BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi konsumsi yang menguntungkan bagi masyarakat, selain menyampaikan informasi kepada orang-orang yang tidak terjangkau, juga dapat memperbaiki kehidupan masyarakat dan membuat demokrasi berfungsi dengan lebih baik dengan kuantitas informasi dari media massa. Terbukti dengan hadirnya beragam bentuk media massa di sekitar kita yang dapat kita pilih untuk memenuhi kebutuhan informasi sehari-hari baik cetak, elektronik maupun internet. Media massa tidak hanya memberikan informasi, media massa juga mendidik, menghibur dan mempengaruhi masyarakat. Lasswell (Severin & Takard, 2001: 386388) menyatakan media massa juga berperan sebagai pengawasan lingkungan, korelasi bagian dalam masyarakat untuk merespon lingkungan, dan penyampaian warisan masyarakat dari satu generasi ke generasi. Dengan kata lain, isi media juga bisa menjadi alat penghubung antar berbagai pihak yang berkepentingan. Apapun yang disiarkan dan diberitakan, fungsi-fungsi ini terbentuk dalam isi media massa. Melihat perkembangan isi media massa saat ini, media lebih banyak melakukan pemberitaan dan penyiaran tentang persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat seperti persoalan kasus korupsi, kenaikan harga BBM, hukum, mafia pajak, bahkan
1
kemerosotan yang terjadi di berbagai aspek kehidupan. Masyarakat sebagai konsumen isi media hanya bisa sebatas mengetahui peristiwa atau persoalan yang sedang terjadi. Namun dengan kemampuan media dalam memberi penjelasan informasi kepada masyarakat membuat pengetahuan masyarakat yang semula tidak tahu apa-apa kini menjadi jelas ketika berbagai persoalan diungkap oleh media massa. Persoalan-persoalan yang masih hangat diperbincangkan dalam media massa selalu menjadi perhatian bagi publik. Salah satunya, kasus Angelina Sondakh yang tersandung kasus suap Wisma Atlet, Angelina sebagai salah satu anggota DPR memiliki citra yang baik di mata masyarakat, namun menjadi buruk akibat kasus suapnya. Kasus ini diungkap oleh media ke publik dengan berbagai bukti. Cara media tersebut, secara tidak langsung ikut mendorong masyarakat untuk terlibat mengontrol kinerja lembaga negara. Namun menurut jajak pendapat yang dilakukan Litbang Kompas tanggal 8 sampai 10 Februari 2012, menyimpulkan bahwa, isi media tak sepenuhnya berhasil membantu masyarakat ataupun pengambilan kebijakan untuk merumuskan solusi terhadap permasalahan bangsa. Publik menengarai kebanyakan isi media mulai mengurangi
fungsinya
sebagai
pendidik
karena
media
konvensional
lebih
mementingkan kepentingan pemilik atau ekonomi. Isi media cenderung hanya sampai pada proses penyampaian informasi kepada publik, media kurang melakukan fungsinya sebagai kontrol sosial terhadap permasalahan bangsa. Jajak pendapat tersebut menambahkan bahwa,
media cetak adalah media yang masih melakukan fungsi
tersebut. Hal ini bertentangan dengan Cangara (2005: 139) yang menyatakan bahwa
2
media cetak mampu melakukannya karena ia memberikan informasi yang lebih lengkap. Salah satu media cetak yang menjadi rekomendasi adalah jurnalisme warga atau komunitas1. Sekarang ini sedang berkembang jurnalisme warga atau komunitas. Setiap orang atau kelompok dapat dengan bebas menciptakan satu media yang sesuai dengan kepentingannya. Tidak berbeda dengan bentuk jurnalisme pada umumnya, setiap halaman umumnya memuat laporan dan rekaman peristiwa-peristiwa yang terjadi, ideide, dan opini yang berkembang. Jurnalisme warga adalah sejenis jurnalisme yang menekankan pelayanan masyarakat dengan lebih baik dengan mengindentifikasi masalah-masalah dan isu-isu penting serta fokus pada masalah-masalah dan isu-isu tersebut (Shepard, dalam Takard & Severin 2009:290), karena yang menciptakan informasi di dalam media ini adalah masyarakat sendiri. Karena Informasi-informasi yang diberikan oleh media ini merupakan informasi yang lebih mengutamakan pada kepentingan masyarakat, maka cara-cara penyampaian informasi yang mendominasi dalam jurnalisme warga adalah dengan argumentasi dan tanggapan. Argumentasi adalah satu kekuatannya, tapi pada kenyataannya jurnalisme komunitas juga memiliki kelemahan yakni persoalan pendanaan, namun hal tersebut tidak mengurangi kualitas dari pemberitaan informasi. Sayangnya, informasi pada jurnalisme komunitas menjadi referensi sekunder oleh masyarakat.
1
Sumber: Koran Kompas edisi 13 Februari 2012 hal. 4
3
Adalah Slank, sebuah grup musik terkenal di Indonesia dan juga merupakan kelompok masyarakat. Kelompok musik ini akrab dengan gerakan anti korupsi, atau bagian dari kritik sosial. Bahkan grup musik ini sering disebut sebagai ikon antikorupsi di Indonesia. Slank ternyata tak sekedar kelompok musik, tapi juga mengilhami lahirnya sebuah komunitas (Revolta, 2008:4). Komunitas tersebut bernama Slankers. Untuk mempererat hubungan Slank dengan fans fanatiknya, Slank membentuk satu wadah yang berisi informasi-informasi yang mereka kenal dengan Koran Slank. Koran Slank adalah jurnalisme komunitas bulanan. Walaupun didirikan oleh sebuah kelompok musik, Koran Slank tidak hanya memuat bidang seni musik saja, lebih dari itu, Koran Slank yang didirikan sejak 2002 ini seringkali memuat beragam tema dalam kehidupan bermasyarakat, seperti isu-isu politik, sosial budaya hingga tema-tema tentang wawasan kebangsaan. Pada awalnya, Koran Slank hadir untuk menjadi jembatan informasi antara Slank dengan penggemarnya yang disebut ‘Slankers’. Namun seiring perkembangannya, Koran Slank telah berkembang menjadi media pendidikan nonformal bagi ‘anak muda’ yang sensitif akan isu-isu politik, peduli sosial, dan tanggap terhadap perkembangan budaya di lingkungan sekitarnya.2 Dalam Koran Slank terdapat berbagai rubrik informasi dan hiburan yang menjadi pilihan menarik bagi pembacanya. Salah satu yang menjadi perhatian adalah ‘Rubrik Intro Indonesia’. Dari namanya saja dapat kita bayangkan bahwa rubrik ini membahas pandangan-pandangan Koran Slank tentang apa saja yang sedang terjadi di bangsa Indonesia terkait dengan politik, sosial budaya hingga tema-tema tentang 2
Diunduh dari http://www.scribd.com/doc/31380337/Halaman-Utama-PKMP-Koran-Slank, pada Senin 6 Februari 2012, pukul 10.20 wib.
4
wawasan kebangsaan. Pandangan Koran Slank dalam rubrik ini disampaikan dengan bahasa yang ringan sehingga pesan yang dituliskan mudah dicerna. Penulis rubrik ini adalah pimpinan redaksi Koran Slank, seorang jurnalis musik yaitu Setia Buddy Ace. Beberapa topik Koran Slank pada rubrik Intro Indonesia, seperti“Kaya dan Miskin Sama Saja, Yang PENTING manusiawi” Edisi 4; “BBM, KORUPSI & PILKADA, mestinya rakyat yang menentukan!”Edisi 34; “Apakah Kita Harus Malu?” Edisi 45 dan; “SLANK & KPK “BANGKIT DAN LAWAN KORUPTOR”Edisi 50. Di sini menurut peneliti, Koran Slank dengan kemandirian dan kebebasan yang dimilikinya sebagai media, berani membahas apa dan kepada siapa saja di dalam media komunitasnya. Dampaknya masyarakat yaitu Slankers, bisa belajar tanggap akan fenomena-fenomena di sekitar dan ikut memberi solusi terhadap berbagai persoalan. Seperti kutipan-kutipan dalam Rubrik Intro Indonesia edisi 50: “Kalau ada yang paling memalukan menjadi bagian dari bangsa Indonesia adalah menghadapi kenyataan bahwa tanah air tercinta ini tercatat sebagai negeri yang belum lagi ‘gemah ripah loh jinawi’ tapi sudah tercatat sebagai wilayah paling korupsi se-Asia”. Kemudian, “Tentu saja sikap Slank menerima pinangan KPK mendapatkan sambutan yang baik dan mendapat dukungan dari masyarakat Slankers Indonesia, tapi tidak sedikit yang mengatakan bahwa upaya ini hanya sia-sia belaka karena korupsi sudah membudaya di negeri ini, alias sudah mendarah daging”
5
“Bangsa ini, kata orang itu, perlu cuci darah dan untuk itu yang bisa dilakukan untuk menghapuskan korupsi hanyalah dengan memangkas generasi yang sudah tidak bersih itu dan diganti dengan generasi muda yang lebih bersih”. Wacana yang diwakili oleh rubrik Intro Indonesia dalam tulisannya menunjukan satu kekuatan. Terbukti dengan eksisnya rubrik ini setiap bulannya, sehingga wacana yang disampaikannya mempunyai maksud dan tujuan tertentu bagi pembaca. Penelitian tentang Slank pernah dilakukan pada 2011, penelitian ini lebih kepada Slank melakukan kritik lewat lirik lagu fenomenalnya yaitu “Gossip Jalanan”. Dalam penelitian ini lebih mengacu kepada persoalan bagaimana para Slankers dan masyarakat memaknai lirik lagu tersebut sebagai kritikan Slank terhadap persoalan yang terjadi. Maka hasil penelitian itu menyimpulkan bahwa Slankers dan masyarakat setuju dengan Slank, karena lirik lagu tersebut sama dengan kenyataan yang ada. Hal ini memperkuat asumsi sementara peneliti. Dengan adanya media komunitas, kritik Slank pada lagulagunya pindah di dalam Koran Slank, sehingga pesan kritik sosial yang disampaikan Slank lebih jelas. Wacana yang terdapat dalam Rubrik Intro Indonesia menyampaikan berbagai macam pandangan yang disusun dalam bentuk bahasa yang terdiri dari kata atau kalimat, dan mengandung maksud atau makna tertentu. Kritik yang terdapat dalam rubrik ini disampaikan oleh Setia Buddy Ace selaku penulis rubrik ini, karena dia melihat berbagai macam fenomena yang terjadi di negara Indonesia baik berupa isu-isu maupun fakta.
6
Permainan kata atau bahasa yang terdapat dalam Rubrik Intro Indonesia merupakan tindakan penciptaan makna dari sang jurnalis (Setia Buddy Ace), dan kemudian disampaikan kepada masyarakat dalam hal ini adalah Slankers untuk menjadi lebih peka dan tanggap terhadap segala permasalahan/ fenomena yang menjadi wacana di negara ini. Menurut Hawthorn 1992 (Eriyanto 2001: 2), wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran diantara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya. Dengan melihat cuplikan beberapa topik dan pandangan dalam Rubrik Intro Indonesia di atas, Koran Slank sebagai jurnalisme komunitas berusaha menyampaikan suatu wacana dengan tulisannya. Wacana yang dimaksudkan di sini merupakan sebuah wacana sosial. Analisis wacana adalah praktik pemakaian bahasa, terutama politik bahasa. Karena bahasa adalah aspek sentral dari penggambaran suatu subjek dan lewat bahasa ideologi terserap di dalamnya, sehingga penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk untuk mendeskripsikan wacana dan perspektif kritik sosial yang muncul dalam pandangan Jurnalisme Komunitas. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana wacana yang muncul dalam Jurnalisme Komunitas menggunakan analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis) model Teun A Van Dijk? 2. Bagaimana perspektif kritik sosial yang digunakan dalam Jurnalisme Komunitas?
7
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan wacana yang muncul dalam Jurnalisme Komunitas menggunakan analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis) model Teun A. Van Dijk 2. Mendeskripsikan perspektif kritik sosial yang digunakan dalam Jurnalisme Komunitas. 1.4 Manfaat Penelitian Peneliti memiliki harapan, bahwa penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut : 1.4.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian diharapkan dapat menjelaskan wacana yang terdapat dalam Jurnalisme Komunitas dengan menggunakan analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk, sehingga penelitian ini bisa menjadi rekomendasi untuk pengembangan Ilmu Komunikasi yang selama ini lebih mengarah kepada media elektronik dan film. Sehingga, kajian analisis wacana kritis Teun A. Van Dijk dapat dikembangkan. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi redaksi Koran Slank mengenai bagaimana wacana yang dibangun di lihat dari perspektif kritik sosial Jurnalisme Komunitas, sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk melakukan penerbitan kembali. Sedangkan bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan baik bagi peneliti dan pembaca mengenai pentingnya sebuah
8
wacana yang terkandung dalam jurnalisme warga atau komunitas yang terkandang diabaikan oleh masyarakat dan memicu penelitian-penelitian berikutnya tentang media komunitas. 1.5. Konsep-Konsep & Batasan Penelitian 1.5.1 Konsep-Konsep yang Digunakan 1. Kritik Sosial Media merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses bermasyarakat dan merupakan salah satu variabel penting dalam memelihara sistem sosial (Hathaway, 2001: 384). 2. Jurnalisme Komunitas merupakan jurnalisme yang menekankan pelayanan masyarakat dengan lebih baik dengan mengidentifikasi masalah-masalah dan isu-isu penting serta fokus pada masalah-masalah dan isu-isu tersebut (Shepard dalam Takard & Severin, 2009: 290). 1.5.2 Batasan Penelitian 1. Di sini artikel yang diteliti adalah artikel Intro Indonesia salah satu bentuk jurnalisme komunitas yang beredar di masyarakat. 2. Meneliti wacana dalam Rubrik Intro Indonesia dalam melakukan kritik sosial atas permasalahan-permasalahan bangsa dengan metode analisis wacana kritis dan mendeskripsikan perspektif kritik sosialnya.
9