1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kependudukan dalam pembangunan di Indonesia, terutama yang menyangkut kuantitas dan kualitas penduduk merupakan hal yang harus menjadi perhatian. Dari segi kuantitas atau jumlah penduduk, hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 237.556.363 jiwa, yang terdiri dari 119.507.580 penduduk laki-laki dan 118.048.783 penduduk perempuan. Jumlah penduduk Indonesia menduduki rangking ke empat negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia setelah China (1,3 milyar jiwa), India (998,1 juta jiwa), dan Amerika Serikat (276,2 juta jiwa). Laju pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 1,49% per tahun, hal ini menandakan bahwa setiap tahun penduduk di Indonesia bertambah 3 sampai 3,5 juta jiwa (BPS, 2010). Menyangkut kualitas penduduk, salah satu indikator yang dapat digunakan sebagai tolok ukur adalah Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index). IPM Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 186 negara di dunia, nilai IPM Indonesia sebesar 0,629 masih di bawah rata-rata IPM dunia (0,694) bahkan masih di bawah rata-rata IPM 15 negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik (0,683) (UNDP, 2013). Besarnya jumlah penduduk di Indonesia pada dasarnya merupakan modal sumber daya manusia dalam pembangunan, namun harus disadari bahwa dengan semakin besarnya jumlah penduduk maka tekanan akan terus
2
meningkat bagi negara (pemerintah) khususnya dalam penyediaan kebutuhan dasar penduduk seperti sandang, pangan, papan, dan pekerjaan. Jumlah penduduk yang besar apabila tidak diimbangi dengan kualitas yang memadai pada akhirnya hanya menjadi beban dalam pelaksanaan pembangunan. Kenyataan di atas menunjukkan bahwa masalah kependudukan sudah sepantasnya menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah bersama segenap komponen bangsa. Masalah kependudukan merupakan masalah sekarang dan akan datang, sehingga harus dipahami tidak hanya oleh generasi sekarang namun harus dipahami pula oleh generasi yang akan datang. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2011), salah satu sebab hingga saat ini Bangsa Indonesia masih terus berkutat dengan masalah kependudukan adalah karena belum adanya kesadaran masyarakat mulai dari elit bangsa sampai pada tataran keluarga tentang masalah kependudukan. Belum adanya kesadaran masyarakat tersebut akibat dari masih minimnya pengetahuan masyarakat tentang kondisi kependudukan Indonesia pada saat ini, sehingga untuk memecahkan masalah kependudukan diperlukan suatu wahana untuk membentuk pola pikir, pola sikap, dan perilaku masyarakat yang peka (sensitive) dan tanggap (responsive) terhadap masalah kependudukan dan salah satu wahana yang dianggap paling efektif untuk membentuk pola dan perilaku tersebut adalah melalui pendekatan pendidikan kependudukan. Pendidikan kependudukan (PK) merupakan pendidikan tentang “kependudukan” yang dalam UU No. 52 Tahun 2009 dirumuskan sebagai hal
3
ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas dan kondisi kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya, agama serta lingkungan penduduk setempat. Wayland (1968) dalam Roberts (1976) menyatakan bahwa pendidikan kependudukan merupakan respon dari dunia pendidikan untuk mempengaruhi pola fertilitas yang ada di masyarakat dan menjadi sarana persiapan mengikuti program keluarga berencana saat memasuki usia reproduktif. Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dan Pusat
Penelitian
Kependudukan
Universitas
Gadjah
Mada
(1986),
mengungkapkan bahwa pendidikan kependudukan memiliki tujuan untuk memberikan
kesadaran
kepada
masyarakat
mengenai
faktor-faktor
demografis, sosial-budaya, dan politik. Proses pendidikan kependudukan dapat dilakukan melalui keluarga/masyarakat (informal), sekolah (formal), dan pelatihan atau kursus (non-formal) serta media massa agar pada akhirnya setiap individu masyarakat dapat menentukan sikap dan tingkah laku yang rasional dalam menghadapi masalah-masalah kependudukan baik bagi dirinya sendiri maupun kemasyarakatan pada umumnya. Hasil studi dampak pendidikan kependudukan yang dilaksanakan Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dan Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada pada tahun 1986, berkesimpulan bahwa dari keempat proses pendidikan kependudukan, media massa juga mengambil peranan penting dalam pelaksanaan pendidikan kependudukan.
Media
massa
dapat
dijadikan
sumber
pengetahuan
4
kependudukan sehingga seseorang yang membaca surat kabar, majalah, mendengarkan radio, menonton TV, dan membaca papan reklame KB memiliki tingkat pengetahuan masalah kependudukan yang relatif tinggi. Seperti
yang
telah
dijelaskan
sebelumya
bahwa
masalah
kependudukan merupakan masalah yang harus dipahami tidak hanya oleh generasi sekarang namun harus dipahami pula oleh generasi yang akan datang, maka remaja menjadi salah satu sasaran penting dalam pelaksanaan pendidikan kependudukan. Hal ini tidak lepas karena besarnya populasi penduduk remaja di Indonesia yaitu sekitar 65 juta jiwa atau 27,6% dari total penduduk Indonesia (BPS, 2010). Dalam sudut pandang demografi dengan jumlah remaja yang besar maka akan sangat berpotensi meningkatkan jumlah penduduk di masa yang akan datang ketika remaja tersebut menikah dan melahirkan (Ratnasari, 2012). Dari sisi psikologi remaja merupakan suatu usia dimana individu berada pada masa krisis identitas diri (Piaget, 1970 dalam Hurlock, 2006). Dalam menjalani masa krisis tersebut, remaja sering memanifestasikan perilaku yang mengundang resiko sehingga berdampak negatif bagi dirinya. Hal di atas apabila tidak didukung dengan pengetahuan yang memadai akan memicu timbulnya penyimpangan perilaku pada remaja. Pemberian pendidikan kependudukan kepada remaja diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran
remaja
akan
masalah
kependudukan
dan
meminimalisir terjadinya penyimpangan perilaku pada remaja berkaitan dengan masalah kependudukan. Walaupun harus disadari bahwa pengetahuan
5
dan sikap tidaklah selalu berjalan seiring, artinya tidaklah dapat dijamin bahwa semakin banyak pengetahuan seseorang akan semakin berbeda sikapnya dengan mereka yang kurang berpengetahuan. Namun yang pasti adalah perbuatan rasional selalu dilandasi oleh pengetahuan yang dimilikinya. Beberapa penelitian yang ada telah membuktikan bahwa perbuatan rasional selalu dilandasi oleh pengetahuan yang dimiliki, antara lain penelitian oleh Indah Susanti pada tahun 2011 yang berkesimpulan bahwa pria yang memiliki pengetahuan tentang keluarga berencana, memiliki peluang 2,6 kali lebih besar untuk ikut berpartisipasi tinggi dalam praktek KB dibanding dengan pria yang tidak memiliki pengetahuan tentang KB. Senada dengan Indah Susanti, penelitian Iwan Dwi Antoro pada tahun 2011 menyatakan bahwa pengetahuan tentang KB merupakan faktor pendukung bagi wanita pada rumah tangga miskin untuk menggunakan alat kontrasepsi. Masalah kependudukan yang semakin berkembang dan kompleks juga dihadapi Daerah Istimewa Yogyakarta. Masalah kependudukan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang menyangkut kuantitas penduduk adalah laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada periode tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 laju pertumbuhan penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 0,8 persen per tahun, namun pada periode tahun pada periode tahun 2000 sampai tahun 2010 meningkat pesat menjadi 1,04 persen per tahun (BPS, 2014). Menyangkut kualitas penduduk, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi ketiga setelah Riau dan DKI Jakarta,
6
namun persentase penduduk miskin kota dan desa di Daerah Istimewa Yogyakarta yang mencapai 15 persen merupakan yang persentase penduduk miskin terbesar diantara seluruh provinsi yang ada di Pulau Jawa (BPS, 2013). Masalah kependudukan di Daerah Istimewa Yogyakarta juga datang dari komposisi penduduk dimana hampir 25 persen penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah remaja. Besarnya jumlah penduduk remaja tersebut
apabila
tidak
diimbangi
dengan
kesadaran
akan
masalah
kependudukan yang memadahi akan sangat berpotensi untuk meningkatkan jumlah penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta di masa yang akan datang ketika remaja tersebut menikah dan melahirkan. Semakin besar masalah kependudukan yang dihadapi Bangsa Indonesia, kebutuhan akan pendidikan kependudukan dirasa semakin mendesak dan perlu segera dilaksanakan, namun pada kenyataannya hingga saat
ini
program
tersebut
belum
terealisasi
disebabkan
belum
memasyarakatnya pendidikan kependudukan dan masih kurangnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan kependudukan (Aulia, 2011).
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diperoleh gambaran bahwa pendidikan kependudukan bagi remaja merupakan salah satu solusi yang dianggap paling efektif untuk memecahkan masalah kependudukan khususnya menyangkut kuantitas dan kualitas penduduk di Indonesia. Meski
7
demikian, pada kenyataan dilapangan pelaksanaan program pendidikan kependudukan belum direalisasikan pemerintah hingga saat ini. Sehubungan dengan hal tersebut, dibutuhkan suatu penelitian untuk mengukur tingkat pengetahuan remaja terhadap pendidikan kependudukan sebagai dasar pertimbangan dalam pelaksanaan program pendidikan kependudukan bagi remaja di Indonesia. Pertanyaannya, antara lain : 1. Bagaimana
tingkat
pengetahuan
remaja
tentang
pendidikan
kependudukan? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja tentang pendidikan kependudukan?
1.3. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang pendidikan kependudukan di Daerah Istimewa Yogyakarta 2. Tujuan Khusus a.
Mengetahui dan membedakan tingkat pengetahuan remaja tentang pendidikan kependudukan di 5 Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta
b.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja terhadap pendidikan kependudukan
8
1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu kependudukan khususnya tentang faktor-faktor yang
berpengaruh
terhadap
pengetahuan
tentang
pendidikan
kependudukan 2. Manfaat Praktis Dengan diketahuinya tingkat pengetahuan remaja terhadap pendidikan kependudukan di Daerah Istimewa Yogyakarta, dapat memberikan masukan bagi pemerintah khususnya para pengelola program kependudukan baik level daerah (Kabupaten/Kota) maupun pusat (Provinsi) dalam melaksanakan program pendidikan kependudukan.
1.5. Keaslian Penelitian Berdasarkan
penelusuran
kepustakaan,
penelitian
berjudul
Pengetahuan Remaja Tentang Pendidikan Kependudukan di Daerah Istimewa Yogyakarta belum pernah dilakukan, namun terdapat beberapa penelitian yang
meneliti
tentang
pengaruh
sumber
informasi
terhadap
suatu
pengetahuan, sikap, atau perilaku. Penelitian Baharudin (2011) mengangkat tema tentang permisivitas seksual remaja, pemahaman remaja tentang HIV/AIDS, dan penyalahgunaan Napza pada remaja. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh sumber informasi terhadap permisivitas seksual remaja, pemahaman remaja
9
tentang HIV/AIDS, dan penyalahgunaan Napza pada remaja. Lokasi penelitian di Indonesia dengan menggunakan data sekunder dari Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007. Penelitian Sumariati (2011) mengangkat tema tentang sikap terhadap program KB dan keikutsertaan ber-KB. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh media massa pada sikap terhadap program KB dan keikutsertaan ber-KB. Lokasi penelitian di Indonesia dengan menggunakan data sekunder dari SDKI tahun 2007. Penelitian Galmin (2011) mengangkat tema tentang perilaku seksual pranikah remaja. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sumber informasi, pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi, dan karakteristik sosial demografi dengan perilaku seksual pranikah remaja. Lokasi penelitian di Indonesia dengan menggunakan data sekunder dari SDKI tahun 2007. Melihat penelitian-penelitian terdahulu yang sudah dikemukakan, penelitian Pengetahuan Remaja Tentang Pendidikan Kependudukan di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki persamaan dalam penggunaan variabel sumber informasi sebagai salah satu variabel bebas yang mempengaruhi suatu pengetahuan, sikap, atau perilaku. Persamaan juga terlihat dalam metode penelitian dan pendekatan yang digunakan yaitu dengan metode penelitian kuantitatif dan mengambil pendekatan cross sectional terhadap suatu hasil survey.
10
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terutama terletak dalam tema yang diangkat yaitu tentang pengetahuan remaja terhadap pendidikan kependudukan, tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian, lokasi penelitian di Daerah Istimewa Yogyakarta, dan penggunaan data primer dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 1.1).
11
Tabel 1.1 : Perbandingan dengan Beberapa Penelitian Terdahulu Nama, Tahun, Judul Baharudin, Darmawan (2011) Pengaruh Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi Terhadap Permisivitas Seksual, Pemahaman HIV/AIDS dan Penyalahgunaan Napza Pada Remaja Indonesia (Analisis SKRRI 2007) Sumariati, Rohdhiana (2011) Peran Media Massa Dalam Mempengaruhi Sikap Terhadap Keikutsertaan Ber KB (Analisis Data SDKI Tahun 2007)
Pendekatan Sasaran/
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Perbedaan Dengan Penelitian Ini
Pendekatan cross sectional terhadap data hasil Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007
Melakukan analisis sumber informasi kesehatan reproduksi terhadap permisivitas seksual remaja, pemahaman remaja tentang penularan HIV, dan perilaku remaja menyalahgunakan NAPZA
Analisis kuantitatif terhadap data sekunder Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007
Sumber informasi memiliki pola pengaruh : 1. Negatif terhadap permisivitas seksual remaja, 2. Positif terhadap pemahaman remaja tentang penularan HIV 3. Negatif terhadap perilaku remaja menyalahgunakan NAPZA.
-
Tema Tujuan Penelitian Lokasi Penelitian Data yang digunakan
Pendekatan cross sectional terhadap data hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
a. Mengetahui apakah media massa mempengaruhi sikap terhadap Program KB b. Mengetahui apakah sikap mempengaruhi keikutsertaan ber KB c. Mengetahui peran media massa dalam mempengaruhi sikap terhadap keikutsertaan ber KB yang dilihat dengan variabel kontrol pendidikan, tempat tinggal, keinginan punya anak lagi dan jumlah anak yang masih hidup
Analisis kuantitatif terhadap data sekuder Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
1.
-
Tema Tujuan Penelitian Lokasi Penelitian Data yang digunakan
2.
Wanita pernah kawin dan terpapar pesan KB melalui media massa mempunyai sikap lebih positif terhadap program KB dan menjadi peserta KB daripada wanita pernah kawin tidak terpapar pesan KB melalui media massa Peran media massa memiliki hubungan yang signifikan dalam mempengaruhi sikap terhadap keikutsertaan ber KB dilihat dengan variabel kontrol berupa tingkat pendidikan, tempat tinggal, keinginan punya anak lagi, dan jumlah anak yang masih hidup
12
Galmin, Mikhael Yance (2011) Hubungan Antara Sumber Infomasi Kesehatan Reproduksi, Pengetahuan, dan Karakteristik Sosial Demografi Dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja (Analisis SDKI Tahun 2007)
Pendekatan cross sectional terhadap data hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
Mengetahui hubungan antara sumber informasi kesehatan reproduksi, pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi, dan karakteristik sosial demografi dengan perilaku seksual pranikah remaja di Indonesia
Analisis kuantitatif terhadap data sekuder Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
Prasetyo,Yusuf (2014) Pengetahuan Remaja Tentang Pendidikan Kependudukan
Pendekatan cross sectional terhadap data primer tingkat pengetahuan remaja tentang pendidikan kependudukan tahun 2014
a. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang pendidikan kependudukan b. Mengetahui dan membedakan tingkat pengetahuan remaja tentang pendidikan kependudukan di 5 Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja tentang pendidikan kependudukan
Analisis kuantitatif terhadap data primer tingkat pengetahuan remaja tentang pendidikan kependudukan tahun 2014
Sumber : Baharudin, 2011; Sumariati, 2011; Galmin, 2011
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber informasi kesehatan reproduksi yang dapat menjelaskan perilaku seksual pranikah remaja adalah teman dan keluarga. Remaja laki-laki yang menempatkan teman sebagai sumber informasi, berpeluang lebih besar untuk melakukan hubungan seksual pranikah. Demikian juga pada remaja (laki-laki dan perempuan) yang menjadikan keluarga sebagai sumber informasi berpeluang lebih besar untuk melakukan hubungan seksual pranikah
-
Tema Tujuan Penelitian Lokasi Penelitian Data yang digunakan
13