1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah dunia pendidikan semakin penting untuk dikaji. Pendidikan merupakan unsur yang penting dalam pembangunan suatu negara. Pendidikan akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu dengan cara mempersiapkan peserta didik menjadi subyek yang semakin berperan dalam menampilkan kemandirian serta profesional dalam bidang masing-masing. Pendidikan juga merupakan usaha manusia dewasa terhadap yang belum dewasa dengan tujuan menggali potensi-potensi dasar baik fisik psikis, moral sosial maupun potensi keagamaan yang dimiliki secara kodrat oleh manusia sejak lahir. Hal ini berarti bahwa pendidikan adalah alat untuk memberikan rangsangan agar potensi manusia dapat berkembang sesuai dengan yang diharapkan dan manusia menjadi manusia yang sebenarnya. Tujuan pendidikan nasional bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional harus diwujudkan yaitu “untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan betaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (UUSPN No. 20, 2003: 17).
2
Bahwasanya setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam memperoleh pendidikan. Dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 Bab IV pasal 5 isinya sebagai berikut: 1. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. 2. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. 3. Warga negara di daerah terpencil/terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. 4. Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. 5. Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. UUSPN No. 20 Tahun 2003 bab IV bagian kesatu pasal 6 mengenai kewajiban warga negara yang isinya sebagai berikut: 1. Setiap warga negara berusia tujuh tahun sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar 2. Setiap warga negara bertanggungjawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan. Namun kenyataan yang ada, khususnya di Indonesia umat Islam justru dihadapkan
pada
masalah
kebodohan
dan
keterbelakangan
yang
mengakibatkan pada kesenjangan antara umat Islam dengan ajaran Islam itu sendiri. Hal ini disebabkan antara lain karena kemerosotan ekonomi yang semakin hari semakin memburuk, membuat negara Indonesia kurang stabil yang menyebabkan harga-harga naik termasuk biaya pendidikan dilihat dari segi operasional yang semakin hari semakin mahal. Maka dari sini penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti secara mendalam tentang “Sistem Belajar Mengajar di Pondok Pesantren Darus Salam Buduran, Kalikobok, Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen”.
3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang dapat di identifikasikan adalah sebagai berikut: 1. Masih kurangnya optimal sistem belajar khususnya di pondok pesantren. 2. Sistem pembelajaran yang kurang optimal menyebabkan prestasi anak kurang maksimal. 3. Tingkat pendidikan guru mempengaruhi cara melaksanakan proses belajar mengajar.
C. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi agar tidak terjadi penafsiran yang luas mengenai masalah yang akan dibahas, maka kami batasi pada masalah sistem belajar mengajar di pondok pesantren Darus Salam Buduran, Kalikobok, Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen .
D. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat memberikan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah sistem belajar mengajar di pondok pesantren Darus Salam Buduran, Kalikobok, Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen?.
4
E. Tujuan Penelitian
Yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem belajar mengajar di pondok pesantren Darus Salam Buduran, Kalikobok, Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis a. Untuk dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan pembaca. b. Untuk dasar pijakan penelitian berikutnya. 2. Manfaat praktis a. Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar. b. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat merubah system pembelajaran yang aktual.
5
c. Bagi lembaga pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi lembaga pendidikan
dalam
meningkatkan
pendidikan agama Islam.
kualitas
pendidikan
melalui
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Sistem Belajar Mengajar a. Pengertian Sistem Belajar Mengajar Pada
dasarnya
sistem
belajar
mengajar
adalah
suatu
pembelajaran atau kegiatan yang menunjukkan tentang adanya penguasaan sejumlah pengetahuan atau kecakapan tertentu. Winkel (1984 : 162) menyatakan bahwa “sistem belajar mengajar itu ditandai dengan perubahan tingkah laku yang disertai penguatan”. Morgan dalam Ngalim Purwanto (1990 : 14) menjelaskan bahwa sistem belajar mengajar adalah “setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil latihan dan pengalaman”. Kimbel dan Gagerham dalam Anton Sukarno (1994 : 13) menjelaskan bahwa “belajar itu 1) ditandai perubahan tingkah laku;
2) perubahan itu secara relative tetap; 3) perubahan itu
merupakan hasil dari pengalaman dan latihan; 4) latihan dan pengalaman itu diberi pengetahuan”. Wilherington dalam Ngalim Purwato (1990 : 84) menjelaskan bahwa sistem belajar mengajar adalah “suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai satu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap kebiasaan kepandaian atau pengertian”. Winkel (1991 : 25) 6
7
menyatakan “belajar
merupakan suatu
aktivitas mental
yang
berlangsung dalam interksi aktif dalam lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan sikpa yang secara relative konstan dan berbekas”. Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar terdiri dari beberapa elemen penting yang mencirikan belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang baik, tetapi ada juga kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan
atau
pengalaman dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar seperti perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar mengakibatkan berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun pisikis, seperti : perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, ketrampilan, kebiasaan maupun sikap. b. Jenis Sistem Belajar Mengajar 1. Jenis Keterhubungan Jenis pembelajaran yang secara sengaja diusahakan untuk menghbngkan satu konsep dengan konsep lainnya, satu topik dengan topik lain, di dalam satu bidang studi.
8
2. Jenis Laba-Laba Jenis ini menggunakan model tematik, pengembangan jenis ini dimulai dengan menentukan tema tertentu. Biasanya ditentukan dengan negosiasi dngan guru dan siswa. setelah tema ini disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang studi lain. Dari sub-sub belajar ini dikembangkan aktifitas belajar yang harus dilakukan siswa. 3. Jenis Keterpaduan Jenis ini menggunakan pendekatan antar bidang studi dengan menetapkan prioritas kurikulum dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih dalam beberapa bidang studi. c. Aspek-Aspek yang Menentukan dalam Pemantapan SBM 1. Aspek Stimuli Belajar Stimuli belajar yaitu segala hal di luar siswa yang merangsang siswa untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimuli mencakup material, penegasan, serta suasana lingkungan eksternal yang diterima atau dipelajari oleh siswa. Halhal yang berhubungan dengan factor-faktor stimuli belajar. Panjang/banyaknya bahan pelajaran. Semakin panjang baha pelajaran, semakin panjang pula waktu yang diperlukan untuk siswa mempelajarinya. Bahan yang terlalu panjang atau terlalu banyak dapat menyebabkan kesulitan siswa dalam belajar.
9
Kesulitan belajar siswa itu tidak semata-mata karena panjangnya waktu untuk belajar, melainkan lebih berhubungan dengan factor kelelahan
serta
kejemuan
siswa
dalam
menghadapi
atau
mengerjakan bahan yang banyak itu. Panjangnya waktu belajar dapat menimbulkan interferensi atas bagian materi dipelajari. Inteferensi adalah sebagai gangguan kesan ingatan akibat terjadinya pertukaran reproduksi antara kesan lama dengan kesan baru. Kedua kesan itu muncul bertukaran sehingga terjadi kesalahan maksud yang tidak disadari. Faktor suasana lingkungan eksternal mempengaruhi sikap dan reaksi siswa dalam aktivitas belajarnya, sebab siswa yang belajar adalah interaksi dengan lingkungannya. 2. Aspek Metode Belajar Metode belajar yang digunakan guru mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh siswa. Karena metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar. Kegiatan berlatih atau praktek dapat diberikan dalan dosis besar/dosis kecil. Berlatih dapat diberikan secara marathon (nonstop) atau secara terdistribusi dengan selingan waktu istirahat. Latihan secara marathon dapat melelahkan dan membosankan, sedangkan latihan terdistribusi menjamin terpeliharanya stamina dan kegairahan belajar.
10
Kegiatan bersifat abstrak misalnya menghafal/mengingat, maka overlearning sangat diperlukan. Overlearning itu dapat mengurangi kelupaan dalam mengingat ketrampilan yang pernah dipelajari, tetapi dalam sementara waktu tidak dipraktekkan. Overlearning yang terlalu lama menjadi kurang efektif bagi kegiatan praktek. Apalagi overlearning berlaku bagi latihan ketrampilan motorik seperti main piano atau menjahit, maka drill berlaku bagi kegiatan berlatih abstraksi misalnya berhitung. Kombinasi kegiatan membaca dengan resitasi sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca/untuk menghafalkan bahan pelajaran. Dalam praktek, setelah diadakan kegiatan membaca/penyajian materi, kemudian siswa berusaha untuk menghafalnya tanpa melihat bacaannya. Jika siswa telah menguasai suatu bagian, dapat melanjutkan kebagian selanjutnya. Resitasi lebih cocok diterapkan pada belajar membaca atau belajar hafalan. 3. Aspek Individual Faktor individualnya sangat besar pengaruhnya terhadap belajar siswa adapun factor individual. Kematangan terjadi akibat perubahan kuantitatif di dalam struktur jasmani yang dibarengi dengan perubahan kualitatif terhadp strukturnya. Kematangan memberikan kondisi fungsi fisiologis termasuk sistem saraf dan fungsi otak menjadi berkembang. Berkembangnya fungsi otak dan
11
fungsi saraf akan menumbuhkan kapsitas mental sisw dan mempengaruhi hasil belajarnya. Semakin tua usia semakin meningkat kematangan fungsi fisiologisnya. Siswa yang lebih tua adalah lebih kuat, lebih sabar, lebih sanggup melaksanakan tugas yang lebih berat, lebih mampu mengarahkan energi dan perhatiannya dalam waktu yang lebih lama, lebih memiliki koordinasi gerak kebiasaan kerja dan ingatan yang lebih baik dari pada siswa yang lebih muda. Faktor menunjukkan, bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antara pria dan wanita dalam hal intelegensi. Barang kali yang dapat membedakan antara pria dan wanita adalah peranan dan perhatiannya terhadap suatu pekerjaan, hal itu merupakan akibat dari pengaruh cultural. d. Perbedaan SBM, Metode dan Pendekatan 1. Sistem Belajar Mengajar Sistem belajar mengajar adalah “setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil latihan dan pengalaman”. Kimbel dan Gagerham dalam Anton Sukarno (1994 : 13) menjelaskan bahwa “belajar itu 1) ditandai perubahan tingkah laku; 2) perubahan itu secara relative tetap; 3) perubahan itu merupakan hasil dari pengalaman dan latihan; 4) latihan dan pengalaman itu diberi pengetahuan”. Wilherington dalam Ngalim Purwato (1990 : 84) menjelaskan
12
bahwa sistem belajar mengajar adalah “suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai satu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap kebiasaan kepandaian atau pengertian”. 2. Metode Belajar Mengajar Metode yang digunakan dalam pembelajaran yaitu antara lain : a. Metode
demonstrasi,
/mempraktikkan
materi
siswa pelajaran
mendemonstrasikan agama
islam
dalam
pembelajarannya. b. Metode pemberian tugas, siswa melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru antara lain baca tulis al-qur’an, menghafal surat-surat pendek al-qur’an. c. Metode tanya jawab, siswa dan guru melakukan Tanya jawab terhadap materi pelajaran sehingga dengan bertanya jawab guru dapat mengetahui seberapa kemampuan dan kesulitan siswa. d. Metode diskusi, siswa dengan guru berdiskusi jika terdapat kesulitan dalam pembelajaran sehingga kesulitan dapat teratasi. e. Metode
kerja
kelompok,
guru
dalam
melaksanakan
pembelajaran siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mempermudah sistem belajar siswa dengan bekerja sama dengan teman kelompoknya. Wilherington dalam Ngalim Purwato (1990 : 86)
13
3. Pendekatan Belajar Mengajar Ada beberapa pendekatan yang biasanya digunakan dalam proses
belajar
mengajar,
pendekatan
pembelajaran
yaitu
pendekatan urutan belajar yang bersifat perkembangan yaitu suatu pembelajaran yang menekankan pada pengukuran kesiapan belajar siswa, penyediaan pengalaman dasar dan ketrampilan prasyarat. Pendekatan ini banyak dipengaruhi teori perkembangan kognitif piaget. Maka guru harus menyesuaikan bahan pembelajaran dengan tanggap perkembangan anak. Teori ini menjelaskan perlunya pengajaran dimulai dari benda atau peristiwa konkrit, menuju ke semi konkrit baru akhirnya ke abstrak. Kimbel dan Gagerham dalam Anton Sukarno (1994 : 15) 2. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren Kata pondok berasal dari funduq (bahasa Arab) yang artinya ruang tidur, asrama atau wisma sederhana, karena pondok memang sebagai tempat penampungan sederhana dari para pelajar/santri yang jauh dari tempat asalnya (Zamahsyari Dhofir, 1982: 18). Menurut Manfred dalam Ziemek (1986) kata pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran -an yang berarti menunjukkan tempat, maka artinya adalah tempat para santri. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata sant (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat
14
pendidikan manusia baik-baik. Sedangkan menurut Geertz pengertian pesantren diturunkan dari bahasa India Shastri yang berarti ilmuwan Hindu yang pandai menulis, maksudnya pesantren adalah tempat bagi orang-orang yang pandai membaca dan menulis. Dia menganggap bahwa pesantren dimodifikasi dari para Hindu (Wahjoetomo, 1997: 70). Dalam buku Pola Pembelajaran di Pesantren (Depag, 2003: 4-5), disebutkan istilah pesantren berasal dari India, karena adanya persamaan bentuk antara pendidikan pesantren dan pendidikan milik Hindu dan Budha di India ini dapat dilihat juga pada beberapa unsur yang tidak dijumpai pada sistem pendidikan Islam yang asli di Mekkah. Unsur tersebut antara lain seluruh sistem pendidikannya berisi murni nilai-nilai agama, kiai tidak mendapatkan gaji, penghormatan yang tinggi kapada guru serta letak pesantren yang didirikan di luar kota. Data ini oleh sebagian penulis sejarah pesantren dijadikan sebagai alasan untuk membuktikan asal-usul pesantren adalah karena pengaruh dari India. Terlepas dari pebedaan istilah pesantren tersebut, karena yang dimaksudkan dengan istilah pesantren dalam pembahasan ini adalah sebuah lembaga pendidikan dan pengembangan Islam, dalam pengembangannya di Jawa telah dirintis oleh wali songgo. Di antaranya syekh Maulana Malik Ibrahim (w 8 April 1419 H) dan
15
dikembangkan oleh muridnya Raden Rahmad (sunan Ampel) (Wahjoetomo, 1997: 70). Di antara komponen-komonen yang terdapat pada sebuah pesantren adalah; (1) pondok (asrama santri), (2) masjid, (3) santri, (4) pengajaran kitab-kitab klasik/kitab kuning, (5) kiai dan ustadz (6) madrasah/sekolah (Depag, 2003: 8) serta (7) sistem tata nilai (salaf/ tradisional-khalaf/modern)
sebagai
ruh
setiap
pesantren.
Pada
pesantren-pesantren tertentu terdapat pula di dalammya madrasah atau sekolah dengan segala kelengkapannya. 2. Macam-macam Pondok Pesantren Secara umum pesantren dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni pesantren salaf (tradisional) dan pesantren khalaf (modern). (1)
Pesantrer
salaf
menurut
Zamakhsyari
Dhofier,
(dalam
Wahjoetomo, 1997: 83) adalah lembaga pesantren yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik (salaf) sebagai inti pendidikan. Sedangkan sistem madrasah ditetapkan hanya untuk memudahkan sistem sorogan, yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum. Sistem pengajaran pesantren salaf memang lebih sering menerapkan model sorogan dan wetonan. Istilah weton berasal dari bahasa Jawa yang berarti waktu. Disebut demikian karena pengajian model ini dilakukan
16
pada waktu-waktu tertentu yang biasanya dilaksanakan setelah mengerjakan shalat fardhu. (2) Pesantren khalaf adalah lembaga pesantren yang memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum madrasah yang dikembangkan, atau pesantren yang menyelenggarakan tipe sekolah-sekolah umum seperti; MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA/SMK dan bahkan PT dalam lingkungannya (Depag, 2003: 87). Dengan demikian pesantren modern merupakan pendidikan pesantren yang diperbaharui atau dimodernkan pada segi-segi tertentu untuk disesuaikan dengan sistem sekolah.
3. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian pendidikan agama Islam Penggunaan istilah
pendidikan agama Islam adalah untuk
membedakan dengan pengertian pengajaran agama Islam pada umumnya. Hal ini karena pendidikan mempunyai makna yang lebih luas, tidak hanya sebagai pemberian pengetahuan, melainkan pendidikan juga berkaitan dengan bimbingan untuk menghayati dan mengamalkan pengetahuan. Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
dalam
menyakini,
memahami,
menghayati
dan
mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati
17
orang lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Para ahli pendidikan memberikan pendidikan agama Islam pada dasar tidak jauh berbeda, mereka saling melengkapi satu sama lain. Pengertian pendidikan agama Islam menurut para ahli diantaranya adalah sebagai berikut: Menurut Zakiah Darajat (2000: 86) pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikanya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup. Pengertian pendidikan agama Islam diatas lebih menekankan pada bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam dan menjadikannya sebagai pandangan hidup. Sedangkan menurut Achmadi (2005: 29) pendidikan agama Islam
adalah
usaha
yang
lebih
khusus
di
tekankan
untuk
mengembangkan fitrah keberagamaan (religiousitas) subyek didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Implikasi dari pengertian ini, pendidikan agama Islam merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan Islam. Bahkan tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa pendidikan agama Islam berfungsi sebagai jalur pengintegrasian wawasan agama
18
dengan bidang-bidang studi (pendidikan) yang lain. Implikasinya lebih lanjut, pendidikan harus sudah dilaksanakan sejak dini melalui pendidikan
keluarga,
sebelum
anak
memperoleh
pendidikan,
pengajaran ilmu-ilmu yang lain. Zuhairini mengutip pendapat Abdurrahman Saleh (1993: 10) bahwa pendidikan agama Islam adalah berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik supaya kelak setelah selesai pendidiknya memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam serta menjadikannya sebagai way of life (jalan hidupnya). Menurut pendapat diatas bahwa pendidikan merupakan usaha memberikan pendidikan kepada anak didik yang berupa bimbingan dan asuhan agar anak didik dapat memahami kemudian mengamalkan ajaran-ajaran Islam dan menjadikannya sebagai pandangan hidup. Ayat-ayat tentang pendidikan banyak terdapat di dalam Al Qur'an, meskipun masih bersifat umum sehingga tidak mudah diaplikasi begitu saja kepada umat. Oleh karena itu, ayat-ayat tentang pendidikan tersebut perlu dikaji secara seksama agar dapat ditangkap petunjuknya dan dapat diterapkan di tengah masyarakat untuk membimbing mereka kejalan yang benar (Erwati Aziz, 2003: 2). Menurut Erwati Aziz (2003: 2) surat Al-‘Alaq adalah salah satu surat di dalam Al Qur'an yang turun pada awal ayat 1 – 5 merupakan ayat yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW. Ayat pertama yang diturunkan Allah ini sangat sarat dengan petunjuknya
19
tentang pendidikan. Adapun bunyi dari Q.S. Al Alaq 1 – 5 tersebut adalah :
4 ÉOó™$$Î/4 ù&t•ø%$# 4 t,n=y{4 “Ï%©!$#4 y7În/u‘ 4 z`»|¡SM}$#4 t,n=y{ Ò ÇÊÈ 4 ù&t•ø%$# ÇËÈ Ò 4 @,n=tã4 ô`ÏB 4 ãPt•ø.F{$#4 y7š/u‘ur 4 zO¯=tæ4 “Ï%©!$# Ò ÇÌÈ ÇÍÈ Ò 4 ÉOn=s)ø9$$Î/ 4 $tB4 z`»|¡SM}$#4 zO¯=tæ 9 % 4 ÇÎÈ4 ÷Ls>÷ètƒ4 óOs9 Artinya: 1). Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2). Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3). Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4). Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam adalah memberi bimbingan dan tuntutan serta tauladan yang baik sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW sehingga akan tercapai apa yang dicita-citakan yaitu menjadi manusia menjadi muslim yang baik dan yang bermanfaat dengan manusia lainnya dalam hal kebaikan sekaligus berakhlak mulia. Pada
intinya
pendidikan
agama
Islam
adalah
usaha
pembentukan kepribadian muslim yaitu manusia yang mempunyai kepribadian yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam sehingga mampu
20
berfikir, memutuskan sesuatu dan berbuat serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
b. Dasar pendidikan agama Islam Dasar dari suatu bangunan adalah bagian dari bangunan yang menjadi sumber kekuatan dan keteguhan tetap berdirinya bangunan itu. Demikian pula fungsi dari dasar pendidikan Islam yaitu menjamin sehingga bangunan pendidikan itu tetap teguh berdiri. Maksudnya agar usaha yang terlingkup di dalam kegiatan pendidikan mempunyai sumber keteguhan, sumber keyakinan agar jalan menuju tujuan dapat tegas terlihat tidak mudah disimpang oleh pengaruh dari luar (Marimba, 1989: 41). Adapun yang menjadi dasar pendidikan agama Islam adalah Al Qur'an dan sunnah sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Alaq 1 – 5.
4 ÉOó™$$Î/4 ù&t•ø%$# 4 “Ï%©!$#4 y7În/u‘ 4 t,n=y{ 5 . ÇÊÈ4 t,n=y{ 4 @,n=tã4 ô`ÏB4 z`»|¡SM}$# 4 y7š/u‘ur4 ù&t•ø%$# 5 . ÇËÈ .5 ÇÌÈ4 ãPt•ø.F{$# 4 zO¯=tæ4 “Ï%©!$# .5 ÇÍÈ4 ÉOn=s)ø9$$Î/ 4 $tB4 z`»|¡SM}$#4 zO¯=tæ ÇÎÈ4 ÷Ls>÷ètƒ4 óOs9
Artinya: 1). Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2). Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
21
3). Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4). Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Berdasarkan ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa seolah Allah berkata manusia menyakini akan adanya Tuhan penciptaan manusia. Selanjutnya untuk memperkokoh keyakinan dan memeliharanya agar tidak luntur hendaklah melaksanakan pendidikan dan pengajaran. Dalam Al Qur'an At Tahrim ayat 6 juga menjelaskan mengenai dasar pendidikan agama Islam sebagai berikut:
tûïÏ%©!$# (#þqè%
$pkš‰r'¯»tƒ (#qãZtB#uä ö/ä3|¡àÿRr& #Y‘$tR ö/ä3‹Î=÷dr&ur â¨$¨Z9$# $ydߊqè%ur äou‘$yfÏtø:$#ur îps3Í´¯»n=tB $pköŽn=tæ žw ׊#y‰Ï© ÔâŸxÏî !$tB ©!$# tbqÝÁ÷ètƒ tbqè=yèøÿtƒur öNèdt•tBr& ¼ô ÇÏÈ tbrâ•sD÷sム$tB Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Selain pada ayat tersebut, juga disebutkan dalam hadits antara lain:
22
a:yn it rj a ' wh an b a mp lu is l ke ô… ¼ …ô ¼ yar¼ ka n di % 2aj t m ae sn r ls ga uiajn megsal jneen ak e 2 ô ' ,ra gnt y skia l ka a n,%2ak &t m. al ai sI }l l ko h/es as %Ê adr g a n 4 pa ya 0 i ad u menj ti an y ak ti } ta 1 l ay wa d run pa a nyg tu 'r Qu er ed st :nig eR % Ê amsl tser a jamedn ikan ay t ka ai l a ma yn ag j u; p en ta n b a da Ë usiô na Ê % % Ê % Ê 4 321%Ê Ê% 5Ê% %Ê %Ê Ê% …ô ¼ '
' n.ra % 2ja n ag n pe %a %2 r¼ %2 r¼ :ay %2 in t jr ' …ô ¼ ôË na% .jraengp
Artinya: Adam mengatakan kepada kami kepada kami: Ibn Abi dzi’bin, dari Zuhri, dari abi Salamah ibn Abdurrohman dari Abi Huroiroh radhiyallahu ‘Anhu berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda: “Setiap anak yang dilahirkan diatas fitrah, maka ibu dan bapaknyalah yang mendidiknya menjadi orang yang beragama Yahudi, Nasrani, dan Majusi seperti hewan, hewan menghasilkan, Apakah Anda melihat dimana saja? “. (Sohih Bukhori Juz 5 halaman 321). Berdasarkan ayat Al Qur'an dan hadits diatas memberikan penjelasan kepada kita bahwa di dalam ajaran Islam ternyata ada perintah untuk mendalami pendidikan Islam baik kepada keluarga maupun kepada orang lain. c. Tujuan pendidikan agama Islam Menentukan tujuan adalah sangat penting bahkan suatu keharusan karena setiap usaha pasti mempunyai tujuan. Tujuan pendidikan agama Islam tidak bisa terlepas dari tujuan pendidikan nasional karena tujuan pendidikan agama Islam merupakan bagian dari tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan agama Islam pada dasarnya sejajar dengan tujuan hidup manusia dan peranannya sebagai makhluk ciptaan Allah sebagai mana pendapat Hasan Nalunggu bahwa segala usaha untuk menjadikan ‘abid (penyembah Allah). Inilah tujuan tertinggi
23
pendidikan Islam (Hasan Halunggung, 1993: 57). Pendapat diatas sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzariyat: 56.
4 £`Ågø:$#4 àMø)n=yz4 $tBur 4 žwÎ)4 }§RM}$#ur 3 2 _o\ ÇÎÏÈ4 Èbr߉ç7÷èu‹Ï9 Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Sesungguhnya tujuan pendidikan Islam adalah identik dengan tujuan hidup setiap orang muslim. Dan tujuan hidup manusia menurut agama Islam ialah, untuk menjadi hamba Allah mengandung implikasi kepercayaan dan penyerahan diri kepada-Nya (Ahmad Marimba, 1989: 49). H.M. Suyudi (2005: 67) mengutip pendapat Athiyah al-Abrasyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam menyimpulkan lima tujuan asasi dalam pendidikan Islam yaitu: 1) Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia 2) Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat 3) Persiapan untuk mencari rizki dan menjaga kemaslahatan 4) Menumbuhkan roh ilmiah pada anak didik dan memenuhi rasa keinginantahuan serta memungkinkan untuk mengkaji berbagai ilmu. 5) Menyiapkan peserta didik untuk menguasai profesi tertentu. Menurut Ali Khalil Abu Al-Aynain tujuan umum pendidikan Islam adalah membentuk pribadi yang beribada kepada Allah. Sifat
24
dan tujuan umum ini tetap berlaku disepanjang tempat, waktu dan keadaan. Sedangkan tujuan khusus pendidikan Islam ditetapkan berdasarkan keadaan tujuan dengan mempertimbangkan keadaan geografis, ekonomi keadaan tempat itu. Tujuan khusus ini dapat dirumuskan berdasarkan ijtihad para ahli ditempat itu. (Abduddin Nata, 2005: 108). Sedangkan menurut Erwati Aziz, (2003: 64) tujuan pendidikan Islam disini adalah menyiapkan manusia untuk beribadah kepada Allah SWT. Apapun materi di ajarkan dan cara apapun yang ditempuh untuk mengajarkannya. Tujuannya hanya satu yaitu mengharapkan ridha Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari pendidikan Islam adalah untuk membentuk pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, berakhlak mulia dan selalu mengharapkan ridha dari Allah dengan selalu mendekatkan diri kepadaNya. e. Metode pendidikan agama Islam Metode adalah suatu cara yang diinginkan oleh seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Orang tua sebagai pendidik dalam keluarga memberi pendidikan agama Islam kepada anaknya tentu saja menggunakan beberapa metode untuk keberhasilan dalam mendidik anak-anaknya. Dalam menerapkan suatu metode perlu diperhatikan perkembangan kejiwaan anak, dengan kata lain orang tua memilih
25
metode yang baik dan bijaksana sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. An-Nahl: 125.
4 È@‹Î6y™4 4’n<Î)4 äí÷Š$# 4 ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/4 y7În/u‘ 4 ÏpsàÏãöqyJø9$#ur 4 (4 ÏpuZ|¡ptø:$# 4 Oßgø9ω»y_ur 4 }‘Ïd4 ÓÉL©9$$Î/ 4 y7-/u‘4 ¨bÎ)4 44 ß`|¡ômr& 4 ¨@|Ê4 `yJÎ/4 ÞOn=ôãr&4 uqèd 4 uqèdur4 (4 ¾Ï&Î#‹Î6y™4 `tã 4 ÞOn=ôãr& 4 tûïωtGôgßJø9$$Î/ 5 2 _. ÇÊËÎÈ Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Dari ayat tersebut jelaslah bahwa memilih metode yang baik adalah keharusan bagi seorang pendidik (orang tua) untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun metode-metode yang memungkinkan untuk diterapkan adalah sebagai berikut: 1) Metode keteladanan Dalam Al Qur'an kata teladan diproyeksikan dengan kata uswah yang kemudian diberi sifat dibelakangnya seperti sifat hasanah yang berarti baik (Abudin Nata, 2005: 147).
26
Metode keteladanan yaitu mendidik dengan memberikan sikap-sikap atau perkataan baik yang nantinya dapat ditiru oleh peserta didik dalam kehidupan sehari (Abdurrahman An Nahlawi, 1993: 362). Pendidikan dengan teladan berarti pendidikan dengan memberi contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berfikir dan sebagainya. Di dalam Al Qur'an banyak terdapat ayat yang menunjukkan kepentingan penggunaan teladan dalam pendidikan, yang diantaranya dalam Q.S. Al-Ahzab: 21.
} ’Îû} öNä3s9} tb%x.} ô‰s)©9 } îouqó™é&} «!$#} ÉAqß™u‘ } tb%x.} `yJÏj9} ×puZ|¡ym } ©!$#} (#qã_ö•tƒ } t•ÅzFy$#} tPöqu‹ø9$#ur } ©!$#} t•x.sŒur 26 ÇËÊÈ} #ZŽ•ÏVx. Artinya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa memberikan teladan yang baik dalam Islam metode yang paling berhasil. Karena dalam belajar orang pada umumnya lebih mudah menangkap yang konkrit dari pada yang abstrak. Bahkan bentuk perkataan, perbuatan dan tindak tanduknya akan senantiasa tertanam dalam kepribadian anak. 2) Adat kebiasaan
27
Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat
penting,
terutama
bagi
anak-anak.
Mereka
belum
menginsafi apa yang disebut baik dan buruk (Noer Aly, 1999: 185). Menurut Abdullah Nashih Ulwan (1999: 208) pendidikan dengan metode pengajaran dan pembiasaan ini adalah termasuk prinsip utama dalam pendidikan dan merupakan metode paling efektif dalam pembetukan aqidah dan penglurusan akhlak anak. Metode pendidikan dengan adat kebiasaan ini merupakan metode yang penting bagi anak. Karena pada dasarnya anak dilahirkan dalam keadaan fitrah/suci. Selain itu anak juga belum mengetahui kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan. Maka melalui pembiasaan ini anak akan mampu mengetahui semua itu dan mampu melaksanakannya.
3) Pendidikan dengan nasehat Termasuk metode pendidikan yang cukup berhasil dalam membentuk aqidah anak dan mempersiapkannya, baik secara moral emosional maupun sosial dalam pendidikan anak dengan patuh dan memberikan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata anak-anak. Kesadaran akan hakekat sesuatu mendorong mereka menjadi harkat dan martabat yang lahir menghiasi dengan akhlak yang mulia, serta membekalinya dengan prinsip-prinsip
28
Islam. Sebagai contoh dalam Al Qur'an dapat menuturkan nasehat dan peringatan dalam Q.S. Luqman ayat 13.
ß`»yJø)ä9 tA$s% øŒÎ)ur uqèdur ¾ÏmÏZö/ew Ÿw ¢Óo_ç6»tƒ ¼çmÝàÏètƒ žcÎ) ( «!$$Î/ õ8ÎŽô³è@ íOù=Ýàs9 x8÷ŽÅe³9$# ÇÊÌÈ ÒOŠÏàtã Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Ayat tersebut memberikan contoh kepada pendidik bahwa dalam memberikan kontrol kepada sesuatu pengetahuan terhadap anak didiknya agar apa yang telah ia ketahui senantiasa dilaksanakan dan terhindar darinya adalah kesalahan.
4) Pendidikan dengan perhatian dan pengawasan Yang dimaksud pendidikan dengan perhatian adalah senantiasa
mencurahkan
perhatian
penuh
dan
mengikuti
perkembangan aspek akidah dan moral anak, mengawasi dan
29
memperhatikan kesiapan mental dan sosial, disamping selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan kemampuan ilmiahnya. (Abdullah nashih Ulwan, 1999: 275).
Jika
perhatian
dan
pengawasan
yang
nyata
bisa
memberikan hasil dan manfaat dan berguna sebab anak kecil memiliki kecenderungan kebaikan, kesiapan fitrah, kejernihan jiwa, yang tidak dimiliki kaum dewasa dengan kata lain anak kecil sangat mudah untuk menjadi baik, terbentuk mental, modal dan spiritual, jika memang tersedia faktor lingkungan yang baik pendidikan
utama
dirumah,
disekolah
atau
dilingkungan
masyarakat. Metode tersebut adalah metode yang lama jika diterapkan maka anak kita akan menjadi penyejuk hati, menjadi anggota masyarakat yang selalu bermanfaat bagi umat Islam. 5) Pendidikan dengan hukuman Hukuman dengan memukul adalah hal yang diterapkan oleh Islam. Dan ini dilakukan pada tahap terakhir setelah nasehat dan meninggalkannya. Tata tertib ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak boleh menginginkan yang lebih keras jika yang lebih ringan sudah bermanfaat sebab pukulan adalah hukuman yang paling berat. Tidak boleh menggunakannya kecuali jika jalan lain sudah tidak ada.
30
Dengan memberi hukuman anak akan jera dan berhenti dari perlakuan buruk. Ia akan mempunyai perasaan dan kepekaan yang meningkatkan hawa nafsu untuk mengerjakan hal-hal yang diharamkan. Tanpa ini anak trus menerus berkubang pada kenistaan dan kemungkaran. f. Materi Pendidikan Agama Islam Materi merupakan bahan pengalaman belajar yang disusun sedemikian rupa untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik (Zuhairini, 1998: 57). Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Jadi bahan pelajaran mutlak harus dikuasai oleh guru dengan baik. Guru yang akan mengajar harus mempelajari dan mempersiapkan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada anak didik. Dengan demikian materi termasuk salah satu komponen pendidikan yaitu berupa alat untuk mencapai tujuan pendidikan atau merupakan segala informasi berupa faktor, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Adapun materi
Pendidikan Agama Islam menurut Zakiah
Daradjat (1995: 54 – 60) adalah: 1) Pembinaan iman tauhid Pembentukan iman seharusnya dimulai sejak dalam kandungan, sejalan dengan pertumbuhan kepribadian. Berbagai hasil pengamatan pakar kejiwaan menunjukkan bahwa janin yang
31
dalam kandungan telah mendapat pengaruh dari sikap dan emosi ibu yang mengandungnya. Oleh karena itu iman terhadap anak sesungguhnya telah dimulai sejak persiapan wadah untuk membina anak yaitu pembentukan keluarga. Adapun pendidikan keimanan yang diajarkan pada anak misalnya: a) Mengerjakan tentang keesaan Allah yang telah menciptakan, mengutus dan meniadakan alam. b) Menanamkan perasaan selalu ingat kepada Allah pada diri anak. c) Membiasakan anak untuk bersyukur kepada Allah. 2) Pembinaan ibadah Ibadah merupakan kewajiban yang harus dijalankan manusia sebagai hamba Allah. Pembinaan ibadah merupakan konsekuensi logis dari pembinaan aqidah. ia juga merupakan cerminan dari aqidah. ketika anak memenuhi panggilan rabbnya dan
melakasanakan
perintah-perintahNya,
maka
ia
berarti
menyambut kecenderungan fitrah yang ada didalam jiwanya sehingga ia akan bisa menyiramnya. Isi dari pendidikan ibadahnya adalah: a) Memerintahkan anak untuk sholat b) Mengajak dan mengikutkan anak dengan masjid c) Menyuruh berpuasa dan mengajarkan tentang kewajibankewajiban orang untuk mengeluarkan zakat.
32
Ibadah
kepada
Allah
memberikan
pengaruh
yang
menggarahkan pada jiwa anak. Ia akan menjadikannya selalu merasa berhubungan dengan Allah. 3) Pembiasaan akhlak Pendidikan akhlak merupakan bagian dari isi pendidikan Islam. Proses ini terlihat dari kehidupan Al Qur'an sebagai referensi paling penting tentang akhlak bagi kaum muslimin, individu, keluarga, masyarakat dan ummat. Akhlak merupakan buah Islam yang bermanfaat bagi manusia lain dan kemanusiaan serta membuat hidup dan kehidupan menjadi baik. Akhlak merupakan alat kontrol psikis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak manusia tidak akan berbeda dari kumpulan binatang. Akhlak
adalah implementasi dari iman dalam segala
bentuk perilaku. Diantara contoh akhlak yang diajarkan Luqman kepada anaknya adalah: a) Akhlak anak terhadap kedua orang tua Dan diingatkan oleh Allah bagaimana susah dan payahnya ibu mengandung dan menyusukan anak sampai dengan umur 2 tahun. Hal ini ditegaskan dalam Q.S. Luqman ayat 14.
4 $uZøŠ¢¹urur 4 z`»|¡SM}$# 4 Ïm÷ƒy‰Ï9ºuqÎ/
33
4 ¼çm•Bé&4 çm÷Fn=uHxq 4 9`÷dur4 4’n?tã4 $·Z÷dur 4 ’Îû4 ¼çmè=»|ÁÏùur 4 Èbr&4 Èû÷ütB%tæ 4 ’Í<4 ö•à6ô©$# 4 y7÷ƒy‰Ï9ºuqÎ9ur 4 玕ÅÁyJø9$#4 ¥’n<Î) 3 _ô ÇÊÍÈ Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. b) Akhlak terhadap orang lain Yaitu adab, sopan santun dalam bergaul, tidak sombong dan angkuh serta berjalan sederhana dan bersuara lambat. Hal ini ditegaskan dalam Q.S. Luqman ayat 18 – 19.
š‚£‰s{ ö•Ïiè|Áè? Ÿwur ’Îû Ä·ôJs? Ÿwur Ĩ$¨Z=Ï9 ( $·mt•tB ÇÚö‘F{$# •=Ïtä† Ÿw ©!$# ¨bÎ) 9‘qã‚sù 5A$tFøƒèC ¨@ä. ’Îû ô‰ÅÁø%$#ur ÇÊÑÈ ôÙàÒøî$#ur š•Í‹ô±tB ¨bÎ) 4 y7Ï?öq|¹ `ÏB ÏNºuqô¹F{$# t•s3Rr& ÎŽ•ÏJptø:$# ßNöq|Ás9 ÇÊÒÈ Artinya: 18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
34
19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. Menurut Ibnu Qoyyim dalam Suwaib (2003: 19) bahwa yang sangat dibutuhkan oleh anak adalah perhatian terhadap akhlaknya. Ia akan tambah menurut pendidikannya ketika kecil. Jika sejak kecil ia terbiasa marah, keras kepala, tergesa-gesa dan mudah mengikuti hawa nafsu, serampangan, tamak dan sebagainya, maka akan sulit baginya untuk memperbaiki dan menjauhi hal itu ketika dewasa. Selanjutnya upaya dari kedua orang tua dan para pendidik merupakan sesuatu yang harus dalam periode kanak-kanak ini. Yang kita katakan sebagai masa yang fitrah, jernih serta cepat menerima dan menyambut.
B. Kerangka Berpikir
Keberhasilan sistem belajar mengajar tidak cukup hanya mentransfer ilmu kepada anak didiknya saja, tetapi keberhasilan itu akan diukur dari perubahan pola hidup kearah yang lebih baik yang terjadi pada pola hidup anak didiknya maupun pada dirinya. Hal ini dikarenakan guru dan anak didik telah mampu menginternalisasikan ilmu yang didapat dalam kehidupan nyata. Kemampuan dalam belajar mengajar di dunia pendidikan, karena tantangan seberat apapun akan mampu terselesaikan dengan baik. Ilmu yang akan diberikan kepada anak didiknya akan disampaikan dengan sepenuh hati
35
tanpa tekanan apapun. Ilmu yang disampaikan dengan sepenuh hati akan diterima dengan baik oleh penerimanya.
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan desktiptif. Kualitatif adalah penelitian yang dilakukan secara ilmiah atau penelitian yang tidak mengadakan perhitungan (Moleong, 2000: 2). Oleh karena dalam penelitian hanya menggambarkan tentang sistem belajar mengajar di pondok pesantren.
B. Penentuan Setting Penelitian
1. Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di pondok pesantren DARUS-SALAM. Penelitian mengambil lokasi tersebut karena di pondok pesantren DarusSalam telah melaksanakan sistem belajar mengajar yang baik. 2. Waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan dalam waktu kurang lebih tiga bulan, terhitung mulai bulan Juni sampai Agustus 2009. Dan secara garis besar menjadi tiga tahap: a. Tahap persiapan Tahap ini meliputi pengajuan judul, membuat proposal, dan permohonan izin.
35
37
b. Tahap penelitian Tahap ini meliputi semua kegiatan yang berlangsung dilapangan yaitu menggambarkan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. c. Tahap penyeleksi Tahap ini meliputi analisis data yang telah terkumpul dan menyusun laporan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
C. Subyek dan Informan Penelitian
1. Subyek dalam penelitian ini guru dan santri pondok pesantren . 2. Informan dalam penelitian kepala yayasan dan masyarakat.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan menunjang keberhasilan penelitian ini, maka penulis menggunakan metode sebagai berikut: 1. Observasi Observasi adalah melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya (Moleong, 2002: 126). 2. Wawancara Wawancara
adalah
percakapan
dengan
maksud
tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviwee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu, seperti yang ditegaskan oleh
38
Lincocn dan Guta (1985: 266), antara lain mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntunan kepedulian dan lain-lain (Moleong, 2002: 135). Disini peneliti menggunakan wawancara terbuka karena dengan wawancara terbuka subyeknya tahu bahwa mereka sedang di wawancarai dan mengetahui pula apa maksud wawancara itu. 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah mengadakan penelitian yang bersumber pada tulisan (Suharsimi Arikuntio, 1998: 149). Sumber dokumentasi merupakan sesuatu yang sangat penting dalam sebuah peneltiian yang menggunakan metode kualitatif lapangan. Selain itu tujuan penelitian kualitatif lapangan adalah membuat rekonstruksi masa lampau yang sistematif dan objektif. Sumber tertulis ini digunakan untuk mencari pengertian kualitatif dan obyektif. Sumber tertulis ini digunakan untuk mencari pengertian kualitatif lapangan dari segala gejala sosial yang akan diteliti (Kuncoroningrat, 1985: 64).
E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk mendapatkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan tehnik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. ada empat kriteria yang digunakan yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability). (Moleong, 2002: 173).
39
Dan dalam penelitian ini digunakan kriteria derajat keperdayaan dengan teknik trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan data. Trianggulasi adalah teknik pemeriskaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2002: 178). Tehnik ini digunakan untuk membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. Sesuai dengan permasalahan yang kami teliti maka peneliti menggunakan trianggulasi/trianggulasi sumber penelitian dengan
menggunakan
berbagai
sumber
data
yang
berbeda
untuk
mengumpulkan data yang sejenis.
F. Teknik Analisa Data
Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah memberikan analisa data terhadap data tingkat kesadaran orang tua dalam membimbing belajar sopan santun anak, sehingga dapat dihitung secara presentase pada setiap alternatif jawaban yang tersedia. Setelah selesai menganalisa data angket, kemudian data ditarik kesimpulan dari interprestasi dan ditentukan hasilnya. Analisis adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan (Nasution, 1992: 126) dalam penelitian ini kegiatan pengolahan data sudah dimulai sejak masuknya data dan informasi pendahulu. Teknik analisa yang digunakan untuk mengetahui dan menyimpulkan hasil penelitian yang didasarkan pada angka prosentase.
40
Proses menyusun data, mengkategorikan data dan menari tema dengan maksud untuk memahami maknanya. Dalam penelitian ini analisa data menggunakan teknik: 1. Reduksi data Dalam menggunakan data diperlukan adanya reduksi data atau memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan pada hal-hal yang penting. 2. Peyajian data Penyajian data yaitu kesimpulan informasi yang tersusun, sehingga akan memberikan adanya penarikan kesimpulan. 3. Penarikan kesimpulan Yaitu mencatat keteraturan dan pola-pola penjelsa yang merupakan kesimpulan akhir dari hasil penelitian atau dapat juga dikatakan memberikan interprestasi terhadap data yang telah diseleksi dan disusun yang berupa keterangan atau kesimpulan terhadap data yang telah disusun.