BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kemiskinan dan orang-orang miskin sudah dikenal dan selalu ada di setiap peradaban manusia. Oleh karena itu beralasan sekali bila mengatakan bahwa kebudayaan umat manusia dalam setiap zamannya tidak pernah lepas dari orangorang miskin mulai dari awal peradaban hingga sekarang ini. Kemiskinan bukanlah masalah di tingkat dunia saja. Indonesia sebagai negara masih berkembang juga mengalami masalah ini sejak kemerdekaannya hingga saat ini. Perhitungan jumlah penduduk miskin tingkat nasional dan provinsi di Indonesia telah dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) (Saleh, 2002) . Pada tahun 2000 beberapa negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), termasuk Indonesia menandatangani Deklarasi Milenium yang menunjukkan komitmen bangsa-bangsa tersebut untuk mencapai delapan sasaran pembangunan milenium (Millenium Development Goals-MDGs) dimana salah satu poinnya adalah pengentasan kemiskinan. Hal tersebut menunjukkan pentingnya masalah kemiskinan untuk diatasi sehingga taraf kehidupan rakyat menjadi lebih berkualitas (Widiastuti, 2010). Dilihat dari Gambar 1.1, jumlah penduduk miskin di Indonesia sejak tahun 1996 adalah sebesar 34 juta atau sekitar 17,5 persen penduduk di Indonesia tercatat sebagai penduduk miskin. Bahkan pada 1998 jumlahnya meningkat pesat 1
menjadi 49,5 juta atau 24 persen, yang merupakan dampak dari krisis. Setelah krisis, tren jumlah penduduk miskin mulai membaik dan jumlahnya terus menurun sampai pada tahun 2005. Kemiskinan kembali meningkat pada tahun 2006, dari 35,1 juta (16 persen) menjadi 39,3 juta jiwa (17,8 persen). Tingkat kemiskinan di Indonesia akhirnya menunjukkan tren yang mulai kembali membaik setelah tahun 2006. Mulai dari 37,2 juta pada tahun 2007, 35 juta pada tahun 2008, 32,5 juta pada 2009, 31 juta pada tahun 2010, 30 juta pada 2011, 28,6 pada September 2012 dan terakhir 28,07 juta pada Maret 2013. Gambar 1.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia
49,5 39,3 35,1
34
31,02
29,13
14,15
12,49
28,07
24,2 17,5
16
Jumlah (juta)
17,8 11,37
Persentase
Sumber: BPS (diolah)
Salah satu data kemiskinan yang mengundang polemik panjang adalah data kemiskinan bulan 2006. BPS mengumumkan jumlah penduduk miskin naik dari 35,1 juta (16,0 persen) pada 2005 menjadi 39,30 juta (17,8 persen) pada 2006 karena kenaikan harga BBM (BPS, 2011).
2
Pada bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,07 juta orang (11,37 persen), berkurang sebesar 0,52 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2012 yang sebesar 28,59 juta orang (11,66 persen) (BPS, 2013). Permasalahan kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang dihadapi setiap Provinsi di Indonesia, tidak terkecuali di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tabel 1.1 menunjukkan jumlah penduduk miskin di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara umum penduduk miskin di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan sejak tahun 2001 sampai tahun 2005. Yaitu sebesar 767,6 ribu jiwa pada tahun 2001 menjadi 625,8 ribu pada tahun 2005. Pada tahun 2006, jumlah penduduk miskin meningkat menjadi 648,7 ribu. Pada tahun 2007 sampai 2010 jumlah penduduk miskin di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mulai menunjukkan tren yang membaik. Tercatat jumlah penduduk miskin menurun dari 633,5 ribu atau 18,99 persen pada 2007 menjadi 577,3 ribu atau 15,63 persen pada 2010.
Pada tahun 2011 terjadi
peningkatan jumlah penduduk miskin menjadi 564,1 ribu jiwa, BPS (2011) melaporkan bahwa kenaikan ini disebabkan oleh laju inflasi 7,45 persen dalam periode Februari 2010 sampai Februari 2011.
3
Tabel 1.1 Penduduk Miskin di DIY Jumlah Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah (1000) 767,6 635,66 636,8 616,2 625,8 648,7 633,5 608,9 574,9 540,4 564,3 562,1
% terhadap Penduduk Provinsi 24,53 20,14 19,86 19,14 18,95 19,15 18,99 18,02 16,86 15,63 16,14 15,88
Sumber BPS (diolah)
Selain itu jika kita melihat pada tabel 1.2, kita dapat membandingkan jumlah penduduk miskin antar provinsi di Pulau Jawa. Dapat dikatakan bahwa secara umum, jumlah penduduk miskin di Pulau Jawa mengalami penurunan dari tahun 2007 sampai 2012. Rata-rata jumlah penduduk miskin di Pulau jawa paling tinggi terdapat di provinsi Jawa Timur dengan rata-rata 5945,87 ribu jiwa, kemudian di Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan terakhir Jakarta.
4
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Miskin di Jawa 2007-2012 (ribu jiwa) Provinsi DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DIY Jawa Timur Banten
2007 405,7 5.457,9 6.557,2 633,5 7.155,3 886,2
2008 379,6 5.322,4 6.189,6 608,9 6.651,3 816,7
2009 323,2 4.983,6 5.725,7 574,9 6.022,6 788,1
2010 312,2 4.773,7 5.369,2 540,4 5.529,3 758,2
2011 363,42 4.648,63 5.107,36 564,3 5.356,21 690,49
2012 366,8 4.421,5 4.863,4 562,1 4.960,5 648,3
Sumber: BPS (diolah)
Gambar 1.2 Rata-rata Jumlah Penduduk Miskin di Jawa 2007-2012 (ribu jiwa)
5945,87
5635,41
4934,62
Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat
764,67
580,68
358,49
Banten
DIY
DKI Jakarta
Sumber: BPS (diolah)
Namun, jika dilihat dari persentasenya (tabel 1.3), ternyata DIY masih memiliki persentase penduduk miskin yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jawa, yaitu sebesar 18,99 persen pada tahun 2007 dan memiliki persentase penduduk miskin tertinggi di Jawa pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012. Selain itu, persentase penduduk miskin di DIY selalu lebih tinggi dari persentase penduduk miskin Indonesia. Gambar 1.3 bahkan
5
menunjukkan bahwa DIY menempati posisi kedua dalam hal rata-rata persentase penduduk miskin terbesar di Pulau Jawa setelah Jawa Tengah. Tabel 1.3 Persentase Penduduk Miskin di Jawa 2007-2012 Provinsi
2007
2008
2009
2010
2011
2012
DKI Jakarta
4,61
4,29
3,62
3,48
3,75
3,7
Rata-rata 3,91
Jawa Barat
13,55
13,01
11,96
11,27
10,65
9,89
11,72
Jawa Tengah
20,43
19,23
17,72
16,56
15,76
14,98
17,45
Jawa Timur
19,98
18,51
16,68
15,26
14,23
13,08
16,29
Banten
9,07
8,15
7,64
7,16
6,32
5,71
7,34
Indonesia
16,58
15,42
14,15
13,33
12,49
11,66
13,94
DI Yogyakarta 18,99 Sumber: BPS (diolah)
18,02
16,86
15,63
16,14
15,88
16,92
Gambar 1.3 Rata-rata Persentase Penduduk Miskin Jawa Tahun 2007-2012
Sumber: BPS (diolah)
1.2 Rumusan Masalah Relatif tingginya tingkat kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentunya disebabkan oleh beberapa faktor. Lebih lanjut penelitian ini
6
akan membahas bagaimana pengaruh PDRB per kapita, angka melek huruf yang merupakan indikator pendidikan, angka harapan hidup yang merupakan indikator kesehatan, dan jumlah pengeluaran pemerintah untuk kesehatan terhadap persentase penduduk miskin di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 20062011. Dari uraian di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yang diteliti yaitu: 1. Bagaimana pengaruh PDRB per kapita terhadap persentase penduduk miskin di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2006-2011. 2. Bagaimana pengaruh angka melek huruf terhadap persentase penduduk miskin di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2006-2011. 3. Bagaimana pengaruh angka harapan hidup terhadap persentase penduduk miskin di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 20062011 4. Bagaimana pengaruh jumlah pengeluaran pemerintah untuk kesehatan terhadap persentase penduduk miskin di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2006-2011.
7
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis pengaruh PDRB per kapita terhadap persentase penduduk miskin di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 20062011. 2. Menganalisis pengaruh angka melek huruf terhadap persentase penduduk miskin di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 20062011. 3. Menganalisis pengaruh angka harapan hidup terhadap persentase penduduk miskin di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 20062011 4. Menganalisis
pengaruh
jumlah
pengeluaran
pemerintah
untuk
kesehatan terhadap persentase penduduk miskin di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2006-2011.
1.4 Model Penelitian Model dalam penelitian ini adalah model yang berasal dari modifikasi jurnal berjudul “Faktor-Faktor Penentu Tingkat Kemiskinan Regional di Indonesia” (Saleh, 2002) yang merupakan model estimasi dengan menggunakan data panel. Adapun bentuk modelnya adalah sebagai berikut:
8
Dimana POV adalah persentase penduduk miskin yang merupakan variabel terikat. Sedangkan Xj adalah variabel-variabel penjelas, i dan t adalah adalah kabupaten/kota ke-i dan waktu ke-t. Variabel-variabel independen (penjelas) dalam penelitian ini umumnya berasal dari model penelitian Saleh (2002), Dewandari (2013), Setiawan (2013), dan Jha (2001). Tentu saja tidak semua variabel-variabel dalam penelitian tersebut diikutsertakan. Variabel-variabel itu adalah sebagai berikut: 1. PDRB per kapita atas dasar harga konstan tahun 2000 2. Angka melek huruf 3. Angka harapan hidup 4. Jumlah pengeluaran pemerintah untuk kesehatan
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi
pembuat
kebijakan,
penelitian
ini
diharapkan
mampu
memberikan informasi yang berguna dalam memahami faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memerangi kemiskinan.
9
2. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi dan membantu penelitian-penelitian selanjutnya yang terkait dengan masalah kemiskinan.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian mengenai kemiskinan ini hanya terbatas pada kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2006-2011. Penjelasan mengenai kemiskinan di DIY dijelaskan oleh persentase penduduk miskin. Variabel yang diteliti dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan adalah PDRB per kapita, angka melek huruf, angka harapan hidup dan jumlah pengeluaran pemerintah untuk kesehatan. Alat analisis yang digunakan adalah regresi data panel.
10