat Daun Kirinyuh (Chromolaena odorata) Terhadap Mortalitas Larva Ulat Grayak (Spodoptera exigua) .
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: a.
Adakah pengaruh pemberian berbagai konsentrasi filtrat daun kirinyuh (Chromolaena odorata) terhadap mortalitas ulat grayak (Spodoptera Exigua)?
b.
Pada konsentrasi berapakah LC50 filtrat daun kirinyuh (Chromolaena odorata) yang paling berpengaruh terhadap mortalitas ulat Grayak (Spodoptera Exigua)?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini untuk: a.
Mengetahui pengaruh pemberian berbagai konsentrasi filtrat daun kirinyuh (Chromolaena odorata) terhadap mortalitas ulat daun grayak (Spodoptera exigua).
c.
Mengetahui konsentrasi berapakah LC50 filtrat daun kirinyuh (Chromolaena odorata) yang paling berpengaruh terhadap mortalitas ulat Grayak (Spodoptera Exigua).
7
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Secara Khusus o Secara teoritis penelitian ini memberikan informasi ilmiah kepada para akademis tentang pengaruh berbagai konsentrasi filtrat daun kirinyuh yang berbeda terhadap mortalitas larva ulat grayak (Spodoptera exigua H.). o Secara aplikatif penelitian ini memberikan sumbangan cara alternative kepada masyarakat pada umumnya dan Departemen Kesehatan pada khususnya bahwa filtrat daun kirinyuh dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati untuk memberantas larva ulat grayak (Spodoptera exigua H.). 1.4.2 Manfaat Secara Umum o Peneliti ingin memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang pengaruh pemberian filtrat daun kirinyuh (Chromolaena odorata) terhadap mortalitas larva ulat daun grayak (Spodoptera exigua H.)
1.5 Batasan Masalah Agar tidak terjadi gambaran luas dalam penelitian ini, maka penelitian memberikan batasan dalam penelitian ini, yaitu: 1.5.1 Penelitian ini menggunakan filtrat daun kirinyuh (Chromolaena odorata L.) yang masih segar dan berwarna hijau yang didapat dari Tegal Gondo Karangploso, Malang. Filtrat insektisida daun kirinyuh terbuat dari daun kirinyuh segar dan aquades.
8
1.5.2 Konsentrasi insektisida filtrat daun kirinyuh (Chromolaena odorata L.) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 0% (konrol negatif),0,25% (kontrol positif), 10%, 20%, 30%,40% dan 50%. 1.5.3 Serangga yang diuji adalah Spodoptera exigua (Hubner) pada instar III, karena pada masa tersebut ulat sudah bersifat hama perusak. Ciri-cirinya panjang 6,8 mm, umur sekitar 4-6 hari dan gerakannya aktif. Hama diperoleh dari BALITAS Jl. Raya Ploso KM.4 Malang. 1.5.4 Parameter penelitian ini adalah jumlah kematian ulat daun jenis Spodoptera exigua (Hubner) yang ditandai dengan perubahan warna dari hijau muda menjadi putih pucat dan tubuhnya menjadi lembek.
1.6 Definisi Istilah Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka perlu diberikan definisi istilah. Adapun batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.6.1 Insektisida nabati adalah insektisida yang bahan bakunya berasal dari tumbuhan. Insektisida tersebut murah, praktis dan relative aman terhadap kelestarian lingkungan, masyarakat petani akan sangat terbantu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada disekitarnya (Irianto dkk,2009) 1.6.2 Uji adalah percobaan untuk mengetahui kebenaran, baik-buruk, dan sebagainya (Purwadarminta, 1998). 1.6.3 Efektivitas adalah terjadinya suatu efek, pengaruh atau akibat dari suatu pekerjaan atau perlakuan (Novizan, 2007). Parameter efektivitas dapat
9
dilihat dari jumlah mortalitas ulat grayak Spodoptera exigua yang diberi perlakuan dengan konsentrasi 10%-50%. 1.6.4 Konsentrasi adalah banyaknya zat yang terlarut dibandingkan dengan jumlah pelarut (Ganiswara, 2000), yang dimaksud dengan konsentrasi dalam
penelitian
ini
adalah
konsentrasi
filtrat
daun
kirinyuh
(Chromolaena odorata L.) Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya karena akibat yang spesifikasi). 1.6.5 Filtrat
adalah hasil dari penyaringan, biasanya berwujud cair yang
terpisah dari campuran padatnya atau cairan jernih hasil penyaringan (Mulyono, 1997). 1.6.6 Daun kirinyuh dalam penelitian ini adalah daun yang masih mudah dengan ciri-ciri daunnya berbentuk oval, bagian bawah lebih lebar, makin ke ujung makin runcing. Panjang daun 6-10 cm dan lebarnya 3-6 cm. Tepi daun bergerigi, menghadap ke pangkal, yang memiliki senyawasenyawa yang bermanfaat untuk insektisida nabati. 1.6.7 Mortalitas adalah proporsi kematian akibat penyakit tertentu (Salim, edisi pertama). Dalam penelitian ini mortalitas yang dimaksud adalah kematian
yang
disebabkan
oleh
pemberian
perlakuan
berbagai
konsentrasi filtrat daun kirinyuh (Cromolaena odorata L.) (Oka, 1995). 1.6.8 Ulat grayak (Spodoptera axigua) adalah serangga yang banyak menyerang tanaman terutama pada tanaman bawang merah, dengan ciriciri panjang badangnya 6-8 mm, pada instar ini terjadi perbedaan warna.