BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter berarti memiliki karakter, mempunyai kepribadian, berwatak. 1 Individu
yang
berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan halhal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).2Karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab Al-Qur’an dan Hadist, dengan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Penerapan pendidikan agama Islam diharapkan tidak hanya dapat meningkatkan keberhasilan dalam proses belajar mengajar, guru dituntut untuk mengembangkan segala potensi
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 623. 2 Zainal Aqila dan Sujak, Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter, (Bandung: Yram Widya, 2011), hlm. 3.
1
2
siswa sebagai peserta didik, terutama dalam membentuk dan membina karakternya. Proses belajar mengajar PAI dengan penekanan karakter dapat bermakna dan berdaya guna dalam menciptakan suasana belajar yang merangsang prestasi belajar, meningkatkan hasil-hasil yang dicapai oleh siswa sebagai peserta didik, dan juga memberikan membentuk watak dan kepribadian para siswa tersebut.3 Melihat fenomena pendidikan dan kondisi remaja saat ini maka pembentukan karakter harus dilakukan secara teratur dan terarah agar siswa dapat mengembangkan dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan tersebut tidak terlepas dari beberapa faktor penunjang yang tersedia dan terlaksana dengan baik, seperti tenaga pengajar dan staf-staf lain dilingkungan sekolah. Disini peranan guru sangatlah penting untuk menanamkan pendidikan karakter pada siswa. Guru sebagai suri tauladan bagi siswa-siswanya dalam memberikan contoh karakter yang baik sehingga bisa mencetak generasi yang baik pula. Guru merupakan faktor yang sangat dominanan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya, karena bagi siswa, seorang guru, khususnya guru PAI sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh sebab itu, guru PAI memiliki perilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh. Untuk melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya. Guru PAI adalah orang yang tidak sekedar memberikan ilmu pengetahuan 3
Rooijakers AD, Mengajar Dengan Sukses, (Jakarta: PT. Grasindo, Cet. III, 2000), hlm.
18.
3
tentang agama kepada peserta didik.Akan tetapi, guru PAI juga harus mampu memberikan keteladanan dan dapat menjadi panutan bagi para siswa. Guru PAI lebih tuntut memiliki kompetensi kepribadian yang menjadi keteladanan bagi para siswa yang ada di satuan pendidikannya.4 Penulis memilih penelitian di SMP Negeri 1 Wonopringgo karena merupakan salah satu SMP di Kabupaten Pekalongan yang menggunakan kurikum 2013. Dengan visi, misi, dan tujuan yang lebih mengarah kepada pembentukan karakter siswa serta pengembangan IPTEK. Hal tersebut yang menarik diteliti adalah sekolah tersebut meemusatkan membentuk karakter baik dengan tetap mengembangkan IPTEK dan dunia global. Selain itu, banyak dukungan tenaga pengajar, karyawan, media, dan minat siswa membawa beberapa langkah kemajuan terhadap perkembangan mutakhir sistem pendidikan di Indonesia khususnya dalam pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Wonopringgo. Dimulai dari visi, misi, dan tujuan yang ada lebih mengajak siswa untuk menjadi orang yang berkarakter. Berdasarkan latar belakang masalah yang teruraikan di atas, maka diangkat permasalahan ini dalam penelitian yang berjudul “PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka permasalahan yang akan penulis bahas dalam skripsi ini adalah: 4
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaktif Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 30-31.
4
1. Bagaimana karakter siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo? 2. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo? Agar pembahasan tidak terlalu luas dan lebih fokus maka penelitian yang dilakukan dibatasi dalam beberapa hal berikut: 1. Peran guru sebagai teladan 2. Peran guru sebagai evaluator C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo.
2.
Untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo.
D. Kegunaan Penelitian 1.
Secara Teoritis Agar guru PAI dapat mengetahui perkembangan karakter para siswanya. Penelitian ini pun diharapkan dapat menambah wacana dalam peningkatan peran guru PAI dalam membentuk karakter siswa, dan penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan yang berupa hasil penelitian dengan harapan dapat dijadikan sebagai acuan karya ilmiah bagi peneliti-peneliti lain yang akan datang.
5
2.
Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan input atau pedoman bagi orang tua, guru dan lembaga pendidikan dalam mengelola pendidikan dan dapat menanamkan nilai-nilai karakter yang sesuai dengan ajaran Pendidikan Agama Islam.
E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teoritis Zuhairini dalam bukunya “Metodik Khusus Pendidikan Agama” mengemukakan bahwa pendidik atau guru Pendidikan Agama Islam bertugas mengajarkan ilmu pengetahuan Islam, menanamkan keimanan dalam jiwa anak, mendidik agar anak taat menjalankan agama dan mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia.5 Menurut Ramayulis dalam bukunya “Ilmu Pendidikan Islam” menyatakan bahwa kehadiran guru dalam proses belajar mengajar merupakan peranan yang penting, peranan guru itu belum dapat digantikan oleh teknologi seperti radio, televisi, tape recorder, internet, komputer, maupun teknologi yang paling modern sekalipun. Banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan, dan keteladanan yang diharapakan dari hasil proses pembelajaran, yang tidak dapat dicapai kecuali melalui pendidik.6
5
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983),
hlm. 35. 11
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), cet. 7, hlm. 74.
6
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam buku Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif menjelaskan bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun luar sekolah.7 Muchlas Samani dalam bukunya Konsep dan Model Pendidikan Karakter mengemukakan bahwa karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. 8 Zainal Aqila dalam bukunya Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter menjelaskan pengembangan atau pembentukan karakter diyakini perlu dan penting untuk dilakukan oleh sekolah dan stakeholdersnya
untuk
menjadi
pijakan
dalam
penyelenggaraan
pendidikan karakter di sekolah.9 Lickona mengemukakan bahwa terdapat tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral felling atau perasaan tentang moral dan moral action atau perbuatan bermoral.Hal ini diperlukan agar siswa
7
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 32. 8 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 43. 9 Zainal Aqila dan Sujak, Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter, (Bandung: Yram Widya, 2011), hlm. 9.
7
didik mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilainlai kebijakan.10 2. Penelitian yang Relevan Skripsi karya Dairoh (232108053) mahasiswi jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan yang berjudul “Peran Pendidikan Anak Usian Dini dalam Membentuk Karakter Anak di Kelompok Bermain Masitoh Silirejo” meneliti mengenai pendidikan anak usia dini dalam membentuk karakter anak. Dan hasil penelitian di KB Masitoh Silirejo adalah peran pendidikan anak usia dini dalam membentuk karakter anak di KB Masitoh Silirejo sebagai peran pembentukan karakter anak yang sesuai dengan indikator pencapaian kemampuan anak dalam menu pembelajaran generik, seperti anak mengucapkan salam, tidak menangis jika berpisah dengan orang tua, membereskan mainan setelah selesai main, menunggu giliran, dll. Dalam kegiatan pembelajaran pembentuk karakter anak menggunakan metode permainan dan pembiasan. Kurikulum di KB Masitoh Silirejo menggunakan acuan dari Dinas Pendidikan dalam Muslimat NU cabang Pekalongan, yang bersifat integrasi. Pada kurikulum pendidikan anak usia dini KB Masitoh Silirejo memiliki nilai-nilai karakter sebagai berikut: religious, kreatif, disiplin, gemar membaca, mandiri, dan komunikatif. 11 10
Arismantoro, Tinjauan Berbagai Aspek Character Building, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), hlm. 30. 11 Dairoh, “Peran Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Membentuk Karakter Anak di Kelompok Bermain Masitoh Silirejo”, skripsi, (Pekalongan: STAIN Pekalongan), hlm. vii.
8
Skripsi milik Leiza D.Y.A yang berjudul “Peranan Guru dalam Meningkatkan Prestasi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus Di MTs Negeri Slawi Tegal)”, mengatakan bahwa guru mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan prestasi hasil belajar siswa terutama pendidikan agama Islam. Penelitian ini menekankan pada peranan guru dalam meningkatkan prestasi hasil belajar Pendidikan Agama Islam, di mana guru menjadi tumpuan terhadap peningkatan prestasi hasil belajar siswa di MTs Negeri Slawi Tegal.12 Dalam karya A. Ulumudin (23206009) yang berjudul “Peranan Pendidikan Agama Islam Terhadap Akhlak Siswa Kelas V dan VI SD Negeri Terban Warungasem Batang” dengan hasil penelitian telah disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam SD Negeri Terban dilaksanakan dilaksanakan berdasarkan tujuan, kurikulum, metode, dan evaluasi yang ada untuk menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Di SD Negeri Terban kegiatan melatih, memberi bimbingan akhlak kepada siswa dengan membiasakan diri melakukan hal-hal yang berupa perbuatan baik seperti: Akhlak kepada diri sendiri meliputi anak dibiasakan untuk berpakaian rapi, menjaga kebersihan sekolah, makan dengan baik. Akhlak kepada guru seperti mencium tangan bapak atau ibu guru, memberi salam dan senyum. Akhlak kepada teman meliputi membantu teman yang sedang kesusahan, menghargai perbedaan pendapat 12
teman,
saling
tolong
menolong,
sayang
menyayangi.
Leiza D.Y.A, “Peranan Guru dalam Meningkatkan Prestasi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus Di MTs Negeri Slawi-Tegal)”, Skripsi, (Pekalongan: STAIN Pekalongan), hlm. vii.
9
Pendidikan Agama Islam berperan terhadap akhlak siswa SD Negeri Terban Warungasem, karena pendidikan agama islam menjadi sesuatu yang efektif terhadap akhlak siswa. Diantara peran pendidikan agama islam adalah sebagai penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat; pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt serta akhlak mulia peserta siswa didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga; penyesuaian peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial; perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahankelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengalaman kehidupan agama dalam kehidupan sehari-hari; pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif budaya asing; pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan non nyata), sistem dan fungsionalnya; penyaluran siswa untuk mendalami pendidikan agama kelembaga pendidikan yang lebih tinggi.13 Penelitian-penelitian di atas memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu menunjukkan pentingnya pengembangan pendidikan karakter dalam pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun, terdapat perbedaan yaitu pada penelitian pertama memfokuskan peran pendidikan anak usia dini dalam membentuk karakter anak, pada peneltian kedua memfokuskan peran guru dalam meningkatkan prestasi
13
A. Ulumudin, “Peranan Pendidikan Agama Islam Terhadap Akhlak SiswaKelas V dan VI SD Negeri Terban Warungasem Batang”, skripsi, (Pekalongan: STAIN Pekalongan), hlm. Viiviii.
10
hasil belajar siswa terutama pendidikan agama Islam, dan pada penelitian ketiga memfokuskan pada peranan mata pelajaran PAI terhadap akhlak siswa khususnya akhlak siswa kelas V dan VI SD. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya di atas adalah bahwa penelitian ini meneliti tentang peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Membentuk Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo. 3. Kerangka Berfikir Peran guru PAI dirasakan sangatlah besar pengaruhnya untuk membentuk karakter anak didik. Guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, namun guru juga merupakan orang tua kedua bagi peserta didik di sekolah, sehingga ia bertanggung jawab untuk mendewasakan peserta didik dan membina akhlaknya. Peranan guru PAI berupa kepribadian yang baik dalam memberikan pembinaan dan bimbingan kepada para siswa di SMP Negeri 1 Wonopringgo, sehingga sosok guru mampu menjadi teladan bagi para siswanya, maka para siswa dengan kemauan sendiri akan mengamalkan nilai-nilai kebaikan sebagai bentuk karakter siswa sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam. Guru dalam dunia pendidikan atau di sekolah berperan begitu penting dalam membentuk karakter. Selama di sekolah siswa lebih dekat dengan guru terutama saat kegiatan KBM berlangsung. Disinilah guru dapat mengambil peranannya mengarahkan kelas untuk memasukkan karakter yang sesuai kepada siswanya. Siswa lebih mudah mengingat dan
11
meniru dengan sosok guru yang membimbingnya, lebih dekat dengan pepatah jawa yaitu GURU (digugu lan ditiru) maksudnya segala tindakan guru selalu diperhatikan siswa secara tidak langsung akan mencontoh dan meneladani yang diajarkan guru. F. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 14 Dalam penelitian ini digunakan beberapa tujuan penelitian, antara lain: 1.
Desain Penelitian a. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan kualitatif kebenaran bersifat relatif, pelaksanaannya menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, tujuannya untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berpikir induktif, hasil penelitian kealitatif disajikan dalam bentuk deskriptif naratif.15 b. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan atau field research, karena yang diteliti adalah sesuai yang ada di lapangan secara langsung. Dalam hal ini yang dijadikan objek penelitian SMP Negeri 1 Wonopringgo. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang
14
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2008), cet. 5, hlm. 2. 15 Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Kualitatif Dalam Pendidikan, (Semarang: Rajawali Press, 1995), hlm. 32.
12
merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.16 2. Sumber Data Adapun sumber data penelitian sesuai dengan cara memperolehnya dibagi menjadi dua, yaitu: a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah subyek yang dapat memberikan data penelitian secara langsung.17Sumber data primer dalam penelitian ini adalah guru PAI SMP Negeri 1 Wonopringgo. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah subyek yang dapat memberikan data tidak langsung. 18 Sumber data sekunder bisa didapat dari kepala sekolah, guru-guru, buku-buku yang relevan dengan fokus penelitian. 3. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu: a. Metode Observasi Metode observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu proses pengamatan, dengan disertai
16
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 36. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 71. 18 Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 1. 17
13
pencatatan terhadap keadaan/perilaku sasaran.
19
Metode ini
digunakan untuk memperoleh data yang bersifat fisik tentang kondisi sekolah SMP N 1 Wonopringgo.Secara umum yang meliputi letak geografis, kondisi sekolah, sarana dan prasarana yang lain, maupun yang bersifat non fisik yang terkait dengan pembentukan karakter melalui pengamatan dan pencatatan. b. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, lager, agenda dan sebagainya.20Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen sekolah, yaitu data tentang guru, peserta didik, sarana prasarana serta arsip-arsip lain yang berisi catatan penting untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. c. Metode Wawancara Metode wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai.
21
Dalam hal ini peneliti
melakukan wawancara kepada guru PAI , dan kepala sekolah, yang
19
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 104. 20 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hlm.144. 21 Addurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, hlm. 105.
14
berkenaan dengan keadaan guru dan peserta didik, sarana dan prasarana yang ada. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan secara bertahap dengan mengatur jadwal pelaksanaan serta menentukan langkah-langkah wawancara, mulai dari tahap perkenalan dengan pertanyaan-pertanyaan yang masih bersifat umum dan ringan kemudian dilanjutkan ke tahap selanjutnya untuk mencari informasi lebih lanjut, sampai peneliti memperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian secara mendalam. Data yang diperoleh melalui beberapa metode diatas, penulis kelolah dengan teliti untuk menjaga kevalidan, meminimalisir terjadinya kesalahan dan untuk mempermudah penyusunan hasil penelitian. 4. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting, dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh diri sendiri maupun orang lain.22 Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan metode deskriptif yaitu metode yang metode penelitin yang berusaha menggambarkan dan 22
Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, hlm. 244.
15
menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Dalam hal ini, peneliti mencoba untuk mendeskripsikan dan memaparkan hasil dari observasi, wawancara maupun dokumentasi tentang peran guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo. Setelah dilakukan analisis deskriptif mengenai subyek yang diteliti dan data yang dihasilkan adalah data kualitatif, maka peneliti menggunakan metode berfikir induktif, yaitu cara peneliti berusaha mengumpulkan fakta dari fenomena atau peristiwa-peristiwa yang bersifat khusus, kemudian berdasarkan fenomena atau peristiwa yang bersifat khusus tadi, diambil kesimpulan yang bersifat umum.23 G. Sistematika PenulisanSkripsi Untuk mendapatkan gambaran sistematis tentang pembahasan penelitian, maka sistematika penulisan di susun sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistemaika Penelitian. Bab II Guru Pendidikan Agama Islam dan Pembentukan Karakter Siswa, yang berisi tentang: Guru Pendidikan Agama Islam, meliputi: Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam, Tugas Guru Pendidikan Agama Islam, Peran Guru Pendidikan Agama Islam, Syarat Guru Pendidikan Agama Islam. Pembentukan Karakter Siawa, meliputi Pengertian Karakter, Nilai-nilai
23
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 46.
16
Karakter, Metode Pembentukan Karakter, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakter. Bab III Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo, yang berisi tentang: Gambaran umum SMP Negeri 1 Wonopringgo, Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo, dan Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Membentuk Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo. Bab IV Analisis Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Membentuk Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo, yang berisi: Analisis Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo, dan Analisis Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Membentuk Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo. Bab V Penutup, meliputi: Kesimpulan dan Saran-saran.