BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Investasi dalam bentuk penyertaan surat berharga perusahaan dan derivatifnya tersedia dalam berbagai produk. Produk yang dikelola dan diperdagangkan pada Bursa Efek Indonesia, dalam pecahan nominal yang terjangkau oleh masyarakat luas berupa portofolio reksa dana. Reksa dana diklasifikasikan berdasarkan alokasi asetnya tediri dari Reksa Dana saham, Reksa Dana campuran, Reksa Dana pendapatan tetap, dan Reksa Dana pasar uang. Reksa Dana diperdagangkan mengacu pada peraturan konvensional dan syariah menurut www.infovesta.com. Pada umumnya Nilai Aktiva Bersih produk reksa dana terdiri dari : Saham (hampir 50 %), Pasar Uang, Mixed, Syariah Mixed dan ETF Fixed Income. Sedangkan Efek Reksa Dana mempunyai komposisi : Equity (lebih 50 %), Corporate bond; Government bond, Warrant, Right, Investment Fund Instrument, Medium Term Notes, Time Deposits, SBSN, SUKUK (Kep/46PM/1997). Aktivitas para pelaku investasi di pasar modal ketika berupaya merealisasikan berbagai investasi (Kep/46-PM/1997), menggunakan sistem yang semakin kompleks dan dinamis. Hal ini diindikasikan oleh semakin berperannya alat bantu komunikasi (Information and Communication Technology/ICT). Para investor dapat melakukan investasi setiap saat, mengganti dari satu pilihan investasi kepada pilihan investasi lainnya dengan cepat. Merubah komposisi investasi pembentuk portofolio efek, atau merubah investasi tertentu menjadi
1
bentuk investasi yang lainnya. Bentuk usaha ini secara khusus disebutkan dalam struktur pengaturan dan pengawasan OJK, berupa kegiatan jasa keuangan dalam sektor pasar modal (UU 21/2011 pasal 6). Kegiatan jasa keuangan ini dikelola oleh Manager Investasi (MI) dan dapat dibimbing oleh penasihat investasi, agar mempermudah dan menjamin keamanan berinvestasi bagi masyarakat luas (UU 8/1995). Kondisi ini membuat semakin kompleks dan luasnya peran pengawasan pemerintah yang menjadi kewenangan Otoritas Jasa Keuangan/OJK (UU 21/2011). Sebagai upaya melindungi
masyarakat yang berperan serta ketika
berinvestasi di pasar modal Indonesia. Karakteristik pengoperasian industri keuangan Indonesia dibidang investasi pada surat berharga perusahaan (efek) yang tersedia dipasar modal, berlangsung dengan dimediasi oleh informasi teknologi canggih. Teknologi maju diindikasikan dengan adanya sarana yang terintegrasi secara internal dan eksternal (Kuhn dan Sutton, 2010). Penggunaan teknologi dapat memberikan keyakinan atas
pengendalian
sistem
informasi,
mengurangi
biasnya
informasi,
memperhatikan keamanan informasi, serta memungkinkan untuk tersajinya informasi keuangan secara real time (Kotb dan Roberts, 2011). Pengelola investasi (MI) diharapkan memiliki keahlian dan profesionalitas yang tinggi, agar dapat mengembangkan likuiditas usaha.
Usaha yang
berkembang diindikasikan oleh operasi yang berkesinambungan, mendapat kepercayaan dari para investor (masyarakat) dan mempunyai kinerja yang optimal (Kep- 46 /PM/1997). Kegiatan pengelolaan investasi menuntut kemahiran bisnis, penguasaan sistem teknologi informasi, yang dilandasi kemampuan menilai
2
integritas Sistem pengendalian internal (SPI) perusahaan (Flowerday dan Solms, 2005). Efek adalah salah satu tujuan investasi masyarakat di pasar modal. Kinerja efek diharapkan sebagai representasi kondisi perusahaan secara real. Perusahaan diharapkan dapat menyediakan profil keuangannya seketika dan berkelanjutan. Aktivitas penyajian informasi tersebut dapat direalisasikan melalui penggunaan ICT berbasis web (e-business). ICT dapat mengintegrasikan kegiatan perusahaan secara internal dan eksternal. ICT membantu para pelaku pasar modal untuk berinteraksi merealisasikan aktivitasnya, tanpa harus mempertimbangkan jarak dan waktu bertransaksi (Kep- 46 /PM/1997 butir 2.c dan 3 h). Para investor mempunyai minat yang tinggi untuk mengelola dana masyarakat. Mereka beroperasi pada sektor industri jasa keuangan. Hal ini dibuktikan oleh hasil review OJK menyebutkan, sebanyak 238 kegiatan usaha yang memediasi investasi dana masyarakat tidak memiliki ijin (Kompas.com). Kegiatan para MI yang telah beroperasi dan memiliki ijin sebanyak 74 perusahaan (http://aria.bapepam.go.id). Dana kelolaan (Nilai Aktiva Bersih/ Asset Under Management/AUM) Reksa Dana yang dimiliki para investor menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Pada bulan Agustus 2003 sebesar Rp 81,3 Trilyun (Herwidayatmo, 2009) meningkat menjadi Rp 209.791.886.186.252 per 30 Juni 2014 (Lampiran 2). Kendala yang dihadapi para MI antara lain, berbagai kemungkinan kesulitan mengakses informasi, tidak tersedianya informasi setiap saat (Kotb dan Roberts,
2011; Tan dan Teo, 1998) serta prosedur ontime
transaction dengan masa akses yang terbatas.
3
Kondisi tersebut dapat
berkontribusi terhadap timbulnya resiko salah tafsir (misleading) informasi, akibat kurangnya pemahaman mengenai pengendalian internal (Kogan et al., 2010). Berdasarkan keadaan tersebut muncul kesepakatan (concensus) diantara para ahli, agar dilakukan evaluasi secara berkesinambungan terhadap SPI
perusahaan
(PCAOB, 2007; COSO, 2013). Dengan diterapkannya SPI yang memadai,
akan dihasilkan informasi
keuangan yang reliabel (Doyle et al., 2007), karena diharapkan dapat memberi penjaminan penting (SPAP- Standar Pekerjaan lapangan ke-2) terhadap kualitas data yang dihasilkan. Kegiatan pemantauan terhadap SPI, dapat dilakukan secara terus menerus (continuous online/real time) sebagaimana tugas yang diemban oleh Dewan Komisaris (UU 40/2007), yang dilaksanakan oleh Komite Audit Independen (Internal auditor). SPI melekat pada proses penyajian laporan keuangan, sehingga mempengaruhi kualitas informasi keuangan. Berdasarkan perspektif kemampuan para pengguna ICT ketika beroperasi menganalisa informasi keuangan emiten, bersamaan dengan itu mereka menguji efektivitas
SPI perusahaan. Kelemahan SPI akan mempengaruhi keyakinan
(reliance) para pengguna informasi (Malaescu dan Sutton, 2014; Flowerday dan Solms, 2005). Para MI mendapatkan informasi melalui hasil kerja para auditor dan para internal auditor (Davidson et al., 2013). SPI yang dievaluasi secara real time, dapat mendeteksi berbagai gangguan teknis untuk mengakses, masuknya pihak ketiga yang mencoba intervensi (seperti hacker, dll), adanya sniffing, firewall, pembatasan akses karena data memiliki karakter di encrypt (Kotb dan Roberts, 2011). SPI dapat mendeteksi upaya
4
managemen untuk mempertimbangkan pelaporan keuangan berbasis managemen laba, yang dapat menurunkan kualitas informasi akuntansi (Herda et al., 2010). Pemahaman mendalam (Kilgore et al., 2011) dan penguasaan teknologi (Banker et al., 2005) merupakan salah satu kunci penentu penilaian pengendalian internal berbasis web. Apabila para MI tidak memiliki pengetahuan teknologi, mereka dapat dibantu oleh praktisi/profesional IT. Terutama menyangkut sistem beroperasinya situs web. Para MI diharapkan memiliki pengetahuan bisnis dan kemahiran teknis (pengetahuan hibrid) mengenai informasi teknologi (Hartono, 2009) yang cenderung semakin canggih. Pertumbuhan Teknologi Informasi (TI), dapat menciptakan kemudahan pengolahan transaksi dalam e-business. Sehingga ICT semakin umum dipergunakan untuk merealisasi transaksi bisnis. Para MI berupaya memahami kemungkinan biasnya SPI yang dipantau. Perbedaan pemahaman para MI akan SPI yang dipantau secara real time dibandingkan dengan SPI yang dilaporkan emiten, dapat dijelaskan menggunakan signaling theory dalam konteks e-business. Berbagai kejadian di perusahaan, tidak semua dapat diobservasi oleh para MI, karena terdapat perbedaan kepentingan antara manager perusahaan dengan manager investasi sebagai stakeholder, kondisi ini merupakan asimetri informasi. Asimetri informasi terjadi antara dua pihak akibat perbedaan kepentingan, Para MI dan manager emiten dapat saja berbeda pandangan atas informasi yang sama. Mereka mempunyai kepentingan masingmasing sebagai tuntutan pekerjaannnya. Para MI memperoleh keyakinan memadai atas informasi keuangan, setelah menggunakan pertimbangan dan kecakapan ketika mengevaluasi keandalan SPI emiten. Apabila terdapat signal yang salah
5
ditangkap atas transaksi keuangan yang terjadi seketika, kemungkinan dapat juga menurunkan tingkat keyakinan (trust) pengguna informasi keuangan (Flowerday dan Solms, 2005). Signal yang dikirim oleh manager perusahaan dikatakan dapat dipercaya, jika meningkatkan reputasi SPI perusahaan. Apabila signal yang dikirim manager perusahaan merupakan informasi yang tidak benar, kemungkinan ada informasi yang salah ditangkap oleh pihak luar perusahaan. Untuk meyakinkan Kredibilitas Signal ini, para MI berupaya mengumpulkan berbagai informasi dari dalam dan dari luar perusahaan. Selanjutnya dipertimbangkan untuk pengambilan keputusan investasi. Berbagai permasalahan yang timbul akibat penggunaan media ICT, dapat diminimalkan dengan menerapkan sistem pemantauan berkelanjutan (continuous online audit/COA). COA (Kuhn dan Sutton, 2010) merupakan cara yang dapat dilakukan oleh para auditor dan para users, untuk menjalankan pekerjaan pengauditan dan atau evaluasi terhadap SPI selama proses penyajian informasi keuangan (Doyle et al., 2007). Sistem pemantauan berkelanjutan ini dipengaruhi oleh antara lain teknologi produksi, sistem pengelolaan data yang terintegrasi dengan
Information dan Communication Technology (ICT), seperti yang
menggunakan Enterprise Resource Planning (ERP) systems (Kuhn dan Sutton, 2010) yaitu SAP, Oracle, PeopleSoft dan generic industry software seperti Funds Radar. Memorandum emiten mengenai catatan khusus pengendalian internal perusahaan, dapat dipergunakan sebagai bahan kajian SPI emiten. Catatan
6
mengenai SPI dihasilkan oleh para internal auditor (Vasarhelyi dan Halper, 1990). Catatan atas laporan keuangan perusahaan yang tersaji ketika para auditor menyelesaikan penugasannya, hanya tersedia setahun sekali. Sementara, menurut http://www.infovesta.com para MI melakukan launching portofolio Reksa Dana dengan durasi 3 sampai 4 kali setahun. Dasar pertimbangan mereka adalah laporan keuangan yang telah diaudit (terbit hanya setahun sekali). Oleh karena itu, ketika menetapkan keputusan investasi,
para MI lebih banyak menggunakan
analisis teknis, yang mengandalkan informasi dari luar perusahaan (Hartono, 2013), seperti
lembaga pemeringkat
saham. Analisis
teknis sebaiknya
dipergunakan untuk melengkapi analisis fundamental. Akan tetapi informasi akuntansi yang diperlukan tidak selalu tersedia secara ontime. Dalam penelitian ini dikaji mengenai persepsi stakeholders (MI), akan kualitas informasi akuntansi emiten, sejak awal proses perolehan informasi keuangan (Vasarhelyi et al., 2010), sebagai faktor yang mendahului (anteseden) proses perolehan informasi, dimoderasi oleh Asimetri Informasi Persepsian dan Kredibilitas Signal (Wells et al., 2011). Selanjutnya dikaji mengenai keyakinan (trust) para MI akan informasi yang berkualitas (Loiacono et al., 2007). Informasi akuntansi yang berkualitas disusun (reporting) berdasarkan SPI yang memadai, memiliki integritas data, keamanan (security), privacy dan reliabilty (Vasarhelyi, 1999; Flowerday dan Solms, 2005). Penggunaan informasi keuangan yang dihasilkan melalui penerapan SPI yang handal, diharapkan dapat meningkatkan kinerja para MI. Berupa penentuan keputusan investasi, sebab kualitas informasi akuntansi tercermin pada kualitas
7
SPI emiten (Doyle et al., 2007). Oleh karena itu, para MI ketika menjalankan tugasnya, dituntut memiliki kemampuan untuk memahami SPI emiten sebagaimana yang dimiliki oleh para akuntan dan para auditor. Penelitian ini penting, karena penggunaan situs web untuk mengakses informasi akuntansi, khususnya yang berhubungan dengan bisnis investasi di pasar modal belum banyak diteliti. Bagaimana persepsi para MI, sebagai pengguna informasi akuntansi mengenai ketepatan (accuracy) dan reliabilitas informasi (Nikolaou et al., 2013; Vasarhelyi, 1999) yang diperolehnya melalui situs web. Kualitas informasi tersebut dipengaruhi oleh keandalan SPI selama proses penyajian informasi keuangan (Doyle et al., 2007). Evaluasi berkelanjutan terhadap SPI, telah diterapkan pada beberapa negara Amerika, berdasarkan PCAOB 2007 (Vasarhelyi et al., 2010) menyebutkan bahwa beban audit telah dipindahkan, dari eksternal auditor ke internal auditor sebagai akibat penerapan Standard Auditing No.5. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada pengguna situs web untuk keperluan komersial (Wells et al., 2011) dan keperluan pengembangan penelitian sistem informasi (Loiacono et al., 2007), disimpulkan bahwa Kualitas Situs Web
dapat mempengaruhi tingkat keyakinan pengguna. Sedangkan
berdasarkan Kotb dan Roberts (2011) mencatat bahwa ciri pengawasan IT yang mempengaruhi secara teknis bekerjanya fungsi pengendalian, antara lain berupaya untuk meningkatkan accuracy informasi akuntansi, meningkatkan keyakinan terhadap penggunaan sistem informasi real time, serta mengamankan informasi dari pihak yang tidak berkepentingan. Dalam penelitian ini penggunaan situs web
8
berhubungan dengan upaya mendapatkan informasi akuntansi. Perolehan informasi akuntansi melalui situs web, dipengaruhi antara lain oleh tingkat keamanan informasi/security (SC); kecepatan tanggapan/Response Time (RT); kesesuaian dengan penugasan/Fit to Task (FT); dan menghubungkan antar informasi/Tailored Information (TI). Beberapa indikator ini relevan didalam kegiatan pengauditan (Kotb dan Roberts, 2011), sesuai penelitian Wells et al. (2011) yaitu indikator security; cepat lambatnya download delay; tinggi rendahnya navigability dan tinggi rendahnya visual appeal. Sedangkan menurut hasil penelitian Loiacono et al. (2007) mencatat kualitas informasi ditentukan oleh dimensi informational fit-to-task, tailored information, trust, response time, ease of understanding, intuitive operations, visual appeal, innovativeness, emotional appeal, consistent image, on-line completeness, relative advantage. Para manager emiten mempunyai harapan, agar surat berharga perusahaannya mendatangkan imbal hasil (yield) yang cukup tinggi. Sehingga diharapkan menjadi pilihan berinvestasi oleh para investor (masyarakat) melalui bursa efek. Hal ini sejalan dengan Kep-46/PM/1997 yang menuntut para MI agar berupaya memiliki kinerja optimal. Kinerja para MI direalisasikan melalui kemampuan analisis terhadap informasi yang tersedia. Para MI akan menyimpulkan keputusan investasi pada surat berharga perusahaan, berdasarkan berbagai pilihan investasi yang tersedia di bursa efek. Para MI selalu berupaya untuk mengkonfirmasi informasi yang mereka peroleh, termasuk menganalisa berbagai signal yang dikirimkan perusahaan kepada publik. Kemudian dikombinasikan dengan informasi dari luar perusahaan,
9
disebut pendekatan analisis teknis (Hartono, 2013), seperti harga pasar saham emiten. Para manager perusahaan kadang kala berupaya untuk menampilkan kondisi perusahaan sebaik mungkin. Disisi lain dapat dinilai berbeda oleh para MI. Kondisi seperti ini membuat peran profesi (auditor) menjadi penting (Gudono, 2012b), untuk menekan perbedaan kepentingan,
yang dapat
mengakibatkan biasnya penilaian terhadap informasi akuntansi. Kehadiran para auditor untuk menjawab permasalahan ini biasanya setahun sekali, ketika menerbitkan laporan keuangan audit (Malaescu dan Sutton, 2014). Penomena diatas mendorong agar para MI mempunyai kemampuan untuk menganalisa informasi akuntansi, berdasarkan perspektif kompetensi yang dimiliki seorang auditor. Secara spesifik MI diharapkan memiliki kemampuan untuk mengevaluasi SPI emiten, untuk menentukan kualitas informasi akuntansi. Sifat dan keadaan transaksi berbasis web yang unik jika dibandingkan dengan transaksi konvensional, mengakibatkan kegiatan pemantauan SPI dilakukan secara berkesinambungan. Pemantauan SPI bertujuan agar kejadian penyimpangan dari penerapan SPI, dengan seketika (real time) dapat diketahui (Doyle et al., 2007), dan dengan segera dilakukan upaya perbaikan. Sebaliknya dengan SPI yang bersifat konvensional (tradisional), kegiatan review dilakukan setahun sekali, bersamaan dengan pelaksanaan pekerjaan audit (Malasescu dan Sutton, 2014). Upaya pemantauan SPI ini merupakan salah satu cara mengurangi resiko audit dari komponen pengendalian intern (Alles et al., 2008). Kegiatan ini
10
biasanya disebut penjaminan berkelanjutan (continuous assurance). Penyajian informasi keuangan akan lebih akurat, dapat menurunkan resiko audit dari komponen SPI perusahaan, tanpa harus menunggu sampai tersajinya laporan keuangan periodik (Kuhn dan Sutton, 2010). Namun demikian dikatakan berdasarkan contingency theory bahwa “tidak ada SPI yang bersifat universal diterapkan terbaik”. Pilihan teknik atau sistem tergantung keadaan organisasi yang menentukan SPI (Horngren, 1982). Para analis keuangan (MI dan penasihat invetasi) berdasarkan “Peraturan Otoritas Jasa Keuangan” (UU 21/2011; UU 3/2013; dan UU No.8/1995) ketika beroperasi di pasar modal, diharapkan mendapat dukungan IT yang canggih (sophysticate). Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan sekaligus kompetensi secara profesional (Ross, 1986). Dengan demikian, kegiatan pengambilan keputusan investasi di pasar modal, berupa pembentukan portofolio reksadana, akan mendapat kepercayaan dari masyarakat. 1.2 Rumusan Masalah Terdapat beberapa rintangan berlatar belakang sistem teknologi informasi yang mempengaruhi proses perolehan informasi akuntansi, yang diupayakan seketika (real time). Para MI berupaya mengumpulkan informasi akuntansi emiten melalui situs web sebagai dasar penentuan keputusan investasi. Perolehan informasi akuntansi berlangsung seketika dan setiap saat, sebab pembentukan portofolio investasi berlangsung lebih dari satu kali setiap tahun, dan karena laporan keuangan (audited report) hanya terbit dalam periode tahunan. Oleh
11
karena itu para MI dituntut untuk menilai SPI emiten selama proses perolehan informasi akuntansi. Informasi akuntansi diharapkan memiliki kriteria akurat, reliabel, verifiabel, tepat waktu dan dapat dipercaya (Loiacono et al., 2007; Malaescu dan Sutton, 2014; Nikolaou, et al., 2013; Vasarhelyi, 1999). Ketika proses perolehan informasi akuntansi berlangsung, apakah Kualitas Situs Web, Asimetri Informasi Persepsian, Kredibilitas Signal, dan Kualitas Informasi Akuntansi Persepsian mempengaruhi Keyakinkan (trust) para MI, akan Kualitas Informasi Akuntansi ? 1.3 Tujuan Penelitian 1.
Menguji sejauh mana Kualitas Situs Web yang mempengaruhi persepsi para MI akan Kualitas Informasi Akuntansi.
2.
Menguji
sejauh
mana
faktor
pemoderasi
Asimetri
Informasi
mempengaruhi hubungan antara Kualitas Situs Web dengan Kualitas Informasi Akuntansi. 3.
Menguji
sejauh
mana
faktor
pemoderasi
Kredibilitas
Signal
mempengaruhi hubungan antara Kualitas Situs Web dengan Kualitas Informasi Akuntansi. 4.
Menguji pengaruh persepsi Kualitas Informasi Akuntansi terhadap Keyakinan (trust) akan Kualitas Informasi Akuntansi.
1.4 Manfaat/Kontribusi Penelitian 1.
Bagi akademisi : Menambah literatur pengendalian internal yang diterapkan pada perusahaan bisnis, yang sudah terintegrasi secara internal dan eksternal berbasis web. Diutamakan penggunaan Enterprise Resource
12
Planning systems (ERP) seperti SAP, Oracle, PeopleSoft dan generic industry software seperti Funds Radar 2.
Bagi praktisi : Informasi akuntansi yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan, dapat dipantau setiap saat dalam rangka mengikuti kondisi perusahaan
di
pasar
modal.
Terutama
untuk
mengoptimalkan
pembentukan portofolio investasi surat berharga perusahaan. Berdasarkan informasi keuangan yang akurat dan reliable. Pekerjaan akan dipermudah dengan adanya ICT yang sudah terintegrasi Business to business (B2B); Business to Consumen (B2C) berdasarkan penerapan SPI yang memadai. Dan dengan adanya ketentuan pelaporan SPI emiten selain audited report. 3.
Bagi regulator : Sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan peraturan pelaporan SPI perusahaan, berbasis realtime atau closed to online. Terutama penjaminan atas SPI yang memadai. Sebagaimana yang diberlakukan dinegara
barat
menurut
PCAOB (Public Company
Accounting Oversight Board, 2007 dan COSO 2013), mengacu pada prinsip efektivitas SPI berdasarkan fungsi ICT. 1.5 Batasan Penelitian Dalam penelitian ini, pengguna informasi akuntansi diamati berdasarkan pihak yang mempunyai hubungan secara langung dengan pekerjaannya. Pengamatan dilakukan atas persepsi para MI atau penasihat investasi. Para MI diharapkan memiliki kompetensi, untuk mengevaluasi SPI perusahaan setiap saat. Optimalisasi pembentukan portofolio reksadana, dipengaruhi oleh keterandalan SPI, ketika menyajikan informasi keuangan perusahaan. Kualitas informasi
13
akuntansi diharapkan accurate , tepat waktu (timelines), dan relevan (relevance) (Hartono, 2009). 1.6 Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini disajikan berdasarkan sistematika yang terdiri dari lima bab, dengan rincian sebagai berikut : Bab I: Pendahuluan Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, pentingnya penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/kontribusi penelitian, batasan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II: Tinjauan Pustaka Dan Pengembangan Hipotesis Pada bab ini dibahas mengenai definisi teori, tinjauan literatur dari hasil penelitian sebelumnya yang relevan sebagai dasar pengembangan hipotesis, sehingga dapat diusulkan hipotesis dan kemudian diuji dalam penelitian ini. Beberapa teori tersebut adalah Teori pencarian informasi (Information Foraging Theory); Teori asimetri informasi (Asymmetri Information Theory); Teori Signal (Signaling Theory); Agency Costs dan Teori asimilasi informasi (Theory on Information Assimilation). Diakhiri dengan model penelitian. Bab III: Rancangan Penelitian Pada bab ini diuraikan tentang gambaran umum rancangan penelitian berupa metode pengumpulan data, populasi dan penentuan sampel penelitian, defenisi operasional variabel dan pengukurannya, teknik pengolahan data, dan alat analisis berupa uji statistik yang digunakan
14
untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian sehingga dapat menjawab hipotesis yang telah dirumuskan. Bab IV: Hasil dan Pembahasan Pada bab ini diuraikan mengenai gambaran umum responden, Uji Validitas Konvergen, Uji Validitas Diskriminan, Uji Reliabilitas, Uji Hipotesa. Selanjutnya dibahas hasil analisis, mengenai bagaimana variabel independen berupa Kualitas Situs Web, yaitu Security (SC); Response Time (RT); Informational Fit to Task (FT) dan Tailored Information (TI). Dimoderasi oleh Asimetri Informasi Persepsian (AIP) dan Kredibilitas Signal (KS) mempengaruhi Kualitas Informasi Akuntansi Persepsian. Selanjutnya Kualitas Informasi Akuntansi Persepsian mempengaruhi Keyakinan (trust) para MI,
akan Kualitas
informasi akuntansi. Bab V: Kesimpulan dan Saran Pada bab ini dibahas mengenai ringkasan hasil penelitian berupa Kesimpulan; dengan
hasil
Saran berdasarkan hasil analisis statistik dibandingkan penelitian
terdahulu
yang
dibahas
sebelumnya;
Keterbatasan penelitian, dan Saran untuk penelitian selanjutnya.
15