BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan baik itu kekayaan yang berupa kekayaan alam maupun kekayaan yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang begitu membanggakan Indonesia. Kekayaan tersebut harus dilindungi, dipelihara, dilestarikan dan dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. Khususnya pada mutu kehidupan manusia dan pada umumnya untuk menjamin keserasian, keselarasan, dan keseimbangan, hubungan antara manusia dengan Tuhan sebagai Pencipta, antara manusia dengan masyarakat maupun hubungan manusia dengan lingkungannya. Populasi manusia yang terus bertambah mengakibatkan kebutuhan manusia semakin bertambah pula, terutama kebutuhan dasar menusia seperti makan, sandang dan perumahan. Bahan-bahan untuk kebutuhan itu semakin banyak diambil dari lingkungan. Disamping itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memacu proses industrialisasi, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Untuk memenuhi kebutuhan populasi yang terus meningkat, perlu adanya proses produksi terhadap bahan-bahan kebutuhan hidup dalam jumlah yang besar melalui industri. Setiap hari kebutuhan-kebutuhan hidup itu harus dipenuhi. Oleh karena itu dorongan untuk berkembangnya industri semakin besar. Pemenuhan kebutuhan akan memaksa para pelaku industri untuk memproduksi produk-produknya secara cepat dengan modal ekonomi yang rendah. Hal inilah yang akan menjadi faktor penyebab terjadinya kerusakan lingkungan. Ada
1
beberapa faktor yang diakibatkan dari pemenuhan kebutuhan yang dilakukan oleh pelaku industri, antara lain:1 sumber daya alam yang diambil dari lingkungan semakin besar jumlahnya; industri menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan; munculnya dampak negatif dari bahan-bahan sintetik yang tidak alami (insektisida, obat-obatan dan sebagainya) yang dapat merusak lingkungan. Memperhatikan dan mencermati masalah dampak industri dan teknologi juga merupakan suatu usaha untuk mencari penyelesaian masalah bagi tercapainya keinginan untuk mendapatkan kualitas hidup dan kenyamanan hidup yang lebih baik. Industri dan teknologi memang diperlukan untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik namun kalau dampak yang ditimbulkannya makin menjauhkan manusia dari pencapaian kualitas hidup yang lebih baik, sudah barang tentu hal itu tidak boleh terjadi. Untuk itu ada beberapa hal itu tidak boleh terjadi. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dicermati sehubungan dengan masalah dampak industri dan teknologi, yaitu: adanya dampak tak langsung dan adanya dampak langsung.2 Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sumber daya alam sangat diperlukan untuk pengembangan proses faktor produksi, dimana industri yang menghasilkan produk-produk yang dihasilkan bahan limbah prosesnya harus dilakukan pengawasan secara ketat. Berlaku juga dengan industri Kain Sasirangan yang merupakan industri rumah tangga di kawasan pengrajin Kain Sasirangan yang tersebar di beberapa daerah di Kota Banjarmasin.
1
Hardjosoemantri Koesnadi, 1993, Hukum Tata LIngkungan, Gadjah Mada Universitas Press, Yogyakarta. 2 Wisnu Arya Wardhana, 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi Offset, YOGYAKARTA.
2
Industri kain sasirangan dapat dikatakan sebagai penghasil limbah cair, hal ini disebabkan dari proses penyempurnaan tekstil yang selalu menggunakan air sebagai bahan pembantu utama dalam setiap tahapan prosesnya. Pencemaran air dari industri kain sasirangan dapat berasal dari: buangan air proses produksi, buangan bahan-bahan kimia sisa proses produksi, sampah potongan kain dan lainnya. Dalam jumlah tertentu dengan kadar tertentu, kehadirannya dapat merusakkan kesehatan bahkan mematikan manusia atau kehidupan lainnya sehingga perlu ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam lingkungan pada waktu tertentu. Adanya batasan kadar, dan jumlah bahan beracun serta berbahaya pada suatu ruang dan waktu tertentu dikenal dengan istilah nilai ambang batas, yang artinya dalam jumlah demikian masih dapat ditoleransi oleh lingkungan sehingga tidak membahayakan lingkungan ataupun pemakai.3 Karena itu untuk tiap jenis bahan beracun dan berbahaya telah ditetapkan nilai ambang batasnya. Dalam proses pembuatan kain sasirangan terdapat dampak yang menimbulkan kekhawatiran terhadap pencemaran lingkungan yaitu pada proses pewarnaan pada kain. Pengertian dari pewarnaan itu sendiri yaitu pemberian warna yang merata pada suatu bahan yang mempunyai sifat kurang lebih permanen dan pada umumnya pewarnaan terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat warna dalam air atau medium lain kemudian bahan tekstil
3
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&ved=0CEcQF jAD&url=http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream%2F123456789%2F19890%2F4%2 FChapter%2520II.pdf&ei=_XtqUtKUBIrbtAaX24GgCw&usg=AFQjCNHyW29cmuPmXyCcv0m Xjm6I-5e0-g&bvm=bv.55123115,d.Yms
3
dimasukkan atau dicolet dengan larutan tersebut sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat kain.4 Dewasa ini para pengrajin sasirangan tidak lagi menggunakan ramuan alam untuk pewarnaan kain sasirangan. Dengan membanjirnya zat warna sintetis sebagai barang import ke Indonesia dari luar negeri yaitu Eropa, Jepang dan Cina, sekaligus menyingkirkan ramuan-ramuan warna tradisional dalam negeri, termasuk daerah Kalimantan Selatan. Memang ada usaha-usaha untuk mengolah zat pewarna secara alami dengan menggunakan bahan-bahan dari alam sekitar kehidupan kita, namun prosesnya memerlukan waktu dan justru pula memerlukan biaya lebih besar manakala dibandingkan dengan membeli zat warna sintetis. Namun demikian, hal positif dari zat pewarna alami ini yaitu ramah lingkungan, tidak berdampak yang merugikan dari limbahnya.5 Zat pewarna sintetis diolah oleh industri dalam proses kimia. Para pengrajin, khususnya petugas pemberi warna kain sasirangan umumnya tidak atau kurang menyadari bahwa zat pewarna tersebut ada memiliki kandungan zat racun, meskipun dalam batas yang sangat minimal.6 Pencemaran air dari industri kain sasirangan dapat berasal dari: buangan air proses produksi, buangan bahan-bahan kimia sisa proses produksi, sampah potongan kain dan lainnya.7 Pencemaran itu dapat mengganggu keseimbangan
4
Syamsiar Seman, “SASIRANGAN KAIN KHAS BANJAR”, 2008, Lembaga Pengkajian dan Pelestarian Budaya Banjar Kalimantan selatan, Kalimantan selatan. Hal. 1 5 Ibid, Hal. 6 6 Ibid, Hal. 7 7 http://batikananta.blogspot.com/2009/01/teknologi-pengolahan-limbah-di-rubiyah.html
4
ekosistem sungai, dapat merubah warna, bau bahkan mengakibatkan matinya makhluk-makhluk air yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Timbulnya warna itu dikarenakan sisa-sisa zat warna yang tidak terpakai dan kotoran-kotoran yang berasal dari sutera alam.8 Disamping dapat mengganggu keindahan, mungkin juga dapat bersifat racun, serta biasanya sukar dihancurkan.9 Genangan air yang berwarna, banyak menyerap oksigen dalam air, sehingga dalam waktu lama akan membuat air berwarna hitam dan berbau. Bau dari air buangan menandakan adanya pelepasan gas yang berbau seperti hidrogen sulfida. Gas ini timbul dari hasil penguraian zat organik yang mengandung belerang atau senyawa sulfat dalam kondisi kekurangan oksigen. Suhu air buangan biasanya lebih tinggi dari suhu air tempat pembuangannya. Pada suhu yang lebih tinggi kandungan oksigen dalam air berkurang sehingga memungkinkan tumbuhnya tanaman-tanaman air yang tidak diinginkan.10 Dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan, sebenarnya Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan Pemerintah Kota Banjarmasin telah berupaya untuk menerapkan prinsip-prinsip pencegahan dalam berbagai kebijakannnya, terutama dalam mencegah kemungkinan timbulnya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan pengerajin kain sasirangan. Hal ini antara lain, tercermin dari Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 4 Tahun
8
http://batikananta.blogspot.com/2009/01/teknologi-pengolahan-limbah-di-rubiyah.html http://ajangsopyan.blogspot.com/2012/01/pengolahan-sederhana-limbah-tekstil.html 10 http://ritariata.blogspot.com/2010/01/pengolahan-limbah-pada-industri-kimia.html 9
5
2007 tentang Baku Mutu Limbah Cair11. Akan tetapi hal ini masih dalam tingkatan kebijakan. Berdasarkan uraian fenomena yang telah dijelaskan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “Telaah Hukum Terhadap Limbah Industri Kain Sasirangan Skala Kecil (Studi Aspek Yuridis Industri Rumah Tangga Kampung Sasirangan Kelurahan Seberang Mesjid Kota Banjarmasin)”. B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut: 1. Apakah dampak lingkungan yang ditimbulkan dari proses pembuatan kain sasirangan? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan sebagai upaya pengendalian pencemaran yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Banjarmasin terhadap kegiatan industri di Kampung Sasirangan Kelurahan Seberang Mesjid, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan-Selatan?
11
Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 4 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Limbah Cair
6
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1.
Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui dampak lingkungan yang terjadi akibat dari limbah proses pembuatan kain Sasirangan. b. Untuk mengetahui pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan sebagai upaya pencegahan pengendalian pencemaran
yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Banjarmasin terhadap kegiatan industri di Kampung Sasirangan Kelurahan Seberang Mesjid, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. c. Untuk
mengetahui
upaya
hukum
yang
dilakukan
dalam
pencegahan dan pemulihan dampak lingkungan yang terjadi akibat kegiatan proses pembuatan kain sasirangan Kelurahan Seberang Mesjid, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. 2.
Tujuan Subyektif a. Untuk menambah pengetahuan bagi Penulis mengenai telaah hukum terhadap limbah industri kain sasirangan skala kecil.
7
b. Diajukannya penelitian hukum ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
D.
Keaslian Penelitian
Berdasarkan pengamatan dan sepanjang pengetahuan penulis, belum pernah ada penelitian maupun karya-karya ilmiah sejenis yang secara spesifik membahas dan menganalisis permasalahan yang sama dengan penelitian ini. Beberapa penelitian dan karya ilmiah yang ada hanya membahas sebagian unsur penelitian ini dengan sasaran kajian yang berbeda, adapun penelitian tersebut diantaranya adalah. “Potensi Dampak Industri Batik Terhadap Lingkungan Hidup (Studi Aspek Yuridis Industri Rumah Tangga Kerajinan Batik di Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul)”. Penulis Sophia P. Ombara, 2011. Penulisan hukum ini memiliki kemiripan tema yang diangkat yaitu permasalahan mengenai dampak pencemaran limbah industri. Akan tetapi terdapat perbedaan objek dan subjek yang diteliti. Pada penulisan yang dilakukan oleh Sophia P, Ombara objeknya adalah Potensi pencemaran terhadap lingkungan hidup sedangkan objek yang difokuskan pada tulisan Penulis dampaknya lebih mengarah kepada pengrajin dan masyarakat sekitar, dan yang menjadi subjek Penelitian oleh Sophia P. Ombara adalah Industri Kerajinan Batik di Bantul
8
sedangkan Subjek dari tulisan Penulis Industri Kain Sasirangan di Kampung Sasirangan, Provinsi Kalimantan-Selatan. Penulis berkeyakinan bahwa penulisan hukum ini tidak sama karena subjek dan objek antara Penulis dan penelitian yang dilakukan oleh Sophia P. Ombara, apabila ditemukan karya tulis yang sama subjek dan objek nya seperti yang ditulis oleh penulis maka hal tersebut diluar sepengetahuan penulis dan penelitian ini diharapkan dapat melengkapinya.
1.
Manfaat Penelitian
Ada dua manfaat dari penelitian ini yaitu Manfaat Akademis dan manfaat praktis: 1. Manfaat akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberi input dalam pengembangan ilmu hukum khususnya mengenai antisipasi terhadap dampak pencemaran lingkungan oleh industri Kain Sasirangan dan memperkaya khasanah dari hasil penelitian terhadap ilmu pengetahuan. 2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai antisipasi terhadap dampak pencemaran lingkungan oleh industri Kain Sasirangan, serta diharapkan dapat memberi masukan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan antisipasi pencemaran lingkungan tersebut.
9