1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam yang melimpah dari Sabang sampai Merauke. Kekayaan sumber daya alam tersebut salah satunya adalah keanekaragaman tumbuhan yang tinggi terdiri atas tanaman pangan, hias, sayuran, tanaman obat, dan lain-lain. Keanekaragaman karakter yang dimiliki suatu tumbuhan menunjukkan keanekaragaman varietas yang dapat digali dan dipelajari lebih dalam, sehingga dapat diketahui berbagai jenis varietas tumbuhan tersebut. Salah satu tumbuhan yang tersebar luas di Indonesia adalah ubi jalar dengan nama ilmiah Ipomoea batatas. Ubi jalar dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim panas dan lembab, dengan suhu optimum 27۫ C ۫ . Tanaman ini dapat tumbuh sampai ketinggian 1000 meter dari permukaan laut. Di negara Jepang, ubi jalar merupakan tanaman yang populer karena sumber karbohidrat yang tinggi. Beberapa varietas I. batatas jepang cukup dikenal dan diusahakan tersebar luas di Indonesia, diantaranya varietas ibaraki, beniazuma dan naruto (Hartoyo, 2004). Perbedaan daerah sebaran tersebut
dapat
menimbulkan
keanekaragaman
karakter
sehingga
menghasilkan varietas yang berbeda. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi. Tumbuhan ini juga merupakan sumber vitamin dan mineral, vitamin A, Vitamin C, Thiamin (vitamin B1), dan riboflavin. Mineral yang
2
dikandung ubi jalar diantaranya adalah zat besi, fosfor, dan kalsium. Ubi jalar memiliki keragaman jenis yang cukup banyak, yang terdiri dari varietas lokal dan beberapa varietas yang unggul. Varietas dari tumbuhan ini memiliki perbedaan pada bentuk, ukuran, warna daging umbi, warna kulit, daya simpan, komposisi kimia, sifat pengolahan dan umur panen (Antarlina & Utomo, 1999 dalam Balitkabi, 2002: 1-22). Bentuk I. batatas biasanya bulat sampai lonjong dengan permukaan rata sampai tidak rata. Selain itu juga memiliki warna kulit yang berbedabeda seperti warna putih, kuning, ungu, atau ungu kemerah-merahan, tergantung varietasnya, serta daging ubi berwarna putih, kuning atau jingga sedikit ungu (Rukmana, 1997: 92). Menurut Woolfe (dalam Balitkabi, 2002: 1-22), kulit ubi maupun dagingnya mengandung pigmen karotenoid dan antosianin yang menentukan warnanya. Kombinasi dan intesitas pigmen yang berbeda-beda dari keduanya menghasilkan warna putih, kuning, oranye, ataupun ungu pada kulit dan daging ubi tergantung gen yang dimiliki jenis varietas masing-masing. Varietas-varietas I. batatas banyak diteliti dan dipublikasikan, terutama varietas-varietas I. batatas asal Papua. Pada tahun 1999, CIP (Centre International Potatoe) yang merupakan pusat penelitian I. batatas sedunia yang berpusat di Peru melakukan penelitian terhadap berbagai varietas I. batatas asal Papua. Mok et al. (1999: 12-18) mengatakan bahwa tingkat keragaman
I. batatas
semakin meningkat. pernyataan
tersebut ditunjukkan semakin banyaknya varietas-varietas baru I. batatas
3
baik di Pulau Sumatera, Jawa ataupun Papua. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Sitango (2004: 1-10) di dataran tinggi Papua, diamati 30 varietas I. batatas dan dihasilkan ada banyak varietas yang memiliki kualitas dan potensi yang baik. Menurut Sitango (2004: 1-10) hanya ada 10 varietas yang berkualitas dan memiliki potensi yang baik yaitu: Lian morea, WHCK 005, PRAP 219, PRAP 469, WBS 010, Munibman, SSYK 019, Lipulipu, PRAP 546 dan WHCK 007. Dikarenakan hasil varietas baru yang diteliti oleh para peneliti belum memuaskan, maka CIP, Lembang, Bandung juga melakukan penelitian terhadap berbagai varietas I. batatas asal Papua. Mereka mengembangkan potensi varietas I. batatas tersebut dengan menggunakan rekayasa genetik yaitu dengan cara kloning gen yang di tanam dalam bentuk plasama nutfah. Varietas-varietas
I. batatas ada
sejumlah 566 varietas ditanam dalam bentuk plot-plot dengan tujuan mempermudah membedakan varietas yang satu dengan yang lainnya. Banyaknya varietas I. batatas yang dikembangkan menjadi satu varietas yang unggul, maka perlu diketahui hubungan kekerabatannya. Diketahuinya hubungan kekerabatan pada varietas I. batatas bertujuan mempermudah dalam proses persilangan. Dengan demikian akan dihasilkan dan dibentuk sistem taksonomi yang ilmiah sebagai basis data pada varietas-varietas I. batatas. Dalam pengklasifikasian tumbuhan, para taksonom melakukan banyak cara untuk memperoleh data dan sistem pengolahan data
4
taksonomi. Dengan demikian data penelitian yang diperoleh dapat dipisahkan ke dalam bentuk sistem klasifikasi yang akan menghasilkan sebuah sistem yang baru dan lebih akurat yaitu sistem kontemporer (Pudjoarinto et al., 1994 dalam Budiwati, 1999: 31). Salah satu metode kontemporer yang digunakan dalam mengetahui hubungan kekerabatan tumbuhan adalah analisis fenetik. Analisis fenetik merupakan metode dalam sistematika yang mengamati hubungan kekerabatan yang dilihat berdasarkan kesamaan karakter diantara takson yang sedang diamati tanpa memperhatikan perjalanan evolusinya. Dalam metode fenetik, spesies ditentukan berdasarkan pada nilai kesamaan yang dimiliki oleh objek studi. Karakter yang dipakai harus memiliki bobot yang sama supaya bias yang berasal dari subjektifitas dapat dihindari (Rasnovi, 2004: 138-143). B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah hubungan kekerabatan pada varietas I. batatas dengan berdasarkan karakter morfologi?” Dari rumusan masalah diatas, maka dapat ditemukan dua pertanyaan penelitian sebagai berikut: a.
Karakter morfologi apakah yang dominan pada daun, batang dan umbi dalam hubungan kekerabatan varietas I. batatas ?
5
b.
Karakter morfologi apa yang terdapat pada setiap varietas?
c.
Karakter morfologi apa yang tidak dimiliki oleh setiap varietas?
d.
Apakah terdapat hubungan kekerabatan pada varietas I. batatas bila dianalisis secara fenetik?
C. Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada hal-hal yang di bawah ini: a.
Varietas I. batatas yang diamati ada sebanyak 57 varietas (Tabel 2.1) yang diambil dari CIP ( Center International Potato), Lembang, Bandung.
b.
Jumlah karakter morfologi yang digunakan sebanyak 27 karakter (Tabel 3.4).
c.
Karakter morfologi yang diamati hanya pada organ vegetatif yaitu daun, batang dan umbi.
d.
Karakter-karakter yang diamati adalah karakter yang tampak saja.
D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah a.
Mengetahui karakter morfologi yang dominan pada daun, batang dan umbi dalam hubungan kekerabatan varietas I. batatas.
b.
Mengetahui karakter morfologi apa yang dimiliki
oleh setiap
varietas. c.
Mengetahui karakter morfologi apa yang tidak dimiliki oleh setiap varietas.
d.
Mengetahui hubungan kekerabatan pada varietas I. batatas.
6
E. Manfaat Penelitian a.
Melengkapi informasi dalam bidang morfologi dan taksonomi tanaman I. batatas
b.
Sebagai dasar dalam melakukan persilangan pada tanaman I. batatas untuk menghasilkan varietas-varietas unggul yang baru.
c.
Hubungan kekerabatan pada varietas I. batatas menjadi titik awal untuk melakukan penelitian lanjutan yang berikutnya.
F. Asumsi a.
Analisis fenetik dapat disusun berdasarkan karakter morfologi (Rasnovi, 2004: 138-143)
b.
Karakter morfologi memberi banyak kontribusi dalam mempelajari hubungan kekerabatan diantara taxa (Susandarini, 2006: 334-336)