BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai bagi para pemegang
saham, dimana untuk mendapatkan nilai tersebut harus dipastikan bahwa perusahaan beroperasi secara maksimal. Agar dapat beroperasi secara maksimal, maka perusahaan harus memastikan tersedianya modal yang cukup dalam pembiayaan kegiatan operasionalnya. Modal yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari disebut modal kerja dan akan selalu berputar selama kegiatan operasional perusahaan berlangsung. Modal kerja akan dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk menjamin berlangsungnya kegiatan operasinya. Modal kerja digunakan untuk mendapatkan barang yang akan digunakan dalam proses produksi, seperti bahan mentah, bahan pembantu, membayar upah buruh, gaji karyawan dan sebaginya dengan harapan melalui penjualan perusahaan akan dapat memperoleh kembali dana yang telah dikeluarkan. Setelah dana tersebut diterima maka akan dipergunakan kembali oleh perusahaan untuk membiayai kegiatan berikutnya. Namun demikian, tidak jarang modal kerja diabaikan, karena dianggap hanya melibatkan kegiatan investasi dan pembiayaan dalam jangka pendek. Selain itu modal kerja dianggap tidak berkontribusi terhadap return on equity (Stanger, 2001 dikutip
1
2 dari Zariyawati, 2009), dimana bagi para pemegang saham sangatlah penting untuk mendapatkan kembali keuntungan yang telah diinvestasikannya. Beberapa tahun belakangan, terjadi peningkatan perhatian atas modal kerja. Modal kerja yang dikelola secara baik akan menghasilkan kas dan membantu meningkatkan laba dan menurunkan resiko (Lyroudi dan Lazaridis, 2000). Shin dan Soenen (1998) mengatakan bahwa “,,, efficient working capital management is an integral part of overall corporate strategy to create shareholder value”. Pengelolaan modal kerja berkaitan dengan kebijakan penentuan berapa besarnya jumlah aktiva lancar yang dibutuhkan dan bagaimana cara pendanannya. Sartoris dan Hill (1983, dikutip dari Siswanto, 2001) mengatakan bahwa manajemen modal kerja meliputi pengelolaan likuiditas yang kemudian melibatkan pengelolaan investasi perusahaan pada aktiva lancar dan pemanfaatan pasiva lancar. Aktiva lancar meliputi kas, surat berharga, piutang dagang, dan persediaan. Sementara pasiva lancar meliputi hutang dagang. Salah satu pandangan dalam mengukur manajemen modal kerja adalah dengan fokus kepada pengukuran likuiditas, seperti dengan menggunakan current ratio dan quick ratio. Namun kedua rasio tersebut statis dan ketepatannya untuk analisa likuiditas dipertanyakan (Largay-Stickney, 1980; Aziz-Lawson, 1990). Selain itu terdapat kekurangan dari rasio tersebut, yaitu mereka menggabungkan aset yang tidak bisa dengan cepat dirubah menjadi kas. Hager (1976) memperkenalkan cash conversion cycle sebagai pengukuran likuiditas yang lebih dinamis. Pengukuran ini pun telah direkomendasikan oleh para
3 peneliti berikutnya. Cash Conversion Cycle (CCC) adalah jangka waktu antara pengeluaran uang kas untuk pembelian barang mentah hingga diterimanya kembali uang kas tersebut atas barang jadi yang terjual. Keunggulan cash conversion cycle adalah bisa digunakan untuk menilai perubahan perputaran modal dan dapat membantu untuk mengawasi dan mengendalikan komponennya (piutang, persediaan, dan hutang) (Schilling, 1996). Semakin rendah cash conversion cycle maka profitabilitas akan semakin baik. Hal ini menunjukkan semakin cepat kas mengendap pada aset lancar dan semakin sedikit pembiayaan eksternal. Tetapi semakin lama cash conversion cycle akan mengganggu profitabilitas karena semakin lama kas mengendap pada aset lancar berarti perusahaan memiliki likuiditas yang rendah yang akan mempengaruhi resiko perusahaan (Zariyawati, 2009). Namun cash conversion cycle yang semakin lama, yang disebabkan oleh kebijakan pemberian kredit yang loyal, akan mampu meningkatkan profitabilitas karena adanya peningkatan penjualan (Deloof, 2003). Perusahaan yang memiliki siklus operasi yang cepat akan membutuhkan modal yang dapat diterima dengan cepat untuk memastikan kegiatan operasi tidak terganggu. Modal kerja merupakan salah satu sumber modal yang dapat dengan cepat diperoleh perusahaan. Selain itu modal kerja juga dapat membantu perusahaan dalam menghadapi krisis keuangan. Pada krisis keuangan tahun 2009, perbankan memperketat kebijakan dalam pemberian kredit, terutama bagi indutri perumahan (property). Hal ini menyebabkan banyak perusahaan yang kesulitan untuk
4 memperoleh modal dari pihak luar sehingga harus mengandalkan modal dari dalam perusahaan. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai manajemen modal kerja dengan judul “Analisa Pengaruh Efisiensi Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Industri Manufaktur dan Property, Real Estate and Building Construction yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2009”.
1.2.
Rumusan Permasalahan Modal kerja merupakan investasi yang kurang menguntungkan, karena tidak
memberikan tambahan pendapatan (bunga) kepada perusahaan. Namun investasi pada modal kerja sangatlah penting karena akan memberikan dampak langsung terhadap kegiatan operasional perusahaan. Investasi pada modal kerja yang terlalu sedikit akan menyebabkan menurunnya penjualan yang diakibatkan dari menurunnya persediaan. Dan investasi pada modal kerja yang terlalu banyak akan menyebabkan uang (modal) berputar lamban karena mengendap pada aset lancar namun likuiditas perusahaan akan terjamin sehingga resiko perusahaan akan rendah. Manajemen aset lancar, atau manajemen modal kerja yang efisien adalah apabila mampu memaksimalkan profitabilitas perusahaan namun tetap tidak mengganggu likuiditas. Masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah: 1.
Adakah dan bagaimanakah hubungan antara manajemen modal kerja dengan profitabilitas perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?
5 2.
Adakah dampak dari industri suatu perusahaan terhadap hubungan antara manajemen modal kerja dengan profitabilitas perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?
1.3.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Mengetahui adanya dan bentuk hubungan antara manajemen modal kerja dengan profitabilitas perusahaan pada industri manufaktur dan Property, Real Estate and Building Construction yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
2.
Mengetahui adanya dampak dari industri suatu perusahaan terhadap hubungan antara manajemen modal kerja dan profitabilitas perusahaan pada industri manufaktur dan Property, Real Estate and Building Construction yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1.
Memahami bahwa setiap perusahaan memiliki tingkat modal kerja yang berbeda-beda sesuai dengan industri dan praktek manajemen perusahaan.
2.
Membantu perusahaan untuk mengetahui tingkat modal kerja yang menjadi tolok ukur pada industri masing-masing.
6 3.
Meyakinkan adanya hubungan antara manajemen modal kerja dengan profitabilitas suatu perusahaan yang diukur dengan return on asset perusahaan.
4.
Memberikan kontribusi pada kajian akademis di Indonesia mengenai manajemen modal kerja perusahaan
1.4.
Ruang Lingkup Thesis ini akan menjelaskan mengenai adanya dan bentuk hubungan antara
manajemen modal kerja dan pengaruhnya terhadap profitabilitas perusahaan. Penelitian ini akan didasarkan pada data laporan keuangan perusahaan indsutri manufaktur dan industri Property, Real Estate, and Building Construction tahun 2009 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.