BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disminorhoe adalah kekakuan atau kejang di bagian bawah perut yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa untuk beristirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-hari, (Dianawati 2003 dan Proverawati & Misaroh, 2009). Gejala disminorhoe dapat disertai dengan rasa mual, muntah, diare dan kram, sakit seperti kolik di perut. Beberapa wanita bahkan mengalami pingsan, keadaan ini muncul cukup hebat sehingga menyebabkan penderita mengalami “kelumpuhan” aktivitas untuk sementara. Kelainan yang selalu timbul tidak mungkin menyebabkan kematian seseorang, tetapi hal ini akan sangat
mengganggu
syarafnya,
kadang-
kadang
sampai
mengalami
penderitaan yang menahun dan kronis (Proverawati dan Misaroh, 2009). Angka kejadian nyeri haid (dysmenorhea) di dunia sangat besar. Ratarata dari 50% perempuan di setiap negara mengalami disminorhoe. Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami disminorhoe, dan 10- 15% diantaranya mengalami dismenore berat yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun ( Proverawati dan Misaroh, 2009). Di Indonesia angka kejadian diperkirakan 55% perempuan produktif yang tersiksa oleh disminorhoe. Angka kejadian (prevalensi) disminorhoe 1
2
berkisar 45- 95% di kalangan wanita usia produktif (Proverawati dan Misaroh, 2010). Dari data PKBI Jawa Tengah tahun 2010 terdapat 56 remaja putri yang melakukan konsultasi tentang menstruasi dan angka yang paling tinggi adalah konsultasi tentang disminorhoe yang mayoritas bertempat tinggal di Semarang dan rentang usia yang berkonsultasi adalah 15 tahun- 19 tahun. Menurut Yetti (2005) berdasarkan hasil penelitian pada remaja kelas II di SLTP 12 Semarang yang berjumlah 53 siswi ternyata yang mengalami disminorhoe sebanyak 35 siswi (66,0%), menurut Purnamawati (2005) berdasarkan hasil penelitiannya pada remaja putri di Desa Ngemplak Wetan Karanganyar Demak, didapatkan dari 32 remaja ternyata yang mengalami disminorhoe sebanyak 17 remaja (53,1%), sedangkan menurut Jannah Rahmawati (2009) berdasarkan penelitian pada siswi SMA Negeri 2 BAE Kudus, didapatkan (41,5%) memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang disminorhoe dan tingkat kecemasan berat sebesar (62,3%). Studi pendahuluan di SMA NU AL MA’RUF Kudus pada tanggal 19 April 2012 di peroleh dari 20 siswi yang dibagikan kuesioner mengenai tingkat pengetahuan siswi tentang disminorhoe dan cara mengatasi disminorhoe didapatkan hasil 3 siswi yang cukup tahu tentang disminorhoe dan 17 siswi tidak mengerti tentang disminorhoe. Hal itu terjadi kemungkinan dari tidak adanya pendidikan kesehatan reproduksi di SMA NU AL MA’RUF Kudus. Pengetahuan kesehatan reproduksi hanya didapatkan dari mata
3
pelajaran Biologi. Perilaku siswi yang mengatasi disminorhoe berbeda- beda yaitu didapatkan dengan minum obat 1 siswi, kompres dengan botol hangat 1 siswi, pijat perut 13 siswi, tarik nafas panjang untuk relaksasi 1 siswi dan menggosok- gosok perut atau pinggang yang sakit 1 siswi. Dari daftar buku kunjungan di UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) selama satu minggu terdapat 23 siswi yang hadir dan 8 siswi mengalami nyeri perut (disminorhoe). Berdasarkan studi pendahuluan di atas, perlu dilakukan penelitian tentang ” Hubungan Tingkat Pengetahuan Siswi SMA Kelas X dengan Perilaku Mengatasi Disminorhoe Di SMA NU AL MA’RUF Kudus”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan Siswi SMA Kelas X Tentang Disminorhoe dengan Perilaku Mengatasi Disminorhoe di SMA NU AL MA’RUF Kudus”.
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Siswi SMA Kelas X Tentang Disminorhoe Dengan Perilaku Mengatasi Disminorhoe di SMA NU AL MA’RUF Kudus.
4
2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan siswi tentang disminorhoe. b. Mendeskripsikan perilaku siswi tentang disminorhoe. c. Menganalisis hubungan pengetahuan siswi tentang disminorhoe dengan perilaku mengatasi disminorhoe.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah dan pengalaman nyata dalam melakukan penelitian. 2. Bagi Pelajar Memberikan informasi mengenai pengetahuan siswi tentang disminorhoe saat menstruasi dalam upaya meningkatkan kesehatan reproduksi. 3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil dari penelitian ini dapat digunakan bahan masukan ke dalam perpustakaan sekolah
dan dapat digunakan sebagai penelitian
selanjutnya. 4. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai informasi mengenai kesehatan reproduksi wanita.
5
5. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No 1.
Nama Pengarang Yetti Maryana
Judul Hubungan Antara Status Gizi (Indeks TB/U) dan Frekuensi Olahraga dengan Kejadian Dismenore pada Remaja kelas II SLTP 12 Semarang 2005
Variabel Terikat Status Gizi (Indeks TB/U) dan Frekuensi Olahraga
Variabel Bebas Kejadian Dismenore
2.
Jannah Rahmawati
Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Dismenore dengan Tingkat Kecemasan Pada Saat Mengalami Dismenore Pada Siswi Di SMA Negeri 2 BAE Kudus 2009
Tingkat Pengetahuan
Tingkat Kecemasan
3.
Nelwati
Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang menstruasi dengan Derajat Dismenore pada Siswi Sekolah Menengah
Tingkat Pengetahuan
Derajat Dismenore
Hasil Mayoritas remaja yang mengalami Dismenore (66,0%), status gizinya mayoritas normal (92,2%) dan remaja yang melakukan olahraga jarang (66,0%). Hasilnya bahwa tidak ada hubungan antara status gizi (indeks TB/U) dengan kejadian Dimenore Sebagian besar siswi memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang Dismenore, yaitu (41,5%) dan tingkat kecemasaan berat yaitu (62,3%).Hasilnya adalah ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan remaja tentang dismenore dengan tingkat kecemasan pada saat mengalami Dismenore 30% Responden yang mempunyai pengetahuan kurang mengalami dismenore. Didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan menstruasi dengan
6
Atas Di Padang Tahun 2005
derajat dismenore dengan nilai p = 0,00
Berdasarkan penelitian Yetti Maryana menjelaskan tentang status gizi (Indeks TB/U) dan frekuensi olahraga dengan kejadian disminorhoe. Sedangkan perbedaan antara karya tulis ilmiah yang baru disusun dengan penelitian sebelumnya adalah pada variabel independent yaitu peneliti menggunakan pengetahuan dari siswi SMA Kelas X dan pada variabel dependent adalah perilaku mengatasi disminorhoe.