BAB I PENDAHULUAN
1.1 Lingkungan Eksternal Bisnis Bisnis kesehatan adalah bisnis yang sangat penting karena kesehatan merupakan salah satu syarat manusia bisa merasakan kebahagiaan.Untuk bisa melakukan aktifitas dengan baik dibutuhkan badan yang sehat. Pola hidup sehat, olahraga dan istirahat yang cukup menjadikan badan kita lebih sehat, pikiran segar dan semangat. Dalam semua bisnis termasuk bisnis kesehatan penting bagi para pelaku bisnis memperhatikan faktor eksternal bisnis yaitu seluruh aspek di luar internal bisnis yang mempengaruhi jalannya bisnis. Lingkungan eksternal bisnis antara lain lingkungan budaya, sosial, pemerintahan dan lingkungan alam yang semuanya mempengaruhi proses bisnis. Pada masa sebelumnya, kesehatan belum menjadi permasalahan utama bagi manusia karena pada saat itu belum banyak terjadi pencemaran serta gaya hidup yang lebih berpihak pada alam. Tetapi pada saat ini kehidupan manusia sudah banyak berubah menjadi kurang peduli pada kelestarian alam sehingga banyak terjadinya pencemaran. Gaya hidup modern yang serba ingin cepat membawa banyak perubahan pada kesehatan manusia. Menurut Profil Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010, telah terjadi transisi epidemiologi dengan semakin menonjolnya penyakit-penyakit tidak menular khususnya
penyakit
jantung
dan
pembuluh
darah
yang
disebut
juga
cardiovascular disease seperti penyakit jantung, stroke dan hipertensi. Penyakit
1
jantung dan stroke dalam 10 tahun terakhir selalu masuk dalam 10 penyakit penyebab kematian tertinggi. Penyakit-penyakit kardiovaskuler tidak hanya menempati urutan tertinggi penyebab kematian tetapi jumlah kematiannya pun meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penderita cardiovascular disease. Seiring dengan meningkatnya kesadaran manusia akan pentingnya kesehatan menjadikan perkembangan dunia pengobatan semakin pesat. Selain pengobatan dengan ilmu kedokteran modern yang disebut pengobatan konvensional, ada juga pengobatan non-konvensional yang saat ini makin populer di kalangan masyarakat yang disebut pengobatan tradisional. Menurut Permenkes Nomor 1076/ Menkes/SK/2003, pengobatan tradisional adalah upaya pengobatan dan atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2013 mengenai Indikator Kesehatan Tahun 2008-2012 dapat dilihat bahwa lebih dari 50 persen penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri dan lebih dari 20 persen menggunakan obat tradisional.
Indikator kesehatan yang menunjukkan persentase jumlah
penduduk yang melakukan pengobatan sendiri dan yang menggunakan obat tradisional dapat dilihat pada Tabel 1.1.
2
Tabel 1.1 Indikator Kesehatan Tahun 2008-2012 No.
Indikator Kesehatan
2010
2011
2012
1
Persentase penduduk yang mengalami keluhan 33,24 33,68 30,97 kesehatan sebulan yang lalu
29,31
28,59
2
Persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan 74,86 77,34 79,82 (dokter, bidan dan tenaga medis)
81,25
83,36
3
Persentase balita yang pernah 90,00 91,89 92,73 mendapat imunisasi BCG
94,85
92,89
4
Persentase balita yang pernah 86,09 89,05 89,79 mendapat imunisasi DPT
89,07
90,02
5
Persentase balita yang pernah 87,25 89,88 90,56 mendapat imunisasi Polio
89,34
90,26
6
Persentase balita yang pernah 75,47 77,23 77,67 mendapat imunisasi Campak
76,88
77,95
7
Rata-Rata lama (bulan) anak 2-4 tahun mendapat ASI
20,00 20,00
19,68
19,41
8
Rata2 anak 2-4 tahun yang disusui dengan makanan tambahan (bulan)
16,00 15,00
14,98
14,6
9
Rata2 anak 2-4 tahun yang disusui tanpa makanan tambahan (bulan)
4,00
4,7
4,81
10
Persentase penduduk yang 65,59 68,41 68,71 mengobati sendiri
66,82
67,71
yang obat 22,26 24,24 27,58
23,63
24,33
yang yang 44,37 44,74 43,99
45,8
45,14
2,1
1,89
11
12 13
Persentase penduduk menggunakan tradisional Persentase penduduk berobat jalan sebulan lalu
2008
Persentase penduduk yang rawat inap setahun terkahir
2009
2,35
5,00
2,51
Sumber: Badan Pusat Statistik (2013)
3
Pemerintah juga mendukung pengembangan pengobatan tradisional yang merupakan warisan budaya bangsa agar dapat digunakan lebih luas di masyarakat. Dukungan tersebut antara lain dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/Menkes/SK/2003 tentang Pengobatan Tradisional dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1109/Menkes/PER/IX/2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer-Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Pengobatan tradisional semakin berkembang baik di desa maupun di perkotaan termasuk di Yogyakarta. Bisnis pengobatan tradisional di Yogyakarta masih prospektif karena termasuk dalam bisnis pelayanan kesehatan yang akan terus dibutuhkan masyarakat. Pengobatan tradisional ini bisa menjadi alternatif atau pilihan lain dari pengobatan modern yang ada ataupun menjadi komplemen atau pelengkap dari pengobatan modern yang ada. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, jumlah pengobat tradisional yang terdaftar semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data yang ada yaitu dimulai dari tahun 2010 sampai dengan bulan November 2013 menunjukkan peningkatan jumlah pengobat tradisional dengan berbagai jenis pelayanan pengobatan tradisional yang diberikan yaitu pijat, akupunktur, akupressur, reiki, prana, bekam, jamu, herbal, hipnoterapi dan ceragem. Kenaikan jumlah pengobat tradisional tersebut menandakan bisnis pengobatan tradisional masih prospektif.
4
Tabel 1.2 Jumlah pengobat tradisional yang terdaftar di Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Tahun
2010
Jumlah Pengobat Tradisional 8
2011
2012
Sampai dengan Bulan November 2013
19
23
28
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman (2013)
Bisnis kesehatan mempunyai prospek yang baik dengan adanya pertambahan jumlah penduduk sebagai pasar utama. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, jumlah penduduk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terus bertambah. Pertambahan jumlah penduduk membutuhkan pula peningkatan jumlah sarana pelayanan kesehatan baik pengobatan secara kedokteran modern maupun pengobatan secara tradisional. Selain pertambahan jumlah penduduk, aktivitas masyarakat yang sibuk terutama masyarakat perkotaan, menyebabkan kelelahan secara fisik dan kepenatan maupun stres pikiran akibat beban pekerjaan, tugas sekolah dan lainlain. Hal ini menyebabkan menjamurnya bisnis pijat yang membantu konsumen mengembalikan kesegaran tubuhnya dan menjadikan pikiran menjadi lebih rileks. Jumlah penduduk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Kabupaten atau Kota dapat dilihat pada Tabel 1.3.
5
Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DIY
Provinsi
Kabupaten/Kota Tahun Uraian
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kulon Progo 384.326 11,44 385.937 11,37 387.493 11,31 388.869 11,25 390.207 11,19 393.221 11,19
Bantul 872.866 25,98 886.061 26,11 899.312 26,24 911.503 26,36 921.263 26,42 927.958 26,4
Gunung Kidul 675.359 20,1 675.471 19,91 675.474 19,71 675.382 19,53 677.998 19,44 684.740 19,48
Sleman 1.035.032 30,81 1.054.751 31,09 1.074.673 31,36 1.093.110 31,62 1.107.304 31,75 1.114.833 31,72
Yogyakarta 391.821 11,66 390.783 11,52 389.685 11,37 388.627 11,24 390.553 11,2 394.012 11,21
DIY 3.359.404 100,00 3.393.003 100,00 3.426.637 100,00 3.457.491 100,00 3.487.325 100,00 3.514.762 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistis Provinsi DIY (2014)
Pengobatan tradisional yang semakin berkembang banyak sekali macamnya diantaranya yaitu penggunaan obat tradisional. Dalam dekade belakangan ini di tengah banyaknya jenis obat modern di pasaran dan munculnya berbagai jenis obat modern baru, terdapat kecenderungan global untuk kembali ke alam (back to nature). Faktor yang mendorong masyarakat untuk menggunakan obat bahan alam antara lain karena mahalnya harga obat modern atau sintetis dan banyaknya efek samping (Pramono, 2002). Selain itu faktor promosi melalui media massa juga ikut berperan dalam meningkatkan penggunaan obat tradisional. Tidak hanya populer di negara kita, obat tradisional juga populer di negara maju
6
seperti Jerman dan Amerika Serikat. Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa sehingga perlu dilestarikan dan dikembangkan. Penggunaan obat tradisional juga tidak lepas dari Indonesia yang merupakan negara dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua setelah Brazil. Indonesia memiliki 25.000-30.000 spesies tanaman yang merupakan 80 persen dari jenis tanaman di dunia dan 90 persen dari jenis tanaman di Asia (Pramono, 2002 dan Erdelen W.R., et al 1999). Hasil inventarisasi PT. Eisai pada tahun 1986 yang dituangkan dalam Medicinal herb index in Indonesia didapatkan sekitar 7000 spesies tanaman di Indonesia digunakan masyarakat sebagai obat, khususnya oleh industri jamu, dan yang didaftarkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia berjumlah 283 tanaman (Pramono, 2002) Penggunaan obat tradisional di Indonesia sebagai obat alternatif selain untuk memelihara kesehatan juga untuk mengobati penyakit ringan. Yang mengkhawatirkan ialah obat tradisional juga digunakan masyarakat sebagai obat utama untuk mengobati penyakit berat seperti kanker dan AIDS, hipertensi dan diabetes melitus tanpa sepengetahuan atau pengawasan dokter (Dewoto H.R., 2007). Penggunaan obat tradisional harus juga mengetahui aturannya walaupun efek samping yang ditimbulkan relatif lebih kecil dibandingkan obat kimia atau obat modern, tetapi apabila penggunaan tidak hati-hati akan dapat membahayakan bagi yang mengunakannya. Maka dari itu, perlu adanya edukasi atau pemberian informasi kepada masyarakat mengenai penggunaan obat tradisional yang tepat dan aman.
7
Meningkatnya minat masyarakat terhadap obat tradisional memacu industri farmasi di Indonesia untuk memproduksi obat tradisional. Pada tahun 2002, jumlah industri farmasi yang memproduksi obat tradisional yang mendaftar pada Balai Pengawasan Obat dan Makanan berjumlah 16 perusahaan dan meningkat menjadi 82 pada tahun berikutnya (Dewoto H.R., 2007). Jumlah industri farmasi yang memproduksi obat tradisional sampai akhir tahun 2002 di Indonesia sebanyak 1012 yang terdiri atas 105 industri skala besar dan 907 industri skala kecil (Moeloek F.A., 2006). Jumlah sediaan obat tradisional yang didaftar pada Badan POM akhir tahun 2006 sebanyak 14.217 termasuk diantaranya 2.036 produk impor dan 52 produk lisensi. Sediaan obat tradisional tersebut membutuhkan sarana distribusi untuk sampai kepada pengguna atau masyarakat sehingga penjualan obat tradisional menjadi peluang bisnis yang cukup prospektif.
1.2 Lingkungan Internal Bisnis Lingkungan internal bisnis merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan yang dapat mempengaruhi bisnis yang dijalankan. Termasuk dalam lingkungan internal bisnis yaitu kekuatan (strengths) dan kelemahan (weeknesses) yang dimiliki oleh internal perusahaan. Griya Sehat Herbal menyediakan jasa layanan pengobatan tradisional dan penjualan obat tradisional. Konsumen yang dilayani hanya konsumen wanita saja dengan pertimbangan kenyamanan konsumen dan juga para karyawan. Sedangkan obat tradisional yang dijual merupakan obat tradisional yang dalam pembuatannya
8
sudah memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sudah memiliki izin resmi dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan. Selain obat tradisional, Griya Sehat Herbal juga menjual produk-produk tradisional seperti kosmetik
tradisional
serta
minuman
tradisional.
Praktek
pengobatan
tradisionalnya akan melayani pijat tradisional, pijat refleksi, kerikan, totok wajah dan bekam yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih serta teknik yang benar sehingga memberikan hasil yang memuaskan. Kekuatan dari bisnis Griya Sehat Herbal yaitu merupakan bisnis di bidang kesehatan yang akan terus dibutuhkan oleh masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya kesehatan. Kekuatan lain dari Griya Sehat Herbal ini adalah pelayanan khusus wanita sehingga akan dalam melakukan pengobatan tradisional menjadi lebih nyaman. Selain mempunyai kekuatan, bisnis Griya Sehat Herbal ini juga mempunyai kelemahan yaitu: 1.
Bisnis Griya Sehat Herbal termasuk bisnis jasa yang mudah ditiru sehingga faktor kepuasan konsumen pada pelayanan merupakan prioritas utama yang harus diperhatikan agar konsumen tidak mudah berpindah tempat layanan.
2.
Khasiat obat tradisional belum terbukti secara ilmiah, kecuali untuk produkproduk golongan fitofarmaka sudah melalui penelitian sampai dengan uji klinis (uji pada sampel manusia).
9
1.3
Rumusan Masalah Peningkatan kesadaran manusia akan pentingnya kesehatan menjadikan
bisnis di bidang kesehatan terus berkembang salah satunya bisnis pengobatan tradisional. Bisnis pengobatan tradisional yang menyediakan layanan seperti pijat tradisional, pijat refleksi, totok wajah dan bekam banyak bermunculan, bahkan saat ini sudah ada yang menggunakan sistem waralaba atau membuka cabang di banyak kota. Melihat perkembangan tersebut menandakan bahwa bisnis pengobatan tradisional mempunyai prospek yang bagus. Dengan melihat beberapa bisnis sejenis yang sudah ada di Yogyakarta, belum ada yang memberikan layanan khusus untuk konsumen wanita sehingga hal ini bisa dijadikan sebagai peluang untuk membuka bisnis baru pengobatan tradisional yaitu bisnis jasa layanan pengobatan tradisional khusus wanita. Selain jasa pengobatan tradisional, penggunaan obat tradisional juga mengalami peningkatan yang ditandai dengan naiknya omzet penjualan obat tradisional di tanah air dari tahun ke tahun. Dengan melihat hal tersebut, penjualan obat tradisional merupakan peluang bisnis yang prospektif untuk dijalankan bersama dengan jasa layanan pengobatan tradisional di Yogyakarta. Selain itu, latar belakang pendidikan penulis yang merupakan seorang apoteker menjadi salah satu motivasi untuk mencoba membuka bisnis baru di bidang kesehatan yaitu pengobatan tradisional. Dengan adanya modal sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi di bidang kesehatan, maka penulis memutuskan untuk membuka usaha baru ini dari awal, bukan membeli usaha waralaba atau frainchise tertentu. Karena bisnis ini merupakan bisnis yang baru akan dibuka, maka lingkup
10
usahanya masih terbatas di sekitar lokasi usaha yaitu di Kabupaten Sleman yang merupakan kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jumlah penduduk yang terbanyak. Dari peluang bisnis jasa layanan pengobatan tradisional dan penjualan obat tradisional dengan konsumen khusus wanita yang cukup prospektif, maka disusun sebuah rencana bisnis dengan tujuan supaya dapat dijadikan sebagai pedoman dan arahan dalam memulai dan mengoperasionalkan bisnis baru ini.
1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menyusun rencana bisnis Griya Sehat Herbal yang dapat dijadikan sebagai pedoman dan arahan yang terperinci dalam memulai dan mengoperasionalkan bisnis ini sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan serta mengurangi dampak dan risiko dari adanya ketidakpastian.
11