BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam tambang seperti batubara, minyak dan gas bumi, emas, nikel, timah dan tembaga. Menurut Indonesia Mining Association (IMA) pada tahun 2008 Indonesia menduduki peringkat ke-6 sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam tambang. Dalam hal potensi batubara Indonesia hanya memiliki cadangan batubara sebesar 0,5 % dari cadangan batubara dunia, namun dari sisi produksi Indonesia menempati posisi ke-6 sebagai produsen dengan jumlah produksi mencapai 246 juta ton. Peringkat pertama ditempati China dengan jumlah produksi 2.761 juta ton, disusul USA 1007 juta ton, India 490 juta ton, Australia 325 juta ton, dan Rusia 247 juta ton. Dalam hal eksportir, batubara memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan devisa negara. Indonesia menempati peringkat ke-2 terbesar di dunia sebagai eksportir batubara sejumlah 203 juta ton. Posisi pertama ditempati Australia (252 juta ton), sedangkan China sebagai produsen batubara terbesar dunia hanya menempati peringkat ke-7 sebagai eksportir (47 juta ton). Selain itu batubara sebagai golongan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui ini pun memiliki manfaat lain selain sebagai peningkat devisa negara, yaitu juga sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi. Di
1
Indonesia batubara dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan juga bahan bakar pada sektor industri seperti industri semen dan baja. Seperti yang kita ketahui kehidupan manusia moderen saat ini sangat bergantung pada energi listrik, banyak aktivitas baik itu rumah tangga, kantor, ataupun industri yang mengandalkan energi dari listrik. Bila aliran listrik mati atau terputus maka akan banyak hal yang terganggu, salah satu contohnya adalah transportasi. Masih ingat dalam benak kita bagaimana kekacawan yang timbul ketika arus listrik di bandara internasional Soekarno-Hatta yang mati, banyak penerbangan yang harus ditunda karena radar yang tidak dapat berfungsi dengan baik. Atau bagaimana ketika para pedagang makanan yang harus merugi karena aliran listrik yang padam menyebabkan bahan baku makanan mereka rusak karena lemari pendingin yang tidak berfungsi. Namun disamping berbagai macam dampak positif yang diberikan terhadap perkembangan ekonomi dan sosial, batubara dapat pula memberi dampak negatif pada lingkungan seperti, dalam proses eksplorasi batubara yang terkesan merusak lingkungan dan proses pembakaran batubara yang menghasilkan berbagai zat kimia negatif bagi manusia. Dinyatakan Greenpeace Indonesia dalam blognya mengenai dampak buruk yang terjadi akibat aktifitas pertambangan. (http://www.greenpeace.org/seasia/id/blog/kecanduan-penggunaan-batubara-dan-solusiuntu/blog/43747/)
“Ekspansi pertambangan batubara telah mengakibatkan kerusakan lingkungan dan penggusuran masyarakat adat di Kalimantan dan Sumatera. Pembakaraan batubara di PLTU juga telah mengotori udara yang kita hirup dan mengakibatkan dampak kesehatan yang mengerikan terhadap masyarakat lokal yang tinggal disekitar PLTU. Pengunaan
2
batubara tidak dapat dibantah lagi telah menyumbangkan dan berdampak pada perubahan cuaca yang sangat ekstrem yang saat ini sedang kita hadapi dan berujung pada bencana yang akhirnya merugikan manusia”. Selain itu dalam media online Kompas juga sempat diberitakan efek dari pertambangan yang negatif, sebuah berita berjudul “70 Persen Kerusakan Lingkungan akibat Operasi Tambang” menggambarkan pelaku bisnis yang belum berorientasi pada lingkungan. (http://regional.kompas.com/read/2012/09/28/17313375/70.Persen.Kerusakan.Lingkungan.a kibat.Operasi.Tambang)
“Hampir 34 persen daratan Indonesia telah diserahkan kepada korporasi lewat 10.235 izin pertambangan mineral dan batubara (minerba). Kawasan pesisir dan laut juga tidak luput dari eksploitasi, lebih dari 16 titik reklamasi, penambangan pasir, pasir besi, dan menjadi tempat pembuangan limbah tailing Newmont dan Freeport. Demikian juga hutan kita, setidaknya 3,97 juta hektar kawasan lindung terancam pertambangan, tak luput keanekaragaman hayati di dalamnya. Tak hanya hutan, sungai kita pun dikorbankan. Jumlah daerah aliran sungai (DAS) yang rusak parah meningkat dalam 10 tahun terakhir. Dari sekitar 4.000 DAS yang ada di Indonesia, sebanyak 108 DAS mengalami kerusakan parah. ESDM dinilai melakukan pembiaran atas kehancuran ini dan dibayar dengan kematian warga, kerusakan lahan, dan berubahnya pola ekonomi masyarakat”.
Dewasa ini perkembangan teknologi komunikasi yang makin moderen turut mendukung perkembangan publik yang makin cerdas. Saluran komunikasi yang beragam membuat manusia kini sangat mudah untuk berbagi informasi dan berita tanpa terbatas ruang dan waktu. Isu positif ataupun negatif sangat mudah menyebar didukung oleh perangkat komunikasi yang ada saat ini. Bahkan warga
3
sipil pun kini dapat berubah menjadi wartawan dengan seketika atau yang akrab disebut citizen journalism dalam menyebarkan berita terkait hal yang ada di sekitarnya atau menyangkut kepentingannya. Hal ini tentu saja menjadi sebuah tugas baru bagi para praktisi PR untuk menjaga kelangsungan bisnisnya agar terhindar dari isu-isu negatif yang dapat merusak atau mempengaruhi reputasinya. Aktivitas bisnis memiliki cakupan yang luas dan kompleks. Mereka memiliki tanggung jawab bukan hanya kepada shareholders tapi juga kepada stakeholders. Selain itu faktor-faktor seperti hukum, politik, sosial budaya, dan teknologi informasi juga menjadi hal yang tak boleh luput dari perhatian. Maka dibutuhkan sebuah rancangan strategis yang mampu membuat seluruhnya berjalan dengan baik, sehingga antara perusahaan dan stakeholders dapat beriringan saling mendukung tanpa merugikan kepentingan satu sama lain. Menurut Cornelissen (2009: 44) salah satu cara yang banyak diadopsi perusahaan untuk memenuhi „inklusif‟ para stakeholders adalah melalui Corporate Social Responsibility (CSR). CSR adalah kesadaran bahwasannya bisnis membutuhkan nilai sosial lebih dari hanya sekedar nilai shareholder dan nilai pasar (market value). Hal serupa diungkapkan Lingkar Studi CSR Indonesia yang dikutip Rachman, dkk (2011:15) yang mengatakan CSR adalah upaya sungguh–sungguh dari entitas bisnis untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif operasinya terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam ranah ekonomi, sosial dan lingkungan agar mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan. Kepedulian perusahaan dalam mempertanggungjawabkan segala dampak dari aktivitas usahanya dapat menjadi landasan dasar dalam pelaksanaan CSR. 4
Beberapa tahun terakhir, CSR menjadi lebih relevan melalui harapan yang disuarakan komunitas internasional, NGO, maupun market parties. Seperti European Summit di Lisbon yang dilaksanakan pada Maret tahun 2000, dimana dewan Eropa membuat seruan khusus bagi perusahaan untuk melakukan tanggung jawab sosial, dan mengaitkan CSR dengan pencapaian tujuan strategis di 2010 berdasarkan pengetahuan dan kompetitif. Selain itu juga melalui konferensi tingkat tinggi PBB yang diselenggarakan di Johannesburg pada tahun 2002 mengenai Sustainable Development, menyerukan bahwa suatu bisnis perlu untuk berkontribusi dalam pembangunan masyarakat yang merata dan berkelanjutan, dimanapun mereka beroperasi. Memahami pentingnya tanggung jawab, banyak CSR skema dan standar yang dibentuk beberapa tahun terakhir ini dan disarankan lembaga internasional, salah satunya ISO 26000 yang dibentuk pada tahun 2010 menjadi panduan dalam melakukan tanggung jawab sosial baik itu organisasi publik maupun privat. Adapun cakupan dari kegiatan tanggung jawab sosial meliputi: human right, labor practice, the environment, fair operating practices, consumer
issues,
community
involve
and
development,
organizational
governance. Di Indonesai sendiri penerapan CSR sudah mulai menujukan kemajuan. Hal ini terlihat dari mulai banyaknya perusahaan yang sadar dan melaksanakan CSR, meskipun dengan bentuk yang berbeda-beda. Organisasi dan para stakeholders makin menyadai akan kebutuhan dan keuntungan yang dihasilkan dari perilaku tanggung jawab sosial. Objektif dari perilaku tanggung jawab sosial berkontribusi dalam pembangunan yang berkelanjutan. Trend yang mulai dikembangkan terkait pelaksanaan CSR saat ini di Indonesia adalah
5
program dalam bidang sosial terutama pada program pengentas kemiskinan. Hal ini didukung oleh pemerintah yang ingin program pengentasan kemiskinan bukan saja milik sektor pemerintah atau swasta. Tetapi ini menjadi gerakan nasional yang dijalankan bersama antar pemerintah dan swasta. Performa organisasi yang berkaitan dengan masyarakat dimana ia beroperasi dan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan menjadi bagian yang penting dalam mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan kemampuan organisasi dalam menjalankan kelangsungan operasi yang efektif. Sehingga dapat dikatakan kegiatan tanggung jawab sosial turut mempengaruhi pada penilaian reputasi suatu organisasi. Seperti yang dikatakan, (Argenti, 2009:105) an increasingly significant contributor to corporate reputation is the notion of corporate responsible (CR), which is a corporate‟ social and environmental obligations to its constituencies and greater society (pertambahan secara signifikan terhadap reputasi korporasi adalah gagasan dari sebuah corporate responsibility, yang mana ini adalah kewajiban perusahaan terhadap lingkungan dan sosial untuk publik dan lingkungannya yang lebih besar).
Suatu perusahaan harus mampu membangun serta menjaga reputasi yang positif di mata publiknya. Karena dengan reputasi yang baik perusahaan akan lebih mudah dalam mendapatkan dukungan publik. Dikatakan Fombrun dan van Riel dalam Ardianto (2011: 71) reputasi mampu mempengaruhi opini para jurnalis media, analis keuangan, investor, pegawai serta pelanggan. Terhadap pegawai membuat pekerjaaan lebih menarik, terhadap pelanggan mendorongnya untuk kembali membeli produk, terhadap investor membuat modal lebih rendah dan dapat menarik investor baru, terhadap jurnalis media menghasilkan
6
pemberitaan yang lebih menguntungkan dan bagi analis keuangan mempengaruhi konten yang dicakup dan yang direkomendasikan. Reputasi adalah gabungan dari identitas dan citra perusahaan yang terbentuk di mata masyarakat. Pembentukan reputasi yang kuat membutuhkan waktu yang tidak sebentar, namun dengan reputasi yang kuat perusahaan bisa dikatakan memiliki status sebagai „first-choice‟ bagi para investor, konsumen, pegawai dan grup stakeholders yang lain. Dalam hal ini peneliti tertarik pada perusahaan pertambangan batubara PT Bukit Asam (Persero) Tbk, (PTBA) sebagai BUMN yang bergerak dalam bidang pertambangan yang telah berdiri sejak 1981. PTBA merupakan salah satu perusahaan yang melaksanakan CSR. Mereka menyadari arti penting pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR), sehingga secara konsisten terus berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaksanaan program, dengan berpedoman pada aturan dan landasan hukum yang mendasarinya, yaitu berdasarkan Permen 05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan dan ketentuan pasal 74 Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Beberapa penghargaan diraih PTBA terkait program-program CSR yang telah dilakukan diantaranya: penghargaan Indonesia Green Awards 2012 dari Majalah Bisnis dan CSR, mendapat peringkat gold dalam GKPM Awards (Gelar Karya Pemberdayaan Masyarakat) 2012, penghargaan sebagai "Runner Up for Best Sustainability Report 2011" dari National Center for Sustainability Reporting, dan lain sebagainya.
7
Kegiatan CSR merupakan wujud investasi jangka panjang suatu perusahaan, dan juga dapat menjadi sarana bagi perusahaan untuk membangun hubungan baik dengan komunitas maupun masyarakat sekitar, sehingga mampu mendapatkan kepercayaan dan loyalitas dari publiknya. Dengan kepercayaan ini perusahaan akan mampu untuk terus menjalankan perusahaan, melakukan inovasi serta memberikan pelayanan produk atau jasa yang berkualitas. Sehingga dapat dikatakan CSR bukanlah suatu kegiatan pemborosan melainkan sebuah kegiatan membangun kepercayaan di masyarakat dan lingkungan sekitar, yang mampu memberi keuntungan pada perusahaan. Seperti yang dikutip Argenti (2009 : 113) dari Edelman Trust Barometer, today view social responsibility as more important than an overall corporate brand or financial performance to build trust in companies, second only to the quality of their product and services. Maka
dari
itu
peneliti
termotivasi
menganalisis
bagaimana
implementasi program CSR perusahaan, dalam kasus ini PT Bukit Asam (Persero) Tbk selaku perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang pertambangan batubara yang berada di daerah Sumatra Selatan, dalam meningkatkan reputasi. 1.2. Rumusan Masalah CSR bisa dikatakan sebagai suatu investasi jangka panjang yang dapat mendukung program keberlanjutan yang ingin diterapkan perusahaan. Dimana pada prosesnya, program keberlangsungan itu amatlah bertumpu pada kepercayaan yang diberikan masyarakat pada perusahaan. Dengan berjalannya program yang berkelanjutan perusahaan dapat terus menjalankan kegiatannya,
8
mengembangkan bisnis, melakukan inovasi dan memberi pelayanan jasa ataupun produk yang maksimal. Maka dari itu, dalam penelitian ini peneliti berdasarkan beberapa indikator diantaranya proses perencanaan, implementasi, proses komunikasi dan evaluasi, ingin mengetahui: 1. Bagaimanakan implementasi program CSR PT Bukit Asam (Persero) Tbk di Sumatra Selatan? 2. Bagaimana peran PR di PT Bukit Asam dalam implementasi CSR? 3. Apakan CSR menjadi salah satu reputation driven bagi perusahaan? 1.3. Tujuan Penelitian Peraturan pemerintah dan undang–undang merupakan salah satu faktor yang menjadi alasan sebuah perusahaan melaksanakan CSR, selain karena kesadaran mereka untuk membangun sebuah usaha yang berkelanjutan. Dengan pengembangan program CSR yang berkelanjutan juga dapat mendukung terciptanya reputasi yang baik bagi perusahaan agar tetap dapat berjalan dan melakukan inovasi, karena seperti yang telah kita ketahui perusahaan dapat berjalan ketika telah mendapat dukungan dari masyarakat sekitar. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi CSR yang dijalankan PT Bukit Asam (Persero) Tbk, mengetahui bagaimana peran dan fungsi PR di perusahaan dan mengetahui apakah CSR menjadi salah satu reputation driven bagi perusahaan.
9
1.4. Signifikansi Penelitian 1.4.1. Signifikansi Akademis Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian lebih lanjutan mengenai program CSR suatu korporasi atau organisasi, penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam memecahkan masalah dan menjadi wahana penambah wawasan dan referensi dalam menyusun karya ilmiah terutama pada penelitian kualitatif. Karena pada penelitian ini penting untuk memperkaya sumber dan referensi agar mampu lebih memahami persoalan yang sedang dihadap. 1.4.2. Signifikansi Praktis Dapat menjadi sebuah penelitian studi kasus yang membantu PR dalam melihat persoalan terutama pada pengimplementasian program CSR yang efektif digunakan dalam organisasi yang mampu memenuhi kebutuhan pada masyarakat ataupun komunitas sekitar, serta meningkatkan reputasi. Sehingga organisasi mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari masyarakat untuk terus menjalankan kegiatan usaha di daerahnya dan rasa memiliki serta saling menguntungkan pun terbangun. Reputasi positif yang yang ada di publik akan mempermudah berlangsungnya transaksi dalam kegiatan bisnis suatu korporasi.
10