BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Peningkatan kepadatan serta pertumbuhan penduduk yang terpusat di perkotaan
menyebabkan aktivitas di kawasan ini menjadi semakin tinggi. Hal ini akan menyebabkan peluang terjadinya kebakaran di kawasan perkotaan menjadi lebih besar. Peningkatan pertumbuhan penduduk juga menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan permukiman. Tingginya permintaan permukiman oleh masyarakat di perkotaan yang tidak diimbangi dengan perencanaan dan
penyediaan lahan
permukiman yang layak, menjadikan masyarakat terpaksa menempati kawasan yang rentan terhadap bencana kebakaran sebagai tempat tinggal mereka. Akibatnya akan semakin banyak masyarakat kota yang terkonsentrasi menetap pada kawasan yang rentan terhadap resiko bencana kebakaran, jika terjadi kebakaran di kawasan tersebut makan probabilitas jatuhnya korban juga akan semakin besar. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan suatu usaha yang dapat digunakan sebagai cara untuk mengurangi atau menghilangkan resiko akibat bencana kebakaran terhadap manusia dan harta bendanya terutama di kawasan-kawasan terbangun seperti kawasan permukiman padat yang memiliki tingkat kerentanan (vulnerability) yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan kawasan kepadatan rendah. Definisi bencana menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 Tentang
Universitas Sumatera Utara
Penanggulangan Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan serta penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh alam, maupun non-alam yaitu bersumber dari ulah manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Dalam undang-undang tersebut juga dinyatakan bahwa kebakaran termasuk ke dalam salah satu bencana. Berdasarkan penyebab kejadiannya, kebakaran adalah bencana yang dikategorikan sebagai bencana alam (natural disasters) maupun bencana non-alam yang diakibatkan oleh kelalaian manusia (manmade disasters). Sumber bencana oleh alam yang menyebabkan terjadinya kebakaran adalah petir, gempa bumi, letusan gunung api, kekeringan dan lain sebagainya. Sementara itu, sedangkan sumber bencana oleh manusia yang menyebabkan terjadinya kebakaran diantaranya adalah kebocoran gas LPG yang mudah terbakar, hubungan arus pendek listrik, puntung rokok, sabotase, kurangnya pengamanan konstruksi bangunan terhadap kebakaran, dan lain-lain. Kota Tanjung Balai merupakan salah satu kawasan perkotaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk dan aktivitas penduduk yang tinggi (2.705 penduduk/km2, BPS Kota Tanjung Balai). Berdasarkan data unit Pemadam Kebakaran Kota Tanjung Balai, selama tahun 2009 terjadi 21 kali kejadian kebakaran sementara dari awal tahun hingga bulan Februari 2010 telah terjadi 6 bencana kebakaran. Hal ini menunjukkan Kota Tanjung Balai memiliki rata-rata kejadian kebakaran sebanyak 1,9 kali per bulan. Selain menimbulkan kerugian materi, kebakaran di Kota Tanjung Balai juga menimbulkan korban nyawa dan luka-luka.
Universitas Sumatera Utara
Kebakaran tersebut sekitar 80% disebabkan oleh hubungan pendek listrik, sedangkan 20% disebabkan oleh ledakan kompor, lampu, dan lain-lain. Sekitar 78% kejadian kebakaran terjadi pada bangunan permukiman penduduk, hal ini dikarenakan pada umumnya bahan bangunan rumah yang digunakan sangat rentan terhadap kebakaran. Dengan demikian maka Kota Tanjung Balai termasuk pula ke dalam kawasan perkotaan yang memiliki peluang besar terjadinya kebakaran. Kecamatan Tanjung Balai Utara merupakan salah satu kecamatan di Kota Tanjung Balai yang memiliki peluang terjadinya kebakaran. Hal ini dikarenakan kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang memiliki jumlah kepadatan penduduk yang terbesar di Kota Tanjung Balai, yaitu sebesar 21.001 penduduk tiap km2 (BPS Kota Tanjung Balai Tahun 2008). Dengan jumlah kepadatan penduduk tersebut, maka kecamatan ini memiliki tingkat aktivitas penduduk yang tinggi pula. Selain itu, besarnya peluang terjadinya kebakaran di kecamatan ini didukung oleh data Unit Pemadam Kebakaran Kota Tanjung Balai tahun 2010, yang menyatakan bahwa Kecamatan Tanjung Balai Utara merupakan salah satu wilayah di Kota Tanjung Balai yang rawan terhadap kebakaran. Sistem proteksi kebakaran di Kota Tanjung Balai yang telah ada saat ini berupa Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) yang menitikberatkan pada sistem dan strategi pemadaman kebakaran. Sementara kajian tentang identifikasi tingkat resiko kebakaran dan analisis kondisi fisik lingkungan permukiman belum pernah dilakukan. Sehingga diperlukan penelitian terhadap lingkungan permukiman kota untuk melihat tingkat resiko kebakaran yang meliputi sumber, kerentanan dan
Universitas Sumatera Utara
ketahanan kebakaran yang diharapkan menjadi salah satu masukan dalam melengkapi RISPK yang ada merujuk pada Kepmenneg PU No.11/KPTS/2000 yang didukung Kepmenneg PU No.10/KPTS/2000, UU RI No.28 Tahun 2002, Kep. Dirjen Perkim No. 58/KPTS/2002, Permen PU No. 20/PRT/M/2009 dan beberapa SNI terkait. Fokus kepada Kecamatan Tanjung Balai Utara sebagai wilayah terpadat sebagai studi kasus penelitian. Hasil kajian penelitian diharapkan mampu sebagai dasar yang jelas untuk menentukan rangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana kebakaran, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Rekomendasi akan dirumuskan setelah melakukan identifikasi bahaya, kerentanan, ketahanan, dan tingkat resiko kebakaran kawasan permukiman padat.
1.2
Rumusan Masalah Kebakaran merupakan suatu kejadian dengan berbagai faktor penyebab yang
dapat terjadi dimana saja dan kapan saja,. Banyak yang memandang bencana kebakaran, bukan sebagai resiko yang dapat diminimasi, melainkan sebagai musibah. Juga masih kuat anggapan bahwa biaya untuk proteksi terhadap bahaya kebakaran bukan biaya yang tergolong sebagai biaya investasi yang dapat dikembalikan dalam waktu relatif cepat. Namun pada dasarnya kebakaran merupakan kejadian yang sifatnya dapat dicegah melalui berbagai tindakan pencegahan seperti menjaga keselamatan aktivitas lingkungan dari ancaman kebakaran.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu lokasi di perkotaan yang paling sering terjadi kebakaran adalah permukiman penduduk terutama permukiman padat. Sering terjadinya kebakaran di kawasan ini disebabkan oleh bahaya kebakaran yang dimiliki kawasan permukiman padat, yang tidak didukung adanya ketahanan lingkungan dan masyarakat seperti kondisi fisik, sosial-kependudukan, ekonomi kelembagaan, serta sarana dan prasarana yang baik. Sebaliknya, potensi bahaya kebakaran di kawasan permukiman padat tersebut didukung oleh adanya kerentanan lingkungan dan masyarakat seperti jarak antar rumah yang terlalu rapat, bahan bangunan rumah yang mudah terbakar, tidak tersedianya sarana dan prasarana pendukung pencegahan dan penanggulangan kebakaran, dan lain sebagainya. Untuk mengurangi tingkat resiko terjadinya kebakaran yang dapat menimbulkan kerugian material, moril, dan fisik, maka kerentanan yang dimiliki oleh kawasan permukiman padat harus dikurangi bahkan dihilangkan dan ketahanan yang dimiliki harus ditingkatkan. Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) Kota Tanjung Balai 2010 hanya menitikberatkan pada sistem dan strategi pemadaman kebakaran. Sementara kajian tentang identifikasi tingkat resiko kebakaran dan analisis kondisi fisik lingkungan permukiman belum pernah dilakukan. Studi ini dilakukan guna menghasilkan sistem penanggulangan kebakaran dalam konteks tingkat resiko bencana kebakaran di permukiman Kecamatan Tanjung Balai Utara yang mengidentifikasi sumber bahaya, ketahanan, dan kerentanan.
Kondisi sosial
kependudukan dan budaya masyarakat, kondisi ekonomi masyarakat, kondisi sarana dan prasarana pendukung jika terjadi kebakaran, serta ada/tidaknya lembaga
Universitas Sumatera Utara
masyarakat yang menangani bencana khususnya kebakaran di kawasan permukiman padat. Pengidentifikasian tersebut dilakukan untuk menjawab empat pertanyaan penelitian yang diajukan yaitu: 1.
Sumber bahaya kebakaran apa saja yang terdapat di permukiman padat?
2.
Kerentanan apa saja yang ada di kawasan permukiman padat dalam menghadapi bahaya kebakaran?
3.
Ketahanan apa saja yang ada di kawasan permukiman padat dalam menghadapi bahaya kebakaran
4. Seberapa tinggi tingkat resiko bencana kebakaran di permukiman padat? Pada akhirnya pertanyaan penelitian tersebut ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian utama dalam studi ini yaitu: penanggulangan bencana kebakaran seperti apa yang sesuai dengan karakteristik lingkungan permukiman padat di kota?
1.3
Tujuan dan Sasaran Tujuan studi ini adalah guna melengkapi sistem penanggulangan bencana
kebakaran di permukiman padat Kota Tanjung Balai dengan wilayah penelitian di Kecamatan Tanjung Balai Utara. Sedangkan sasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah: 1.
Identifikasi serta penilaian tolok ukur dan variabel sumber bahaya kebakaran di kawasan permukiman padat
Universitas Sumatera Utara
2.
Identifikasi serta penilaian tolok ukur dan variabel kerentanan kawasan permukiman padat
3.
Identifikasi serta penilaian tolok ukur dan variabel ketahanan kawasan permukiman padat
4.
1.4
Penilaian tingkat resiko bencana kebakaran di kawasan permukiman padat.
Manfaat Studi Studi ini dilakukan untuk memberikan masukan kepada: 1.
Pemerintah Daerah Kota Tanjung Balai dalam mengantisipasi dan memperkecil kemungkinan terjadinya bencana kebakaran di Kota Tanjung Balai khususnya di Kecamatan Tanjung Balai Utara.
2.
Instansi-instansi terkait seperti PDAM, PLN, Unit Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Tanjung Balai agar lebih meningkatkan kapasitas kawasan permukiman padat di Kota Tanjung Balai dalam menghadapi bahaya kebakaran melalui penyediaan infrastruktur sesuai dengan standar yang ada.
3.
Masyarakat Kecamatan Tanjung Balai Utara, untuk lebih mengenal berbagai kerentanan dan ketahanan terhadap bahaya kebakaran serta potensi kebakaran yang dimiliki wilayahnya sehingga dapat lebih waspada dan meningkatkan ketahanan terhadap bahaya kebakaran.
Universitas Sumatera Utara
1.5
Ruang Lingkup Studi Ruang lingkup studi terdiri dari dua cakupan ruang yaitu ruang lingkup wilayah
dan ruang lingkup materi.
1.5.1
Pemilihan wilayah studi
1.5.1.1 Keberadaan kota Tanjung Balai Kota Tanjung Balai adalah salah satu wilayah kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera, yang secara geografis terletak pada 20 58’ 00” LU dan 990 48’ 00” BT. Kota ini berada disebelah Tenggara yang berjarak lebih kurang 250 Km dari Kota Medan. Kota ini berada di pinggir pantai yaitu Pantai Timur Sumatera yang berhubungan langsung dengan Selat Malaka. Dengan keluarnya Peraturan Daerah (Perda) Kota Tanjung Balai Nomor 4 Tahun 2005 tanggal 4 Agustus 2005 tentang Pembentukan Kecamatan Datuk Bandar Timur dan Nomor 3 Tahun 2006 tanggal 26 Pebruari 2006 tentang Pembentukan Kelurahan Pantai Johor di Kecamatan Datuk Bandar, maka wilayah Kota Tanjung Balai menjadi 6 kecamatan dan 31 kelurahan. Adapun kecamatan dan kelurahan yang ada di Kota Tanjungbalai adalah sebagai berikut: 1.
Kecamatan Datuk Bandar, terdiri dari 5 kelurahan yaitu: a.
Kelurahan Sijambi
b.
Kelurahan Pahang
c.
Kelurahan Gading
d.
Kelurahan Sirantau
Universitas Sumatera Utara
e. 2.
3.
4.
5.
Kelurahan Pantai Johor
Kecamatan Datuk Bandar Timur, terdiri dari 5 kelurahan yaitu: a.
Kelurahan Bunga Tanjung
b.
Kelurahan Selat Lancang
c.
Kelurahan Selat Tanjung Medan
d.
Kelurahan Semula Jadi
e.
Kelurahan Pulau Simardan
Kecamatan Tanjungbalai Selatan, terdiri dari 6 kelurahan yaitu: a.
Kelurahan Tanjungbalai Kota II
b.
Kelurahan Tanjungbalai Kota I
c.
Kelurahan Karya
d.
Kelurahan Perwira
e.
Kelurahan Indra Sakti
f.
Kelurahan Pantai Burung
Kecamatan Tanjungbalai Utara, terdiri dari 5 kelurahan yaitu: a.
Kelurahan Tanjungbalai Kota III
b.
Kelurahan Mata Halasan
c.
Kelurahan Kuala Silo Bestari
d.
Kelurahan Tanjungbalai Kota IV
e.
Kelurahan Sejahtera
Kecamatan Sei Tualang Raso, terdiri dari 5 kelurahan yaitu: a.
Kelurahan Pasar Baru
Universitas Sumatera Utara
6.
b.
Kelurahan Keramat Kubah
c.
Kelurahan Sumber Sari
d.
Kelurahan Muara Sentosa
e.
Kelurahan Sei. Raja
Kecamatan Teluk Nibung, terdiri dari 5 kelurahan yaitu: a.
Kelurahan Beting Kuala Kapias
b.
Kelurahan Kapias Pulau Buaya
c.
Kelurahan Sei. Merbau
d.
Kelurahan Pematang Siantar
e.
Kelurahan Perjuangan
Kota Tanjungbalai memiliki luas wilayah 60,529 Km2 (6.052,9 Ha), yang terdiri dari 6 kecamatan dengan luas yang berbeda-beda.
1.5.1.2 Pemilihan lokasi studi Wilayah yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kecamatan Tanjung Balai Utara, Kota Tanjung Balai, Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari lima kelurahan yaitu Kelurahan Tanjung Balai Kota III, Kelurahan Mata Halasan, Kelurahan Kuala Silo Bestari, Kelurahan Tanjung Balai Kota IV dan Kelurahan Sejahtera. Wilayah ini dipilih berdasarkan: 1. Dari enam kecamatan yang ada, wilayah Kecamatan Tanjung Balai Utara merupakan Wilayah Terpadat di Kota Tanjung Balai Utara menurut data BPS Kota Tanjung Balai yaitu ±21.001 populasi per km².
Universitas Sumatera Utara
2. Kecamatan Tanjung Balai Utara merupakan salah satu wilayah paling rentan terjadinya kebakaran. Menurut data Satuan Pemadam Kebakaran, wilayah ini mengalami sebanyak empat kali terjadi kebakaran di lingkungan permukiman padat penduduk selama tahun 2009. 3. Kota Tanjung Balai merupakan salah satu kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara yang mencirikan perkembangan terpusat seperti wilayah Ibukota Negara, Jakarta. Pencirian perkembangan kota terpusat ini disebabkan oleh tindak masyarakat berpenghasilan rendah menjadikan Kecamatan Tanjung Balai Utara sebagai sasaran wilayah lokasi karya mereka sehingga kota terbentuk dari kantung-kantung permukiman yang tidak tertata dan fisik permukiman bermaterial dibawah standar yang sangat rentan terhadap bencana kebakaran. 4. Kecamatan Tanjung Balai Utara merupakan wilayah yang memiliki nilai luas wilayah terkecil dari nilai luas wilayah kecamatan lainnya namun memiliki tingkat kepadatan permukiman tertinggi dari wilayah lainnya. Kondisi
ini
akan
memudahkan
peneliti
untuk
menyelesaikan
permasalahan penanggulangan kebakaran permukiman secara lengkap dalam substansial yang akan ditetapkan dan diharapkan menjadi batuloncatan pemikiran dalam merumuskan penyelesaian permasalahan penanggulangan kebakaran permukiman padat di wilayah sekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
1.5.2
Substansi Bencana kebakaran tidak hanya disebabkan oleh manusia (man-made
disaster), namun juga dapat disebabkan oleh alam (natural hazard). Studi ini hanya membatasi penyelesaian permasalahan yang disebabkan oleh manusia karena lingkungan binaan yang terbentuk oleh keberadaan manusia yang sangat berpotensi sebagai penyebab bencana kebakaran yang terlingkup dalam sumber bahaya yang berasal dari pemakaian peralatan yang memicu bencana kebakaran, tingkat kerentanan keberadaan material dan properti sebagai tempat tinggal dan tingkat ketahanan material yang berada di sekitar kerentanan bahaya kebakaran di wilayah tersebut. Selain pembatasan terhadap jenis bencana kebakaran, studi tidak melibatkan gambaran masyarakat tentang makna bencana kebakaran. Makna bahaya, kerentanan dan ketahanan bencana kebakaran akan merunut pada studi literatur seperti teori, peraturan perundangan, kebijakan dan literatur lainnya yang bersifat formal. Studi akan mengidentifikasi tingkat ketahanan dan kerentanan permukiman padat penduduk berdasarkan kondisi ekonomi, sosial, fisik, sarana dan prasarana serta strukturasi setempat. Kemudian identifikasi bencana kebakaran di wilayah studi untuk melihat sejauh mana tingkat resiko bencana kebakaran di permukiman padat.
1.6
Sistematika Pembahasan Sistematika Pembahasan yang akan disajikan pada studi ini sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
BAB I.
PENDAHULUAN
Bab ini akan dimulai dengan segala permasalahan yang melatarbelakangi studi yang dilengkapi dengan rumusan masalah, tujuan dan sasaran studi, ruang lingkup studi yang terdiri dari ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup substansi, metodologi penelitian yaitu metode pendekatan studi, metode pengumpulan data dan metode analisis, manfaat studi serta kerangka pemikiran. BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini diawali dengan membahas kawasan permukiman melalui teori tipologi permukiman perkotaan untuk menjelaskan karakteristik kawasan. Kemudian wacana dikembangkan melalui teori-teori yang berkaitan dengan bencana kebakaran, yaitu konsep
kondisi
permukiman,
kelompok
rumah
berdasarkan
prioritas
dan
kebutuhannya, daur hari bertinggal, akitivitas ekonomi dan badan sosial kemasyarakatan. Bab ini juga memaparkan jenis-jenis kebakaran dan karakteristik di dalamnya, serta penjelasan konsep penanggulangan bencana kebakaran. Terakhir, akan dijelaskan mengenai identifikasi variabel dan tolok ukur bahaya kebakaran di permukiman padat. BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan jenis penelitian yang digunakan serta menjelaskan konsep dan analisis resiko kebakaran di kawasan permukiman padat berdasarkan identifikasi sumber munculnya api, kerentanan dan ketahanan di kawasan studi terhadap kebakaran. Identifikasi dilakukan melalui variabel-variabel terhadap sumber potensi
Universitas Sumatera Utara
munculnya api, kerentanan dan ketahanan yang telah ditentukan. Terakhir, bab ini akan melahirkan penilaian relatif tingkat resiko bencana kebakaran di wilayah studi. BAB IV.
KAWASAN PENELITIAN
Bab ini menjelaskan wilayah studi yang telah dilakukan dan diteruskan berupa rumusan yang dapat dijadikan sistem penanggulangan kebakaran di permukiman padat di wilayah Kecamatan Tanjung Balai Utara. BAB V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan temuan dari studi yang telah dilakukan dan diteruskan berupa rumusan yang dapat dijadikan sistem penanggulangan kebakaran di permukiman padat di wilayah Kecamatan Tanjung Balai Utara. Selain itu akan dijelaskan mengenai kesimpulan studi berupa alternatif tindakan-tindakan guna mendukung sistem penanggulan kebakaran yang dapat di rekomendasikan untuk memperkecil resiko kerugian jika terjadi bencana kebakaran. BAB VI.
PENUTUP
Bab ini menjelaskan hasil rangkuman atau kesimpulan hasil penelitian serta saran yang diharapkan berupa rumusan yang dapat dijadikan sistem penanggulangan kebakaran di permukiman padat di wilayah Kecamatan Tanjung Balai Utara. Mengenai kesimpulan studi berupa alternatif tindakan-tindakan guna mendukung sistem penanggulan kebakaran yang dapat di rekomendasikan untuk memperkecil resiko kerugian jika terjadi bencana kebakaran.
Universitas Sumatera Utara