BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Ide penelitian ini berawal dari pertanyaan “Bagaimana cara meningkatkan fungsi dan peran supply chain management (SCM) pada sebuah perusahaan agar menjadi lebih efisien dan produktif?” Untuk melakukannya, perusahaan harus memiliki alat pengukuran dan penilaian yang tepat terhadap kinerja operasional bisnis mereka. Alat pengukuran kinerja bisnis saat ini tidak lagi hanya terbatas pada pendekatan tradisional (Kleijnen, 2003). Alat pengukuran yang lebih baik dan yang terbaru, walaupun pada awalnya terlihat sangat canggih dan rumit, seperti teori pengukuran kinerja internal supply chain management (ISCM) telah mulai digunakan perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Perusahaan dapat menggunakan teori ini sebagai fungsinya untuk mengidentifikasi area mana dalam ISCM perusahaan yang bisa ditingkatkan (Shah & Singh, 2001) ISCM adalah satu proses dalam proses makro rantai pasokan yang berkolaborasi dengan konsumen dan pemasok. ISCM sebuah perusahaan bekerja sama dengan konsumen melalui customer relationship management (CRM) dan bekerja sama dengan pemasok melalui supplier relationship management (SRM). Integrasi antara CRM dan SRM menjadi bagian penting
1
untuk melayani pelanggan secara efektif dan meningkatkan kinerjanya melalui integrasi antara aktivitas pemasaran dengan proses rantai pasokan pada internal dan antar perusahaan. Jadi, pada saat kinerja ISCM meningkat, kinerja CRM dan SRM meningkat pula (Mentzer, 2010). Berdasarkan tingkat penjualan dan kekayaan bersih, kegiatan usaha / perusahaan di Indonesia terbagi atas 4 kategori yaitu: usaha besar (UB), usaha menengah (UM), usaha kecil (UK) usaha mikro (UMi). Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sejak tahun 2010-2012 menguasai pangsa usaha di Indonesia yakni sebesar 99,99% dari total usaha ekonomi produktif yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia. Jenis usaha yang jumlahnya paling sedikit adalah Usaha Besar (UB). Jumlah UB di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 4.838 unit (0,01%), tahun 2011 berkembang jumlahnya menjadi 4.952 unit (0,01%), dan pada tahun 2012 sebesar 4.968 unit (0,01%). Jumlah UB yang sedikit tidak membuatnya berkontribusi minimal dalam PDB Indonesia. Justru sebaliknya, UB berkontribusi paling besar dan menyumbang PDB Indonesia sebesar 3.372,3 triliun rupiah (40,92%) serta mencatat total ekspor non migas terbesar pada tahun 2012 dengan nilai ekspor sebesar 1.018,76 triliun rupiah (85,94%) (Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia, 2013). UB menurut UU No.20 tahun 2008 adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih lebih dari Rp. 10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) atau 2
hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 50.000.000.000,-, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia. PT. Madubaru termasuk dalam UB di Indonesia karena memiliki hasil penjualan bersih tahunan lebih dari Rp. 50.000.000.000,- sejak tahun 2007 hingga 2013. Bahkan, pada tahun 2013, penjualan bersih PT. Madubaru mencapai Rp. 423.367.296.250,- (PT. Madubaru, 2013). PT. Madubaru yang berlokasi di daerah Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mempunyai usaha pokok Pabrik Gula dan Pabrik Alkohol / Spiritus Madukismo dengan potensi dan peluang pengembangan usaha yang potensial. Perusahaan ini memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang menjadi sebuah perusahaan agro industri yang berbasis tebu. PT. Madubaru dikelola secara profesional dan inovatif untuk menghadapi persaingan bebas di era globalisasi dengan petani sebagai mitra sejatinya (PT. Madubaru, 2014). PT. Madubaru sebagai perusahaan penghasil gula mengambil peran penting dalam dunia usaha di Indonesia karena gula merupakan salah satu komoditas penting dan strategis bagi masyarakat. Pentingnya gula tidak hanya dirasakan konsumen sebagai pengguna akhir namun juga bagi kalangan industri yang mengolah gula menjadi produk dengan value added tersendiri (Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 2010). Posisi penting tersebut tidak diimbangi dengan produktivitas gula yang selalu meningkat 3
tiap tahunnya. Tabel 1.1 menjelaskan perkembangan produksi gula tebu di Indonesia dari tahun 2003 hingga tahun 2013 (Badan Pusat Statistik, 2014): Tabel 1.1. Produksi Gula Tebu di Indonesia (ribu ton), 2004 - 2013 2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2.05
2.24
2.31
2.62
2.67
2.33
2.29
2.24
2.59
2.55
sumber: Badan Pusat Statistik, 2014
Dari tabel di atas, terlihat bahwa produksi gula di Indonesia selama 10 tahun terakhir masih sangat fluktuatif. Sempat mengalami tren kenaikan yang positif dari tahun 2004 hingga tahun 2008, produksi gula mengalami penurunan drastis dari tahun 2009 hingga 2011. Peningkatan produksi gula pada tahun 2012 pun tidak dilanjutkan pada tahun berikutnya, dimana pada tahun 2013 produksi gula di Indonesia mengalami penurunan sebesar 40 ton.
Tidak konsistennya produksi gula domestik diakibatkan berbagai permasalahan terkait dengan tingkat produktivitas pabrik gula yang rendah serta belum tercapainya skala ekonomis dari setiap pabrik gula. Mesin-mesin tua yang masih digunakan terutama oleh pabrik gula yang berada di Pulau Jawa serta tingkat rendemen yang tergolong rendah dari tebu yang dihasilkan petani juga turut memicu mengapa produktivitas gula domestik masih dikatakan rendah. Belum lagi tingkat konsumsi gula yang terus meningkat yang yang menjadikan produksi gula domestik ini terus tertinggal dari yang
4
seharusnya dipasok kepada masyarakat. Maka dari itulah, pemerintah kerap melakukan impor gula. Impor gula dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gula nasional. Masalah yang timbul kemudian adalah harga gula impor yang ternyata lebih
rendah dibandingkan gula nasional (Komisi Pengawas
Persaingan Usaha, 2010).
Kondisi di atas menuntut PT. Madubaru agar lebih memperhatikan masalah efisiensi usahanya. Maka dari itu, peneliti berusaha mengukur kinerja ISCM PT. Madubaru dengan menggunakan alat analisis peluang dan alat diagnostik (Shah & Singh, 2001). Kedua alat tersebut akan melibatkan keputusan taktis rantai pasokan yang berpengaruh pada keputusan strategis manajemen operasional pula (Vishal Gupta, 2013). Pengukuran kinerja ISCM pada PT. Madubaru sangatlah tepat dilakukan agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan sekaligus dapat meningkatkan produktivitas gula nasional. Peningkatan produktivitas nasional akan membuat harga gula nasional mampu bersaing dengan harga gula impor. Penelitian ini merupakan langkah awal untuk menekan impor gula, mengurangi ketergantungan kita terhadap negara lain, serta meningkatkan national competitive advantage Indonesia.
5
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap kepala bagian pabrikasi gula PT. Madubaru pada hari Selasa, 15 September 2014, terungkap fakta bahwa pihak perusahaan lebih mengutamakan peningkatan kapasitas produksi gula dibandingkan efisiensi produksi. Pihak perusahaan beralasan bahwa permintaan gula oleh konsumen selalu meningkat sedangkan produksi gula nasional sangat fluktuatif. Hal tersebut didukung oleh fakta yang menyatakan bahwa harga gula terus meningkat dari waktu ke waktu dan hampir tidak pernah terjadi penurunan harga gula (Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 2010). Padahal, harga gula impor yang lebih rendah dibandingkan gula nasional bisa saja mengancam eksistensi PT. Madubaru dalam keberlanjutan bisnisnya. PT. Madubaru harus segera peduli pada efisiensi usahanya agar harga produk gula produksinya mampu bersaing dengan gula impor. Perusahaan juga harus mampu mengukur kinerja ISCM agar memperoleh informasi yang tepat terkait dengan efisiensi usaha. Belum diketahuinya kinerja ISCM pada PT. Madubaru merupakan rumusan masalah penelitian ini.
6
1.3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, pertanyaan penelitian yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Berapa lama waktu tinggal (holding time) tiap tahap (bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi) dari semua kategori produk yang diuji? 2. Berapa rasio inefisiensi ISCM semua kategori produk yang diuji? 3. Berapa rasio produktivitas internal supply chain working capital (ISWC) semua kategori produk yang diuji?
1.4. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin diwujudkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah: 1. Menghitung waktu tinggal (holding time) tiap tahap (bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi) semua kategori produk yang diuji. 2. Menghitung rasio inefisiensi ISCM semua kategori produk yang diuji. 3. Menghitung rasio produktivitas ISWC semua kategori produk yang diuji.
7
1.5. Lingkup Penelitian
Peneliti memberikan batasan dalam penelitian ini agar fokus pada masalah dalam penelitian dan tidak terpecah fokus pada masalah lain. Lingkup penelitian tersebut mencakup beberapa hal berikut ini: 1. Lokasi Penelitian tentang pengukuran kinerja ISCM ini hanya dilakukan pada PT. Madubaru yang termasuk salah satu kegiatan usaha yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). 2. Waktu Waktu pengumpulan data dalam penelitian ini bersifat one shot atau cross-sectional study, dimana data penelitian dikumpulkan dalam satu periode waktu saja pada PT. Madubaru. 3. Metode Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung serta wawancara pada PT. Madubaru. Observasi langsung dan wawancara ini menggunakan studi seting alami (noncontrived) pada pemilik dan manajer terkait. Penelitian dilakukan dengan field study setting, dimana penelitian dilakukan dalam kondisi alami serta peneliti minim
dalam
memberikan
interfensi
selama
penelitian
dan
pengumpulan data berlangsung. Selain itu, peneliti juga membutuhkan data keuangan internal PT. Madubaru untuk analisis lebih lanjut.
8
1.6. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi akademisi Melalui penelitian ini peneliti dan akademisi dapat memahami penerapan teori dan konsep dari kinerja ISCM dalam praktik bisnis nyata. Penelitian ini mampu memberikan sumbangan bagi kemajuan ilmu manajemen, khususnya bidang Manajemen Operasi. Penelitian ini juga dapat dijadikan studi pendahuluan yang mengantarkan pengembangan penelitian selanjutnya secara lebih luas dan mendalam lagi. 2. Manfaat bagi praktisi Melalui penelitian ini, para pelaku usaha dapat mengetahui cara pengukuran kinerja ISCM dalam bisnis mereka. Pengukuran kinerja ISCM tersebut penting bagi perusahaan agar mampu mengidentifikasi area mana dalam rantai pasokan internal perusahaan yang butuh perbaikan, fokus pada area dalam rantai pasokan internal perusahaan yang membutuhkan perhatian lebih, serta memperoleh informasi tentang seberapa efisien usaha mereka dalam mengelola rantai pasokan internal (Shah & Singh, 2001).
9
1.7. Kerangka Penulisan Agar penulisan skripsi ini lebih terstruktur, dibutuhkan kerangka penulisan dimana terdapat penjabaran mengenai garis besar apa saja yang dituliskan pada setiap bab dalam penelitian ini. Berikut deskripsi singkat dari tiap bab dalam penelitian ini: BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai mengenai isu konseptual yang berkaitan dengan teori pengukuran kinerja ISCM serta isu kontekstual mengenai kondisi produktivitas gula di Indonesia. Isu konseptual yang dibahas antara lain: apa itu ISCM dan apa saja manfaat pengukuran kinerja ISCM bagi perusahaan yang menerapkannya. Sedangkan isu kontekstual yang dibahas antara lain: definisi dan kriteria dari usaha besar di Indonesia menurut UU No.20 tahun 2008, perkembangan produktivitas gula nasional, serta masalah yang dialami pabrik gula di Indonesia. Dari isu konseptual dan kontekstual di atas, muncul pertanyaan penelitian yang dijawab melalui penelitian ini. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini mendeskripsikan secara rinci teori-teori yang dipakai dalam penelitian ini. Mulai dari definisi SCM, definisi inventory management, definisi ISCM serta bagaimana pengukurannya.
10
BAB III METODE PENELITIAN Bab tiga membahas mengenai bagaimana penelitian ini dijalankan. Bab ini menjelaskan secara rinci tentang alat penelitian yang digunakan, jenis penelitian ini, tingkat interfensi penelitian yang dilakukan peneliti, definisi operasional dari teori yang digunakan, skala penilaian penelitian ini, bagaimana menganalisis data yang didapatkan, serta bagaimana metode pengumpulan data dalam penelitian ini. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini mendeskripsikan temuan-temuan yang terjadi di lapangan setelah penelitian ini dijalankan atau dilaksanakan. Itu berarti, dalam bab ini diterangkan mengenai intrepretasi dari hasil pengukuran kinerja ISCM pada 2 produk PT.Madubaru yang didapatkan peneliti setelah melakukan penelitian ini. Analisis data membahas faktor-faktor yang mempengaruhi durasi, tambahan biaya, modal kerja, dan efisiensi dalam setiap tahap ISCM perusahaan. Peneliti juga membahas mengenai profil PT. Madubaru. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab pamungkas dalam penelitian ini adalah simpulan dan saran. Peneliti memberikan simpulan akhir terkait dengan pengukuran kinerja ISCM pada PT.Madubaru. Saran-saran diberikan peneliti bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian ini secara lebih mendalam agar hasilnya lebih sempurna serta bagi pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan bisnisnya.
11