1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Menurut Wibowo dan Wartini (2012) sebelum melakukan investasi dalam suatu
perusahaan, para investor biasanya melakukan analisis profitabilitas. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk harus selalu menjaga profitabilitasnya agar dapat stabil sehingga investor tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Dengan profitabilitas yang stabil perusahaan akan dapat menjaga kelangsungan usahanya, sebaliknya apabila perusahaan tidak mampu untuk menghasilkan profitabilitas yang memuaskan, maka perusahaan tidak akan mampu menjaga kelangsungan usahanya. Mengingat pentingnya profitabilitas bagi perusahaan, maka perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan efisiensi kerjanya sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan, yaitu mencapai profitabilitas yang optimal. Brigham dan Houston (2006) menyatakan bahwa profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Sedangkan Sartono (2009) menyatakan profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aset maupun modal sendiri. Dengan mengetahui tingkat perputaran modal kerja, perusahaan dapat memaksimalkan aktiva yang terdapat dalam aset lancarnya. Salah satu rasio profitabilitas yang sering digunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan pengaruh laba terhadap investasi adalah return on assets (ROA). Return on assets menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Sartono (2009) menyatakan 1
2
return on assets memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Pengertian modal kerja menurut Sutrisno (2009) adalah dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, pembayaran hutang, dan pembayaran lainnya disebut modal kerja. Perusahaan harus memastikan bahwa investasi telah digunakan secara efisien, karena bila terjadi overinvestment pada modal kerja, akan menyebabkan menurunnya nilai perusahaan. Bila perusahaan mampu untuk mengurangi investasi di modal kerja, maka modal tersebut bisa ditanamkan pada investasi lain sehingga mampu menghasilkan nilai bagi perusahaan. Husnan (2007), menyatakan indikator adanya manajemen modal kerja yang baik adalah efisiensi modal kerja. Efisiensi modal kerja dapat terlihat dari perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan. Perputaran modal kerja dimulai dari saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Semakin pendek periode perputaran modal kerja suatu perusahaan maka semakin cepat juga perputarannya, sehingga perputaran modal kerjanya akan semakin tinggi dan perusahaan akan semakin efektif yang pada akhirnya profitabilitasnya akan semakin meningkat. Pengelolaan modal kerja yang baik, tidak dinilai dari besar atau kecilnya kas, piutang, maupun jumlah persediaannya, akan tetapi bagaimana mengelola modal kerja dengan jumlah yang sama namun menghasilkan laba yang lebih maksimal. Menurut Munawir (2004), hubungan perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap laba usaha sangatlah erat, sebab apabila perputaran efektif, maka perolehan labanya sudah memadai dengan modal kerja yang ada. Dikatakan demikian karena didalam perhitungannya, ketiga perputaran tersebut 2
3
menggunakan net sales atau penjualan bersih. Dengan demikian sudah pasti pengaruh dari perputaran tersebut akan mempengaruhi laba dari perusahaan karena laba didapat dari mengurangi penjualan dengan semua biaya yang dikeluarkan untuk usaha memperoleh pendapatan tersebut. Munawir (2004) menjelaskan penggunaan elemen penjualan pada perputaran kas adalah untuk mengetahui keefektifan kas yang ada terhadap kelancaran proses produksi, dan apakah jumlah dana yang ada pada kas tersebut cukup untuk proses produksi. Akan tetapi, suatu perusahaan yang mempunyai jumlah kas yang besar maka tingkat perputaran tersebut akan rendah, dan sebaliknya apabila jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi, dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar sesuai dengan tujuan perusahaan tersebut. Perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata menggambarkan tingkat perputaran kas. Semakin tinggi perputarannya, maka akan semakin efisien pula penggunaan kasnya. Tetapi perputaran kas yang terlalu tinggi berarti pula bahwa kas yang tersedia terlalu kecil untuk volume penjualan yang bersangkutan. Menurut Munawir (2004) perlu diketahui bahwa pengurusan kredit secara efisien dapat menghasilkan perputaran piutang yang tinggi. Suatu perputaran piutang yang tinggi harus disertai dengan penagihan piutang yang relatif cepat. Apabila tidak, maka modal kerja akan terikat untuk waktu yang lebih lama dan oleh karena itu tidak akan tersedia cukup modal kerja untuk digunakan segera dalam siklus usaha perusahaan. Munawir (2004) menjelaskan pengendalian persediaan yang efektif diperlukan untuk menjaga jumlah, jenis, dan kualitas barang yang sesuai dan untuk mengatur investasi dalam persediaan. Suatu program persediaan dan pembelian yang efisien akan menyebabkan suatu 3
4
perputaran persediaan yang lebih cepat dengan kecepatan putaran yang lebih tinggi. Lebih cepat persediaan berputar, maka akan lebih sedikit risiko kerugian jika persediaan itu turun nilainya atau jika terjadi perubahan mode. Disamping itu biaya yang berhubungan dengan perputaran persediaan juga akan semakin berkurang. Barang konsumsi merupakan salah satu sub sektor industri dari manufaktur. Salah satu karakteristik dari perusahaan barang konsumsi adalah perusahaan yang memiliki persediaan yang tidak tahan lama atau terdapat masa kadaluarsa (expired date). Perusahaan yang bergerak dalam industri barang konsumsi sangat erat kaitannya dengan pengelolaan modal kerja yang baik, agar dalam penerapannya perusahaan tidak mengalami overinvesment atau underinvestment yang dapat merugikan perusahaan. Mengacu pada Indonesia Stock Exchange (IDX) terdapat 37 perusahaan barang konsumsi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia, dari ke-37 perusahaan tersebut terbagi lagi menjadi lima lini bisnis seperti tabel 1.1 dibawah ini: Tabel 1.1. Daftar Lini Bisnis Barang Konsumsi Jumlah No.
Lini Bisnis Perusahaan
1
Makanan dan Minuman
16
2
Manufaktur Rokok
4
3
Farmasi
10
4
Kosmetik dan Keperluan Rumah Tangga
4
5
Peralatan Rumah Tangga
3
Total
37
4
5
Dari penjelasan tersebut maka dapat diambil kesimpulan, bahwa profitabilitas merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan, sehingga untuk mencapai profitabilitas tersebut perusahaan dituntut untuk dapat mengelola modal kerjanya secara efektif agar menghasilkan profit yang optimal. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh manajemen modal kerja (working capital management) yang diwakilkan perputaran modal (working capital turnover), perputaran kas (cash turnover), perputaran piutang (receivable turnover) dan perputaran persediaan (inventory turnover) pada profitabilitas yang diwakilkan oleh return on assets (ROA) pada perusahaan barang konsumsi (consumer goods) yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia periode 2010–2012. 1.2.
Rumusan Masalah Dari penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat dirumuskan beberapa
masalahnya yaitu: 1. Terdapat pengaruh perputaran modal kerja pada return on assets perusahaan barang konsumsi yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. 2. Terdapat pengaruh perputaran kas pada return on assets perusahaan barang konsumsi yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. 3. Terdapat pengaruh perputaran piutang pada return on assets perusahaan barang konsumsi yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. 4. Terdapat pengaruh perputaran persediaan pada return on assets perusahaan barang konsumsi yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia.
5
6
1.3.
Pertanyaan Penelitian Dari rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas maka dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh perputaran modal kerja pada return on assets perusahaan barang konsumsi yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah terdapat pengaruh perputaran kas pada return on assets perusahaan barang konsumsi yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia? 3. Apakah terdapat pengaruh perputaran piutang pada return on assets perusahaan barang konsumsi yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia? 4. Apakah terdapat pengaruh perputaran persediaan pada return on assets perusahaan barang konsumsi yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia? 1.4.
Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengidentifikasi pengaruh perputaran modal kerja pada return on assets perusahaan barang konsumsi yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk mengidentifikasi pengaruh perputaran kas pada return on assets perusahaan barang konsumsi yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. 3. Untuk mengidentifikasi pengaruh perputaran piutang pada return on assets perusahaan barang konsumsi yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. 4. Untuk mengidentifikasi pengaruh persediaan pada return on assets perusahaan barang konsumsi yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. 6
7
1.5.
Manfaat Penelitian Bagi mahasiswa, sebagai penambah wawasan untuk mengetahui bagaimana pentingnya
pengelolaan modal yang baik bagi profitabilitas perusahaan. Sehingga dikemudian hari penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam bekerja. Bagi perusahaan, khususnya yang bergerak pada industri barang konsumsi untuk melihat seberapa besar pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas, sehingga perusahaan harus menjaga kinerja perputaran modal kerjanya agar kegiatan operasional perusahaan dapat terjaga secara efektif dan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Bagi investor, kinerja manajemen modal kerja yang baik dapat menggambarkan kemampuan aktiva lancar dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan, sehingga hal tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. 1.6.
Pembatasan Masalah Penelitian ini memiliki pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Manajemen modal kerja yang dibahas dalam penelitian ini berkaitan dengan pengelolaan modal kerja, yaitu aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar, dan komponen dari modal kerja yang terdapat dalam aktiva lancar, yaitu kas, piutang, dan persediaan, dengan tidak memasukkan surat berharga karena merupakan investasi jangka pendek yang sifatnya sementara dan likuid dengan maksud memanfaatkan idle cash, dan beban dibayar dimuka karena beban dibayar dimuka merupakan metode pencatatan akuntansi basis akrual. 2. Perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan digunakan untuk mengukur indikator manajemen modal kerja, sedangkan return on assets digunakan untuk mengukur profitabilitas. 7
8
3. Laporan keuangan yang digunakan adalah periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. 1.7.
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian dibagi ke dalam lima bab yang terdiri sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Literatur Pada bab ini menguraikan tentang tinjauan literatur yang akan digunakan untuk mendukung penulisan ini, kerangka konseptual, hipotesis, dan penelitian sebelumnya. Bab III : Metode Penelitian Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang meliputi populasi dan penentuan sampel, metode pengumpulan data, indentifikasi, dan pengukuran data dan analisis data. Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab ini berisi deskripsi mengenai data yang telah dikumpulkan dan pembahasan dari sudut teori yang pada akhirnya digunakan untuk dapat menjawab pertanyaan dari permasalahan. Bab V : Kesimpulan dan Saran Pada bab ini berisi kesimpulan dari analisis data dan saran-saran yang berguna untuk penelitian selanjutnya.
8