BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bahasa dalam kegiatan komunikasi berperan sebagai alat utama dalam melakukan komunikasi. Peranan bahasa selain sebagai alat komunikasi juga memiliki beberapa fungsi dalam kaitan berkomunikasi. Fungsi bahasa dalam kegiatan
komunikasi
adalah
sebagai
alat
penyampaian
informasi
dan
mengekspresikan berbagai keinginannya dalam bentuk komunikasi bahasa. Peranan bahasa yang besar dalam bidang komunikasi menjadikan bahasa perlu untuk dipelajari guna meningkatkan kualitas berbahasa seseorang. Pembelajaran bahasa dapat diartikan sebagai belajar berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis. Belajar Bahasa Indonesia dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia secara baik. Pembelajaran bahasa ini juga memiliki fungsi sebagai sarana untuk mengembangkan kecakapan berbahasa seseorang, maka tidak dapat dipungkiri bahwa
dunia
pendidikan
nasional
harus
memantapkan
langkah
untuk
membelajarkan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar sebagai upaya mengembangkan kecakapan atau keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup empat segi yaitu menyimak (listening skill), berbicara (speaking skill), membaca (reading skill), dan menulis (writing skill). Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan kegiatan menulis termasuk dalam
1
2
kegiatan yang produktif dan ekspresif (Tarigan, 1983:1). Oleh karena itu, untuk dapat memiliki kemampuan menulis yang mumpuni seorang penulis harus mempunyai pembendaharaan kata yang banyak, ketepatan dalam menggunakan EYD, kemampuan menuliskan, dan mengembangkan gagasan yang mampu membuat pembaca tertarik saat membaca kata-kata yang dituliskan. Kegiatan pembelajaran bahasa dalam hal menulis memiliki manfaat yang banyak bagi seorang penulis. Menurut Akhadiah, dkk (1988:01) kegiatan menulis memiliki beberapa keuntungan yaitu: (a) seorang penulis dapat lebih mengenali atau mengetahui kemampuan dan potensi diri yang dimiliki, (b) melalui kegiatan menulis seorang penulis melatih kemampuan mengembangkan gagasan dan, (c) kegiatan menulis memaksa lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang dituliskan. Berdasarkan pemaparan di atas
dapat
disimpulkan
bahwa,
menulis
tidak
hanya
berguna
untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan saja, akan tetapi juga berguna mengenali potesi atau kemampuan diri karena pada dasarnya kegiatan menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Kegiatan yang paling utama dalam pengajaran menulis adalah dalam hal proses belajar mengajar. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran banyak bergantung kepada bagaimana proses saat belajar mengajar dirancang serta dijalankan dengan cara profesional (Fathurrohman, 2010:8). Ketergantungan keberhasilan kepada proses belajar mengajar memiliki makna bahwa sebagai seorang pendidik haruslah memiliki keterampilan yang baik dalam
3
mengelola suatu proses pembelajaran demi mewujudkan tujuan belajar yang telah dirumuskan. Pengelolaan pembelajaran pasti tidak dapat berjalan dengan lancar secara terus-menerus, karena seorang pendidik pasti mengalami suatu kendala dalam pengelolaan pembelajaran. Kendala dalam pembelajaran dapat disebabkan karena elemen-elemen pendidikan mulai dari guru, sarana prasarana pembelajaran yang seadanya, dan dapat pula dari siswa. Problematika yang dihadapi dalam pengajaran dapat diminimalisasi dengan mengembangkan model pembelajaran untuk menarik atau memunculkan minat siswa dalam kegiatan belajar. Apabila minat belajar peserta didik sangat baik, maka dapat dipastikan bahwa proses dan hasil belajar-mengajar akan sesuai dengan apa yang diinginkan. Pembelajaran dalam era globalisasi ini seorang guru profesional dituntut untuk mampu mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran berbasis kepada siswa, bukan hanya mengandalkan model ceramah saja yang terpusat pada guru saja. Metode pembelajaran yang hanya terpusat pada guru yang masih belum memberikan hasil yang baik dari proses belajar-mengajar, karena metode ini kurang memberi kesempatan untuk siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, sebagai praktisi pendidikan pengembangan model pembelajaran yang efektif perlu digiatkan guna meningkatkan mutu pendidikan. Penerapan model pembelajaran yang berbasis kepada siswa merupakan salah satu usaha untuk mengubah model pembelajaran klasikal yang sering digunakan selama ini.
4
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan proses pembelajaran di kelas. Menurut Joyce (dalam Trianto, 2010:52) “model pengajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang digunakan, termasuk di dalam tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas”. Dalam membuat pembelajaran lebih optimal guru diharapkan mampu menerapkan model pembelajaran yang variatif, efektif dan selektif sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diajarkan. Berdasarkan indikator-indikator di dalam kompetensi dasar menulis proposal salah satu model yang dianggap efektif untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pembelajaran adalah model pembelajaran berdasarkan masalah. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan guru Bahasa Indonesia kelas XI IPS 1 diketahui bahwa model pembelajaran yang biasa dipilih untuk diterapkan guru adalah model diskusi. Pembelajaran menggunakan model diskusi belum menunjukkan keefektifan proses pembelajaran di dalam kelas karena hanya ada satu-dua siswa yang terlihat aktif serta pendidikan karakter kerjasama yang diharapkan muncul dalam pembelajaran tidak dapat terlaksana dengan baik. Penguasaan materi belajar dari siswa yang kurang menjadikan pembelajaran menggunakan model diskusi hanya didominasi oleh satu-dua orang siswa yang mengakibatkan pola pemikiran yang dimiliki setiap siswa menjadi tidak berkembang. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dimaknai bahwa masalah utama yang dihadapi guru dalam pembelajaran menulis proposal adalah sulitnya guru untuk
5
memahamkan siswa terhadap materi pembelajaran. Permasalahan tersebut menjadi salah satu unsur pendukung dalam memunculkan permasalahan lain dalam pembelajaran di antaranya adalah: siswa pasif dalam pembelajaran, kesulitan dalam menuangkan ide saat menulis, dan sulit dalam mengerjakan soal ulangan harian yang diberikan oleh guru. Salah satu alternatif yang harus dilakukan guru adalah menerapkan suatu model pembelajaran yang mampu mengatasi permasalahan tersebut. Berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan, peneliti menerapkan model pembelajaran berbasis masalah guna meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi menulis proposal dan kemampuan menulis proposal. Karena pada dasarnya model pembelajaran berbasis masalah memiliki kelebihan dalam membantu siswa untuk memahamkan materi pembelajaaran secara mendalam. Menurut Arends (dalam Trianto, 2011:92) pembelajaran menggunakan model ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran untuk mengerjakan masalah autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan peserta didik, mengembangkan inkuiri, ketrampilan berpikir, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. diharapkan metode ini diterapkan dalam pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan terhadaap materi belajar dan berimbas kepada hasil belajar yang memuaskan. Ibrahim dan Nur (dalam Trianto, 2011:96) mengemukakan bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan metode yang fokus pengajarannya tidak begitu banyak pada apa yang sedang dilakukan siswa (perilaku mereka), melainkan kepada apa yang mereka pikirkan (kognisi mereka) pada saat mereka melakukan kegiatan itu. Metode pembelajaran berbasis masalah membuat guru
6
terkadang harus terlibat dalam presentasi dan memberi penjelasan. Peranan guru dalam metode ini guru dituntut sebagai fasilitator dalam menyampaikan masalah dan membimbing siswa untuk mendapatkan gambaran dari masalah yang dihadapinya. Hal tersebut berarti bahwa, siswa dipacu untuk belajar berpikir dan memecahkan masalah oleh karena itu, diharapkan dengan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan kemampuan memahami materi menulis proposal. Model pembelajaran berbasis masalah ini pernah digunakan oleh Umi Hidayanti mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2003 jurusan Matematika dengan judul skripsi ‘Pembelajaran Berbasis Masalah pada Sub Pokok Bahasan Permutasi dan Kombinasi Siswa Kelas XI IPS 1 Semester II SMA PGRI 1 Gresik’. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang yaitu, peneliti menerapkan model pembelajaran berbasis masalah tersebut dalam meningkatkan hasil belajar pelajaran Bahasa Indonesia pada pembelajaran kompetensi menulis proposal dengan subjek siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 02 Batu. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini mengambil fokus permasalahan yaitu bagaimana efektifitas penggunaan model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan menulis proposal. Berikut ini rumusan masalah yang lebih terperinci:
7
1) Bagaimana penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan hasil belajar menulis proposal pada Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 02 Batu Tahun Ajaran 2012-2013? 2) Bagaimana peningkatan hasil belajar kemampuan menulis proposal siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 02 Batu yang diterapkan model pembelajaran berbasis masalah? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah maka dalam penelitian ini bertujuan sebagai berikut : a) Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan menulis proposal siswa. b) Tujuan Khusus Sehubungan dengan tujuan umum tersebut maka dirumuskan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian, sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan hasil belajar menulis proposal pada Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 02 Batu Tahun Ajaran 2012-2013. (2) Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis proposal dengan model pembelajaran berbasis masalah pada siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 02 Batu Tahun Ajaran 2012-2013.
8
1.4 Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis secara teoritis penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat
untuk
memberi wawasan khusus yang objektif mengenai keefektifan dalam penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan kemampuan menulis proposal. 2) Manfaat Praktis Manfaat dari penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah adalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis proposal serta menumbuhkan penguasaan materi belajar lebih giat. 1.5 Penegasan Istilah a) Pembelajaran
berbasis
masalah
adalah
model
pembelajaran
yang
menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan (Arends, 2008:41). b) Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Taringan, 1983:21).