BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG DAN MASALAH Proses manajemen rantai pasok atau Supply Chain Management (SCM) telah menjadi komponen utama dari strategi persaingan untuk meningkatkan produktivitas organisasi dan merealisasikan tujuan dari perusahaan yang lebih baik seperti peningkatan daya saing, perbaikan layanan pelanggan dan peningkatan profitabilitas (Gunasekaran et al., 2001). Menurut (Sarode et al., 2011) supply chain adalah sebuah proses yang terintegrasi di mana aliran material dan informasi terdistribusi di dalam dan diantara beberapa entitas antara lain suppliers, manufacturers, distributor, retailer dan customers seperti ditunjukkan pada gambar 1.1. Tujuan utama dari supply chain management adalah untuk memenuhi permintaan pelanggan/customer yang lebih efisien.
Pemasok
Manufacture
Distributor
Retailer
Pelanggan
Gambar 1.1. Proses supply chain Perusahaan harus memanfaatkan supply chain dan sumber daya yang dimiliki untuk membawa produk dan layanan ke pelanggan secara
1
cepat, dengan biaya serendah mungkin, dengan produk yang sesuai dan nilai terbaik secara keseluruhan (Gunasekaran et al., 2001). Ukuran kinerja menjadi hal yang penting dalam menjalanlan supply chain secara efektif dan efisien. Pengukuran kinerja supply chain memiliki peran yang penting dalam mengetahui kondisi perusahaan, apakah mengalami penurunan atau peningkatan serta perbaikan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja supply chain. Mengukur kinerja supply chain dapat memfasilitasi pemahaman yang lebih besar dan meningkatkan kinerjanya secara keseluruhan (Parikshit et al., 2008). PT Pertamina EP sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang eksplorasi dan produksi (hulu migas) mengelola supply chain untuk memenuhi kebutuhan operasional melalui divisi Supply Chain Management (SCM). Divisi tersebut mengatur dan mengelola rantai suplai barang dan jasa yang mencakup jasa outsource material dan jasa, jasa kelogistikan (warehouse, toolhouse, custom clearance, angkutan darat), layanan jasa perkantoran dan perumahan. Kegiatan supply chain di PT Pertamina EP merupakan salah satu kegiatan utama yang strategis. Kurang lebih 70 - 80% dari anggaran yang dialokasikan dalam kegiatan rencana kerja perusahaan merupakan aktivitas kegiatan supply chain. Kegiatan supply chain juga memiliki dampak yang signifikan pada profitabilitas perusahaan karena nilai aktivitas supply chain dalam bentuk pengadaan barang dan jasa tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka penilaian kinerja supply chain menjadi hal yang sangat penting.
2
Laporan tahunan PT Pertamina EP 2014, realisasi Purchase Order (PO) yang diterbitkan oleh divisi SCM pada tahun 2014 mencapai US$ 2.519 juta dengan penghematan mencapai US$ 85 juta (3,30%). Dengan keuntungan PT Pertamina EP di 2014 sebesar USD 1.586 juta maka kontribusi penghematan pengadaan barang dan jasa terhadap keuntungan perusahaan sebesar 5.36%. Dalam tiga tahun terakhir kontribusi SCM dalam penghematan pengadaan barang dan jasa cukup signifikan seperti ditunjukkan pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Cost saving pengadaan barang dan jasa PT Pertamina EP Keterangan 2012 2013 Estimasi (USD) 1,482,942,430.70 1,600,803,750.84 Nilai Pengadaan (USD) 1,405,117,270.79 1,512,773,897.23 Penghematan (USD) 77,825,159.91 88,029,853.61 Persentase Penghematan 5.25% 5.50% Sumber: Laporan Tahunan PT Pertamina EP 2014
2014 2,604,815,625.53 2,518,942,582.93 85,873,042.6 3.30%
Kreativitas dan pelayanan yang fokus dari internal customer dalam pengelolaan pengadaan barang dan jasa membuat jumlah proses pengadaan dapat dikurangi. Hal ini menjadikan dokumen pengadaan barang dan jasa berkurang tanpa mengurangi ketersediaan barang dan jasa. Beberapa terobosan dilakukan untuk meningkatkan pelayanan yaitu dengan melakukan pembuatan perjanjian jangka panjang dengan penyedia barang dan jasa dalam bentuk kontrak Call of Order (COO), serta membuat kontrak berdasarkan perfomance.
3
Tabel 1.2 Jumlah paket pengadaan PT Pertamina EP Keterangan 2012 2013 Jumlah Dokumen Pengadaan 8.857 7.924 Sumber: Laporan Tahunan PT Pertamina EP 2014
2014 5.890
Bisnis hulu migas mempunyai karakteristik high cost dan high risk, dengan karakteristik perencanaan yang selalu berubah-ubah karena permasalahan bawah tanah yang sulit di prediksi dan harga minyak yang tidak pasti. Tabel 1.3 menunjukkan perubahan yang dinamis pada perencanaan jumlah pemboran sumur di PT Pertamina EP 2015. Sesuai Work Program and Budget (WP&B) original awalnya direncanakan jumlah pemboran dan work over sumur tahun 2015 sebanyak 189 sumur namun pada akhirnya di revisi menjadi 59 sumur. Perubahan rencana kerja tersebut akan mempengaruhi kinerja SCM dalam penyediaan material dan jasa serta pengelolaan inventory, karena penyediaan material dan jasa sudah dilakukan pada awal WP&B original disetujui. Tabel 1.3: WP&B original vs WP&B Revisi 2015 Real s/d 30 Sept 2015 Well Type RKAP On Real Total Going Eksploration 17 16 10 7 3 10 Eksploitation 128 126 38 29 6 35 Work Over 47 47 15 14 14 Jumlah 192 189 63 50 9 59 Sumber : Laporan Tahunan PT Pertamina EP 2014 WP&B Original
Permasalahan-permasalahan
WP&B Revisi
pada
proses
supply
Proyeksi 10 38 15 63
chain
management tidak hanya pada perencanaan, namun juga terjadi pada proses
4
pengadaan
(procurement),
pelaksanaan
pekerjaan
(delivery)
dan
pembayaran (invoicing). Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, SCM sudah melakukan upaya-upaya diantaranya: a. Implementasi ERP MySAP, Procurement Information System (PIS) dan e-Procurement. b. Implementasi kontrak jangka panjang (frame contract, blanket order, call of order, total vendor maintenance, outline agreement). c. Invoice tracking system. d. Key Performance Indocator (KPI) kinerja vendor. Kinerja SCM juga sudah diukur dengan penerapan Key Performance Indikator (KPI) yang ditetapkan oleh perusahaan, namun kesesuaian ukuran kinerja dengan kebutuhan perusahaan belum menjadi pertimbangan utama dalam penyusunan KPI. Daya dukung terhadap pencapaian produksi dan profit masih menjadi indikator utama penyusunan KPI, sehingga KPI SCM sebagaian besar berisi indikator operasional perusahaan. Mengingat pentingnya peran divisi SCM dalam mendukung profitabilitas dan kinerja perusahaan maka kinerja SCM harus diukur dengan tepat sehingga dapat diketahui efektifitas kinerjanya dan harus dilakukan evaluasi. Menurut Gunasekaran et al., (2001) ukuran kinerja SCM harus mewakili pendekatan yang seimbang dan harus diklasifikasikan pada
5
tingkat strategis, taktis dan operasional, dan juga menjadi langkah-langkah finansial dan non-finansial.
1.2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang diatas diketahui bahwa kesuksesan kinerja divisi SCM sangat dipengaruhi oleh keseluruhan aktifitas supply chain mulai dari perencanaan, pengadaan (procurement), pelaksanaan pekerjaan hingga pembayaran (invoicing). Permasalahan pada salah satu rantai dapat mempengaruhi kinerja supply chain secara keseluruhan sehingga diperlukan ukuran kinerja pada masing-masing aktivitas supply chain.
1.3. PERTANYAAN PENELITIAN Penelitian ini diajukan karena di dorong oleh sejumlah pertanyaan yang terjadi dalam proses supply chain, yaitu: a. Indikator apa yang tepat untuk mengukur kinerja SCM di PT Pertamina EP? b. Upaya apa yang dapat diterapkan untuk meningkatan kinerja di divisi SCM PT Pertamina EP?
1.4. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan dan pertanyaan penilitian tersebut diatas maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
6
a. Mengukur kinerja SCM dalam mengelola proses supply chain di PT Pertamina EP dengan menggunakan metode Supply Chain Operation Reference (SCOR). b. Melakukan evaluasi terhadap hasil pengukuran kinerja supply chain di PT Pertamina EP dan merumuskan strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kinerja SCM di PT Pertamina EP.
1.5. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya yaitu: a. Memberikan informasi terkait kinerja SCM dalam mengelola supply chain di PT Pertamina EP apabila diukur dengan metode SCOR (Supply Chain Operations Refference). b. Memberikan masukan bagi perusahaan dalam upaya peningkatan kinerja divisi SCM di PT Pertamina EP.
1.6. BATASAN PENELITIAN Dalam melakukan penelitian dan pengumpulan data yang lebih fokus kepada permasalahan, maka penelitian dibatasi ruang lingkup sebagai berikut: a. Penelitian pengukuran kinerja SCM dengan Model SCOR 11.0 dilakukan di PT Pertamina EP.
7
b. Masalah dibatasi pada pengukuran kinerja SCM, identifikasi faktorfaktor yang mendukung dan menghambat penerapan SCM dan merumuskan strategi dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja SCM di PT Pertamina EP.
1.7. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika pembahasan dalam penulisan penelitian ini meliputi: Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan latar belakang masalah, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori Bab ini berisi penjelasan tentang tinjauan pustaka yang mendasari topik penelitian, termasuk didalamnya adalah metode, prinsip, langkah-langkah yang akan digunakan sebagai dasar untuk memecahkan masalah yang dihadapi perusahaan. Bab III Metode Penelitian Bab ini menjabarkan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam hal metode pengumpulan data, metode yang digunakan, pendekatan penelitian, teknis analisa data, begitu juga studi literatur dan juga gambaran umum perusahaan dalam bentuk uraian profil perusahaan yang menjadi objek penelitian, yaitu PT Pertamina EP. Uraian ini akan
8
meliputi sejarah dan gambaran umum perusahaan beserta kegiatan operasionalnya. Bab IV Pembahasan Bab ini akan memberikan pembahasan terhadap data dan fakta yang diperoleh selama penelitian serta mencakup analisa atas pengukuran kinerja supply chain di PT Pertamina EP. Bab V Kesimpulan dan Saran Merupakan
bab
penutup
penelitian
berisi
kesimpulan-
kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil analisa pemecahan masalah yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Selain itu pada bab ini juga berisi saran-saran sebagai bahan pertimbangan yang mungkin berguna bagi perusahaan. Daftar Pustaka
9