BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Seorang investor bersedia menanamkan dananya di suatu investasi jika investasi itu dianggap menguntungkan. Salah satu pilihan investasi yang menguntungkan yaitu perdagangan saham di pasar modal. Pasar modal Indonesia menjadi primadona karena memberikan imbal hasil yang cukup besar yakni sekitar 20% sampai dengan 30% pada tahun 2011 (Ramelan, 2011). Investor yang rasional tentunya memperhatikan resiko dan imbal hasil yang sesuai dengan menggunakan informasi relevan untuk melakukan transaksi perdagangan di pasar modal. Informasi yang relevan bisa berasal dari informasi publikasi dan informasi pribadi. Informasi publikasi dapat dikategorikan menjadi dua. Pertama, informasi publikasi internal perusahaan seperti merger, akuisis, pembagian dividen, stock split dan sebagainya terkait tindakan perusahaan. Kedua, informasi publikasi eksternal perusahaan seperti perubahan kebijakan ekonomi, sosial politik dan berkaitan dengan keamanan atau bencana. Informasi pribadi adalah informasi yang berasal dari dalam perusahaan yang belum dipublikasikan oleh emiten atau sering disebut insider information (Tandelilin, 2010). Salah satu informasi publikasi ekternal yang dapat digunakan investor untuk pengambilan keputusan investasi di pasar modal adalah pengumuman BI rate. BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance
1
kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Kebijakan ini bertujuan mempengaruhi perekonomian untuk mencapai tingkat inflasi yang dikehendaki. Mekanisme bekerjanya perubahan BI rate sampai mempengaruhi inflasi disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter. Namun, transmisi ini sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag) karena melalui interaksi antara bank sentral, perbankan, sektor keuangan, serta sektor riil. Kebijakan perubahan BI rate mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. BI rate sebagai acuan dalam operasi moneter mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku bunga SBI 1 bulan hasil lelang OPT (Operasi Pasar Terbuka) berada di sekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga SBI 1 bulan tersebut diharapkan mempengaruhi suku bunga pasar uang antara bank, suku bunga deposito, dan kredit serta suku bunga jangka panjang. Apabila aktifitas perekonomian lesu, Bank Indonesia menggunakan kebijakan moneter ekspansif melalui penurunan BI rate untuk mendorong aktifitas ekonomi. Penurunan BI rate akan menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi naik, Bank Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI rate untuk memperlambat aktifitas perekonomian yang terlalu cepat guna mengurangi tekanan inflasi.
2
Tingkat bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif terhadap harga saham. Ketika tingkat suku bunga naik, investor memindahkan dananya dari pasar modal ke tabungan atau deposito karena deposito menawarkan resiko yang lebih rendah (Tandelilin, 2010: 343). Kenaikan suku bunga juga akan menurunkan harga aset seperti saham dan obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu atau perusahaan yang pada gilirannya akan mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan investasi. Perubahan BI rate berkaitan dengan fluktuasi yang terjadi di pasar modal. Indikasi keterkaitan tersebut tampak pada gambar 1.1. Pergerakan yang terjadi secara grafis menunjukkan arah yang berlawanan, dimana pengumuman kebijakan moneter ekspansi yaitu BI rate turun akan diikuti dengan penguatan indeks harga saham. Sebaliknya, saat pengumuman kebijakan moneter yang bersifat kontraktif yaitu BI rate naik akan diikuti dengan pelemahan indeks harga saham. Gambar 1.1 Perkembangan BI Rate dan IHSG Bursa Efek Indonesia Periode Januari 2007 s/d 9 Februari 2012 4500
10.00%
Kebijakan Kontraktif
4000
9.00%
3500
8.00% 7.00%
3000
6.00%
2500
5.00%
2000
4.00%
1500
Kebijakan Ekspansif
3.00%
IHSG
01/01/2012
01/09/2011
01/05/2011
01/01/2011
01/09/2010
01/05/2010
01/01/2010
01/09/2009
01/05/2009
01/01/2009
01/09/2008
01/05/2008
0.00%
01/01/2008
0
01/09/2007
1.00%
01/05/2007
2.00%
500
01/01/2007
1000
BI Rate
3
Salah satu saham yang menarik investor untuk dimiliki adalah sahamsaham perusahaan properti dan konstruksi. Sektor properti Indonesia sedang mengalami perkembangan positif yang dimulai dari akhir tahun 2011 dan selama tahun 2012 (Rizali, 2013). Pada awal tahun 2013 pergerakan saham properti sudah mencapai 9,38 % (Utama, 2012). Berdasarkan catatan PT Bursa Efek Indonesia, saham-saham properti mencetak gain 39,32% hanya dalam kurun waktu Januari hingga 2 April 2013. Sektor properti memimpin top gainer, diikuti oleh sektor keuangan dan sektor perdagangan yang masing-masing mencetak keuntungan 19,9% dan 19,75% selama periode tersebut (Kusuma, 2013).
Kebutuhan papan ini tergolong tinggi. Jumlah penduduk indonesia tahun 2011 menurut data BPS lebih kurang 241 juta dengan angka pertumbuhan penduduk 1,3% per tahun dan jumlah rata-rata orang per Kepala Keluarga lebih kurang 4,3 juta jiwa. Dengan demikian bisa diperkirakan setiap tahun dibutuhkan sekitar 729 ribu unit rumah untuk mengakomodasi pertumbuhan penduduk Indonesia yang pesat (Satria, 2012). Kebutuhan gedung perkantoran juga mengalami peningkatan. Sebagai contoh di Jakarta pertumbuhan gedung pencakar langit di wilayah DKI Jakarta mencapai 87,5% hanya dalam jangka waktu 3 tahun, tepatnya dalam periode 2009-2012 (Sitorus, 2012). Peluang permintaan papan yang tinggi ini juga direspon oleh perbankan BUMN seperti BRI, Mandiri, dan BNI mulai memasuki bisnis pembiayaan perumahan selain menguntungkan bagi perbankan itu sendiri juga memberikan fasilitas KPR pada masyarakat.
4
Tingkat
kebutuhan
pembangunan
perumahan,
apartemen,
gedung
perkantoran masih tinggi menandakan bahwa emiten properti dan konstruksi masih mempunyai kesempatan untuk berkembang. Saham properti dan konstruksi dinilai cenderung aman dan menguntungkan sehingga reksadana seperti portofolio saham yang dikelola sucorinvest asset management mengincar saham properti sebagai investasi pengelolaan dana nasabah mereka (Hermawan, 2012). Perkembangan sektor properti dipengaruhi antara lain oleh ekspektasi dan spekulasi baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Menurut Wuryandani (2005) siklus properti ditentukan oleh hubungan dinamis antara properti komersial, kredit bank dan makro ekonomi, dimana harga properti merupakan variable autonomous yang menimbulkan ekspansi kredit dibandingkan sebaliknya dimana kredit perbankan mempengaruhi harga properti. Secara sektoral, perubahan BI rate juga erat dengan fluktuasi harga saham perusahaan sektor properti dan konstruksi. Sektor properti dan perbankan dinilai sensitif terhadap perkembangan ekonomi makro seperti perubahan tingkat suku bunga acuan BI rate (Rohim, 2008). Hal ini terjadi karena kegiatan usaha sektor properti menggunakan suku bunga sebagai variabel operasionalnya, baik dari sisi biaya modal dan sisi pendapatan. Sebagai contoh bila suku bunga naik, maka perbankan akan menyesuaikan tingkat bunga kredit, tak terkecuali suku bunga KPR pun ikut naik. Alhasil, sektor riil mengalami kelesuan harga naik lantaran inflasi, biaya modal meningkat, permintaan akan kepemilikan rumah, apartemen gedung perkantoran dan bangunan lain menurun karena daya beli masyarakat turun.
5
Indikasi keterkaitan tersebut tampak pada gambar 1.2 dibawah ini. Seperti halnya IHSG, indeks harga saham perusahaan sektor properti dan konstruksi secara grafis juga menunjukkan pergerakan yang berlawanan. Gambar 1.2 Perkembangan BI Rate dan Indek Sektor Properti dan Konstruksi di Bursa Efek Indonesia Periode 1 Januari 2007 s/d 9 Februari 2012 600
10.00% 9.00% 8.00% 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00%
500 400 300 200 100 01/01/2007 01/04/2007 01/07/2007 01/10/2007 01/01/2008 01/04/2008 01/07/2008 01/10/2008 01/01/2009 01/04/2009 01/07/2009 01/10/2009 01/01/2010 01/04/2010 01/07/2010 01/10/2010 01/01/2011 01/04/2011 01/07/2011 01/10/2011 01/01/2012
0
Indeks Sektor Properti & Kontruksi
BI Rate
Berdasarkan kondisi diatas, peneliti berupaya melakukan penelitian studi peristiwa mengenai kaitan antara perubahan harga saham sektor properti dan konstruksi di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan peristiwa pengumuman perubahan BI rate selama periode Januari 2011 sampai dengan Juli 2013. Penelitian ini mencoba menguji kekuatan informasi dan menguji hipotesis pasar setengah kuat dari suatu peristiwa ekonomi terhadap aktivitas di bursa efek terutama sektor properti dan konstruksi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan Latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
6
Apakah terdapat pengaruh pengumuman perubahan BI rate terhadap return saham sektor properti dan konstruksi selama periode penelitian (Januari 2011 sampai dengan Juli 2013) ? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk menguji reaksi harga saham sektor properti dan konstruksi dengan adanya peristiwa pengumuman perubahan BI Rate oleh Bank Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menjadi bahan referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya serta perluasan teori dan penelitian terdahulu mengenai studi peristiwa yang diimplementasikan untuk mengetahui reaksi pasar modal terhadap peristiwa ekonomi. 2. Bagi praktisi, emiten, investor diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan dalam pengambilan keputusan pada saat berinvestasi di pasar modal ketika terjadi peristiwa ekonomi.
1.5 Sistematika Penulisan Dalam penyusunan tesis ini, diuraikan bab demi bab yang berurutan guna mempermudah pembahasannya yaitu: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan dan tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini berisi penjelasan tentang konsep dan teori yang relevan. Teori dan konsep yang dibahasa antara lain: hipotesis pasar efisien, studi peristiwa, return realisasi, return ekspekasian, abnormal return, penelitianpenelitian terdahulu dan hipotesis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini membahas tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian, meliputi ruang lingkup dan batasan penelitian, data-data yang digunakan dan sumber memperolehnya, pengambilan sampel, penentuan tanggal event, periode pengamatan dan metode analisis.
BAB IV: ANALISA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini muat hasil penelitian dan pembahasan yang sifatnya terpadu. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk daftar (tabel), grafik, gambar , atau bentuk lain, dan ditempatkan dekat dengan pembahasan. Pembahasan berisi tentang hasil yang diperoleh dan membahas kebenaran hipotesis yang telah diajukan.
BAB V PENUTUP Pada bab ini memuat kesimpulan secara menyeluruh dari hasil pengolahan dan hasil analisa data, sehingga dapat dijadikan pedoman dalam memberikan saran-saran yang mungkin dapat dilakukan untuk perbaikan terhadap penelitian selanjutnya.
8