BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian Laba merupakan salah satu pertimbangan utama bagi para investor untuk
menanamkan dananya pada suatu perusahaan. Apabila perusahaan setiap tahun selalu memperoleh laba yang cukup besar serta mampu membagikan dividen setiap tahunnya kepada pemegang saham, maka perusahaan tersebut akan mampu menarik minat investor untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut. Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earning) di masa depan, yang ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kasnya (Wijayanti, 2006). Informasi mengenai kualitas laba dapat dilihat dari perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Hal ini didasari karena adanya peraturan yang lebih ketat dalam pengukuran laba fiskal. Menurut pengertian akuntansi konvensional dinyatakan bahwa laba akuntansi adalah perbedaan antara pendapatan yang dapat direalisir yang dihasilkan dari transaksi dalam suatu periode dengan biaya yang layak dibebankan (Muqodim 2005:111). Suwardjono (2005:455) mendefinisikan laba sebagai pendapatan dikurangi biaya merupakan pendefinisian secara struktural atau sintaktik karena laba tak didefinisi secara terpisah dari pengertian pendapatan dan biaya. Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah
1
2
laba yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya secara akrual. Pengertian laba menurut perpajakan adalah penghasilan kena pajak atau laba fiskal (taxable profit) atau rugi pajak (tax loss) adalah laba atau rugi selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan yang menjadi dasar perhitungan pajak penghasilan. Salah satu isu yang berkembang mengenai analisis peraturan perpajakan yang menarik perhatian adalah book tax gap yaitu perbedaan antara pendapatan kena pajak menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dikarenakan peraturan akuntansi dan peraturan perpajakan memiliki tujuan yang berbeda. Perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal (book tax gap) dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba (Tang, 2006). Persistensi laba sering digunakan sebagai dasar pertimbangan kualitas laba karena persistensi laba merupakan komponen dari karakteristik kualitatif relevansi yaitu predictive value (Hanlon,2005). Penman (2001) dalam Leonardo (2007) menyatakan persistensi laba adalah laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang (expected future earnings) yang tercermin dari laba tahun berjalan (current earnings). Persistensi menunjukkan kesinambungan laba, sehingga persistensi laba dapat dilihat dengan pertumbuhan laba perusahaan. Dua pertumbuhan laba yang dapat digunakan sebagai proxy pertumbuhan laba yaitu ∆PTBI dan ∆NI (Martani dan Aulia, 2009) Besarnya perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal dianggap sebagai sinyal kualitas laba. Semakin besar perbedaan yang terjadi, semakin rendah kualitas laba yang artinya semakin rendah persistensinya. Terkait hal ini Hanlon (2005)
3
menyebutkan bahwa rendahnya persistensi laba perusahaan yang memiliki perbedaan laba akuntansi dan laba kena pajak kemungkinan disebabkan oleh banyaknya akrual dalam perusahaan. Akrual ini kemungkian dapat digunakan dalam melakukan manajemen laba. Perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal dapat memberikan informasi tentang management discretion dalam proses akrual (Wijayanti, 2006). Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri (manajer). Manajemen laba diukur dengan menggunakan proxy Discretionary Accrual (DA). Sedangkan yang dimaksud dengan Discretionary Accrual adalah komponen akrual yang berada dalam kebijakan manajer, artinya manajer memberi intervensinya dalam proses pelaporan akuntansi. Manajemen laba yang dilakukan perusahaan dapat dilakukan dengan memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi dan pemilihan metode akuntansi. SAK mengizinkan manajemen untuk melakukan judgement terhadap estimasi akuntansi, seperti estimasi piutang tak tertagih, masa manfaat aktiva tetap dan nilai sisa dari aktiva tetap tersebut serta kurun waktu amortisasi aktiva tak berwujud. Sedangkan dalam peraturan perpajakan, estimasi piutang tak tertagih tidak diizinkan sebagai pengurang pendapatan dalam menghitung laba fiskal. Peraturan perpajakan juga sudah mengatur masa manfaat aktiva tetap dan aktiva tak
berwujud
serta
tarif
penyusutannya
pengelompokan aktiva tersebut.
yang
dibedakan
berdasarkan
4
Pilihan metode akuntansi yang ditawarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) juga lebih banyak dari pada yang ditawarkan oleh peraturan perpajakan. Sebagai contoh, manajemen dapat mengukur persediaan berdasarkan historical cost, replacement cost atau COMWIL (Cost Or Market Whichever Is Lower). Sedangkan peraturan perpajakan hanya memperkenankan pengukuran persediaan berdasarkan historical cost. Selain itu metode penilaian yang diizinkan SAK terdiri dari FIFO, average, identifikasi khusus, dan metode biaya eceran. Sedangkan peraturan perpajakan hanya memperkenankan FIFO dan average. PSAK No. 17 terdapat alternatif bagi manajemen untuk mengukur penyusutan aktiva tetap berdasarkan waktu, yaitu metode garis lurus (straight-line method), metode pembebanan menurun yang terdiri dari: metode jumlah angka tahun (sum of the year digit method) dan metode saldo menurun/ saldo menurun ganda (declining/double declining balance method), berdasarkan penggunaan, yaitu metode jam jasa (service hours method) dan metode jumlah unit produksi (productive output method), berdasarkan kriteria lainnya, yaitu metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite method), metode anuitas (annuity method) dan sistem persediaan (inventory system). Sedangkan peraturan perpajakan hanya memperkenankan garis lurus (straight line method) dan saldo menurun (declining method). Dari beberapa contoh di atas sangatlah jelas bahwa peraturan perpajakan lebih ketat dalam menghitung besarnya laba fiskal. Untuk melihat indikasi manajemen laba dapat dilakukan dengan melihat terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal. Penelitian ini tidak hanya memfokuskan terhadap
5
perbedaan temporer, hal ini di karenakan perbedaan permanen juga dapat mempengaruhi besarnya book tax gap (Plesko dan Manzon, 2002) dalam Leonardo (2007) Hasil penelitian Jackson (2009) menyimpulkan bahwa beda temporer mempunyai hubungan negatif terhadap pertumbuhan laba sebelum pajak, sementara perbedaan permanen mempunyai hubungan positif hanya terhadap pertumbuhan laba karena keduanya mempunyai hubungan terhadap perubahan beban pajak. Hasil penelitian Martani dan Aulia (2009) menyimpulkan bahwa perbedaan temporer menujukan nilai yang signifikan terhadap model ∆PTBI maupun model ∆NI. Hasil penelitian Hanlon (2005) menyimpulkan bahwa hanya perusahaan dengan Large Negative Book-Tax Differences yang signifikan secara statistik memiliki persistensi laba akuntansi yang lebih rendah dari perusahaan dengan Small Book-Tax Differences. Large Negative Book Tax Differences timbul dari perbedaan temporer sehingga, dapat di simpulkan bahwa perbedaan temporer berpengaruh terhadap persistensi laba. Hasil penelitian Wijayanti (2006) menyimpulkan bahwa perusahaan dengan Large Positive/Negative Book-Tax Differences signifikan secara statistik memiliki persistensi laba akuntansi yang lebih rendah dari perusahaan dengan Small Book-Tax Differences. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa perbedaan temporer berpengaruh terhadap persistensi laba. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian ini berjudul “Pengaruh Book Tax Gap Terhadap Persistensi Laba Studi Empiris Pada
6
Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010”
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Apakah Perbedaan Temporer dan Perbedaan Permanen (Book Tax Gap) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Perubahan Net Income?. 2. Apakah Perbedaan Temporer berpengaruh terhadap Perubahan Net Income?. 3. Apakah Perbedaan Permanen berpengaruh terhadap Perubahan Net Income?.
C.
Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mendapatkan bukti empiris: 1. Pengaruh Perbedaan Temporer dan Perbedaan Permanent secara bersama-sama terhadap Perubahan Net Income. 2. Pengaruh Perbedaan Temporer terhadap Perubahan Net Income. 3. Pengaruh Perbedaan Permanent terhadap Perubahan Net Income.
7
D.
Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, antara lain: 1.
Bagi peneliti Untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang telah didapat dari perkuliahan mengenai pengaruh book-tax gap terhadap persistensi laba.
2.
Bagi manajemen Temuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada manajemen dalam meningkatkan persepsi positif para pengguna laporan keuangan terhadap kualitas laba akuntansi yang dilaporkan melalui pengelolaan perbedaan temporer dan permanen.
3.
Bagi investor Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu cara bagi para investor dalam menilai kualitas laba yang dilaporkan perusahaan, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi dan penelitian ini dapat membuka wawasan mengenai faktor-faktor yang membentuk Book Tax Gap dan kemudian untuk dianalisa dampaknya dimasa depan terutama mengenai pengaruhnya terhadap persistensi laba.
8
4.
Bagi fiskus Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam melakukan pemeriksaan pajak.
5.
Bagi akademisi Penelitian ini dapat dijadikan tambahan pemahaman bahwa perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal dapat digunakan untuk menilai kualitas laba.