BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dilihat dari sejarahnya, ilmu dan praktek PR ( public relations atau hubungan masyarakat) modern berkembang paling pesat di negara yang menganut sistem demokrasi, salah satunya adalah Indonesia.2 Menurut Cutlip, Center dan Broom, hubungan masyarakat adalah suatu fungsi manajemen yang memahami atau mengetahui, keberadaan dan menegaskan hubungan bersama di antara organisasi dengan berbagai publiknya, yang menentukan keberhasilan dan kegagalan organisasi itu. Humas memiliki peran penting dalam suatu organisasi, baik itu organisasi komersial maupun organisasi non komersial,
mengingat, Humas
merupakan unit organisasi yang bertanggung jawab menjalin hubungan baik antara organisasi dengan publiknya sehingga ia menjadi representasi organisasi dan sistem peringatan dini bagi masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam suatu organisasi. Perbedaan mendasar antara fungsi dan tugas hubungan masyarakat (Humas) yang terdapat di instansi pemerintah dengan non pemerintah
2
Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations (Konsep dan Aplikasinya di Indonesia) Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti. 2005. Hal 1
1
2
(lembaga komersial) adalah tidak adanya unsur komersial walaupun humas pemerintah juga melakukan hal yang sama dalam kegiatan
publikasi, promosi dan periklanan. Humas pemerintah lebih menekankan pada public services atau demi meningkatkan pelayanan umum. Selain pelayanan umum, melakukan sosialisasi terhadap masyarakat agar tercipta sebuah keadaan yang kondusif untuk menjalankan program pemerintah merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab humas pemerintah. Kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah salah satunya adalah tentang pentingnya perlindungan Hak Kekayaan Intelektual. Karena saat ini sudah banyak fakta yang menunjukan bahwa apresiasi masyarakat terhadap karya-karya intelektual masih sangat rendah, disamping itu humas pemerintah juga harus meluruskan persepsi dan pola pikir masyarakat Indonesia yang terkadang masih menganggap bahwa membeli atau menggunakan produk bajakan bukanlah suatu bentuk kesalahan. Kondisi tersebut diperkuat oleh pendapat Donny Sheyoputra seorang advokat HKI pada sebuah situs pemberitaan Okezone.com yang mengatakan bahwa tahun 2011 Indonesia berada pada urutan ke -11 negara pembajak software terbesar didunia, kerugian yang ditimbulkan akibat pembajakan software mencapai angka 87 persen dengan nilai sebesar USD1,3 miliar. 3 Dampak dari pembajakan ini pada tahun 2011 juga memicu semakin tingginya kerugian yang dirasakan baik produser, seniman maupun pelaku usaha, 3
www.okezone.com artikel pembajakan software 31 Agustus 2011, di akses pada tanggal 10 oktober 2011 pukul 15.00
3
namun apa daya masyarakat kita masih memilih produk bajakan dikarenakan harganya yang relative lebih murah dibandingkan produk orisinil. Bahtiar (33), penjual DVD bajakan di pasar lama Tangerang, mengakui banyak pelanggannya membeli kaset bajakan karena
harganya yang murah,
apalagi untuk kalangan menengah ke bawah, mereka tidak mampu mengeluarkan uang untuk membeli DVD maupun VCD orisinil yang harganya mencapai puluhan bahkan ratusan ribu. Ia pun menyadari bahwa menjual dan membeli barang bajakan akan merugikan si penciptanya, tetapi menurutnya menjual DVD bajakan menghasilkan keuntungan, mengingat harga beli ke pabrik bajakannya hanya seribu ataupun dua ribu per keping, sedangkan dia bisa menjualnya dengan harga lima ribu rupiah ataupun sepuluh ribu rupiah per kepingnya.
Itulah gambaran nyata,
bagaimana kondisi masyarakat Indonesia begitu rendahnya mengapresiasi suatu karya.4 Kenyataan bahwa produk bajakan lebih dimanati oleh masyarakat Indonesia merupakan hal yang sangat ironis, mengingat Indonesia adalah negara yang besar yang memiliki begitu banyak kebudayaan, seniman dan pengrajin industri kreatif, dan tentunya kekayaan intelektual ini,
harus dilindungi oleh
negara. Bahkan, produk bajakan ini tidak hanya untuk cipta tetapi sudah merambah kepada merek, sebut saja peniruan merek seperti produk makanan, pakaian dan alat rumah tangga.
4
wawancara dengan Bachtiar, penjual DVD Bajakan. Pasar Lama, Tangerang, 25 November 2011, pukul 11.00
4
Sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap perlindungan kekayaan intelektual, maka Ditjen HKI melalui Subbag Humas dan Subbag Promosi mencanangkan suatu upaya untuk menyosialisaskan perlindungan HKI. Tahun 2011, menurut Ibu Eka Fridayanti selaku Kasubbag Humas Ditjen HKI, sosialisasi lebih banyak dilakukan kepada pelaku UKM dan pelajar, mengingat pada tahun tersebut kasus – kasus pembajakan dan pemalsuan dibidang industri meningkat.5 Sedangkan pemberian sosialisasi kepada pelajar diharapkan agar generasi penerus ini dapat memahami hakikat perlindungan HKI sejak dini. Upaya yang dilakukan oleh Humas dan Subbagian Promosi Ditjen HKI meliputi penyelenggaraan seminar, dialog interaktif HKI di media, audiensi HKI ke Pemda, penyelenggaraan pameran dan roadshow HKI ke sekolah- sekolah menengah (SMA/SMK). Upaya ini dicanangkan agar dapat mencakup publik sasaran yakni seluruh lapisan masyarakat. Dengan meningkatnya kesadaran HKI di masyarakat diharapkan apresiasi terhadap karya intelektual semakin meningkat sehingga akan semakin banyak seniman, pengrajin, pengusaha maupun inventor untuk menghasilkan suatu karya intelektual yang dapat meningkatkan popularitas Indonesia di kancah dunia dan tentunya menekan angka pembajakan. Berbagai upaya yang dilakukan oleh Humas dan Subbagian Promosi ini menarik untuk diteliti karena menyampaikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai perlindungan HKI bukanlah perkara mudah bahkan untuk lembaga yang mempunyai wewenang dan akses luas untuk melaksanakan kegiatannya, selain ini kerja sama antara dua divisi yakni Humas dan Subbagian Promosi menjadi 5
Wawancara dengan Ibu Eka Fridayanti, Kasubbag Humas Ditjen HKI Tanggal 2 November 2011 pukul 11.00.
5
ketertarikan sendiri oleh peneliti, mengingat yang kita ketahui bahwasanya promosi merupakan salah satu kegiatan Humas dalam menyosialisasikan programnya akan tetapi didalam struktur organisasi Ditjen HKI sendiri, Humas berada pada divisi sekretariat sementara promosi berada pada divisi kerja sama dan promosi. Untuk itu penelitian ini mencoba mengetahui bagaimana Upaya Humas dan Subbagian Promosi Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dalam menyosialisasikan perlindungan Hak kekayaan intelektual periode tahun 2011.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang sebelumnya maka perumusan masalah penelitian ini adalah : Direktorat
Bagaimana upaya Humas dan Subbagian Promosi
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dalam menyosialisasikan
Perlindungan hak kekayaan intelektual periode tahun 2011?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya Humas dan Subbagian Promosi Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dalam menyosialisasikan perlindungan hak kekayaan intelektual periode tahun 2011 ?
6
1.3 Kegunaan Penelitian
1.4.1.Kegunaan Akademis Penelitian ini akan menjadi sumbangan dan bahan masukan bagi pengembangan ilmu komunikasi khususnya dalam bidang kehumasan dan sebagai bahan referensi peneliti lanjutan yang akan mengambil dan mengembangkan tema yang serupa.
1.4.2.Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Ham khususnya Subbagian Humas dan Promosi dalam upayanya menyosialisasikan perlindungan Hak kekayaan Intelektual agar tercipta masyarakat yang sadar HKI.