BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.1 Seiring dengan pengakuan akan eksitensi pendidikan peranan generasi pemuda dalam mewujudkan generasi muda yang memiliki karakteristik merupakan hal penting seperti yang telah dikemukakan bahwa Al-Qur’an sangat menekankan pentingnya upaya pembinaan atau pendidikan. Tanpa adanya pembinaan dan pendidikan generasi muda sulit bahkan tidak mungkin dapat mengarahkan potensi dan perannya sesuai dengan harapan dan sejalan dengan nilai-nilai Qur’ani. Potensi fisik generasi muda perlu dibina, potensi intelektualnya perlu dikembangkan, dan potensi moralnya penting dididik sedemikian rupa, sehingga semua potensi yang dimiliki berdaya guna dan terarah kepada hal-hal yang positif dan untuk tujuan Qur’ani.2 Pendidikan hingga kini masih dipercaya sebagai media yang sangat ampuh dalam membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak manusia menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan secara terus-menerus dibangun dan dikembangkan agar dari proses pelaksanaannya menghasilkan generasi yang diharapkan. Pendidikan tidak hanya mendidik para peserta didiknya untuk menjadi manusia yang cerdas, tetapi juga membangun kepribadiannya agar 1
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan,Cet. Ke-4 (Bandung: Al- Ma’rif, 1980), hlm.4. 2 Azyumardi Azra, Abdurrahman Shalihdan Abudin Nata (Editor), Kajian Tematik AlQur’an Tentang Kemasyarakatan, Cet. Ke-1, (Bandung: Angkasa Bandung, 2008) hlm. 305.
1
2
berkarakter dan berakhlak mulia. Pendidikan di Indonesia dinilai tidak bermasalah oleh sebagian orang dalam peran pendidikan untuk mencerdaskan para peserta didiknya, namun dinilai kurang berhasil dalam membangun kepribadian peserta didiknya agar berakhlak mulia. Oleh karena itu pendidikan karakter dianggap sebagai kebutuhan yang mendesak.3 Pendidikan karakter adalah jiwa atau ruh dari sebuah pendidikan. Tanpa pendidikan karakter didalam proses pendidikan, proses pendidikan tidak lebih hanya sekedar pelatihan kecerdasan intelektual atau hanya semacam mengasah otak bagi para anak didik di sekolah sehingga akan menjadikan orang-orang yang mempunyai kecerdasan secara intelektual, namun tidak terbangun karakternya secara baik.4 Pengarang kitab At-Tahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa AtTahdîb, Sayyid Muhammad mengatakan bahwa pendidikan generasi muda dilihat dari berbagai fasilitas dan sarana agar dapat mengantarkan pada keselamatan jasmani, pemeliharaan dan pertumbuhan serta terjaminnya segala sarana yang dapat melahirkan orang yang berpendidikan, dengan cara membiasakan generasi muda itu untuk berfikir dengan teliti, sehingga dapat membedakan antara perkara yang bermanfaat dan yang membahayakan, antara baik dan yang jelek.5
3
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia: Revitalisasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 17. 4 Ibid., hlm. 65. 5 Sayyed Muhammad, Bimbingan Menuju Akhlak Mulia terj dari Kitab At-tahliyatu Wa At- Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb, alih bahasa oleh Fadlil Sa’id An-Nadwi (Surabaya: AlHidayah, 1999), hlm. 1.
3
Begitu pentingnya pendidikan dan tujuan diadakannya pendidikan yang dapat membentuk manusia-manusia yang berkarakter sanggat diharapkan. Sehingga dengan adanya proses pendidikan dapat mengantarkan pada karakter dalam diri seseorang dan budi pekerti yang baik. Karakter tersebut diharapkan bukan sekedar kecerdasan yang akan hilang dengan mudahnya akan tetapi terdapat dalam diri seseorang dan dapat membawa pada pembentukan diri dalam kehidupan. Secara umum pendidikan karakter sudah dimulai di sekolah-sekolah, pada dasarnya semua mata pelajaran termuat dalam materi-materi yang berkaitan dengan karakter. Secara subtansif setidaknya terdapat dua mata pelajaran yang terkait
karakter, yaitu Pendidikan Agama Islam dan
Kewarganegaran. Kedua mata pelajaran tersebut secara langsung mengenalkan nilai-nilai dalam tingkah laku sehari-hari melalui proses pembelajaran dari tahapan, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.6 Pelaksanaan pendidikan moral
di
sekolah
melalui
pembelajaran
mata
pelajaran
Pancasila,
Kewarganegaraan (PPKn) dan Pendidikan Agama, masih kurang keterpaduan dalam model, strategi pembelajaran dan penyajian materi pendidikan moral di sekolah, tampak sekolah lebih berorientasi pada pengguasan materi yang tercantum dalam kurikulum dan buku teks serta kurangnya mengaitkan isu-isu moral yang terjadi dalam masyarakat.7
6
Jamal Ma’mur Asmuni, Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta: Diva Press, 2011), hlm. 58. 7 Muhlisin, dkk, Pendidikan Agama Berbasis Nilai: refleksi, teori dan praktek (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press bekerjasama dengan LKP2AISTAIN Pekalongan, 2012), hlm. 65.
4
Begitu pentingnya pendidikan karakter baik dalam cakupan kecil untuk diri sendiri maupun dalam cakupan yang lebih luas lagi untuk banggsa ini agar tidak terjadi kemerosotan akhlak yang dapat berpengaruh kepada pendidikan bangsa, kualitas sumber daya manusia serta akhlak manusia dalam hidup bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Al-Qur’anpun telah disinggung mengenai kerusakan yang terjadi di bumi yang disebabkan oleh manusia itu sendiri dan dalam penggalan syair kitab At-Tahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb juga di jelaskan mengenai pentingnya moral (karakter).
ِ ِِ ِ ات اْلبِ ََل ِد ُ تَضْي ُق ِب ْم فَسْي َح
ِ ِ # َخ ََل ُق قَ ْوٍم ْ ا َذا ََلْ تَتَّس ْع أ
“Apabila moral suatu bangsa itu tidak memadai (buruk), maka negara yang besar dan luas akan terasa sempit sebab mereka.”8 Dalam kitab At-Tahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb karya Sayyid Muhammad berisikan kitab yang memiliki karakteistik membedakan dengan kitab islam klasik lain diantaranya kitab ini merupakan kitab yang umum
dan
ringkas
yang
didalamnya.
Keumuman dalam kitab ini yang menjadikan tidak memperlukan beberapa jusjus kitab serta dalam susunan penulisan menggunakan syair-syair yang diberikan oleh penggarang kitab yang disertai dengan penjelasan ringkat berkaitan dengan syair-syair
tersebut. Isi
kitab yang berisikan karakter-
karakter dan sikap-sikap moral yang baik dalam membentuk manusia yang 8
Sayyed Muhammad, op. cit., hlm. 24.
5
seimbang jasamani dan rohaninya merupakan latar belakang dari adanya kitab ini sehingga musonef kitab mebuat kitab ini dapat dijadikan bahan bacaan dan pelajaran bagi diri sendiri, orang lain, guru, murid, orang tua dan siapapun orang sehingga kitab ini bisa diterima dalam beberapa kalangan usia. Kitab At-Tahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb berisi tentang pendidikan karakter yang dapat menjadi sumber maupun tolak ukur seseorang dalam berprilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kitab ini berisi berbagai hal yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari mengenai interaksi, memahami orang lain, memahami diri sendiri, memahami negaranya serta hak dan kewajiban yang harus dilakukan kepada diri sendiri orang lain dan negaranya. Sehingga diharapkan dapat menggantarkan pada pembentukan karakter dalam diri yang lebih matang dan dapat di implementasikan dalam kehidupan. Dengan melihat begitu menariknya kitab ini untuk dikaji penulis mengangkat judul “Konsep Pendidikan Karakter Dalam Kitab At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb Karya Sayyid Muhammad” dengan alasan sebagai berikut: 1. Karena kitab At-Tahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb karya Sayyid Muhammad belum pernah diteliti dalam aspek pendidikan karakter. 2. Karena penulis ingin mengetahui nilai pendidikan karakter dalam kitab AtTahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb karya Sayyid Muhammad.
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dan dalam rangka membatasi masalah agar lebih terpusat pada pokok permasalahan. Dalam penelitian ini mengemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana konsep pendidikan karakter yang terdapat dalam kitab At-Tahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb karya Sayyid Muhammad? Untuk mempertegas maksud atau arti dan tujuan yang terkandung dalam judul penelitian ini, maka perlu dijelaskan mengenai istilah-istilah dan pengertian dari judul untuk menghindari salah pengertian dan penafsiran, yaitu: 1. Konsep Konsep dalam Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar yang dimaksud adalah rancangan atau buram surat.9 Menurut Soedjadi pengertian konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata.10 2. Pendidikan Karakter Pendidikan adalah proses transformasi atau proses perubahan tingkah laku (change of behavior) peserta didik.11 Dalam Undang- Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional di jelaskan bahwa yang
9
Departemen Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2011),
hlm. 242.
10
La Ode Syamri. “Indahnya berbagi ilmu dibagi makin bertambah:definisi konsep menurut para ahli” https://laodesyamri.wordpress.com/2015/01/02/defenisi-konsep-menurut-paraahli/. (1 mei 2015). Diakses, 23 Desember 2014 Pukul 9:51:18. 11 Dinn Wahyudin, Dkk, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional, 2007) hlm. 3.7.
7
dimaksud
dengan
pendidikan
adalah usaha
sadar terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.12 Menurut American Dictionary of the English language karakter itu didefinisikan sebagai kualitas-kualitas yang teguh dan khusus yang dibangun dalam kehidupan seseorang, yang menentukan responnya tanpa pengaruh kondisi-kondisi yang ada. Secara ringkas menurut American Dictionary of the English language, karakter merupakan istilah yang menunjuk kepada aplikasi nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.13 3. Kitab At-Tahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb. Merupakan kitab karya Sayyid Muhammad yang berisi tentang pendidikan adab-adab seseorang dalam mencari ilmu dan juga tujuan dalam kehidupan sehari-hari dalam hidup bermasyarakat yang erat dengan nilai-niai berbudi pekerti yang baik merupakan sebuah kitab yang memiliki karakter dalam membentuk insan yang sempurna sesuai dengan nilai-nilai agama. Dari uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa maksud mengambil judul tersebut adalah konsep pendidikan karakter atau kandungan (isi) yang berada dalam kitab At-Tahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb karya Sayyid Muhammad sebagai kitab klasik dalam rangka menyiapkan
12
Muhlisin dkk, op. cit.,hlm. 7. Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Di Perguruan Tinggi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) hlm. 34. 13
8
generasi yang mulia yang dapat menanamkan nilai, akhlak, moral, budi pekerti sedini mungkin sebagai karakter diri dalam kehidupan. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut: Untuk mengetahui konsep pendidikan karakter yang terdapat dalam kitab At-Tahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb karya Sayyid Muhammad. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis, diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan bagi khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan karakter. 2. Secara Praktis, bagi para pembaca, pendidik atau juga calon guru, murid dapat memperoleh pemahaman dalam mengembangkan nilai-nilai karakter dan nilai ruhaniah, terutama melalui karya tulis dan karangan-karangan kitab kontemporer atau karya sastra yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat direalisasikan dalam kehidupan agar lebih baik dan benar. E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teoritis Pendidkan merupakan suatu cara untuk mengembangkan manusia melalui aspek individual dan sosial, aspek jasmani dan rohani secara
9
seimbang.14 Syamsul Kurniawan & Erwin Mahrus dalam bukunya yang berjudul Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam menjelaskan bahwa hakikat pendidikan tidak saja merupakan usaha membangun dan mewariskan nilai yang akan menjadi penolong dan menuntun umat manusia dalam menjalankan kehidupan, tetapi juga memperbaiki nasib dan peradabannya. Pendidikan adalah proses dari upaya manusia untuk mengembangkan segenap potensi baik jasmani maupun ruhani agar menjadi pribadi yang seimbang.15 Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan dalam Undangundang menyebutkan bahwa pendidikan karakter sesungguhnya sudah ada dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional adalah usaha secara sadar dan terencana berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.16
14
Muhlisin dkk, op. cit., hlm. 67. Syamsul Kurniawan & Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm.15. 16 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undangundang Sisdiknas (Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003), hlm. 34. 15
10
Pendidikan karakter sesunguhnya mempunyai esensi yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak.17 Di Kanada berbagai istilah pendidikan karakter yaitu pendidikan nilai, pendidikan moral, pendidikan kewarganegaraan (civil education), pembelajaran sosialemosional, pendidikan warga negara (citizenship education) dan pengembangan positif generasi muda.18 Rosihon Anwar dalam bukunya Akhlak Tasawuf mengatakan menurut suatu penelitian dari 60.000 hadis, 20.000 diantaranya berkenaan dengan akidah, sisanya (40.000) bekenaan dengan akhlak dan muamalah. Ini dapat dijadikan sebagai bukti bahwa Al-Hadis sebagaimana
Al-Qur’an sangat
memeperhatikan urusan
akhlak
(karakter).19 Bedasarkan
tingkatan
perkembangan
moral
Kohlberg
merekomendasikan bahwa waktu yang tepat untuk pendidikan moral ditanamkan,
ketika
anak-anak
masih
berada
dalam
tingkat
perkembangan moralnya yaitu dimulai dari usia 5 tahun hingga umur 17 tahun.20 Penelitian yang dilakukan oleh para ahli psikologi membuktikan bahwa pada usia anak-anak yang disebut sebagai usia emas
(golden
age)
sangat
menetukan
kemampuan
dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal, sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 17
Ibid., hlm. 12. Muchlas Samani dan Hariyanto, op. cit., hlm. 16. 19 Rosihon Anwar,op. cit.,hlm.23. 20 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Usia Dini, Cet. Ke-2 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 32. 18
11
4 tahun. Hal iniyang menjadi dasar menerapkan pilar-pilar karakter dalam pendidikan karakter anak sejak usia kanak-kanak.21 2. Relevansi Penelitian Terdahulu Dalam skripsi yang dituis oleh Khasan Basri (23205028) yang berjudul Konsep Pendidikan Akhlaq Dalam Islam (Telaah Kitab Ayyuhâ Al-Walad Oleh Imam Abi Hamid Muhammad Bin Muhammad Al-Ghazali) Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan akhlaq dalam kitab Ayyuhâ Al-Walad yaitu konsep pedidikan yang mana hati, akal, lisan, dan perbuatan harus sesuai dengan syari’at Islam atau Al-Qur’an dan As-Sunah baik hubungan kita dengan Allah SWT maupun hubungan kita dengan mahluk atau manusia. Relevansi konsep pendidikan akhlak dalam kitab Ayyuhâ AlWalad dengan konsep pendidikan dalam Islam yaitu bahwa akhlak dalam kitab Ayyuhâ Al-Walad merupakan akhlaq yang mengikuti Asy’ari yaitu Allah SWT baik hati, akal, lisan, maupun perbuatannya yang berdasarkan pada Al-Qur’an dan hadis baik berhubungannya dengan Allah SWT maupun dengan manusia. Hal itu sesuai dengan akhlaq islam yaitu akhlaq.”22
21
Akhmad Muhaimin Azzet, op. cit., hlm. 34. Khasan Basri, “Konsep Pendidikan Akhlak dalam Islam: Tela’ah Kitab Ayyuhâ AlWaladoleh Imam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2010), hlm. 87. 22
12
Eka Suryani (202109155) Pendidikan Anak Menurut Al-Ghazali Dalam Kitab Ayyuhâ Al-Walad (kajian Tujuan, Materi dan Metode) Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa pendidikan anak menurut Al-Ghazali dalam kitab Ayyuhâ Al-Walad ditinjau dari tujuan pendidikan anak mengembangkan akhlak anak melalui potensi (fitrah) jasmani maupun rohani anak sebagai sumber kebahagiaan di dunia, dan taqqarub kepada Allah sebagai sumber di akhirat. Materi pendidikan anak menfokuskan kepada materi akhlak, akhlak baik yang sudah terbentuk harus dijaga dan dipraktekan, materi ibadah adalah bentuk pengabdian seorang hamba kepada Tuhannya yang memiliki penggaruh yang menakjubkan, materi keimanan yang benar memimpin manusia kearah yang baik dan sampai kepada akhlak mulia. Dan metode yang diterapkan dalam pendidikan anak seharusnya yang
mudah
difahami,
menyenangkan,
menerapkan metode
seperti
meode
cerita,
mencontohkan dan memberikan keteladanan kepada anak, dan penggalaman yang dilalui oleh anak dengan metode-metode ini bisa memberi penjelaan dan pengertian yang sesuai dengan taraf pikirannya.23 Berdasarkan kerangka teoritis dan penelitian yang relevan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian yang peneliti teliti belum pernah diteliti sebelumnya karena dalam penelitian yang relevan di atas 23
Eka Suryani, “Pendidikan Anak Menurut Al-Ghazali dalam Kitab Ayyuha Al-Alwalad: kajian Tujuan, Materi dan Metode” Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2013), hlm. 75.
13
terdapat perbedaan dalam fokus yang diteliti yaitu kitab Islam klasik AtTahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb karya Sayyid Muhammad dan dari penelitian yang peneliti teliti ini lebih fokus pada konsep pendidikan karakter dalam kitab At-Tahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb serta implementasinya pada kehidupan sekarang. 3. Kerangka berfikir Berdasarkan kajian teori diatas, maka dapat dibangun kerangka berfikir bahwa pendidikan karakter merupakan pondasi pada diri manusia yang sangat membantu untuk meluruskan setiap potensi manusia agar tetap pada proses pendidikan yang mampu mensifati tauladan-tauladan yang baik. Pendidikan karakter dapat dicapai dengan menanamkan pembelajaran-pembelajaran pendidikan karakter baik melalui pelajaran-pelajaran Agama dan maupun pelajaran umum lainnya yang menggarahkan pada pembentukan karakter, memilih buku yang erat dengan pembetukan karakter karena bahan ajar merupakan awal dari pengetahuan dan pegangan hidup yang dapat mempengaruhi pada potensi pribadi yang lebih baik. Pendidikan karakter berperan penting dalam pembentukan manusia yang berbudi pekerti baik dalam kehidupan sehari-hari dan dapat digambarkan skema sebagi berikut:
14
Kitab Tahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb
Pendidikan budi pekerti
Pendidikan Tauhid
Pendidikan karakter
Tujuan: Pencapaian konsep pembentukan karakter dan pondasi pembentukan karakter
Dalam kehidupan sehari-hari seseorang memelukan bimbingan dan penggarahan yang konsisten menuju kearah yang optimal kemempuan fitrahnya, pembentukan fitrah yang ada dalam diri seseorang akan senantiasa menggalami perkembangan dan pertumbuhan. Pendidikan karakter daianggap perlu dan penting dalam pembentukan karakter yang sesuai fitrahnya manusia dengan sarana-sarana yang menggantarkan pada tercapainya pendidikan karakter. Dengan ini diharapkan dengan mengkaji pendidikan karakter dapat menginternalisasi nilai-nilai karakter yang ada dalam kitab At-Tahliyatu Wa At-
15
Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb kedalam sikap dan perilaku, seseorang dapat memiliki sifat, perilaku yang berkarakter sesuai dengan perilaku yang luhur (berakhlakul karimah) yang dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari yang tetap akan bertahan sesuai karakter yang dimiliki, dimana karakter itu berkembang dari kepribadian kedalam karakter-karakter yang lebih baik. F. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian a. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yaitu suatu pendekatan dengan menggambarkan data melalui bentuk katakata atau kalimat dan dipisahkan menurut teori yang ada, untuk itu memperoleh keterangan yang jelas dan terperinci.24 b. Jenis Penelitian Karangan buku atau karya ilmiyah ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library Research). Jenis penelitian pustaka adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan penggumpulan data pustaka, membaca dan memcatat serta menggolah bahan penelitian.25 2.
Sumber Data Sumber data yang dipakai dalam penulisan skripsi ini dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
24
Winarno Surachmat, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, metode dan Teknik (Bandung: Tarsito, 1982), hlm.134. 25 Mestika Zed. Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), hlm.3.
16
a. Sumber data primer Adalah istilah yang digunakan dalam sejumlah disiplin ilmu untuk mengambarkan bahan sumber yang terdekat dengan orang, informasi, periode, atau ide yang dipelajari.26 Adapun yang digunakan antara lain:
Sayyid Muhammad. 1431 H. At-tahliyatu Wa At-Targîb Fi AtTarbiyatu Wa At-Tahdîb. Surabaya: Toko Kitab Imam.
Sayyid Muhammad. Tt. At-tahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb (Petuk) Demak: oleh Ahmad Hariya. Tp.
Sayyid Muhammad. 1999. At-tahliyatu Wa At-Targîb Fi AtTarbiyatu Wa At-Tahdîb. Terjemahan. Cet. Ke-2 alih bahasa oleh Fadlil Sa’id An-Nadwi. Surabaya: Toko Kitab Al-Hidayah.
b. Sumber data sekunder Selain itu, dalam metode menggumpulkan data ini menggunakan literatur yaitu sumber ini meliputi bacaan-bacaan tentang teori, penelitian, dan bermacam jenis dokumen (misalnya: biografi, koran, majalah).27 3. Metode Penggumpulan Data Metode penggumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk menggumpulkan data.28 Dalam pengumpulan data penulis menggunakan kajian literatur merupakan salah satu kegiatan 26
Mohamad Mustari, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Laks Bang PRESSindo, 2012), hlm. 38. 27 Anselm Strauss & Juliet Corbin. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif tatalangkah dan Teknik-teknik Teoritisasi Data, Cet. Ke-3(Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2009), hlm.31. 28 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm. 100.
17
penelitian yang mencakup: memilih teori-teori hasil penelitian, mengidentifikasi literature, dan menganalisis dokumen, serta menerapkan hasil analisis sebagai landasan teori bagi penyelesaian masalah dalam penelitian yang dilakukan. Maksud kajian literature adalah mencari teori atau landasan berfikir yang tepat sebagai penguat proses penyelesaian masalah.29 Teori yang tepat disini adalah teori-teori yang bersesuaian dengan ruang lingkup masalah. Hal ini dilakukan dengan cara membaca, menelaah kitab AtTahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb karya Sayid Muhammad kemudian dikelompokkan kedalam sub bab-sub bab serta dikaitkan dengan buku-buku yang ada kaitanya dengan materi pembahasan. Buku-buku tersebut yang digunakan untuk mencari teoriteori yang dijadikan sebagai landasan pemikiran operasional. Selan itu, dalam metode penggumpulan data ini mengunakan metode dokumentasi, yaitu metode penggumpulan data dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda dan sebagainya.30 Hal ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data mengenai variabel yang beupa catatan dan buku yang berkaitan dengan kitab utama, yang disini kitab utama tersebut yaitu kitab At-Tahliyatu Wa AtTargîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb karya Sayyid Muhammad. 29
M. Subana & Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), hlm. 78. 30 Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 236.
18
4.
Metode Analisis Data Ada dua teknik analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis deskriptif dan kajian isi (content analysis). Pertama analisis deskriptif, yang mana analis is ini bertujuan memberikan predikat variabel yang diteliti sesuai dengan tolak ukur yang sudah ditentukan. Menganalisis dengan deskriptif kualitatif adalah memberikan predikat kepada variabel yang diteliti sesuai dengan kondisi sebenarnya.31 Data deskriftif adalah data yang diperoleh berupa diskripsi kata-kata atau kalimat yang tertulis yang menggarah pada tujuan penelitian seperti tertuang dalam fokus penelitian yang telah ditetapkan.32Analisis ini hampir sama dengan deskripsi yaitu menyajikan fakta secara sistematis sehingga lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan.33 Dalam melaksanakan penelitian deskriptif, maka langkah-langkah yang sering diikuti adalah sebagai berikut: 34 1. Perumusan masalah 2. Menyiapkan instrument penggumpulan data. 3. Menentukan subyek penelitian. 4. Penggumpulan dan analisis data. 5. Menarik kesimpulan. Hal ini dilakukan dengan menganalisis dan menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang terdapat dalam kitab At-Tahliyatu Wa 31
Ibid., hlm. 269. Ahmad Tanzeh. Metodologi Penelitian Praktis(Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 50. 33 Saifudin Anwar, Metode Penelitaan(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 6. 34 Moh. Ali, Strategi Pennelitiian Pendidikan (Bandung: Angkasa. 1993) hlm. 131-133. 32
19
At-Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb sesuai dengan tolok ukur atau kategori yang sudah ditentukan dan analisis ini hanya pada menyajikan fakta secara sistematisnya. Kedua kajian isi atau content analysis merupakan kajian isi sebagai teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara odjektif, sistematis, dan kauantitatif tentang manifestasi komunikasi. Weber menyatakan bahwa kajian isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen.35 Hal ini dilakukan dengan cara menganalisis isi kitab At-Tahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb secara obyektif dan sistematis, sehingga akan mengetahui isi pesan yang terkandung dalam buku tersebut, setelah itu dikaitkan dengan buku-buku yang berkaitan dengan materi pembahasannya. 5. Sistematika Penulisan Dalam langkah penelitian ini, terlebih dahulu disampaikan sistematika untuk memudahkan dalam memahami isi penelitian ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Bagian Awal Pada bagian ini memuat: halaman sampul, halaman judul, halaman pernyataan, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, transliterasi
35
Lexy J. Moleong. Metodologi penelitian kualitatif, Cet. Ke-31( Bandung: PT Remaja Rosdarya, 2013), hlm. 220.
20
arab latin, halaman motto, halaman persembahan, halaman abstrak, kata pengantar, daftar isi. b. Bagian Isi Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab II Konsep Pendidikan karakter. Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengertian pendidikan karakter, makna pendidikan karakter pemahaman tentang pendidikan karakter terdiri atas tujan pendidikan karakter, prinsip Pendidikan Karakter. Landasan pengembangan pendidikan karakterterdiri atas landasan pendidikan karakter dalam Islam dan materi pendidikan karakter dan penggajaran pendidikan karakter. Bab III Konsep pendidikan karakter dalam kitab At-Tahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb
meliputi riwayat hidup
pengarang kitab At-Tahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb yaitu biografi Sayyid Muhammad, pendidikan Sayyid Muhammad, muridmurid dan
karya-karya Sayyid Muhammad. Gambaran
umum kitab
meliputi latar belakang kitab, karasteristik kitab, urgensi kitab. Isi pendidikan karakter dalam kitab At-Tahliyatu Wa At-Targîb Fi AtTarbiyatu Wa At-Tahdîb meliputi konsep tingkatan pergaulan manusia, konsep kesopanan dan pergaulan yang baik dan konsep memelihara kesehatan badan
21
Bab IV Analisis Konsep pendidikan karakter dalam kitab AtTahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb karya Sayyid Muhammad pada bab ini dimulai dari analisis konsep pendidikan karakter dalam kitab At-Tahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb dengan pndidikan karakter. Bab V Penutup, meliputi kesimpulan dan saran-saran. c. Bagian Akhir Pada bagian akhir skripsi ini memuat daftar pustaka dan lampiranlampiran daftar riwayat hidup, kitab At Tarbiyatu Wa At-Tahdîb karya Sayyid Muhammad.