BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah Proto Kedungwuni Pekalongan merupakan lembaga pendidikan yang berlatar belakang agama Islam. MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Kedungwuni Pekalongan berstatus Swasta dan sampai saat ini selalu melakukan pembenahan seperti pemberian jam nol pembelajaran (sebelum masuk jam pertama) dengan diisi kegiatan keagamaan berupa Sholat Duha, Tadarus, ceramah yang mengarah pada implementasi pembelajaran, khususnya pembelajaran pendidikan agama Islam dalam membentuk akhlak siswa yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Hal ini juga dapat dilihat dari metode-metode pembelajaran pendidikan agama Islam yang diterapkan pada madrasah tersebut. Pendidikan
agama
merupakan
bimbingan
dan
latihan
untuk
membiasakan anak bersifat dan bertingkah laku baik dengan cara memberi suri teladan yang baik. Pendidikan agama bertujuan untuk memperbaiki sikap dan tingkah laku manusia serta membina budi pekerti yang luhur. Di dalam perspektif pendidikan Islam, pendidikan agama dan pendidikan akhlak harus sudah dilaksanakan sejak usia dini. Hal ini dikarenakan setiap anak yang lahir belum mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Di samping itu juga belum mengetahui batasan-batasan dan ketentuan akhlak yang berlaku dalam lingkungannya. Apabila tidak dibiasakan
1
2
dari kecil dalam pemahaman akhlak anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal akhlak tersebut. Akhlak bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai hanya dengan membaca saja, tetapi juga harus ditanamkan sejak usia dini dengan cara penyadaran dan berakhlak mulia dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu setiap jenjang pendidikan pasti ada mata pelajaran pendidikan agama Islam, tidak terkecuali pendidikan di tingkat menengah seperti SMA/MA. Dewasa ini di lingkungan sekolah ada berbagai kenakalan-kenakalan yang dilakukan para pelajar, seperti tawuran, free sex (seks bebas) ataupun NARKOBA. Hal ini menjadi salah satu masalah tersendiri bagi pendidikan agama Islam yang diadakan di sekolah, karena ini merupakan PR yang berat bagi guru. Oleh karena itu salah satu Madrasah di daerah Kedungwuni Timur yaitu MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan memberikan solusi kepada masyarakat yang mulai resah terhadap lingkungan pergaulan anak-anaknya. Upaya pembentukan siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki akhlak yang mulia diperlukan adanya pendidikan agama. Penyelenggaraan pendidikan agama Islam merupakan implementasi dari Undang-undang Sisdiknas yang bertujuan agar rencana dalam mempersiapkan peserta didik yang dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan. Pendidikan agama islam yang pada hakikatnya merupakan sebuah proses dalam perkembangannya juga dimaksudkan sebagai salah satu mata
3
pelajaran wajib yang harus diikuti oleh setiap siswa di sekolah baik di tingkat SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi. Hal ini tersurat dalam Undangundang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 13 butir a yang menyatakan bahwa “setiap peserta didik berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik seagama”. 1 Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Akhlak Siswa di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Kedungwuni Pekalongan”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah yang akan diteliti oleh penulis adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama Islam dalam membentuk akhlak siswa di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Kedungwuni Pekalongan? 2. Bagaimana pencapaian keberhasilan siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Kedungwuni Pekalongan? 3. Apa saja faktor penghambat dan pendukung pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama Islam di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Kedungwuni Pekalongan?
1
Tim Penyusun Sistem Pendidikan Nasional, Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 13 butir a (Jakarta: Fokus Media, 2010), hlm. 170.
4
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam dalam membentuk akhlak siswa di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Kedungwuni Pekalongan. 2. Untuk menganalisis pencapaian keberhasilan mata pelajaran pendidikan agama Islam di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Kedungwuni Pekalongan. 3. Untuk menganalisis faktor penghambat dan pendukung pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama Islam di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Kedungwuni Pekalongan.
D. Kegunaan Penelitian Penelitian tentang Implementasi Pembelajaran Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Akhlak Siswa di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Kedungwuni Pekalongan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan di bidang ilmu Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam, yang berkaitan dengan Implementasi Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk
dapat
memberikan acuan kepada para guru pendidikan agama Islam agar mampu
5
menerapkan atau melaksanakan pembelajaran pendidikan agama Islam secara matang dan terperinci.
E. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka ini dimaksudkan untuk melengkapi kajian skripsi yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Akhlak Siswa di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Kedungwuni Pekalongan”. 1. Analisis Teori a. Pengertian Implementasi Implementasi menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu, imple-men-ta-si [n] pelaksanaan; penerapan: pertemuan kedua ini bermaksud mencari bentuk – tt hal yang disepakati dulu. 2 Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, ketrampilan, maupun nilai dan sikap. 3 Jadi, yang dimaksud dengan implementasi adalah suatu aktivitas, yang di dalamnya terdapat aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan 2
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 1998), hlm. 374. 3
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 211.
6
sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. b. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia pembelajaran berasal dari kata ”ajar” yaitu petunjuk kepada orang supaya diketahui (dituruti), ”belajar” yaitu berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, ”membelajarkan” yaitu menjadikan bahan atau kegiatan belajar, ”pembelajar” yaitu orang yang mempelajari, ”pembelajaran” yaitu proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.4 Pembelajaran atau instruction adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi si belajar sedemikian rupa sehingga si belajar itu memperoleh kemudahan. Seperangkat peristiwa itu membangun suatu pembelajaran yang bersifat internal jika si belajar melakukan ”self instruction” dan di sisi lain kemungkinan juga bersifat eksternal, yaitu jika bersumber antara lain dari guru. Jadi teaching itu hanya merupakan sebagian dari instruction, sebagai salah satu bentuk pembelajaran. Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak
4
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, op.cit., hlm. 14.
7
sebagai seperangkat event sehingga terjadi proses belajar dan pengajaran merupakan bagian dari pembelajaran. 5 Jadi dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan
pembelajaran adalah seperangkat proses atau cara yang digunakan oleh seorang guru untuk mengembangkan rencana yang baik dalam mendukung pembelajaran baik di sekolah negeri maupun di sekolah umum/swasta. c. Pendidikan agama Islam Pendidikan agama Islam merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam agama Islam, karena itulah Pendidikan Agama Islam merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam. Ditinjau dari segi isinya, Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi salah satu komponen, dan tidak dapat dipisahkan dari rumpun mata pelajaran yang bertujuan mengembangkan moral dan kepribadian peserta didik. Madrasah Aliyah atau disingkat dengan MA adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia, setara dengan Sekolah Menengah Atas atau SMA, yang pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian Agama. Kurikulum di Madarasah Aliyah
5
Achmad Sugandi dan Haryanto, Teori Pembelajaran, (Semarang : UPT MKK UNNES 2004), hlm. 6.
8
sama dengan kurikulum Sekolah Menengah Atas, hanya saja pada MA terdapat porsi lebih banyak mengenai Pendidikan Agama Islam seperti : Alqur’an dan Hadits, Aqidah dan Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, Bahasa Arab. 6 Jadi yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah adalah rumpun mata pelajaran agama Islam berupa Alqur’an dan Hadits, Aqidah dan Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, Bahasa Arab yang diajarkan di jenjang pendidikan menengah (Madarsah Aliyah) pada jalur pendidikan formal yang bertujuan mengembangkan moral dan kepribadian peserta didik. d. Pengertian Akhlak Kata akhlak berasal dari bahasa arab akhlaq, jama’ dari kata khuluq yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. 7Sedangkan menurut istilah, akhlak didefinisikan oleh beberapa ahli seperti dibawah ini: 1) Ahmad Amin mendefinisikan akhlak adalah kebiasaan baik dan buruk. 8
6
Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, (Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam dan Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam, 2004), hlm. 3. 7
8
hlm. 3.
H.A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, ( Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), hlm. 11. M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Alqur’an (Jakarta : Amzah, 2007),
9
2) Abdul Hamid mendefinisikan akhlak adalah ilmu tentang keutamaan yang harus dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi dengan kebaikan dan tentang keburukan yang harus dihindarinya sehingga jiwanya kosong (bersih) dari segala bentuk keburukan. Berdasarkan pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa akhlak merupakan suatu sifat yang tertanam pada jiwa manusia, sehingga dari terbentuknya jiwa tersebut dapat menyebabkan bermacam-macam tingkah laku baik berupa perbuatan maupun ucapan. e. Kriteria Keberhasilan dalam Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Adapun kriteria keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut. 1) Pendidikan Agama Islam dapat terlaksana pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan (jalur sekolah dan luar sekolah). 2) Kurikulum Pendidikan Agama dapat dimiliki, dipahami dan dilaksanakan di semua sekolah. 3) Guru Agama disediakan mencukupi keperluan serta memahami wawasan kependidikan dan kemampuan profesional. 4) Sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan pendidikan agama disediakan di sekolah secara merata.
10
5)
Terbina kerjasama secara harmonis baik vertikal, horizontal maupun diagonal baik intern maupun ekstern Departemen Agama RI secara berdaya guna dan berhasil guna. 9
2. Penelitian Relevan Berkaitan dengan Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Akhlak Siswa, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Arifin Yanuar yang berjudul “Upaya guru PAI dalam membina akhlak siswa (studi kasus di SMPN 11 Pekalongan)” yaitu pertama upaya guru PAI dalam membina akhlak siswa dilakukan dengan dua cara didalam pembelajaran yaitu melalui penanaman nilai-nilai akhlak dan pembinaan akhlak pada peserta didik yang diwujudkan dalam proses belajar mengajar di kelas. Sedangkan diluar pembelajaran dilakukan melalui program atau kegiatan pembiasaan dalam keagamaan seperti berjabat tangan, memberikan salam, menyapa. Tujuan pembinaan akhlak yaitu untuk merubah dan membentuk akhlak peserta didik dari yang tadinya kurang baik agar lebih baik. materi pembinaan akhlaknya meliputi: Kedisiplinan, Kebersihan, Sopan Santun, Hubungan Sosial, Kejujuran, dan Kegiatan Ibadah Keseharian. Kemudian metode yang digunakan dalam pembinaan akhlak, antara lain pembiasaan, nasihat, keteladanan dan pendekatan. Kedua Faktor pendukung, antara lain: Adanya komitmen dan kerjasama yang baik dari guru-guru, kepala sekolah, dan karyawan di SMPN 11 Pekalongan, Tata tertib dan 9
Abdul Rachman Saleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta : PT Gemawindu Pancaperkasa, 2000), hlm. 32.
11
peraturan sekolah, Guru PAI yang solid, sepaham, dan juga sejalur, Adanya suri tauladan yang baik yang diberikan oleh guru dan karyawan. Selain faktor pendukung ada juga faktor penghambat yaitu: pengaruh perkembangan informasi dan kemajuan teknologi yang semakin canggih, kesadaran anak tentang berakhlak baik masih kurang dan belum muncul, kurangnya perhatian dan pendidikan keluarga atau orang tua kepada anak tentang akhlak, lingkungan pergaulan di rumah dan lingkungan masyarakat disekitar siswa yang kurang baik, dan waktu pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah yang dirasa kurang. 10 Selanjutnya dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadim yang berjudul ”Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak Siswa Kelas VIII MTs N Gondowulung Bantul” menunjukkan bahwa : (1) pembelajaran pendidikan agama Islam tidak terlepas dari lima faktor yaitu, materi, metode, evaluasi, alat dan lingkungan. Selanjutnya pembinaan akhlak yang berlangsung di dalam kelas yaitu, akhlak kepada allah SWT, akhlak kepada Nabi Muhammad SAW, akhlak kepada guru dan akhlak kepada teman. (2) Upaya yang dilakukan guru pendidikan agama Islam terhadap pembinaan akhlak siswa kelas VIII MTs N Gondowulung adalah : a) proses belajar mengajar di kelas, pembinaan akhlak siswa yang dilakukan guru pendidikan agama Islam yaitu, dengan cara menyampaikan materi pelajaran yang mana dalam materi tersebut sudah terdapat unsur-unsur pelajaran 10
Arifin Yanuar, “Upaya guru PAI dalam membina akhlak siswa (studi kasus di SMPN 11 Pekalongan)” Skripsi Sarj ana Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2015). hlm. 9.
12
tentang akhlak. b) kegiatan pembinaan akhlak siswa di luar jam pelajaran: pendidikan kilat (diklat), peringatan hari besar Islam, perkemahan, kegiatan sosial kemanusiaan. 11 Penelitian lain yang dapat dijadikan rujukan adalah penelitian dari Yuni Nafisah yang berjudul “Implementasi Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islan dan Budi Pekerti di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Wates”. Hasil dari penelitian itu menyebutkan bahwa SMA N 2 Wates telah menerapkan Kurikulum 2013 pada pendidikan agama Islam dengan cukup baik. Mulai dari perencanaan guru menyusun RPP berpedoman pada Permendikbud 81A. RPP disusun tidak untuk setiap pertemuan, tapi untuk dua sampai tiga kali pertemuan. Di dalam proses, guru sudah menerapkan pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi atau eksperimen, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Di dalam evaluasi, guru juga sudah melakukan penilaian autentik yaitu dengan menilai sikap yang meliputi observasi, penilaian diri, penilaian sejawat, dan jurnal. Nilai pengetahuan meliputi tes tulis, tes lisan, penugasan, ulangan harian, UTS dan UAS. Nilai ketrampilan meliputi praktek, proyek dan portofolio. Sekolah dan guru berusaha untuk meningkatkan pengetahuan tentang Kurikulum 2013 dengan mengikuti sosialisasi dan perkumpulan di dalam forum maupun luar forum, serta meningkatkan sarpras dan fasilitas yang ada. Adapun kendala yang terbesar dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah
11
Hadim, ”Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak Siswa Kelas VIII MTs N Gondowulung Bantul” Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Perpustakaan UIN Yogyakarta, 2009). hlm. 9.
13
belum adanya buku pegangan siswa dan guru untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti. 12 3. Kerangka Berpikir Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Proses Pelaksanaan
Pembentukan
Pembelajaran PAI
Akhlak Siswa
Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pembelajaran PAI dalam Membentuk Akhlak Siswa
Keberhasilan Implementasi Pembelajaran PAI dalam Membentuk Akhlak Siswa
Implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Akhlak Siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor pendukung dan faktor penghambat yang dimiliki oleh Madrasah. Faktor-faktor tersebut dapat mencerminkan bagaimana perencanaan serta bagaimana pelaksanaan pembelajarannya dalam membentuk akhlak siswa. Maka dalam
12
mengimplementasikan
pembelajaran
PAI
dituntut
untuk
Yuni Nafisah, “Implementasi Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islan dan Budi Pekerti di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Wates”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Perpustakaan UIN Yogyakarta, 2014). hlm. 10.
14
melaksanakan sepenuhnya apa yang telah direncanakan dan dijalankan dengan segenap hati dan penuh tanggung jawab. Permasalahan besar akan terjadi apabila yang dilaksanakan bertolak belakang atau menyimpang dari yang telah direncanakan, karena akan terjadi kesia-siaan antara perencanaan dengan implementasi dalam membentuk akhlak siswa. Untuk itu sangat penting sekali pemahaman guru dan aktor lapangan lain yang terlibat dalam proses belajar mengajar sebagai inti pembelajaran untuk memahami perencanaan pembelajaran dengan baik dan benar serta melaksanakannya
dengan
penuh
tanggung
jawab.
Hal
ini
akan
mempengaruhi keberhasilan Implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam membentuk akhlak siswa yang sesuai dengan ajaran agama islam. F. Metode Penelitian 1. Penelitian dan Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Akhlak Siswa di Madrasah Aliyah. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan
penelitian
yang
menekankan
analisisnya
pada
proses
penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika
15
hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika alamiah (tidak bersifat numerik). 13 Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang berusaha menggambarkan dan mendeskripsikan objek dengan apa adanya. Jenis penelitian ini tepat digunakan karena penelitian ini mengambil masalah berkenaan untuk menggambarkan suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang terjadi pada masa sekarang.14 2. Sumber Data Sumber data yang penulis pergunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu : Sumber data primer, yaitu sumber data pokok yang berkenaan dengan pembahasan yang akan dikaji. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai sumber data primer yaitu siswa MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Kedungwuni Pekalongan dan guru PAI MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Kedungwuni Pekalongan. Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang dipergunakan sebagai landasan teori dalam pembahasan ini baik dari Alquran, hadits, kitab-kitab fiqh, buku-buku, internet dan juga referensireferensi lain yang relevan dengan pembahasan ini. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 13 14
Sugeng Hariyadi, Metode Penelitian I, ( Semarang: FIP UNNES, 2003), hlm. 4. Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hlm. 157.
16
a. Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan objek baik secara langsung maupun tak langsung.15 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang proses pembelajaran pendidikan agama islam di MA salafiyah syafi’iyah proto kedungwuni pekalongan. Teknik observasi yang digunakan adalah observasi partisipan, yaitu pengamat berpartisipasi aktif dalam setting yang diamatinya. Dengan demikian, memungkinkan peneliti dapat berkomunikasi secara leluasa dengan subyek penelitian, sehingga memungkinkan untuk bertanya secara lebih rinci dan detail terhadap hal-hal yang diharapkan.16 b. Wawancara Wawancara
adalah
metode
pengumpulan
data
dengan
perbincangan yang menjadi sarana mendapatkan informasi tentang orang lain.17 Metode ini dilakukan kepada guru, kepala sekolah, serta siswa MA salafiyah syafi’iyah proto kedungwuni pekalongan guna memperoleh data yang relevan dengan penelitian ini c. Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barangbarang yang tertulis. Adapun jenis dokumen yang digunakan dalam
15
Iin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara, Malang: Bayumedia, 2004 hlm. 1. 16 Ibid., hlm. 11. 17 Ibid., hlm. 73.
17
penelitian ini adalah dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen pribadi yaitu catatan atau keterangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman dan kepercayaannya (seperti buku harian, surat pribadi dan autobiografi). Sedangkan yang dimaksud dengan dokumen resmi yaitu dokumen yang dimiliki oleh sekolah berupa informasi yang dapat membantu memberikan data penelitian. 18 Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang berasal dari dokumen administrasi sekolah diantaranya struktur organisasi madrasah, daftar guru, jumlah siswa, dan sistem administrasi sekolah yang ada. 4. Teknik Analisis Data Tujuan
dari
penelitian
ini
yaitu
untuk
mendeskripsikan
implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Akhlak Siswa di Madrasah Aliyah. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif dengan pola berpikir deduktif, yaitu berfikir dari suatu pengetahuan yang sifatnya umum dan bertitik tolak dari pengetahuan umum yang kita kehendaki untuk meneliti kejadian khusus. Metode analisis deskriptif kualitatif disini yaitu menggambarkan bagaimana Implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam membentuk akhlak siswa MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Kedungwuni Pekalongan. Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif ini menggunakan teknik analisis data di lapangan Model Miles dan Huberman. Analisis data 18
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya, 2000, hlm. 163.
18
di lapangan Model Miles dan Huberman dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan dalam periode tertentu. Aktifitas dalam analisis data di lapangan Model Miles dan Huberman, yaitu data reduction, data display, dan conclucion drawing/verification.19 Data mentah yang diperoleh di lapangan yaitu di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Kedungwuni Pekalongan dipilih berkenaan dengan masalah tentang implementasi pembelajaran mata pelajaran PAI dalam membentuk akhlak siswa. Data yang telah direduksi ini kemudian disajikan dalam laporan secara sistematik sehingga memudahkan untuk dibaca dan memungkinkan adanya penarikan simpulan. Simpulan yang dihasilkan perlu diverifikasi selama berlangsung penelitian. Disamping itu perlu juga meninjau ulang reduksi data maupun penyajian data sehingga simpulan akhir yang diperoleh tidak menyimpang dari data yang dianalisis dengan menggunakan metode deduktif.
19
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2012), hlm. 246.
19
G. Sistematika Penulisan Guna memperlancar dalam penelitian serta memudahkan untuk difahami maka diperlukan kerangka penulisan sebagai berikut : Bab I. Pendahuluan, berisi tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi. Bab II. Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Pembentukan Akhlak yang meliputi Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Pembentukan Akhlak dan Faktor-faktor Pembentukan Akhlak. Bab III. Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Akhlak Siswa di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Kedungwuni Pekalongan, meliputi empat sub bab. Pertama; gambaran umum Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’’iyah Proto I Kedungwuni Pekalongan. Kedua; Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Akhlak Siswa di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Kedungwuni Pekalongan. Ketiga; Pencapaian Keberhasilan Mata Pelajaran Agama Islam di Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’’iyah Proto I Kedungwuni Pekalongan. Keempat; Faktor Penghambat dan Pendukung Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’’iyah Proto I Kedungwuni Pekalongan. Bab IV. Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Akhlak Siswa di MA Salafiyah Syafii’iyah Proto Kedungwuni
20
Pekalongan, pada bab ini akan dibahas mengenai analisis Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Akhlak Siswa di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Kedungwuni Pekalongan, Keberhasilan Pendidikan Agama Islam yang dicapai di Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’’iyah Proto I Kedungwuni Pekalongan, serta Faktor Penghambat dan Pendukung Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’’iyah Proto I Kedungwuni Pekalongan. Bab V. Penutup, yang terdiri atas simpulan dan saran.