BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga dewasa sekalipun. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain sebagai hiburan, penghilang stres, dan berdampak positif bagi kesehatan. Selain itu, membaca buku juga membantu meningkatkan kecerdasan otak dan emosional, daya imajinasi serta keterampilan berbahasa. Banyaknya manfaat dari membaca buku dapat dijadikan sebagai salah satu metode untuk mendidik anak yang harus dibiasakan sejak dini. Buku bacaan atau buku cerita adalah sebuah buku yang digunakan sebagai penambah pengetahuan atau pengalaman atau juga sebagai hiburan. Buku bacaan menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi buku bacaan fiksi dan non fiksi. Fiksi adalah cerita rekaan atau tidak berdasarkan kenyataan (KBBI, 2008: 391). Sedangkan, non fiksi adalah karya sastra yang tidak bersifat fiksi, tetapi berdasarkan fakta dan kenyataan (KBBI, 2008: 967). Buku bacaan dapat dikategorikan berdasarkan umur, misalnya buku bacaan anak untuk kategori anak-anak. Dalam kategori buku tersebut, terdapat berbagai macam jenis buku bacaannya, seperti fiksi maupun non fiksi. Pada buku cerita anak berunsur fiksi, anak akan terbiasa mengolah daya imajinasi mereka. Dunia anak merupakan dunia khayal atau berimajinasi, sehingga tidak jarang anak-anak memiliki
1
2
dunianya sendiri untuk mengembangkan imajinasinya. Imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan (angan-angan) atau menciptakan gambar (lukisan, karangan, dsb) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang atau sebuah khayalan seseorang (KBBI, 2008: 526). Berdasarkan definisi di atas, imajinasi menjadi salah satu unsur penting yang dipakai untuk menghasilkan karya sastra berupa fiksi. Dalam rangkaian cerita fiksi, imajinasi yang dibuat oleh pengarang biasanya lebih masuk akal dan mengandung kebenaran. Oleh karena itu, anak akan lebih mudah untuk berimajinasi terhadap tokoh dan alur cerita yang ada dengan persepsi yang berbeda. Hal ini merupakan proses yang baik dilakukan secara rutin supaya otak mampu bekerja secara maksimal 1, sehingga daya imajinasi anak lebih terkontrol pada hal yang positif dan kreativitas otak anak meningkat. Pada salah satu buku cerita anak berbahasa Jepang yang berjudul Kokarina no Umi menggambarkan petualangan seorang bocah bernama Kitahara Yui yang berasal dari Shinshuu. Bocah yang biasa disapa dengan Yui ini, kemudian pindah rumah dan sekolah. Suatu hari Yui melihat hutan kecil dari atas balkon rumahnya. Karena rasa keingintahuannya, Yui pergi ke hutan dengan sepeda. Di tengah perjalanan, Yui bertemu dengan seorang kakek tua yang terlihat malang. Melihat kondisi kakek yang mengkhawatirkan, Yui mengikuti sampai ia tiba dirumahnya. Ternyata, kakek malang
1
Manfaat membaca buku
3
itu ialah kakek dari bocah yang bernama Mizushima Shou. Shou adalah teman sekolah Yui yang jarang terlihat di sekolah barunya. Pada bagian Kujira no Uta diceritakan kebiasaan kakek Shou yang selalu beristirahat di tangga yang ia pasang di pohon Kastanye seusai bekerja di perkebunan teh. Kakek membuat kapal awan yang terbuat dari rakitan bambu di atas pohon tersebut untuk menikmati keindahan langit. Namun, kakek dan Shou juga sering mendengar suara-suara hembusan air laut dari sekitaran pohon. Lalu kakek pun bercerita kepada cucunya bahwa dulu di sekitar pohon Kastanye adalah sebuah laut yang sekarang menjadi sumur. Laut tersebut merupakan tempat tinggal seekor ikan paus. Bentuk dari ikan paus itu besar dan berwarna biru. Karena bentuknya yang besar, ikan paus tersebut terlihat seperti awan yang membentang bebas di atas langit. Ia juga tampak sangat agung dengan suara yang lembut dan tajam. Suara ikan paus yang terdengar indah dikatakan sebagai sebuah nyanyian ikan paus. Kemudian kakek berkata bahwa ikan paus tersebut adalah tubuh dari kakeknya yang meminta untuk dilahirkan kembali. Dari cerita kakek tersebut, Shou dan Ryouji, terkejut sekaligus merasakan bangga karena ia dan kakeknya merupakan keturunan dari sebuah ikan paus. Akhirnya, kejujuran kakek pada Shou dijadikan sebuah janji rahasia di atas pohon Kastanye. Pada buku cerita anak Kokarina no Umi, bocah bernama Kitahara Yui sebagai tokoh utama digambarkan sebagai anak yang memiliki rasa keingintahuan tinggi dan berani. Berawal dari keberanian Yui untuk memutuskan pergi berpetualang di hutan
4
membuatnya mengetahui banyak hal. Karakter berani Yui dan Shou yang diceritakan dalam buku ini, juga menjadikan mental anak lebih berani menghadapi sebuah rintangan, sehingga baik untuk dicontoh oleh anak-anak. Selain itu, dapat dilihat pula sisi menarik dari cerita tersebut yaitu alur cerita yang tidak mudah ditebak, tidak membosankan, dan penggambaran cerita dengan unsur fiksi yang menarik sehingga mengembangkan kreativitas dan daya imajinasi anak. Oleh karena itu, penulis memilih untuk menerjemahkan buku cerita anak berbahasa Jepang yang berjudul Kokarina no Umi supaya buku ini dapat dibaca dan dimengerti oleh penutur bahasa Indonesia.
1.2 Pokok Bahasan Berdasarkan uraian dalam latar belakang, pokok bahasan penulisan tugas akhir meliputi: 1. Bagaimana terjemahan buku cerita anak Kokarina no Umi ke dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar? 2. Bagaimana perwujudan reinkarnasi dalam kehidupan masyarakat Jepang, khususnya yang terdapat dalam buku cerita anak Kokarina no Umi?
5
1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Menerjemahkan buku cerita anak Kokarina no Umi dari bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia sehingga mudah dipahami oleh pembaca, khususnya masyarakat Indonesia. 2. Menjelaskan perwujudan reinkarnasi dalam kehidupan masyarakat Jepang, khususnya yang terdapat dalam buku cerita anak Kokarina no Umi.
1.4 Landasan Teori 1.4.1 Definisi Terjemahan Berbagai pengertian terjemahan yang dikemukakan oleh para ahli berbedabeda, namun sebenarnya memiliki kesamaan makna. Beberapa pengertian terjemahan menurut para ahli yang diterjemahkan oleh Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto dalam bukunya berjudul Translation: Bahasan Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan, berikut ini: Pertama, menurut Newmark (1981: 7) dalam buku yang berjudul Approaches of Translation (via Zuchridin, 2003: 15), ia menulis: Translation is a craft consisting in the attempt to replace a written message and/or statement in one language by the same message and/or statement in another language. “Penerjemahan adalah suatu kiat yang merupakan usaha untuk mengganti suatu pesan atau pernyataan tertulis dalam satu bahasa dengan pesan atau pernyataan yang sama dalam bahasa lain.”
6
Kedua, menurut Larson (1984) dalam buku yang berjudul Meaning-based Translation: A Guide to Cross-language Equivalence (via Zuchridin, 2003: 16), ia menulis: Translation is basically a change of form. When we speak of the form of a language, we are referring to the actual words, phrases, clauses, sentences, paragraphs, etc., which are spoken or written. … In translation the form of the source language is replaced by the form of the receptor (target) language. “Penerjemahan pada dasarnya adalah suatu perubahan bentuk. Apabila kita berbicara tentang bentuk bahasa, kita mengacu pada kata-kata, frase, klausa, kalimat, paragraf yang sesungguhnya, yang lisan atau tertulis. … Di dalam terjemahan bentuk bahasa sumber disalin dengan bentuk bahasa sasaran.”
Dari beberapa pengertian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa pengertian terjemahan adalah sebuah proses mengartikan suatu pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran dengan bentuk bahasa penerjemah itu sendiri, namun masih memenuhi konteks makna yang ingin disampaikan.
1.4.2 Metode Terjemahan Menurut Newmark (via Hartono, 2003: 82-84) terdapat macam-macam metode terjemahan, yaitu: 1. Metode Terjemahan Kata Demi Kata Metode terjemahan kata demi kata merupakan metode menerjemahkan yang apa adanya. Metode ini mempertahankan kosakata bahasa sumber, mengambil makna paling umum yang biasanya diambil dari makna kamus dan terlepas dari konteks.
7
2. Metode Terjemahan Literal Metode terjemahan literal merupakan metode yang menggunakan makna kata ataupun kosakata (leksikal) sebagai gambaran dalam menerjemahkan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Metode tersebut tetap diterjemahkan apa adanya dan terlepas dari konteks. 3. Metode Terjemahan Setia Metode terjemahan setia merupakan metode yang berusaha menghasilkan terjemahan sesuai konteks yang tepat dari bahasa sumber ke tata bahasa sasaran. Terjemahan ini benar-benar setia pada tujuan dan realisasi teks bahasa sumber. 4. Metode Terjemahan Semantik Metode terjemahan semantik merupakan metode yang bersifat lebih fleksibel. Metode ini menerjemahkan dengan kata-kata yang kurang penting dari bahasa sumber. Metode ini tidak menggunakan makna berdekatan dalam mengubah ke bahasa sasaran. Selanjutnya, penekanan pada bahasa sasaran melahirkan empat metode terjemahan, yaitu: 1. Metode Terjemahan Saduran Metode terjemahan saduran merupakan metode paling bebas dengan mempertahankan tema cerita, karakter, dan alur ceritanya. Akan tetapi, budaya
8
bahasa sumber diubah ke dalam bahasa sasaran dan teks ditulis ulang. Metode terjemahan ini biasanya digunakan untuk menerjemahkan drama dan puisi. 2. Metode Terjemahan Bebas Metode terjemahan bebas merupakan metode menerjemahkan dengan hasil yang apa adanya ke dalam bahasa sasaran. Metode ini tidak mempedulikan cara penyampaian isi pesan dari bahasa sumbernya. 3. Metode Terjemahan Idiomatik Metode terjemahan idiomatik merupakan metode yang menghasilkan isi pesan dengan sedikit menyimpang dari makna bahasa sumber. Metode ini menggunakan jargon atau idiom yang ada dalam bahasa sasaran. 4. Metode Terjemahan Komunikatif Metode terjemahan komunikatif merupakan metode menerjemahkan yang bertahan pada makna kontekstual yang tepat dari bahasa sumber sehingga isi dan bahasanya dapat diterima dan dipahami secara langsung oleh pembaca hasil terjemahan. Dari metode-metode terjemahan diatas, penulis memilih metode terjemahan komunikatif untuk menerjemahkan karena lebih tepat untuk dipakai. Ketika penulis menerjemahkan buku cerita anak berjudul Kokarina no Umi, penulis menggunakan makna kata yang paling tepat dari bahasa sasaran dengan menyesuaikan isi konteks cerita dari bahasa sumber agar hasil terjemahan mudah dipahami dan diterima oleh pembaca.
9
1.4.3 Langkah-langkah Penerjemahan Dalam penulisan Tugas Akhir ini, langkah-langkah penerjemahan yang diambil oleh penulis mengacu pada empat proses penerjemahan menurut Nida dan Taber (via Hartono, 2003: 19), yaitu: 1. Tahap Analisis atau Pemahaman Dalam tahap ini, kalimat yang ada dianalisa menurut makna gramatikal (tata bahasa), makna tekstual (teks cerita), dan makna kontekstual (konteks cerita). Penulis mencari cara baca (furigana) huruf kanji yang sulit, setelah itu membaca keseluruhan teks cerita untuk memahami makna dari bahasa sumber. Pertama, penulis menerjemahkan kata per kata disesuaikan dengan tata bahasa. Kedua, penulis menganalisa tiap kata sesuai isi teks cerita. Ketiga, penulis menganalisa tiap kata sesuai dengan konteks ceritanya. 2. Tahap Transfer Dalam tahap ini, setelah penulis menganalisa dan memahami keseluruhan teks cerita, makna atau arti tiap kosakata dipindahkan ke dalam bahasa sasaran untuk menghasilkan sebuah rangkaian kalimat. 3. Tahap Restrukturisasi Dalam tahap ini, penulis mencari padanan kata untuk menyusun struktur kalimat dengan menyesuaikan makna kontekstual dari bahasa sumber maupun bahasa sasaran agar hasil terjemahan dapat diterima dan dipahami oleh
10
pembaca. Misalnya, kata kewashii yang artinya terjal atau beringas. Penulis lebih memilih kata ‘beringas’ karena kata tersebut lebih tepat dengan konteks ceritanya. 4. Tahap Evaluasi dan Revisi Dalam tahap ini, penulis mengevaluasi hasil terjemahan agar menjadi lebih sesuai dalam bahasa sasaran, kemudian penulis mencocokkan kembali dengan teks asli bahasa sumber untuk menyesuaikan isi, makna, dan pesan sesuai dengan konteksnya. Selain itu, penulis mengajukan hasil terjemahan kepada orang lain, seperti dosen pembimbing untuk dikoreksi padanan kata dan struktur kalimatnya yang kurang tepat. Dari hasil koreksi tersebut, penulis melakukan revisi untuk menyempurnakan padanan kata dan struktur kalimat yang kurang tepat agar pembaca dapat mengerti isi, makna, dan pesan pada teks cerita Kokarina no Umi.
1.5 Sistematika Penulisan Tugas Akhir ini dibagi dalam empat bab. Bab pertama yaitu pendahuluan yang terdiri dari tujuh sub bagian, yaitu; latar belakang, pokok bahasan, tujuan penulisan, landasan teori, metode terjemahan, langkah-langkah penerjemahan, dan sistematika penulisan. Bab kedua yaitu hasil terjemahan cerita anak Kokarina no Umi, terjemahan perkalimat dan teks hasil terjemahan. Bab ketiga yaitu pembahasan
11
tentang reinkarnasi dalam kehidupan masyarakat Jepang. Bab keempat adalah penutup.