1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (42 hari) akan tetapi seluruh alat genital akan pulih kembali seperti sebelum hamil dalam waktu 3 bulan (Prawirohardjo, 2009:356). Perdarahan postpartum adalah Perdarahan yang volumenya melebihi 400-500 cc, kondisi dalam persalinan menyebabkan sulit untuk menentukan jumlah Perdarahan yang terjadi karena tercampur dengan air ketuban dan serapan pakaian atau kain alas tidur. Pada periode pasca persalinan, sulit untuk menentukan terminologi berdasarkan batasan kala persalinan
yang
terdiri
dari
kala
I
hingga
kala
IV
(Prawirohardjo, 2009:523). Menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu indikator keberhasilan
pembangunan
kesehatan
di
Indonesia.
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, sebagian besar penyebab kematian ibu saat persalinan adalah akibat dari buruknya infrastruktur transportasi dan kesehatan lingkungan yang diperparah dengan rendahnya tingkat kesehatan ibu yang bersangkutan. 1
2
Sekitar 20% dari ibu melahirkan perlu penanganan khusus karena mengalami perdarahan sehingga dibutuhkan kerja keras untuk mewujudkan tercapainya target AKI yang di tetapkan dalam Millenium Development goals (MDGs) yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup di Indonesia untuk tahun 2015 (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011). AKI di Indonesia tergolong tinggi di dunia, pada tahun 2008 di antara kawasan Association of South East Asian Nations (ASEAN) dan South East Asia Region (SEARO), Indonesia berada diperingkat ke-11 dari 18 negara di kawasan tersebut, yaitu sebesar 240 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu yang paling umum di Indonesia adalah penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan 28 %, preeklampsi/eklampsi 24 %, infeksi 11 %, sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri 5 % dan lain – lain 11 %
(Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2012). AKI Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2010 sebesar 104,97/100.000 kelahiran hidup. Kejadian kematian maternal paling banyak adalah pada waktu nifas sebesar 48,65%, kemudian pada waktu hamil sebesar 25,75% dan pada waktu persalinan sebesar 25,60%. Sementara berdasarkan kelompok umur, kejadian kematian maternal terbanyak adalah pada usia produktif (20-34 tahun) sebesar 65,12%,
3
kemudian pada kelompok umur >35 tahun sebesar 28,89% dan pada kelompok umur <20 tahun sebesar 5,99% (Sugihantono, 2011:14-15). Di Kota Semarang jumlah kematian maternal pada tahun 2011 sebanyak 31 kasus dari 25.852 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 119,9 per 100.000 kelahiran hidup.Sebanyak 24 kasus merupakan kematian ibu maternal pada masa nifas, kemudian pada waktu persalinan sebanyak 0 kasus dan masa kehamilan 7 kasus. Sebagai upaya untuk menurunkan AKI, telah dilaksanakan berbagai pelatihan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak diantaranya Pelatihan Asuhan Persalihan Normal (APN) yang merupakan standar pertolongan persalinan dan pendampingan persalinan dukun bayi oleh tenaga kesehatan, Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) serta yang lainnya (Widoyono, 2011:21). Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (25%), eklampsia (13%) dan sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi abortus tidak aman (13%) dan sebab-sebab lain (8%). Perdarahan pasca persalinan bila tidak mendapat penanganan yang semestinya akan meningkatkan morbiditas dan mortalilas ibu serta proses penyembuhan kembali. Perdarahan pasca persalinan yang dapat menyebabkan kematian ibu 45 % terjadi pada 24 jam pertama setelah bayi lahir, 68%-73% dalam satu minggu setelah bayi lahir dan 82%–88% dalam dua minggu setelah bayi lahir (Prawiroharjo, 2009:523).
4
Perdarahan pasca persalinan adalah sebab penting kematian ibu; ¼ kematian
ibu
yang
disebabkan
oleh
perdarahan
(perdarahan
pascapersalinan, plasenta previa, solutio plasenta, kehamilan ektopik, abortus dan rupture uteri) disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan. Perdarahan pasca persalinan bisa terjadi segera begitu ibu melahirkan. Terutama di dua jam pertama yang kemungkinannya sangat tinggi. Itulah makanya, selama 2 jam pertama setelah bersalin, ibu belum boleh keluar dari kamar bersalin dan masih dalam pengawasan. Adakalanya perdarahan yang terjadi tidak terlihat karena darah mengumpul di rahim, jadi begitu keluar akan keluar cukup deras. Ini sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kematian (Anggraini, 2010:90). Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, maka dapat diketahui jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2011 sejumlah 3 orang, AKI tahun 2012 sejumlah 1 orang dan bulan Januari - Maret 2013 sebanyak 2 orang.Kasus perdarahan pasca persalinan pada tahun 2011 ada 14 0rang, tahun 2012 sebanyak 11 orang dan tahun 2013 bulan Januari - Maret terdapat ibu nifas dengan perdarahan (10 orang) yang disebabkan karena atonia uteri (3 orang), retensio plasenta (4 orang) dan laserasi jalan lahir (3 orang)(Rekam Medik Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, 2013). Perdarahan
pasca
persalinan
dapat
dilihat
dari
jumlah
pengeluaran darah melebihi normal yaitu sekitar 400-500 cc per menit. Kondisi dalam persalinan menyebabkan sulit untuk menentukan jumlah
5
perdarahan yang terjadi karena tercampur dengan air ketuban dan serapan pakaian atau kain alas tidur. Pada periode pasca persalinan, sulit untuk menentukan terminologi berdasarkan batasan kala persalinan yang terdiri dari kala I hingga kala IV sehingga memerlukan adanya pengawasan yang
intensif
dan
penanganan
yang
tepat
untuk
mencegah
terjadinya syok perdarahan (Joseph dan Nugroho, 2011). Dari masalah tersebut penulis tertarik untuk mengambil karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Patologi dengan Perdarahan Post Partum Sekunder di RS ROEMANI Semarang” dengan pendekatan Manajemen Kebidanan Hellen Varney.
B. RUMUSAN MASALAH Perumusan
masalah
dalam
studi
kasus
ini
adalah
“Bagaimanakah penatalaksanaan Asuhan kebidanan Ibu Nifas Patologi dengan Perdarahan Postpartum Sekunder di RS Roemani Kota Semarang melalui Pendekatan Manajemen 7 Langkah Varney?”.
C. TUJUAN 1. Tujuan Umum Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Patologi dengan Perdarahan Post Partum Sekunder dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan Helen Varney.
6
2. Tujuan Khusus a. Melakukan pengkajian secara lengkap dengan mengumpulkan semua data yang meliputi data subyektif dan obyektif terhadap Ibu nifas patologi dengan perdarahan post partum sekunder di RS Roemani Kota Semarang. b. Melakukan interpretasi data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan Ibu nifas patologi dengan perdarahan post partum sekunder di RS Roemani Kota Semarang. c. Menentukan diagnosa potensial ibu nifas patologi dengan perdarahan post partum sekunder di RS Roemani Kota Semarang. d. Melakukan antisipasi atau tindakan segera pada Ibu nifas patologi dengan perdarahan post partum di RS Roemani Kota Semarang. e. Merencanakan asuhan yang menyeluruh sesuai dengan pengkajian ibu nifas patologi dengan perdarahan post partum sekunder di RS Roemani Kota Semarang. f. Melaksanakan
perencanaan
secara
efisiensi
asuhan
kebidanan ibu nifas patologi dengan perdarahan post partum sekunder di RS Roemani Kota Semarang. g. Mengevaluasi hasil tindakan asuhan kebidanan ibu nifas patologi dengan perdarahan post partum sekunder di RS Roemani Kota Semarang.
7
h. Dokumentasi hasil tindakan asuhan kebidanan ibu nifas patologi dengan perdarahan post partum sekunder di RS Roemani Kota Semarang dengan menggunakan metode 7 langkah Helen Varney. i. Menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat asuhan kebidanan ibu nifas patologi dengan perdarahan post partum di RS Roemani Kota Semarang.
D. RUANG LINGKUP 1. Sasaran Sasaran dalam melaksanakan pengkajian Karya Tulis Ilmiah ini adalah Ibu nifas dengan perdarahan postpartum sekunder di RS Roemani Kota Semarang. 2. Tempat Tempat dalam melaksanakan pengkajian Karya Tulis Ilmiah ini adalah Ruang Nifas RS Roemani Kota Semarang. 3. Waktu Waktu dalam melaksanakan studi kasus Karya Tulis Ilmiah ini adalah pada bulan April-September 2013.
8
E. MANFAAT 1. Bagi Mahasiswa Mempelajari kasus yang ada, mengevaluasi kegiatan yang dilakukan, menambah ilmu pengetahuan dan lebih memahami serta lebih terampil dalam memberikan asuhan kebidanan terhadap ibu nifas dengan perdarahan postpartum sekunder. 2. Bagi Pelayanan Kesehatan Sebagai masukan bagi tempat penelitian khususnya petugas penolong persalinan agar menindak lanjuti hasil asuhan yang diberikan.selain itu juga sebagai acuan untuk memberikan asuhan terhadap ibu nifas dengan Perdarahan postpartum sekunder serta sebagai bahan acuan dalam memberikan pelayanan nifas dengan komplikasi untuk pendidikan. 3. Bagi Masyarakat Sebagai penambah pengetahuan mengenai tanda bahaya nifas terutama perdarahan postpartum primer maupun sekunder,dengan tujuan agar apabila suatu saat nanti menemui kejadian yang serupa dapat melakukan tindakan antisipasi segera melakukan pertolongan awal dengan membawa pasien ke unit kesehatan terdekat. 4. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai pengembangan dalam pembelajaran khususnya mata kuliah asuhan kebidanan IV (patologi dalam masa nifas), serta menambah katalog perpustakaan dan dikembangkan pada asuhan selanjutnya.
9
F. METODE MEMPEROLEH DATA Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini berdasarkan teori ilmiah yang dipadukan dengan praktek dan pengalaman penulis memerlukan data yang objektif dan relevan dengan teori-teori yang dijadikan dasar analisa dalam pemecahan masalah. Untuk itu penulis menggunakan metode sebagai berikut: 1. Studi Kepustakaan Penulis mempelajari berbagai literatur seperti
buku, hand out,
mengambil data-data dari internet, ataupun mempelajari kembali materi kuliah yang berkaitan dengan perdarahan post partum sekunder (Sudarti, 2010: 20 ). 2. Studi Kasus Penulis melaksanakan studi kasus pada pasien dengan pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang meliputi 7 langkah yaitu : identifikasi data dasar, identifikasi diagnosa atau masalah aktual, identifikasi diagnosa atau masalah potensial, melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi, merencanakan tindakan asuhan kebidanan, melaksanakan tindakan asuhan kebidanan, evaluasi asuhan kebidanan serta pendokumentasian asuhan kebidanan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :
10
a. Anamnesis/Wawancara Penulis melakukan tanya jawab pada pasien dan suami serta keluarga untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk memberi asuhan kebidanan pada klien tersebut. b. Pemeriksaan fisik Melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada klien meliputi pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi serta pemeriksaan
diagnostik
penunjang
lainnya
sesuai
dengan
kebutuhan dan indikasi. c. Pengkajian psikososial Pengkajian psikososial meliputi emosional, respon terhadap kondisi yang dialami. Serta pola interaksi terhadap keluarga, petugas kesehatan,
lingkungannya/kehidupan
bertetangga,
dan
keyakinan/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta persiapan biaya untuk persalinan (Nur Muslihatun, 2009: 15). 3. Studi Dokumentasi Membaca dan mempelajari status kesehatan yang berhubungan dengan keadaan klien yang bersumber dari catata dokter, bidan, perawat, petugas laboratorium maupun hasil pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat memberi konstribusi dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini (Nur Muslihatun, 2009: 15).
11
4. Diskusi Mengadakan tanya jawab dengan dokter dan bidan yang menangani langsung pasien tersebut serta mengadakan diskusi dengan dosen pengasuh atau pembimbing karya tulis ilmiah ini (Sudarti, 2010: 20).