1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia. Propinsi ini kerap dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Dengan peran ini, Yogyakarta menjadi daerah potensial untuk merintis bisnis yang disukai wisatawan, salah satunya bisnis makanan khas. Beberapa makanan khas Yogyakarta yang sering dijadikan oleh-oleh wisatawan antara lain bakpia, yangko, geplak, dan gudeg. Menurut Kumoro (2008), sebanyak 49 % makanan oleh-oleh yang pasti dibeli wisatawan adalah bakpia. Tingginya kecenderungan wisatawan memilih bakpia sebagai oleholeh berdampak pada persaingan antar produsen bakpia yang semakin ketat. Menurut Christalini (2008), persaingan dalam industri bakpia di Yogyakarta tumbuh dengan baik. Hal ini terbukti dengan cukup banyaknya pelaku yang menjalankan bisnis ini baik di daerah Pathuk maupun di luar Pathuk. Berdasarkan
data
Dinas
Perindustrian
Perdagangan
dan
Koperasi
(Disperindagkop) DIY, sepanjang tahun 2014 tercatat 178 unit usaha yang memproduksi bakpia. Persaingan bisnis bakpia yang semakin ketat menuntut para pelaku usaha untuk dapat menghasilkan produk sesuai keinginan konsumen agar terus kompetitif. Menurut Prasidya (2013), saat ini konsumen cenderung
2
menyukai bakpia dengan pengembangan inovasi yakni variasi rasa beragam, kualitas yang baik tanpa bahan pengawet, dan harga sesuai kemampuan konsumen. Untuk memenuhi harapan konsumen, evaluasi kinerja perusahaan menjadi hal yang penting dilakukan, salah satunya adalah evaluasi kinerja produktivitas guna mengetahui pada tingkat produktivitas mana perusahaan itu beroperasi. Dengan tingkat produktivitas yang tinggi diharapkan perusahaan dapat menekan biaya produksi dan menjaga daya saing harga produk. Bakpiapia Djogdja merupakan salah satu produsen bakpia yang sedang berkembang di Yogyakarta, yang mempunyai visi “menjadi tujuan berbelanja makanan lebih dari yang asli bagi wisatawan domestik dan mancanegara yang selektif terhadap makanan berkualitas”. Tujuan yang ingin dicapai perusahaan yaitu menghasilkan produk berkualitas melalui sumber daya berkualitas agar berdaya saing tinggi. Produk yang dihasilkan diantaranya bakpia single, bakpia blasteran, dan ampyang kepyar. Penjualan produk tertinggi berupa bakpia single, meliputi varian rasa kacang hijau, cokelat, dan keju. Bakpiapia Djogdja berupaya mencapai tujuan melalui sasaran-sasaran perusahaan yang telah ditetapkan. Dari hasil observasi awal penelitian diketahui bahwa sasaran perusahaan belum dapat dicapai sepenuhnya. Hal ini ditunjukkan dari penggunaan input bahan baku yang belum optimal dan adanya kecacatan produk melebihi standar sehingga output yang dihasilkan
3
belum sesuai target. Data penggunaan input bahan baku dan kecacatan produk dijelaskan pada Tabel 1.1 berikut : Tabel 1.1 Penggunaan Input Bahan Baku dan Kecacatan Produk
Periode Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Bahan Baku Kumbu dan Jladren (Kg) 997 706 785 739 918 989 1120 892 715 794 732 1061
Sasaran Produksi Bakpia (Pcs) 319040 225920 251200 236480 293760 316480 358400 285440 228800 254080 234240 339520
Produksi Aktual Bakpia (Pcs) 312730 222655 248043 233522 288776 310000 353184 280450 224925 250060 231125 335056
Bahan Baku Kulit (Kg) 550,5 393 436,5 409,5 508,5 546 613,5 490,5 393,5 438 408 585
Sasaran Penggunaan Kulit (Kg) 531,7 376,5 418,7 394,1 489,6 527,5 597,3 475,7 381,3 423,5 390,4 565,9
Produk Cacat (%) 2,1232 1,7871 2,0025 1,9788 2,1415 2,1081 2,0168 2,0424 1,6859 2,0967 1,9981 2,1546
Sumber : Bakpiapia Djogdja (2014)
Penggunaan input bahan baku yang belum optimal dan adanya kecacatan produk melebihi standar
mengindikasikan bahwa kinerja
produktivitas di Bakpiapia Djogdja pun belum optimal. Dalam hal ini berarti perusahaan belum dapat menggunakan sumber dayanya secara efisien dan efektif. Oleh karena itu, pengukuran produktivitas penting untuk dilakukan. Hasil pengukuran dianalisis guna mengetahui perkembangan produktivitas dan permasalahan yang terjadi. Permasalahan yang ada diidentifikasi untuk selanjutnya disusun rekomendasi langkah peningkatan produktivitas. Hasil pengukuran produktivitas juga digunakan sebagai umpan balik perusahaan dalam melaksanakan program guna menjamin kelangsungan kegiatan perusahaan dan meningkatkan daya saing produk. Pengukuran produktivitas dapat dilakukan dengan beberapa metode, seperti APC (American Productivity Center), Marvin E. Mundel, dan
4
Objective Matrix. Menurut Musthofa (2004), metode Objective Matrix dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas perusahaan, memotivasi karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan melalui sasaran produktivitas perusahaan, dan adanya penetapan bobot yang mencerminkan pengaruh masing-masing faktor terhadap peningkatan produktivitas. Metode Objective Matrix memiliki fleksibilitas yang tinggi, mampu diterapkan untuk mengukur kinerja departemen ataupun perusahaan secara keseluruhan baik untuk industri kecil, menengah, maupun industri besar. Menurut Sirajuddin (2011), dalam pengukuran produktivitas metode Objective Matrix, selain diketahui indikator pencapain kinerja juga diketahui skor aktual kriteria kinerja. Dengan begitu, penyusunan perencanaan peningkatan produktivitas akan lebih mudah karena kriteria-kriteria yang kurang memberikan kontribusi terhadap produktivitas perusahaan dapat diketahui lebih detail. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini adalah persaingan antar produsen bakpia yang semakin ketat menuntut para pelaku usaha untuk dapat menghasilkan produk sesuai keinginan konsumen agar terus kompetitif dan berdaya saing tinggi. Bakpiapia Djogdja sebagai salah satu produsen bakpia yang sedang bekembang di Yogyakarta berupaya memenuhi harapan konsumen melalui pencapaian tujuan perusahaan. Akan tetapi, pencapaian tujuan tersebut belum seutuhnya terpenuhi. Hal ini diketahui dari adanya
5
sasaran perusahaan yang belum tercapai, seperti penggunaan input bahan baku yang belum optimal dan adanya kecacatan produk melebihi standar. Pengukuran dan analisis produktivitas di Bakpiapia Djogdja penting dilakukan guna mengetahui efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya dalam mencapai sasaran perusahaan. Hasil pengukuran yang kurang memberikan kontribusi terhadap kinerja produktivitas diidentifikasi untuk selanjutnya
disusun
rekomendasi
langkah
peningkatan
produktivitas
perusahaan. 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah digunakan untuk menyederhanakan ruang lingkup penelitian. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Pengukuran produktivitas dilakukan di bagian produksi bakpia single. 2. Pengukuran produktivitas dilakukan selama periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2014. 3. Pengukuran tidak mencakup aspek finansial dan profitabilitas. 4. Penentuan bobot kepentingan setiap kriteria pengukuran produktivitas dilakukan menggunakan skala Likert. 5. Penyusunan rekomendasi langkah peningkatan produktivitas diupayakan terhadap rasio dengan urutan prioritas pertama dan kedua.
6
1.4 Tujuan Penelitian Dari permasalahan di atas, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut. 1. Menyusun kriteria-kriteria pengukuran produktivitas yang sesuai dengan tujuan perusahaan. 2. Mengukur dan mengevaluasi tingkat produktivitas perusahaan periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2014. 3. Menyusun langkah-langkah peningkatan produktivitas di Bakpiapia Djogdja. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat berikut. 1. Memperluas pengetahuan dan wawasan penulis dalam penerapan ilmu yang diperoleh dari bangku kuliah. 2. Memberikan informasi mengenai perkembangan produktivitas perusahaan berdasarkan hasil pengukuran menggunakan metode Objective Matrix. 3. Sebagai masukan bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan terkait penggunaan sumber daya agar produktivitasnya dapat meningkat.