BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang Anak jalanan merupakan salah satu bagian dari fenomena kehidupan yang
menjadi permasalahan sosial. Sebagian besar masyarakat memandang sebelah mata keberadaan anak jalanan ini bahkan sering kali terabaikan dan tidak dianggap (Wijayanti, 2010). Anak jalanan didefinisikan sebagai anak yang lebih banyak menghabiskan waktunya dijalanan untuk mencari nafkah, bermain atau beraktifitas lain (Suyanto, 2002). Demi bertahan hidup di tengah kehidupan kota yang keras, anakanak jalanan biasanya melakukan pekerjaan di sektor informal, baik legal maupun ilegal seperti pedagang asongan, berjualan koran, buruh angkut barang, menyemir sepatu, mencari barang bekas atau sampah, mengamen di perempatan lampu merah , tukang lap mobil, dan tidak jarang pula anak-anak yang terlibat pada jenis pekerjaan berbau kriminal seperti mencuri, bahkan menjadi bagian dari komplotan perampok (Ningsih, 2013). Munculnya anak jalanan disebabkan oleh faktor ekonomi yang rendah sehingga mendorong anak untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik atas keinginan sendiri maupun korban eksploitasi (Hanifah, 2010). Menurut hasil Susenas yang diselenggarakan dengan kerjasama BPS dan Pusdatin Kemensos pada tahun 2002 jumlah anak jalanan di Indonesia mencapai 94.674 anak Pada tahun 2009 jumlah anak jalanan mencapai 230.000 jiwa (Syaputra, 2014). Jumlah anak jalanan dari tahun ke tahun semakin meningkat, terutama di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Lampung, Bandung, termasuk di
Kota Denpasar. Di Provinsi Bali pada tahun 2011 jumlah anak jalanan 102 orang (Dinsosnaker, 2011) dan setengahnya tersebar di Kota Denpasar. Anak jalanan di Kota Denpasar seringkali di temui di pasar tradisional, di jalanan ataupun tempat-tempat wisata. Hal ini dikarenakan Kota Denpasar merupakan ibu kota provinsi yang menyediakan ruang bagi anak jalanan tersebut untuk mencari nafkah. Anak
jalanan
dalam
menjalani
kehidupannya
mengalami
banyak
permasalahan, antara lain masalah keselamatan jiwa, kriminalitas, kekerasan fisik dan psikis serta permasalahan kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada anak jalanan yaitu masalah kesehatan reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi ini lebih banyak dialami oleh anak jalanan yang mulai memasuki masa remaja (Suhartini, 2008). Remaja mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat pesat yang dikenal dengan pubertas. Pubertas dianggap sebagai rangkaian periode pematangan yang saling terkait meliputi perubahan tubuh, seperti pengembangan fungsi reproduksi, dan munculnya karakteristik seksual sekunder (Amin, 2014). Remaja putri lebih rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi dibandingkan remaja putra. Kondisi di sekitar vagina yang tidak terawat memicu adanya infeksi. Infeksi mudah terjadi karena letaknya yang sangat dekat dengan uretra dan anus, sehingga mikroorganisme (jamur, bakteri, parasit, virus) mudah masuk ke vagina (Sharma, 2008). Sebagai salah satu organ tubuh yang paling sensitif, alat reproduksi memerlukan perawatan khusus yang dimulai sejak dini. Menjaga organ reproduksi berawal dari menjaga kebersihan secara personal. Higienitas yang kurang terhadap alat reproduksi memicu adanya penyakit infeksi pada alat reproduksi dan berpengaruh terhadap infertilitas. Beberapa penyakit infeksi pada alat reproduksi wanita adalah
dapat berupa trikomoniasis, vaginosis bakterial, kandidiasis, vulvovaginitis, gonore, klamidia dan sifilis (Muin, 2011). Angka kejadian infeksi saluran reproduksi (ISR) tertinggi di dunia adalah pada usia remaja (35%-42%) dan dewasa muda (27%-33%). Prevalensi ISR pada remaja di dunia tahun 2006 yaitu: kandidiasis (25%-50%), vaginosis bakterial (20%-40%), dan trikomoniasis (5%-15%) (WHO, 2007). Penyebab utama penyakit ISR yaitu: imunitas lemah (10%), perilaku kurang hygiene saat menstruasi (30%), dan lingkungan tidak bersih serta penggunaan pembalut yang kurang sehat saat menstruasi (50%). Menurut data BPS dan Bappenas tahun 2010, sebagian besar dari 63 juta jiwa remaja di Indonesia rentan berperilaku tidak sehat termasuk pada remaja putri jalanan (Sari, 2013). Permasalahan organ reproduksi yang dialami remaja khususnya remaja yang berasal dari anak jalanan ini berakar dari kemiskinan dan tuntutan bekerja di jalanan mengakibatkan para yang remaja yang berasal dari anak jalanan ini tidak mengenyam bangku pendidikan yang memadai. Akses akan informasi mengenai kesehatan organ reproduksi menjadi terhambat. Faktor tersebut berdampak pada pengetahuan dan sikap personal hygiene remaja putri jalanan dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu keterbatasan akan sarana prasarana hygiene dan fasilitas bagi remaja jalanan serta kondisi lingkungan jalanan yang buruk juga menjadi faktor pendukung timbulnya permasalahan organ reproduksi yang dialami remaja. Kelompok remaja jalanan ini jarang tersentuh oleh masyarakat dan dunia pendidikan, akan tetapi masyarakat perlu mengetahui permasalahan kesehatan reproduksi yang mereka alami khususnya tentang personal hygiene remaja putri. Penelitian tentang personal hygiene pada kelompok remaja putri belum banyak dilakukan sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
“Pengetahuan dan Sikap Personal Hygiene Organ Reproduksi Remaja Putri Jalanan di Kota Denpasar”.
1.2
Rumusan Masalah Dewasa ini penyakit terkait kesehatan reproduksi sering menyerang para
remaja. Hal ini juga banyak terjadi pada remaja putri jalanan di Kota Denpasar. Higienitas yang kurang menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit yang dapat mengancam kesehatan organ reproduksi remaja dan bahkan berujung pada infertilitas ataupun penyakit yang lebih serius. Maka dari itu penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan sikap personal hygiene organ reproduksi remaja putri jalanan di Kota Denpasar.
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum Mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap personal hygiene organ
reproduksi remaja putri jalanan di Kota Denpasar 1.3.2
Tujuan Khusus a. Mengetahui pengetahuan personal hygiene organ reproduksi remaja putri jalanan di Kota Denpasar. b. Mengetahui sikap personal hygiene organ reproduksi remaja putri jalanan di Kota Denpasar.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan wawasan dan
informasi mengenai pengetahuan dan sikap personal hygiene organ reproduksi remaja putri jalanan serta dapat dipergunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai personal hygiene organ reproduksi remaja putri jalanan di Kota Denpasar. 1.4.2
Manfaat Praktis Dapat dipergunakan sebagai acuan bagi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
dalam hal pengembangan program bagi remaja putri jalanan dalam hal personal hygiene.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah kesehatan reproduksi remaja yang
berfokus pada pengetahuan dan sikap personal hygiene organ reproduksi remaja putri pada anak jalanan di Kota Denpasar.