BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat capres mulai berlomba melakukan kampanye dengan berbagai cara dan melalui berbagai media. Efek media yang begitu besar dalam memengaruhi khalayak dipergunakan untuk menaikkan citra mereka di mata masyarakat. Masing-masing calon pemimpin pun menampilkan gaya kepemimpinan yang mereka anggap dapat menarik hati rakyat. Pada periode pemilihan, media massa memiliki suatu peranan penting bagi para partai dan juga para calon pemimpin. Menurut Pawito (2009:198), media massa dalam konteks pemilihan umum tidak lagi sekadar menyampaikan laporan-laporan mengenai berbagai peristiwa, tetapi juga menjadi panggung bagi partai politik atau para kandidat yang saling berkompetisi meraih dukungan suara pemilih sebanyak-banyaknya. Tak hanya menjadi sarana bagi para calon pemimpin untuk berkompetisi mendapatkan suara terbanyak, media massa juga menjadi sarana dalam mengonstruksikan sosok ideal dari seorang pemimpin. Opini publik mengenai pemimpin yang ideal seakan digiring oleh media kepada suatu sosok tertentu. Media massa membentuk suatu citra bagaimana seorang pemimpin seharusnya bersikap ataupun memimpin. 1
Meskipun tidak menjamin kemenangan dalam pemilu, namun media massa tetap menjadi salah satu sarana utama para partai dan para kandidat untuk melakukan kampanye. Efek media massa yang dapat menyebarkan informasi secara massif dan menjangkau banyak khalayak yang
jauh serta beragam
menjadi suatu daya tarik bagi calon pemimpin untuk menggunakan media massa guna menunjukkan eksistensi dan kelebihan mereka pada masyarakat. Salah satu calon pemimpin yang mencoba menunjukkan eksistensinya melalui media adalah Wiranto. Wiranto adalah bakal calon presiden yang diusung oleh Partai Hanura dan merupakan seorang mantan panglima jenderal ABRI pada masa orde baru. Wiranto mencoba menampilkan gaya kepemimpinannya dalam reality show Mewujudkan Mimpi Indonesia. Reality show sendiri menurut Set (2008:185) adalah jenis tayangan yang menampilkan aktivitas nyata dari pembawa acara dan segala aspek pendukung acara (talent, objek, lokasi, situasi, dramatika). Mewujudkan Mimpi Indonesia
merupakan salah satu akses media yang
disediakan Hary Tanoesoedibjo sebagai calon wakil presiden dari Partai Hanura dalam mendongkrak nama Wiranto. Program ini mulai tayang pada tanggal 24 Januari 2014 pukul 15.30 di RCTI. Mewujudkan Mimpi Indonesia tak hanya ditayangkan di saluran televisi free to air, seperti di RCTI dan Global TV, namun juga di sejumlah saluran televisi berbayar milik MNC Grup seperti SINDO TV, MNC News, MNC Entertainment, dan MNC International TV. 2
Reality show Mewujudkan Mimpi Indonesia menceritakan bagaimana pasangan capres dan cawapres, Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo mewujudkan keinginan dari masyarakat. Masyarakat yang ingin berpartisipasi diharuskan mengirimkan surat ke alamat yang telah ditentukan. Surat-surat yang telah masuk kemudian akan dipilih oleh tim Mewujudkan Mimpi Indonesia yang dipimpin oleh Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo. Setelah surat keinginan telah ditentukan maka tim Mewujudkan Mimpi Indonesia akan mendatangi lokasi si pengirim surat dan mewujudkan impian mereka. Namun seiring berjalannya episode Mewujudkan Mimpi Indonesia, konsep reality show ini sedikit mengalami perubahan, yakni dalam beberapa episode terdapat segmen di mana Wiranto melakukan blusukan dengan menyamar sebagai masyarakat kecil. Wiranto digambarkan sebagai pemimpin yang low profile dan sangat peduli dengan kesulitan hidup masyarakat sehingga mau menjalani pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh masyarakat bawah demi berinteraksi dan mengetahui keinginan mereka. Segmen penyamaran Wiranto ini tentu menimbulkan anggapan bahwa Mewujudkan Mimpi Indonesia merupakan salah satu cara menunjukkan pada masyarakat bahwa Wiranto adalah sosok yang tepat untuk menduduki posisi kepemimpinan di Indonesia. Oleh sebab itu tak dapat dipungkiri bahwa dalam reality
show
tersebut
terdapat
simbol-simbol
yang
digunakan
untuk
merepresentasikan gaya kepemimpinan Wiranto yang pro dan peduli kepada rakyat menengah bawah baik secara visual maupun non visual. Menurut Danesi 3
(2004:16) representasi adalah penggunaan tanda untuk menghubungkan, menggambarkan, melukiskan atau meniru sesuatu yang dapat dirasakan
dan
dibayangkan dalam beberapa bentuk fisik. Produk-produk media massa merupakan hasil konstruksi realitas dari pemilik media. Pandangan atau ideologi pemilik media tersalurkan melalui medianya.
Sobur (2009:88)
mengatakan bahwa isi media pada hakikatnya
adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan saja sebagai alat merepresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Meskipun program ini telah mendapat teguran tertulis dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebanyak dua kali, yaitu pada 12 Februari dan 7 Maret 2014, Mewujudkan Mimpi Indonesia tetap tayang dengan format seperti biasa, tanpa adanya perubahan. Berdasarkan data dari website resmi KPI, dijelaskan bahwa program Mewujudkan Mimpi Indonesia telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012 pasal 11 dan Standar Program Siaran pasal 11 ayat (1) dan ayat (2), yang dikategorikan sebagai pelanggaran atas perlindungan kepentingan publik. Reality show Mewujudkan Mimpi Indonesia dinilai telah dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi pemilik lembaga penyiaran bersangkutan. Tidak aneh jika Mewujudkan Mimpi Indonesia mendapatkan teguran dari KPI karena reality show ini memang sarat dengan nuansa politik pencitraan. Begitu 4
banyak tanda yang merepresentasikan gaya kepemimpinan Wiranto yang ingin disampaikan baik secara visual dan non visual kepada masyarakat melalui tayangan tersebut. Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis ingin mengkaji tentang reality show Mewujudkan Mimpi Indonesia melalui metode semiotika. Penulis merasa tertarik untuk mengupas berbagai tanda dan maknanya yang ditunjukkan dalam reality show ini dalam merepresentasikan gaya kepemimpinan dari tokoh Wiranto.
1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah tentang “bagaimana tayangan Mewujudkan Mimpi
Indonesia
merepresentasikan gaya kepemimpinan
Wiranto?”
1.3 Tujuan penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui representasi gaya kepemimpinan Wiranto dalam reality show Mewujudkan Mimpi Indonesia.
1.4 Signifikansi Penelitian Dalam penelitian ini, siginifikansi penelitian terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
5
1.4.1
Signifikansi Akademis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi pemikiran terhadap perkembangan Ilmu Komunikasi, terutama dalam bidang semiotika model Charles Sanders Peirce. Khususnya mengenai kajian representasi pada sebuah program reality show di media televisi. Penelitian ini juga diharapkan untuk menambah referensi mengenai analisis atau penelitian mengenai teks media khususnya dalam bidang semiotika. Lebih lanjut, hasil penelitian juga dapat dijadikan referensi untuk meneliti bagaimana sebuah program televisi, khususnya reality show merepresentasikan suatu konsep melalui tanda visual maupun non visual.
1.4.2
Signifikansi Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana media merepresentasikan gaya kepemimpinan kandidat calon presiden, khususnya Wiranto. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan pemahaman pada masyarakat terhadap praktik-praktik gaya kepemimpinan yang hendak dibangun oleh kandidat melalui media untuk memperoleh pemenangan dalam pemilu 2014.
6