1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perdarahan post partum merupakan perdarahan yang terjadi karena hilangnya darah sebanyak 500 ml atau lebih dari organ-organ reproduksi setelah selesainya kala dua persalinan. Perdarahan post partum merupakan salah satu penyebab langsung kematian ibu dan menempati persentase tertinggi sebesar 28%. Di berbagai negara, paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, proporsinya berkisar antara kurang dari 10-60% (WHO, 2010). Di Amerika serikat kehamilan yang berhubungan dengan kematian maternal secara langsung diperkirakan terjadi 7-10 wanita tiap 100.000 kelahiran hidup. Data statistik nasional Amerika Serikat menyebutkan sekitar 8% dari kematian ibu disebabkan oleh perdarahan post partum. Di Inggris 50% kematian ibu hamil diakibatkan karena perdarahan post partum (Erawati, 2012). Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia yaitu perdarahan sebesar 28%, eklampsia sebesar 24%, infeksi sebesar 11%, komplikasi nifas sebesar 11%, abortus sebesar 5%, partus lama sebesar 5% dan penyebab lainnya adalah sebesar 11%. (Depkes RI, 2010). Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara penyebab utama kematian ibu di Sumatera Utara belum ada surve khusus, tetapi secara nasional disebabkan karena komplikasi persalinan 45%, retensio plasenta 20%, robekan jalan lahir 19%,
1
2
partus lama 11%, perdarahan dan eklampsia masing-masing 10%, komplikasi selama nifas 5%, dan demam nifas 4% (Depkes RI, 2011). Perdarahan post partum terjadi secara mendadak dan lebih berbahaya apabila terjadi pada wanita yang menderita komplikasi kehamilan. Seorang ibu dengan perdarahan dapat meninggal dalam waktu kurang dari satu jam. Kondisi kematian ibu secara keseluruhan diperberat oleh tiga terlambatan yaitu terlambat dalam pengambilan keputusan, terlambat mencapai tempat rujukan dan terlambat mendapatkan pertolongan yang tepat di fasilitas kesehatan (Kemenkes RI, 2011). Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami perdarahan post partum, namun ia akan mengalami kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan (Marlina, 2011). Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya perdarahan post partum salah satu yang menjadi penyebab terjadinya perdarahan post partum adalah atonia uteri, retensio plasenta, laserasi jalan lahir, plasenta res dan penyakit pembekuan darah (Puspita, 2012). Pada dasarnya perdarahan post partum merupakan penjelasan suatu kejadian dan bukan diagnosis. Perdarahan post partum dapat dicegah atau diantisipasi jika tenaga kesehatan telah memperkirakan resiko kejadian tersebut dengan cara menganamnesa saat masa kehamilan apakah ibu memiliki faktor resiko mengalami perdarahan post partum (Prawirohardjo, 2010) Perdarahan post partum dapat ditangani dengan perawatan kebidanan dasar, namun keterlambatan dapat mengakibatkan komplikasi lebih lanjut sehingga
3
memerlukan pelayanan kebidanan darurat yang komprehensif. Bukti dan penelitian menunjukkan bahwa penanganan aktif pada persalinan kala III dapat menurunkan insidensi dan tingkat perdarahan post partum. Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun juga dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care yang baik. Semua ibu hamil harus didorong untuk mempersiapkan kelahiran dan kesiagaan terhadap komplikasi dan agar melahirkan dengan bantuan seorang bidan yang dapat memberikan perawatan pencegahan perdarahan postpartum (Sarwono, 2008). Menurut penelitian Shane (2009) di RSUD Dr. Pirngadi Medan diketahui bahwa penyebab utama perdarahan post partum adalah retensio plasenta yaitu sebesar 53,7% diikuti laserasi jalan lahir sebesar 29,3%, atonia uteri 14,6 % dan inversion uteri sebesar 2,4%. Menurut penelitian Erawaty (2012) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perdarahan post partum Di Puskesmas Limba B Kota Selatan, terdapat 80% ibu mengalami perdarahan, dengan penyebab yang berbeda-beda yaitu 36% diantaranya disebabkan oleh retensio plasenta, 20% disebabkan oleh atonia uteri, 15% disebabkan oleh robekan jalan lahir, 10% disebabkan oleh anemia. Menurut penelitian Micky (2012) tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny D P1A0 Dengan Perdarahan Karena Atonia Uteri Di Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta. Dengan kejadian ibu nifas dengan komplikasi 32,5%, dengan penyebab laserasi jalan lahir 15%, retensio plasenta 12,5% dan atonia uteri 5%.
4
Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam pada bulan Januari-April 2014 didapatkan jumlah persalinan pada tahun 2014 sebanyak 120 persalinan dengan jumlah persalinan sepontan 70 orang (58,3%), 50 (41,6%) dengan Secio Cesaria, dengan kejadian perdarahan post partum 25 orang (45,5%) dan faktor yang menyebabkan perdarahan post partum adalah berhubungan dengan atonia uteri, retensio plasenta, laserasi jalan lahir dan plasenta res. Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Perdarahan Post Partum Pada Ibu Bersalin Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan terjadinya perdarahan post partum pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Deli Serdang.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya perdarahan post partum di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui apakah atonia uteri berhubungan dengan terjadinya perdarahan post partum pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.
5
2. Untuk mengetahui apakah retensio plasenta berhubungan dengan terjadinya perdarahan post partum pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam. 3. Untuk mengetahui apakah laserasi jalan Lahir berhubungan dengan terjadinya perdarahan post partum pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam. 4. Untuk mengetahui apakah plasenta res berhungan dengan terjadiya perdarahan post partum pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.
4.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Meningkatkan wawasan pengetahuan serta mendapatkan pengalaman yang nyata dalam melakukan penelitian serta penerapan ilmu metodologi penelitian kesehatan dan asuhan kebidanan yang didapat peneliti selama pendidikan 2. Bagi RSUD Deli Serdang Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi tempat penelitian khususnya tentang faktor yang akan menyebabkan perdarahan post partum. 3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan tambahan bacaan di perpustakaan dan menambah informasi yang dapat dijadikan referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan 4. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran masyarakat khususnya bagi ibu hamil yang akan menghadapi persalinan untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perdarahan Perdarahan adalah peristiwa kelauarnya darah dari pembuluh darah karena mengalami kerusakan yang disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat (Wuryanti, 2010). Perdarahan (hemorage) adalah keluarnya darah dari pembuluh darah, biasanya akibat cedera. Perdarahan di bagi menjadi dua perdarahan internal atau eksternal (Winkjosastro, 2008). a. Di dalam tubuh ketika darah bocor dari pembuluh darah atau organ. b. DI luar tubuh ketika darah mengalir melalui lubang alami (seperti vagina, mulut, atau dubur). c. Di luar tubuh ketika darah bergerak melalui istirahat di kulit
2.2.Post Partum 2.2.1. Pengertian Post Partum Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
6
7
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu, akan tetapi seluruh alat genetal baruh pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Sarwono, 2008). Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu: a. Post partum dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri, berjalanjalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. b. Post partum intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. c. Post partum terlambat (remote peurperium) yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan
2.3. Ibu Bersalin (Partus) Ibu bersalin (partus) adalah seorang ibu hamil yang mengalami proses pengeluaran bayi, plasenta dan selaput ketuban dari rahim pada umumnya kehamilan cukup bulan tanpa ada disertainya penyulit (Depkes RI, 2011). Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya 12 sampai 14 jam (Kemenkes RI, 2011).
8
Menurut cara persalinan: 1. Persalinan normal adalah persalinan yang berlangsung dengan bantuan iu sendiri dan melalui jalan lahir 2. Persalinan dengan tindakan adalah persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar misalnya dengan ekstra forcep, extraksi vakum, dan section cesaria 3. Persalinan anjuran adalah persalinan tidak dimulai dengan sendiriya tetapi baru berlangsung
setelah
pemecahan
ketuban,
pemberian
oksitoksin
dan
prostaglanding.
2.4. Perdarahan Post Partum Perdarahan post partum adalah perdarahan yang segera terjadi setelah persalinan melebihi 500 cc yang dibagi menjadi dua bentuk yaitu perdarahan post partum primer dan perdarahan post partum sekunder (Rukiyah 2010). Perdarahan post partum adalah perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersali dan biasanya dan biasanya meneyababkan kehilangan bayak darah adalah masalah kegawat daruratan yang serius dibidang kebidanan (Anik, 2012). Perdarahan post partum adalah perdarahan yang lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan kala IV lebih dari 500-600 ml dalam 24 jam setelah anak lahir (Eniyati, 2013). Perdarahan post partum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir. Pada praktistnya tidak perlu mengukur jumlah perdarahan sebanyak itu, sebab
9
menghentikan perdarahan lebih dini akan memberikan prognosis lebih baik (Prawiroharjdo, 2008). 2.4.1. Klasifikasi Klasifikasi perdarahan post partum: 1. Perdarahan post partum primer (Early Postpartum Hemmorrhage), yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama dengan jumlah 500 cc atau lebih. 2. Perdarahan post partum sekunder (Late Postpartum Hemorrhage), yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama dengan jumlah perdarahan 500 cc atau lebih. 2.4.2. Etiologi Penyebab umum perdarahan post partum, antara lain: 1. Atonia uteri 2. Retensio plasenta 3. Sisa palaenta dan selaput ketuban (plasenta res) 4. Trauma atau perlukaan jalan lahir 5. Penyakit darah Kelainan pembekuan darah, misalnya afibrinogenemia atau hipofrinogenia (Yulianingsih, 2012). 2.4.3. Faktor predisposisi Terdapat hal hal yang di curigai yang dapat menimbulkan perdarahan post partum, yaitu:
10
1. Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya a. Riwayat perdarahan pada persalianan yang terdahulu b. Grandemultiparitas (lebih dari 4 anak) c. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari 2 tahun) d. Bekas operasi sectio secaria e. Pernah abortus sebelumnya 2. Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya: a. Persalinan kala dua yang terlalu cepat, misalnya setelah persalinan dengan bantuan forcep dan ekstra vakum b. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar dan anak besar c. Uterus yang kelelahan, persalinan lama d. Uterus yang lembek akibat anestesia yang dalam e. Inversio uteri primer dan sekunder (Maryunani, 2012). 2.4.4. Patofisiologi Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi uterus. Atonia uteri dan sub-involusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun, sehingga pembuluh darah yang melebar tersebut tidak menutup dengan sempurnah, sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti episiotomi yang lebar, laserasi perineum dan ruptur uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu, misalnya afibrinogenemia dan hipofibrinogenemia karena tidak ada atau
11
kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan post partum (Saifudin, 2008). 2.4.5. Gejala Klinis Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah sebanyak 20%. Gejala klinis umum yang biasa terjadi pada perdarahan post partum adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (lebih dari 500 cc), nadi lemah, pucat, ekstremitas dingin, lochia berwarna merah, haus, pusing, gelisa, mual, tekanan darah lemah dan dapat terjadi syok hipovolemik (Wiknjosastro, 2005). 2.4.6. Diagnosa Perdarahan Post Partum Diagnosa perdarahan post partum yaitu timbul perdarahan banyak dalam waktu yang cepat, tanpa disadari pasien telah kehilangan banyak darah sebelum ia tampak pucat. Nadi dan pernafasan menjadi lebih cepat dan tekanan darah menurun. Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik. Gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah 20%. Jika perdarahan berlangsung terus menerus dan meniimbulkan syok (Saifudin, 2008). Perdarahan post partum dapat di cegah apabila setelah anak lahir secara rutin diukur pengeluaran darah dalam kala III dan satu jam sesudahnya. Apabila terjadi perdarahan post partum dan plasenta belum lahir, perlu diusahakan untuk melahirkan
12
plasenta segera. Jika plasenta sudah lahir, perlu di cari penyebabnya perdarahan tersebut di akibat oleh atonia uteri atau perdarahan karena perlukaan jalan lahir. Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada palpasi, sedangkan pada perdarahan karena perlukaan jalan lahir, uterus berkontraksi dengan baik. Pada persalinan di rumah sakit, dengan fasilitas yang baik untuk melakukan transfusi darah, seharusnya kematian akibat perdarahan post partum dapat dicegah, terutama apabila penderita masuk rumah sakit dalam keadaan syok karena sudah kehilangan banyak darah. Karena persalinan di Indonesia sebagian besar terjadi di luar rumah sakit, perdarahan post partum merupakan sebab utama kematian dalam persalinan (Winkjosastro, 2008). Diagnosis perdarahan post partum: 1. Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri 2. Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak. 3. Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari: a. Sisa plasenta atau selaput ketuban b. Robekan rahim c. Plasenta suksenturiata 4. Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina dan varises yang pecah. 5. Pemeriksaan Laboratorium periksa darah yaitu Hb, COT (Clot Observation Test). Perdarahan post partum merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan hingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok. perdarahan
13
tersebut akan membahayakan ibu karena perdarahan akan berjumlah banyak, ibu menjadi lemas dan juga jatuh dalam presyok dan syok. Karena itu penting pada setiap ibu yang bersalin dilakukan pengukuran kadar darah secara rutin, serta pengawasan tekanan darah, nadi, pernafasan ibu, dan periksa juga kontraksi uterus perdarahan selama 1 jam (Maryunani, 2012). 2.4.7. Penatalaksanaan Prinsip penatalaksanaan untuk pasien dengan perdarahan post partum, yaitu: 1. Sejak masa antenatal, atasi anemia dengan nutrisi, zat besi, vitamin dan mineral. 2. Pada ibu dengan riwayat perdarahan post partum sebelumnya, persalinan harus berlangsung di rumah sakit. 3. Tdak boleh memijat dan mendorong uterus kebawa sebelum plasenta lepas. 4. Penaganan: segera setelah diketahui perdarahan post partum, harus ditentukan adanya syok. 5. Bila dijumpai adanya syok, maka segera berikan infus cairan, transfusi darah, kontrol perdarahan dan pemberian oksigen. 6. Bila tidak ada syok atau syok sudah teratasi, segera lakukan pemeriksaan untuk menemukan etiologinya (Maryunani, 2012).
2.5. Faktor Faktor Penyebab Perdarahan Post Partum Menurut Yulianingsih (2012) faktor yang menyebabkan perdarahan post partum adalah atonia uteri, retensio plasenta, laserasi jalan lahir, plasenta res, dan penyakit pembekuan darah.
14
2.5.1. Atonia Uteri A. Pengertian Atonia uteri merupakan perdarahan post partum yang dapat terjadi karena terlepasnya sebagian plasenta dari uterus dan sebagian lagi belum terlepas (Anik, 2012). Atonia
uteri
adalah
keadaan
lemahnya
tonus/kontraksi
rahim
yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbukan dari tempat implamentasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawirohardjo, 2008). B. Etiologi Faktor faktor penyebab atonia uteri meliputi beberapa hal berikut : 1. Regangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli, polihidramnion, dan anak terlalu besar. 2. Kelelahan karena persalinan lama 3. Kehamilan grandemultipara (>5 anak). 4. Ibu dengan kedaan umum yang jelek, anemis, atau menderita penyakit menahun. 5. Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim 6. Infeksi uteri (koriomnionitis). 7. Riwayat pernah atonia uteri sebelumnya 8. Preeklamsi dan eklamsi
15
C. Penyebab Atonia uteri terjadi karena uterus tidak berkontraksi dengan sempurnah setelah anak lahi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri (Manauba, 2007). Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah
melahirkan.
Atonia
terjadi
karena
kegagalan
mekanisme
ini.
Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tidak berkontraksi (Saifudin, 2008). 2.5.2. Retensio Plasenta A. Pengertian Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebih waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus (Prawiroharjo, 2008). Retensio plasenta adalah bila plasenta tidak lepas atau keluar lebih dari 30 menit setelah persalinan (Maryunani, 2013). 1. Jenis Retensio Plasenta a. Plasenta adesiva Plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam (plasenta yang belum lahir dn masih melekat di dinding rahim karena kontraksi rahim kurang kuat untuk melepaskan plasenta).
16
b. Plasenta inkreta Vilikorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua endometrium sampai ke miometrium. c. Plasenta akreta Vilikorialis tumbuh menembus miometrium sampai ke serosa (plasenta yang belum lahir dan masih melekat di dinding rahim karena vilikorialisnya menembus desidua sampai miometrium). d. Plasenta perkreta Vilikoriolis tumbuh menembus serosa atau perineum dinding rahim B. Etiologi Retensio plasenta disebabkan oleh : 1. Faktor maternal a. Gravida berusia lanjut b. Multiparitas, plasenta akreta jarang dijumpai pada primigravida c. Faktor uterus 1). Bekas secsio cesaria, plasenta tertanam di uterus 2). Bekas curettage 3). Bekas pengeluaran plasenta secara manual 4). Bekas endometritis 5). Faktor faktor plasenta d. Plasenta previa e. Implantasi korneal
17
f. Plasenta sukar lepas karena: 1). Mempunyai inersi di sudut tuba 2). Berukuran sangat kecil atau plasenta anularis (Cuningham, 2009). C. Penyebab Retensio plasenta terjadi karena ada tidak terjadi pelepasan plasenta selama lebih dari 30 menit, sehingga mengganggu kontraksi dan retraksi, menyebabkan sinussinus tetap terbuka, dan menimbulkan perdarahan postpartum (Manauba,2007).
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tapi bila sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya. Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih dan rectum penuh, oleh karena itu keduanya harus dikosongkan agar mempermuda untuk pengeluarkan plasenta sehingga tidak terjadi perdarahan post partum (Manauba, 2007). 2.5.3. Laserasi Jalan Lahir A. Pengertian Laserasi jalan lahir adalah trauma yang diakibatkan oleh kelahiran bayi yang terjadi pada serviks, vagiana, atau perineum (Maryunani, 2013). Laserasi yang terjadi biasanya ringan (lecet laserasi), luka episiotomy, robekan perineum spontan dari dari derajat ringan sampai ruptur perinci totalis (sfingter ani terputus, robekan pada dinding vagiana, forniks uteri, serviks, daerah sekitar klitoris dan uretra bahkan terberat seperti rupture uteri) (Prawirohardjo, 2008).
18
Laserasi jalan Lahir memiliki derajat tertentu: 1. Tingkat I : Robekan terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpisan perineum 2. Tingkat II : Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perineum aranseralis, tetapi tidak mengenai otot sfingerani. 3. Tingkat III : Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani 4. Tingkat IV : Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan B. Etiologi Faktor penyebab terjadiya laserasi jalan lahir: 1. Faktor Maternal a. Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong b. Pasien tidak mampu berhenti mengejan c. Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan. d. Edema dan kerapuhan pada perineum e. Varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum f. Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga g. Menekan kepala bayi ke arah posterior. h. Peluasan episiotomi 2. Faktor-faktor janin : a. Bayi yang besar b. Posisi kepala yang abnormal, misalnya presentasi muka dan occipitoposterior
19
c. Kelahiran bokong d. Ekstrasksi forceps yang sukar e. Dystocia bahu f. Anomali congenital, seperti hydrocephalus. C. Penyebab Laserasi jalan lahir terjadi karena terjadi robekan jalan lahir yang di akibatkan karena faktor maternal dan faktor janin, seperti partus presipatus dan bayi makrosomia, sehingga terjadi perdarahan post partum (Saifudin, 2008). Perdarahan yang terjadi karena adanya laserasi jalan lahir (perineum, vulva, vagina, portio, atau uterus). Robekan pada perineum, vulva, vagina dan portio biasa terjadi pada persalinan pervaginam. Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak dijumpai pada pertolongan persalinan oleh dukun karena tanpa dijahit. Oleh sebab itu bidan diharapkan melaksanakan pertolongan persalinan melalui polindes, sehingga peran dukun berangsur-angsur berkurang. Dengan demikian komplikasi akibat robekan jalan lahir yang dapat menimbulkan perdarahan akan dapat berkurang (Manauba, 2007). 2.5.4. Plasenta Res A. Pengertian Plasenta res adalah plasenta tidak lepas sempurna dan meninggalkan sisa, dapat berupa fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan. Retensio sisa plasenta disebabkan oleh plasenta tertanam terlalu dalam sampai lapisan miometrium uterus. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak
20
dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang (Prawiroharjo, 2008). Sisa Plasenta adalah tertinggalnya potongan-potongan plasenta seperti kotiledon dan selaput plasenta yang menyebabkan terganggunya kontraksi uterus sehingga sinus-sinus darah tetap terbuka dan menimbulkan perdarahan post partum. Perdarahan post partum dini dapat terjadi sebagai akibat tertinggalnya sisa plasenta atau selaput janin. Bila hal tersebut terjadi, harus dikeluarkan secara manual atau di kuratase dan pemberian obat uterotonika intravena (Cuningham, 2009). B. Etiologi 1) His yang kurang baik 2) Penanganan kala III yang salah Dengan pendorongan dan pemijatan uterus akan mengganggu mekanisme pelepasan plasenta dan menyebabkan pemisahan sebagian plasenta. 3) Abnormalitas plasenta (Abnormalitas plasenta meliputi bentuk plasenta dan penanaman plasenta dalam uterus yang mempengaruhi mekanisme pelepasan plasenta). 4) Kelahiran bayi yang terlalu cepat Kelahiran bayi yang terlalu cepat akan mengganggu pemisahan plasenta secara fisiologis akibat gangguan dari retraksi sehingga dapat terjadi gangguan retensi sisa plasenta.
21
C. Penyebab Plasenta res terjadi karena ada sebagian selaput maupun plasenta yang tertinggal dalam uterus sehingga mengganggu kontraksi uterus dan retraksi, menyebabkan sinus-sinus tetap terbuka, dan menimbulkan perdarahan postpartum (Manauba, 2007). Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta) merupakan penyebab umum terjadinya perdarahan lanjut dalam masa nifas (perdarahan pasca persalinan sekunder). Perdarahan post partum yang terjadi segera jarang disebabkan oleh retensi potongan-potongan kecil plasenta. Inspeksi plasenta segera setelah persalinan bayi harus menjadi tindakan rutin. Jika ada bagian plasenta yang hilang, uterus harus dieksplorasi dan potongan plasenta dikeluarkan (Cunningham, 2009). Apabila sebagian plasenta belum keluar (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan (Cunningham, 2009).
2.6. Kerangka Konsep
Variabel independen Faktor yang berhubungan perdarahan post partum: 1. Atonia uteri a. a 2. Retensio plasenta 3. Laserasi jalan lahir 4. Plasenta res
Variabel dependen
Perdarahan post partum
22
2.7. Hipotesis 1.
Ada hubungan atonia uteri dengan penyebab terjadinya perdarahan post partum di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
2.
Ada hubungan retensio plasenta dengan penyebab terjadinya perdarahan post partum di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
3.
Ada hubungan laserasi jalan lahir dengan penyebab terjadinya perdarahan post partum di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
4.
Ada hubungan plasenta res dengan penyebab terjadinya perdarahan post partum di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
23
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat penelitian survei yang bersifat analitik dengan pendekatan croos sectional yaitu untuk menganalisa faktor faktor yang berhubungan dengan terjadinya perdarahan post partum di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam. (Notoatmodjo, 2010).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di lakukan di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam. Adapun alasan dilakukan di RSUD Deli Serdang karena masih tingginya angka kejadian perdarahan post partum sebesar 45,5% 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April Tahun 2014 di RSUD Deli Serdang.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitan ini adalah seluruh ibu bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam pada bulan Januari-April 2014 sebanyak 120 orang.
23
24
3.3.2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian populasi dijadikan menjadi sampel. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling dengan cara systematic random sampling yang dilakukan dengan cara mengambil responden dari sebagian populasi. N n= 1+N 120 n= 1+120 n = 55 N = jumlah populasi n = jumlah sampel d = standar eror Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas didapatkan sampel sebanyak 55. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematik (sistematik random sampling). Untuk mendapat sejumlah sampel, semua anggota populasi dibagi dengan jumlah sampel yang diinginkan. Populasi sebanyak 120 kemudian dibagi dengan 55, maka intervalnya adalah 120:55 = 2,18 maka yang menjadi sampel adalah setiap kelipatan 2 yaitu 2,4,6,8 dan seterusnya hingga diperoleh sebanyak 55 sampel.
25
3.4. Jenis Data 3.4.1. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder diperoleh dari data yang ada di RSUD Deli Serdang pada priode Januari–April
2014. Data tersebut mengenai jumlah ibu
bersalin, untuk mengetahui penyebab terjadinya perdarahan post partum.
3.5. Variabel dan Definisi operasional 3.5.1. Variabel Bebas 1. Atonia uteri adalah adanya pelepasan sebagian plasenta dari uterus dan sebagian lagi belum terlepas (Maryunani, 2012). Kategori Atonia Uteri: 0. Tidak Atonia Uteri (Ada kontraksi setiap 10 menit) 1. Atonia Uteri (Tidak ada kontraksi) 2. Retensio plasenta adalah suatu keadaan plasenta tidak lepas atau keluar lebih dari 30 menit setelah persalinan (Anik, 2013). Kategori Retensio Plasenta: 0. Tidak retensio plasenta (plasenta lahir lengkap <30 menit) 1. Retensio Plasenta (plasenta belum lahir setelah 30 menit ) 3. Laserasi jalan lahir adalah suatu keadaan trauma yang diakibatkan oleh kelahiran bayi yang terjadi pada serviks, vagiana, atau perineum (Maryunani, 2013).
26
Kategori Laserasi Jalan Lahir: 0. Tidak laserasi (tidak terdapat robekan pada jalan lahir) 1. Ada laserasi (terdapatnya robakan pada jalan lahir, meliputi 4 tingkatan yaitu) 4. Plasenta Res adalah suatu keadaan plasenta tidak lepas sempurna dan meninggalkan sisa, dapat berupa fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan (Prawirohardjo, 2005). Kategori Plasenta Res : 0. Tidak Plasenta Res 1. Plasenta Res 3.5.2. Variabel Terikat Perdarahan post partum adalah keluarnya darah dari vagina ibu setelah anak lahir melebihi 500 ml (Maryunani, 2012). Kategori Perdarahan Post Partum : 0. Perdarahan (jika perdarahan ≥ 500 ml post partum) 1. Tidak Perdarahan Post Patum (jika terjadi perdarahan secara fisiologis < 500 ml post partum)
27
3.6. Metode Pengukuran Variabel Bebas Atonia Uteri
Skala Ukur Ordinal
Retensio Plasenta
Ordinal
Laserasi Jalan Lahir
Ordinal
Plasenta Res
Ordinal
Perdarahan Post Partum
Ordinal
Hasil Ukur 0. Tidak Atonia Uteri (Ada Kontraksi Setiap 10 Menit 1. Atonia Uteri (Tidaka Ada Kontraksi) 0. Tidak Retensio Plasenta (Plasenta Yang Lahir < 30 Menit) 1. Retensio Plasenta (Plsenta Yang Lahir Setelah 30 Menit). 0. Tidak Laserasi Jalan Lahir (Tidak Terjadi Laserasi Jalan Lahir) 1. Laerasi Jalan Lahir (Terjadi Laserasi Jalan Lahir, Melalui 4 Tingkalatan) 0. Tidak Plasenta Res 1. Plasenta Res 0. Perdarahan Post Partum (Perdarahan ≥ 500 ml). 1. Tidak Perdarahan Post Partum (Terjadi Perdarahan Secara Fisiologis < 500 ml).
3.7. Pengolaan Data Setelah data berhasil di kumpulkan, selanjutnya data diolah, adapun cara pengolaan data adalah sebagai berikut: 1. Editing Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner 2. Coding Merupakan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Misalnya jenis kelamin : 1=laki-laki, 2=perempuan.
28
3. Tabulating Kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base computer, kemudian membuat distribusi sederhana atau membuat tabel contigensi. 4. Entri Data Tindakan menyalin beberapa informasi ke media lain, yaitu dengan memasukkan data kedalam program komputer. 5. Cleaning Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data kemugkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atu koreksi.
3.8. Analisis Data 3.8.1. Analisis Univariat Analisis
data
secara
univariate
bertujuan
untuk
menjelaskan
atau
mendeskripsikan karekteristik setiap variabel penelitian. Analisis ini digunakan untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi dari setiap variabel. 3.8.2. Analisis Bivariat Analisis bivariate dilakukan untuk menguji ada tidaknya faktor faktor yang berhubungan dengan terjadinya perdarahan post partum pada ibu bersalin, lalu dilakukan Uji Statistik.
29
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang beralamat di jalan Tamrin Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Rumah sakit ini berdiri sejak tanggal 3 Febuari 1964 dibawa kepemilikan pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan termasuk Rumah Sakit Umum tipe B Adapun dokter doker spesilis yang ikut membantu Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang yaitu terdapat dr spesilis anak, dr obgien, dr spesialis mata, dr spesilis paru, dr neurologi, dr spesialis penyakit dalam, dr gigi, dr specalis penyakit kulit, psikiatri, poli THT, dr ortopedi, dan dr bedah. Visi RSUD Deli Serdang Pelayanan yang unggul dalam mutu prima dalam pelayanan dan menjadi pusat rujuka serta menjadi pelayanan kesehatan yang paripurna dan proaktif untuk mewujudkan masyarakat sehat. Misi RSUD Deli Serdang 1. Memberikan pelayanan yang profesional, terjangkau, mudah serta bertanggung jawab. 2. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas sdm maupun sarana dan pra sarana sesuai kebutuhan secara universal, terarah dan berkesinambungan.
29
30
3. Mengembangkan sistem administrasi, informasi dan komunikasi serta pengolaan data dan pengelolaan secara cepat dan akurat. 4. Membina dan mengembangkan hubungan kerjasama sekitar pelayanan kesehatan pendidikan, penelitian dan lingkungan dengan instansi, perusahaan, lembaga, pendidikan serta lembaga sosial.
4.2. Analisis Univariat Gambaran umum responden dalam penelitian ini meliputi: atonia uteri, retensio plasenta, laserasi jalan lahir dan plasenta res. 4.2.1. Perdarahan Post Partum Untuk melihat perdarahan post partum pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Perdarahan Post Partum di RSUD Deli Serdang NO 1. 2.
Perdarahan Post Partum Tidak perdarahan post partum Perdarahan post partum Jumlah
f 30 25 55
% 54,5 45,5 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa perdarahan post partum di RSUD Deli Serdang lebih banyak tidak mengalami perdarahan post partum sebanyak 30 orang (54,5%) dan lebih sedikit yang mengalami perdarahan post partum senayak 25 orang (45,5%)
31
4.2.2. Atonia Uteri Untuk melihat atonia uteri pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Perdarahan Post Partum Berdasarkan Atonia Uteri di RSUD Deli Serdang NO 1. 2.
Atonia Uteri Tidak Atonia Uteri Atonia Uteri Jumlah
f 24 31 55
% 43,6 56,4 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa atonia uteri lebih banyak dengan terjadi atonia uteri sebanyak 31 orang (56,4%) dan lebih sedikit dengan tidak atonia uteri sebanyak 24 orang (43,6%). 4.2.3. Retensio Plasenta Untuk melihat retensio plasenta pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Perdarahan Post Partum Berdasarkan Retensio Plasenta di RSUD Deli Serdang NO 1. 2.
Retensio Plasenta Tidak retensio plasenta Retensio plasenta Jumlah
f 23 32 55
% 41,8 58,2 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa retensio plasenta lebih banyak dengan terjadi retensio plasenta sebanyak 32 orang (58,2%) dan lebih sedikit dengan tidak retensio plasenta sebanyak 23 orang (41,8%).
32
4.2.4. Laserasi Jalan Lahir Untuk melihat laserasi jalan lahir pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Perdarahan Post Partum Berdasarkan Laserasi Jalan Lahir di RSUD Deli Serdang NO 1. 2.
Laserasi Jalan Lahir Tidak ada laserasi jalan lahir Laserasi jalan lahir Jumlah
f 25 30 55
% 45,5 54,5 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa laserasi jalan lahir lebih banyak dengan terjadi laserasi jalan lahir sebanyak 30 orang (56,4%) dan lebih sedikit dengan tidak laserasi jalan lahir sebanyak 25 orang (45,5%). 4.2.5. Plasenta Res Untuk melihat plasenta res pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Perdarahan Post Partum Berdasarkan Plasenta Res Ibu di RSUD Deli Serdang NO 1. 2.
Plasenta Res Tidak plasenta res Plasenta res Jumlah
f 24 31 55
% 43,6 56,4 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa plasenta res lebih banyak dengan terjadi plasenta sebanyak 31 orang (56,4%) dan lebih sedikit dengan tidak plasenta res sebanyak 24 orang (43,6%).
33
4.3. Analisis Bivariat Analisis Bivariat bertujuan untuk melihat apakah faktor atonia uteri, retensio plasenta, laserasi jalan lahir dan plasenta res penyebab terjadinya perdarahan post partum pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang yang diapaki dengan Uji Statisti dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : 4.3.1. Hubungan Atonia Uteri dengan Kejadian Perdarahan Post Partum Untuk mengetahui hubungan atonia uteri dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Hubungan Atonia Uteri Responden dengan Terjadinya Perdarahan Post Partum di RSUD Deli Serdang NO
1. 2.
Atonia Uteri
Tidak Atonia Uteri Atonia Uteri Total
Perdarahan Post Partum Perdarahan Tidak perdarahan n 5 20 25
% 20,8 64,5 45,5
n 19 11 30
% 79,2 35,5 54,4
Total
N 24 31 55
% 100 100 100
Prob
0,002
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 24 responden yang tidak atonia uteri terdapat perdarahan post partum sebanyak 5 orang (20,8%) dan tidak perdarahan post partum sebanyak 19 orang (79,2%). Sedangkan dari 31 responden dengan atonia uteri terdapat perdarahan post partum sebanyak 20 orang (64,5%) dan tidak perdarahan post partum sebanyak 11 orang (35,5%). Uji statistik dengan Uji Chi-Square menunjukkan bahwa prob (0,002) < α ( 0,005 ) berarti Ho ditolak. Hal ini
34
menunjukkan bahwa atonia uteri berhubungan dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam. 4.3.2. Hubungan Retensio Plasenta dengan Kejadian Perdarahan Post Partum Untuk mengetahui hubungan Retensio Plasenta dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Hubungan Retensio Plasenta Responden dengan Perdarahan Post Partum di RSUD Deli Serdang NO
Retensio Plasenta
1. 2.
Tidak retensio plasenta Retensio plasenta Total
Perdrahan Post Partum Perdarahan Tidak Perdarahan n % n % 5 21,7 18 78,3 20 62,5 12 37,5 25 45,5 30 54,5
Terjadinya
Total
N 23 32 55
% 100 100 200
Prob
0,005
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 23 responden tidak retensio plasenta terdapat perdarahan post partum sebanyak 5 responden (21,7%) dan tidak perdarahan post partum sebanyak 18 orang (78,3%) sedangkan dari 32 responden terdapat perdarahan perdarahan post partum sebanyak 20 responden (62,5%) dan tidak perdarahan post partum sebanyak 12 orang (37,5%). Hasil Uji Chi-Square dengan menunjukkan bahwa prob (0,005) < α (0,005) berarti Ho ditolak. Hal menunjukkan bahwa retensio plasenta berhubungan dengan terjadinya perdarahan post partum di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.
35
4.3.2. Hubungan Laserasi Jalan Lahir dengan Kejadian Perdarahan Post Partum Pada Ibu Bersalin di RSUD Deli Serdang Untuk mengetahui hubungan laserasi jalan lahir dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Hubungan Laserasi Jalan Lahir Responden dengan Terjadinya Perdarahan Post Partum di RSUD Deli Serdang NO
1. 2.
Laserasi Jalan Lahir
Tidak laserasi jalan lahir Laserasi jalan lahir Total
Perdarahan Post Partum Perdarahan Tidak Perdarahan n % n % 5 20 20 80 20 66,7 10 33,3 25 45,5 30 54,5
Total
N 25 30 55
% 100 100 100
Prob
0,001
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 25 responden tidak laserasi jalan lahir terdapat perdarahan post partum sebanyak 5 responden (20%) dan tidak perdarahan post partum sebanyak 20 orang (80%) sedangkan dari 30 responden laserasi jalan lahir terdapat perdarahan post partum sebanyak 20 orang (66,7%) dan yang tidak perdarahan post partum sebanyak 10 orang (33,3%). Uji statistik dengan Uji Chi-Square menunjukkan bahwa prob (0,001) < α (0,005) berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa laserasi jalan lahir berhubungan dengan terjadinya perdarahan post partum di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam. 4.3.4. Hubungan Plasenta Res dengan Kejadian Perdarahan Post Partum Untuk mengetahui hubungan plasenta res dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.9.
36
Tabel 4.9. Hubungan Plasenta Res Responden dengan Terjadinya Perdarahan Post Patum di RSUD Deli Serdang NO
Plasenta Res
1. 2.
Tidak Plasenta Res Plseta Res Total
Perdarahan Post Partum Perdarahan Tidak Perdarahan n % n % 5 20,8 19 79,2 20 64,5 11 35,5 25 45,5 30 54,5
Total
N 24 31 55
% 100 100 100
Prob
0,002
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 24 responden yang tidak plaseta res terdapat perdarahan post partum sebanyak 5 responden (20,8%) yang tidak perdarahan post partum sebanyak 19 orang (79,2%) sedangkan dari 31 responden plasenta res terdapat perdarahan post partum sebanyak 20 orang (64,5%) dan tidak perdarahan post partum sebanyak 11 orang (35,5%). Hasil Uji Statistik dan Uji ChiSquare dengan menunjukkan bahwa prob (0,002) < α (0,005) berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa plasenta res berhubungan dengan terjadinya perdarahan post partum di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.
37
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Hubungan Atonia Uteri dengan Terjadinya Perdarahan Post Partum Pada Ibu Bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang atonia uteri mengalami perdarahan post partum sebesar 64,5%. Hasil uji statistik dengan Uji Chi-Square didapat nilai prob (0,002) < α (0,005) maka secara statistik menunjukkan bahwa atonia uteri berhubugan dengan terjadinya perdarahan post partum pada ibu bersalin. Mengacu hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ibu yang mengalami atonia uteri akan semakin tinggi mengalami perdarahan post partum. Hal ini sesuai dengan teori bahwa atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi atau tidak berkontraksi secara terkoordinasi sehingga ujung pembuluh darah ditempat implantasi plasenta tidak dapat dihentikan (oklusi) menyebabkan perdarahan tidak terkendali. Perdarahan postpartum bisa dikendalikan melalui kontraksi dan retraksi serat-serat myometrium. Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan terlipatnya pembuluh-pembuluh darah sehingga aliran darah ke tempat plasenta menjadi
terhenti.
Kegagalan mekanisme akibat gangguan fungsi
myometrium dinamakan atonia uteri dan keadaan ini menjadi penyebab utama perdarahan postpartum (Wuryanti, 2010). Hasil ini sesuai dengan penelitan Erawati (2012) bahwa terdapat hubungan antara atonia uteri dengan perdarahan post partum sebesar 15%. Bahwa atonia uteri terjadi karena uterus tidak mampu menutup perdarahan dari tempat imlamentasi
37
38
plasenta setelah anak dan plasenta lahir sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan post partum Maka menurut asumsi peneliti atonia uteri terjadi karena uterus tidak dapat berkontraksi setelah anak lahir karena kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan, maka bila kontraksi uterus tidak baik akan menyebabkan terjadinya perdarahan post partum. Atonia uteri tidak terjadi apabila kontraksi uterus baik setelah anak lahir dan penyebab atonia uteri seperti peregangan uterus yang berlebihan, persalinan lama, grandemultipara, atau preeklamsi dan eklamsi tidak terjadi selama kehamilan dan persalinan (Prawirohardjo, 2008).
5.2. Hubungan Retensio Plaseta dengan Terjadinya Perdarahan Post Partum Pada Ibu Bersalin di RSUD Deli Serdang. Hasil penelitaian menunjukkan bahwa ibu yang retensio plasenta mengalami perdarahan post partum sebesar 62,5%. Hasil pengujian dengan Uji Chi-Square didapat nilai prob sebesar (0,005) < α (0,003) maka secara statistik menunjukkan bahwa retensio palsenta berhubugan dengan terjadinya perdarahan post partum pada ibu bersalin. Mengacu hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ibu yang retensio plasenta akan semakin tinggi mengalami perdarahan post partum. Hal ini sesuai dengan teori bahwa retensio plasenta di sebabkan karena plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Atau karena adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim akibat kesalahan penanganan kala III, yang akan menghalangi plasenta keluar.
39
Perdarahan ini terjadi karena plasenta belum lahir hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal itu disebabkan karena plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan (Wiknjosastro, 2002). Hasil ini sesuai dengan penelitian Winkjosastro (2008) terdapat hubungan retensio plasenta dengan perdarahan postpartum. Hal ini di sebabkan karena plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Atau karena adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim akibat kesalahan penanganan kala III, yang akan menghalangi plasenta keluar. Menurut asumsi peneliti dari hasil penelitian maka retensio plasenta terjadi karena plasenta tidak lepas dari tempat implamentasinya sehingga mengganggu kontraksi dan retraksi uterus, menyebabkan sinus-sinus tetap terbuka, dan menimbulkan perdarahan postpartum. Retensio plasenta tidak terjadi apabila plasenta dapat lepas setelah anak lahir kurang dari 30 menit dan penyebab retensio plasenta seperti multiparitas, bekas curettage atau plasenta previa yang tidak terjadi selama kehamilan dan persalinan (Cuningham, 2009).
5.3. Hubungan Laserasi Jalan Lahir dengan Terjadinya Perdarahan Post Partum Pada Ibu Bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Hasil penelitaian menunjukkan bahwa ibu yang laserasi jalan lahir mengalami perdarahan post partum sebesar 66,7%. Hasil uji statistik dengan Uji Chi-Square didapat nilai prob (0,001) < α (0,005) maka secara statistik menunjukkan bahwa laserasi jalan lahir berhubugan dengan terjadinya perdarahan post partum pada ibu
40
bersalin. Mengacu hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ibu yang mengalami laserasi jalan lahir akan semakin besar mengalami perdarahan post partum. Hal ini sesuai dengan teori bahwa robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir harus selalu dievaluasi, yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum vagina, servik dan robekan uterus. Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan lahir dengan perdarahan yang bersifat arteril atau pecahnya pembuluh darah vena. Untuk dapat menetapkan sumber perdarahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan dalam atau speculum. Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan post partum. Robekan dapat terjadi bersama dengan atonia uteri. Perdarahan post partum dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina (Manauba, 2007). Hasil ini sesuai dengan penelitian Shane (2009), terdapat hubungan antara status robekan jalan lahir dengan perdrahan post partum karena robekan jalan lahir sebesar 29,3%. Bahwa laserasi jalan lahir terjadi karena partus presipatus,edema dan kerapuan pada perineum, bayi besar atau distosia bahu. Menurut asumsi peneliti ibu yang mengalami laserasi jalan lahir akan lebih besar mengalami perdarahan post partum karena terjadi robekan pada pembuluh darah yang disebabkan karena robekan vagina maupun selaput perineum sehingga terjadi perdarahan post partum.
41
Laserasi jalan lahir tidak terjadi apabila penyebab terjadinya laserasi jalan lahir seperti partus presipatus, edema dan kerapuan pada perineum, bayi besar atau distosia bahu tidak terjadi pada persalinan (Prawirohardjo, 2008).
5.4. Hubungan Plasenta Res dengan Terjadinya Perdarahan Post Partum Pada Ibu Bersalin di RSUD Deli Serdang Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang plasenta res mengalami perdarahan post partum sebesar 64,5%. Hasil uji statistik dan Uji Chi-Square didapat nilai prob (0,002) < α (0,005) maka secara statistik menunjukkan bahwa palsenta res berhubugan dengan terjadinya perdarahan post partum pada ibu bersalin. Mengacu hasil penelian tersebut menunjukkan bahwa ibu yang mengalami plasenta res akan semakin tinggi mengalami perdarahan post partum. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa plasenta res terjadi karena plasenta tidak lepas sempurna dan meninggalkan sisa, dapat berupa fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan. Retensio sisa plasenta disebabkan oleh plasenta tertanam terlalu dalam sampai lapisan miometrium uterus. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang (Prawiroharjo, 2008). Hasil ini sesuai dengan penelitian Cuningham (2009) terdapat hubungan antara
plasenta res dengan perdarahan post partum. Hal ini terjadi karena
tertinggalnya potongan-potongan plasenta seperti kotiledon dan selaput plasenta yang
42
menyebabkan terganggunya kontraksi uterus sehingga sinus-sinus darah tetap terbuka dan menimbulkan perdarahan post partum. Menurut asumsi peneliti bahwa plasenta res terjadi karena tertinggalnya sebagian plasenta maupun selaput plasenta disebabkan karena his yang kurang baik seperti atonia uteri, dan penaganan kala III yang salah, sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan post partum. Plasenta res tidak terjadi apabila plasenta lahir lengkap dan uterus berkontraksi baik, maupun penganan kala III yang benar (Winkjosastro, 2008).
43
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1.
Ada hubungan atonia uteri dengan terjadinya perdarahan post partum pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
2.
Ada hubungan retensio plasenta dengan terjadinya perdarahan post partum pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
3.
Ada hubungan laserasi jalan lahir dengan kejadian perdarahan post partum pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
4.
Ada hubungan plasenta res dengan terjadinya perdarahan post partum, pada ibu bersalin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
6.2. Saran 1.
Melihat masih tingginya kejadian perdarahan post partum maka perlu dilakukan penyuluhan secara intensif bagi ibu bersalin berupa pemahaman tentang faktor yang akan menyebabkan terjadinya peradarahan post partum
2.
Diharapkan kepada RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam agar dapat memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu bersalin terutama tentang faktor faktor yang menyebabkan terjadinya perdarahan post partum dan agar datanya lebih di lengkapi
3.
Disarankan bagi institusi pendidikan untuk lebih melengakapi bahan bacaan untuk menembah pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan patologi 43
44
kebidanan dan menambah referensi bagi pengembangan ilmu atau peneliti lebih lanjut. 4.
Diharapkan kepada calon ibu bersalin agar lebih rajin memeriksakan kehamilannya, mengikuti setiap anjuran dari tenaga kesehatan untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum, dan kepada tenaga kesehatan, diharapkan dapat memberikan informasi kepada calon ibu bersalin mengenai komplikasi yang terjadi pada kehamilan dan persalinan yang menyebabkan perdarahan post partum.