BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan dilaksanakan untuk mewujudkan kemakmuran masyarakat melalui pengembangan perekonomian dan menyelesaikan berbagai permasalahan pembangunan dan sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan. Selain pertumbuhan ekonomi, salah satu aspek penting untuk melihat kinerja pembangunan adalah seberapa efektif pemanfaatan sumber daya yang ada untuk menyerap angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat dengan demikian diperlukan tenaga kerja semakin banyak sehingga pengangguran berkurang dan angka kemiskinan menurun. Secara teori jika masyarakat tidak menganggur berarti sudah mempunyai pekerjaan dan mempunyai penghasilan, dengan penghasilan yang didapat dari bekerja diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup. Jika kebutuhan hidup terpenuhi maka tidak akan miskin dan dapat dikatakan tingkat pengangguran rendah (kesempatan kerja tinggi) maka tingkat kemiskinan juga rendah. Salah satu permasalahan pembangunan di Jawa Barat adalah lambatnya penurunan angka kemiskinan yang disebabkan oleh kurangnya tingkat pendidikan, laju pertumbuhan penduduk dan sektor industri pengolahan. Bila dibandingkan
1
dengan provinsi yang ada di pulau Jawa, Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang penduduk miskinnya terendah ketiga setelah DKI Jakarta, D.I Yogyakarta. Sedangkan jumlah masyarakat miskin tertinggi di pulau jawa berada di Provinsi Jawa Timur. Dampak yang timbul dari perubahan struktur ekonomi tersebut dapat bersifat positif maupun negatif. Dampak positif dapat ditunjukan dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, sedangkan dampak negatif timbul jika perubahan sektor relatif terhadap PDB tidak diikuti oleh perubahan pangsa tenaga kerja pada sektorsektor secara proporsional. Dampak negatif dapat berupa penurunan produktifitas tenaga kerja sektor pertanian, pengangguran di pedesaan maupun perkotaan, kemiskinana pedesaan maupun perkotaan, beban kota yang semakin berat dan lainlain (Winoto,1996) Kemiskinan adalah gambaran dari ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan setiap daerah berbeda-beda perbedaan tersebut terkait dengan sumber daya alam, sumber daya manusia dan kelembagaan setempat. Kemiskinan dibagi menjadi tiga golongan yaitu kemiskinan struktural, natural, dan relatif. Kemiskinan tumbuh sebagai bagian dari masyarakat, bukan hanya menjadi masalah individu dalam sebuah negara tetapi menjadi masalah bangsa dalam globalisasi, dan sudah menjadi masalah makro dalam sekala mikro. Ciri-ciri kemiskinan dapat dilihat dari pendapatan perkapita dibawah angka yang telah ditentukan negara, kurang gizi, kesehatan yang kurang baik, tingkat kematian bayi yang tinggi, pendidikan anak yang masih rendah, kualitas perumahan
2
belum memenuhi syarat minimum, dan pengeluaran konsumsi pangan yang utama masih belum mencukupi. Standar hidup yang rendah tersebut terwujud salah satunya dalam bentuk tingkat pendapatan yang sangat rendah atau kemiskinan (Todaro,2004). Untuk mengukur kemiskinan BPS menggunakan konsep memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Sedangkan BPS (1999), mengemukakan bahwa ciri-ciri rumah tangga miskin adalah sebagian besar rumah tangga yang miskin hanya mempunyai satu orang yang bekerja, sebagaian besar rumah tinggal keluarga miskin belum memenuhi standar minimum, sebagian besar hanya memiliki lahan pertanian yang kecil untuk yang ini hanya ada di desa, tingkat pendidikan yang masih rendah, rata-rata jumlah jam kerja masih rendah jika dibandingkan dengan rumah tangga yang tidak miskin, status pekerjaan 70% sebagian besar adalah petani. Kemiskinan merupakan refleksi atas ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan standar yang berlaku. Seseorang dikatakan miskin absolut apabila jika tingkat pendapatan lebih rendah dari standar kemiskinan yang telah ditetapkan. Banyak ukuran kemiskinan yang dikemukan oleh para ahli dengan berdasarkan pendapatan perkapita, kebutuhan kalori minimum, konsumsi beras perkapita, dari berbagai pendapat para ahli yang paling sering digunakan sebagai ukuran dalam kemiskinan adalah ukuran Badan Pusat Statistik.
3
Batas
kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik (1999) adalah yang dikatagorikan sebagai penduduk miskin adalah penduduk yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minimum. Nilai garis kemiskinan yang digunakan pada garis kemiskinan menurut biro Badan Pusat Statistik didasarkan pada kebutuhan kalori minimum perhari 2100 kalori/perhari ditambah dengan kebutuhan non pangan seperti pakaian, pendidikan, dan kesehatan. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengejaran, pelatihan, atau penelitian. Telah dikemukakan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi sangat penting bagi negara-negara untuk dapat mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Analisis empiris cenderung mendukung teori bahwa negara-negara miskin harus tumbuh lebih cepat dari negara-negara kaya karena mereka dapat mengadopsi teknologi yang sudah dicoba dan diuji oleh negaranegara kaya. Peran pendidikan dalam pemberantas kemiskinan merupakan kajian dari para ahli ekonomi seperti Amartya Sen dan Jeffrey Sachs. Kemiskinan masih terus berlanjut di negara berkembang terutama di indonesia menurut Amartya Sen hal ini berkaitan dengan kemerdekaan yang dibatasi. Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya peran pemerintah dalam meningkatkan pembangunan modal manusia (human capital) dan mendorong penelitian dan mengembangkan untuk meningkatkan produktivitas manusia. Pendidikan merupakan modal manusia, mengingat pentinya
4
pendidikan bagi manusia, PBB menuangkan dalam 8 tujuan pembangunan millennium pada butir ke 2 yaitu mencapai pendidikan yang universal (UN,2011). Rendahnya produktivitas kaum miskin dapat disebabkan oleh rendahnya akses mereka untuk memperoleh pendidikan (Rasidin K.Sitepu dan Bonar M.Sinaga,2004). Indeks pendidikan menjadi salah satu indeks dalam penghitungan Indeks Pembanguan Manusia (IPM). Untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia maka harus meningkatkan indeks kesehatan atau indeks pendidikan. Dengan semakin tingginya pendidikan disuatu daerah maka semakin tinggi kemajuan pada daerah itu sendiri. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat tingkat pendidikan adalah dengan melihat presentase penduduk dengan pendidikan minimal. Kemiskinan bisa menutup akses kemajuan seseorang termasuk salah satunya kesempatan untuk memperoleh pendidikan
yang layak dan
berkualitas bagi
masa
depanya
(Wahid,2008). Laju pertumbuhan penduduk merupakan perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung, pertumbuhan penduduk mengarah pada manusia, salah satu penyebab meningkatnya tingkat kemiskinan yang ada di Jawa Barat adalah tingginya angka kelahiran dan penduduk yang datang dari luar Provinsi Jawa Barat. Jumlah populasi akan
mengalahkan
pasokan makanan,
berkurangnya jumlah makanan per orang. (Case & Fair:1999).
5
yang
menyebabkan
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah dan barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan, hasil industri tidak hanya berupa barang tetapi dapat berupa jasa. Berdasarkan SK Mentri Peindustrian No.19/M/I/1986 jenis-jenis/ macam-macam industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisanya, pertama industri kimia dasar, industri mesin dan logam dasar, industri kecil, aneka industri. Selain itu, pengertian industri menurut undang-undang tentang perindustrian adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi, dan barang jadi yang mempunyai nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya termasuk kegiatan rancang bangun dan rekayasa industri. Industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencakupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan dan pertambangan yang berhubungan erat dengan tanah. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi, dan barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya menjadi lebih dekat kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan industri adalah jasa industri dan pekerja perakitan (assembling). Salah satu masalah pembangunan di Jawa Barat adalah lambatnya penurunan angka kemiskinan yang disebabkan oleh pendidikan, laju pertumbuhan penduduk, dan sektor industri pengolahan.
6
Berdasarkan Latar Belakang penelitian di atas maka judul penelitian ini adalah: “ Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Jawa Barat ”. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan Latar Belakang masalah maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Barat? 2. Bagaimana pengaruh pendidikan, laju pertumbuhan penduduk, dan sektor industri pengolahan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Barat?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan Latar Belakang dan Rumusan Masalah, adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui perkembangan tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Barat. 2. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan, laju pertumbuhan penduduk, dan sektor industri pengolahan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Barat?
7
1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan menghasilkan informasi yang dapat di manfaatkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya: 1. Secara
teoritis,
demi
kepentingan
akademis,
diharapkan
dapat
memberikan sumbangan yang berharga terhadap perkembangan ilmu ekonomi pembangunan. 2. Secara praktis, diharapkan dapat membantu pihak terkait yang berkepentingan dengan penelitian di atas. 3. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang masalah yang di teliti sehingga dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keselarasan antara fakta dengan dasar teori yang digunakan di dalam penelitian.
8