BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset yang dimilikinya. Investor dapat melakukan investasi pada beragam aset finansial, salah satunya adalah obligasi. Salah satu jenis obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia adalah Surat Utang Negara. Sesuai dengan Pasal 1 UndangUndang Nomor 24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara definisi Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.
Surat Utang Negara terdiri atas Surat Perbendaharaan Negara dan Obligasi Negara. Obligasi Negara sendiri adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia yang berjangka waktu lebih dari dua belas bulan dengan kupon dan atau dengan pembayaran secara diskonto. Sedangkan berdasarkan suku bunga obligasi yang lebih dikenal dengan istilah kupon, obligasi dapat dikelompokkan antara lain, (1) obligasi dengan kupon tetap (fixed rated bond) yaitu obligasi yang mempunyai tingkat bunga tetap sampai dengan jatuh tempo, dalam pengelolaan obligasi negara bunga atau kupon dibayarkan semi annual pada tanggal tertentu pada bulan yang telah
1
2
ditentukan, (2) Obligasi dengan tingkat bunga mengambang yaitu kupon obligasi ditentukan tingkat bunga tertentu dan berubah-ubah dari waktu ke waktu, (3) Zero coupon bond yaitu obligasi yang tidak membayar kupon (bunga) sampai dengan jatuh tempo.
Sebagai pembiayaan defisit APBN, penerbitan Surat Utang Negara (SUN) memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Penerbitan SUN juga dapat mengurangi ketergantungan pada pembiayaan luar negeri yang sangat rentan terhadap fluktuasi nilai tukar.
Penerbitan Surat Utang Negara juga ditujukan sebagai instrumen fiskal, instrumen investasi, dan instrumen pasar keuangan. Sebagai instrumen fiskal, SUN diharapkan dapat menggali potensi sumber pembiayaan APBN yang lebih besar dari investor pasar modal. Sebagai Instrumen Investasi penerbitan SUN diharapkan dapat menyediakan alternatif investasi yang relatif bebas risiko gagal bayar dan memberikan peluang bagi investor dan pelaku pasar untuk melakukan diversifikasi portofolionya guna memperkecil risiko investasi. Hal itu sesuai dengan pendapat Faerber (2000) yang menyatakan bahwa investor lebih memilih berinvestasi pada obligasi dibanding saham karena dua alasan, yaitu (1) volalitas saham lebih tinggi dibandingkan obligasi, sehingga mengurangi daya tarik investasi pada saham, dan (2) obligasi menawarkan tingkat pengembalian yang positif dengan pendapatan tetap (fixed income) sehingga obligasi lebih memberikan jaminan daripada saham. Sedang sebagai Instrumen Pasar Keuangan, SUN diharapkan dapat memperkuat stabilitas sistem keuangan dan dapat
3
dijadikan acuan (benchmark rate) bagi penentuan nilai instrumen keuangan lainnya.
Sebagaimana diketahui dalam pengelolaan portofolio obligasi, yield (imbal hasil) merupakan faktor penting sebagai bahan pertimbangan investor dalam berinvestasi di obligasi. Dalam investasi obligasi yield itu sendiri merupakan angka yang menunjukkan tingkat imbal hasil atau keuntungan yang diperoleh investor dari obligasi dan keuntungan atas investasi obligasi tersebut yang dinyatakan dalam persentase. Dalam kaitannya dengan kegiatan di pasar keuangan, peranan yield dari surat utang negara sangat strategis. Artinya tingkat keuntungan (yield) dari surat utang negara, sebagai instrumen keuangan yang bebas resiko, dipergunakan oleh para pelaku pasar sebagai acuan atau referensi dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi pada obligasi tersebut.
Salah indikator yang diperhatikan ketika berinvestasi pada obligasi adalah yield to maturity. Yield to maturity adalah imbal hasil yang bisa diberikan sebuah obligasi dengan asumsi bahwa investor akan tetap memegang obligasi itu hingga saat jatuh tempo. Konsep yield to maturity lebih laku digunakan investor karena konsep yield to maturity menggambarkan yield obligasi secara lengkap. Selain dari bunga obligasi, yield to maturity juga menghitung potensi keuntungan atau kerugian dari pergerakan harga obligasi.
Dan dalam perkembangannya di pasar obligasi, ada beberapa variabel terkait indikator makro ekonomi diantaranya nilai tukar rupiah terhadap USD, BI rate dan tingkat inflasi di Indonesia yang disinyalir dapat memberikan dampak
4
pada investasi surat-surat berharga seperti Obligasi Negara yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi fluktuasi nilai yield to maturity suatu obligasi, khususnya obligasi negara seri Fixed Rate. Dan terhadap variabel-variabel tersebut perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu, apakah semua faktor tersebut dapat secara bersamaan mempengaruhi yield to maturity obligasi negara seri fixed rate atau hanya beberapa saja yang dapat mempengaruhi.
Menurut Suad Husnan (2005) karena kondisi pasar merefleksikan kondisi ekonomi, maka perubahan kondisi ekonomi tentunya akan tercermin pada kondisi pasar. Sebagian besar investor sangat memperhatikan pergerakan suku bunga, namun tidak banyak pemegang obligasi melakukan hal yang sama. Suku bunga atau lebih dikenal dengan Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate) merupakan faktor penting dalam penilaian obligasi. Jika kita berminat untuk berinvestasi di obligasi atau anda adalah seorang manajer investasi, maka selayaknya kita mengetahui bagaimana trend pergerakan suku bunga dalam horison waktu tertentu. Kenaikan suku bunga dalam jangka panjang maka akan meningkatkan imbal hasil atau yield obligasi yang mempunyai jatuh tempo panjang dan sebaliknya.Terkait dengan hal tersebut kondisi perekonomian Indonesia selama tahun 2005 sampai dengan 2009 mempunyai pengaruh terhadap iklim investasi khususnya obligasi. Perubahan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) yang terjadi selama periode 2005 sampai 2009 turut memberikan dampak terhadap investasi obligasi karena BI rate merupakan suku bunga umum yang berlaku dan menjadi acuan bagi Pemerintah dalam perhitungan yield dan kupon obligasi negara.
5
Begitu pula dengan tingkat inflasi, fenomena inflasi sudah menjadi barang yang biasa dikonsumsi komunitas diluar lingkup pasar modal dan pasar keuangan. Meningkatnya ekspektasi terhadap inflasi akan meningkatkan suku bunga nominal. Sebagaimana diutarakan oleh Fahmi (2006) inflasi berhubungan dengan suku bunga, sehingga apabila kondisi perekonomian di Indonesia sedang mengalami tekanan mengharuskan bank sentral mengambil suatu tindakan terkait kebijakan moneter seperti menaikkan suku bunga, terkait dengan melonjaknya tingkat inflasi, hal ini bisa saja mempengaruhi iklim investasi di indonesia.
Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS atau kurs valas (dollar AS) juga dimungkinkan mempunyai hubungan dengan kondisi pasar modal dan investasi karena terkait aliran dana masuk (capital inflow) melalui beberapa jenis instrumen seperti saham, obligasi dan sertifikat Bank Indonesia. Pengaruh dari kondisi nilai tukar rupiah baik apresiasi maupun depresiasi relatif terhadap dollar AS turut menjadi bahan pertimbangan bagi para investor untuk melakukan investasi di Indonesia, sebab selain faktor global, sambungnya, kondisi fundamental ekonomi nasional yang cukup bagus, mulai dari perbaikan persepsi resiko dan imbal hasil yang baik (yield) atas investasi dapat menarik minat investor.
Penulis menfokuskan penelitian ini yaitu untuk melakukan analisis dan pembahasannya apakah variabel-variabel ekonomi sebagaimana tersebut di atas seperti perubahan kurs, tingkat suku bunga BI rate dan tingkat inflasi dapat mempengaruhi fluktuasi yield to maturity terhadap obligasi negara seri fixed rate
6
dengan tenor 10 tahun yang listing di BEI (Bursa Efek Indonesia) selama periode bulan November 2005 sampai dengan Desember 2009 di Indonesia.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas penulis melakukan penelitian dengan judul ” Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga Acuan Bank Indonesia (BI rate), Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah/US$ Terhadap Yield to Maturity Obligasi Negara Seri Fixed Rate Dengan Tenor 10 Tahun Pada Periode November 2005-Desember 2009. ”
1.2. Perumusan Masalah
1. Apakah perubahan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) mempunyai pengaruh terhadap yield to maturity Obligasi Negara seri fixed rate dengan tenor 10 tahun pada periode November 2005 sampai dengan Desember 2009. 2. Apakah
perubahan
tingkat
inflasi
pada
perekonomian
Indonesia
mempunyai pengaruh terhadap yield to maturity Obligasi Negara seri fixed rate dengan tenor 10 tahun pada periode November 2005 sampai dengan Desember 2009. 3. Apakah perubahan kurs (nilai tukar rupiah terhadap dollar AS) mempunyai pengaruh terhadap yield to maturity Obligasi Negara seri fixed rate dengan tenor 10 tahun pada periode November 2005 sampai dengan Desember 2009. 4. Apakah variabel-variabel seperti perubahan kurs (nilai tukar rupiah terhadap dollar AS), tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia dan tingkat
7
Inflasi berpengaruh secara (bersama-sama) simultan terhadap yield to maturity Obligasi Negara seri fixed rate dengan tenor 10 tahun pada periode November 2005 sampai dengan Desember 2009.
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini ruang lingkup pembahasan dibatasi pada variabelvariabel ekonomi seperti perubahan kurs (nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS), tingkat bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) dan tingkat inflasi beserta pengaruhnya terhadap yield to maturity obligasi negara seri fixed rate dengan tenor 10 tahun. Pengujian dilakukan atas data historis bulanan pada periode November 2005 sampai dengan Desember 2009.
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh antara variabel-variabel ekonomi seperti perubahan kurs (nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS), tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) dan tingkat inflasi terhadap yield to maturity obligasi negara seri fixed rate dengan tenor 10 tahun pada periode November 2005 sampai dengan Desember 2009. 2. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para investor dalam berinvestasi pada obligasi khususnya obligasi negara harus memperhatikan variabel ekonomi kurs (nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS), tingkat suku bunga BI rate dan tingkat inflasi.
8
3. Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dan penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian sebelumnya mengenai variabel-variabel ekonomi yang mempengaruhi yield to maturity obligasi negara.