BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah insan komunikasi, sejak dilahirkan hingga akhir hayatnya manusia tidak pernah terlepas dari suatu proses komunikasi. Sejarah komunikasi akan sama tuanya dengan sejarah umat manusia. Komunikasi terjadi sejak pertama kali manusia diciptakan; dimana adam dan hawa menjadi pelaku komunikasi pertama di muka bumi. Sebuah ungkapan menyatakan, “the only constant is change”, satusatunya hal yang abadi adalah perubahan. Demikian pula halnya dengan komunikasi yang senantiasa mengalami perubahan dari masa ke masa, dari era Guttenberg sampai era internet. Praktisi Public Relations harus senantiasa menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi, tidak terkecuali internet, karena teknologi komunikasi berkembang demikian pesatnya yang menuntut para praktisi PR untuk menjadi pengguna dan pembuat konten teknologi internet tersebut. Warren Newman, seorang mantan presiden IPR (Institute of Public relations) pada tahun 1995 pernah mengatakan bahwa ‘the internet is public relations’1, dimana pada tahun 1995 tersebut internet belum menjadi issue yang utama. Kala itu, internet menempati urutan ke tujuh prioritas para praktisi PR. Kini, tak satupun dari praktisi PR yang mengenyampingkan internet sebagai suatu media yang dapat disejajarkan dengan media lainnya seperti televisi dan radio.
1
Theaker, Theaker, 2004. The Public relations Handbook; Routledge, hal 257.
1
Era Web 1.0 telah berevolusi menjelma menjadi Web 2.0 dimana peran media konvensional telah mengalami pergeseran ke dalam bentuk komunitas. Komunikasi masa kini telah berkembang ke dalam bentuk yang sophisticated melalui internet yang kita kenal dengan nama social media. Banyak praktisi PR yang telah menggunakan social media sebagai salah satu media untuk berkomunikasi dengan publiknya. Beberapa contoh social media yang populer diantaranya adalah Facebook, Friendster, Google+ dan Linkedln. Social media membantu individu, komunitas atau organisasi untuk saling berhubungan satu sama lainnya melalui jejaring internet. Social media telah menjadi suatu mainstream tersendiri di jagat dunia maya. Facebook misalnya, hingga tahun 2011 saja sudah mencapai 750 juta pengguna2, yang menjadikan Facebook sebagai jejaring sosial yang paling banyak penggunanya di dunia. Besarnya jumlah pengguna social media kemudian dilirik oleh praktisi PR sebagai suatu media baru dalam menunjang praktek PR mereka. Twitter adalah salah satu contoh social media lainnya yang paling populer dan banyak digunakan diseluruh dunia. Sejak kemunculannya tahun 2006 Twitter telah menyita perhatian banyak orang di seantero dunia, tahun 2012 tercatat pengguna Twitter aktif sebanyak 140 juta akun dengan lebih dari 340 juta Tweet perharinya. Pear Analytics, sebuah lembaga riset berbasis di California, Amerika Serikat melakukan analisa konten Twitter dengan hasil sebagai berikut: 40% Tweet adalah celoteh, 38% percakapan, 9% nasehat bernilai, 6% promosi diri, 6% spam, dan 4% berita.
2
Facebook Now Has 750 Million Users (2011, 23 April). Techcrunch.com.
2
Berdasarkan penelitian Semiocast, lembaga riset media sosial yang berpusat di Paris, Prancis, ternyata jumlah pemilik akun Twitter di Indonesia merupakan yang terbesar kelima di dunia. Indonesia berada di posisi kelima dengan jumlah akun 19,5 juta. Posisi satu ditempati oleh Amerika Serikat dengan 107,7 juta, posisi kedua Brasil dengan 33,3 juta, dan Jepang di posisi ketiga dengan 29,9 juta akun, di posisi keempat Inggris Raya dengan 23,8 juta akun. Hasil riset ini dilakukan terhadap 383 juta akun yang dibuat sebelum tahun 2012, dengan memperhitungkan kriteria seperti lokasi yang disebutkan dalam profil, zona waktu, bahasa yang digunakan saat mengirim Tweet, serta lokasi GPS3.
Gambar 1. Demografi Pengguna Twitter Sumber: Alexa Internet
3
Indonesia Pengguna Twitter Terbesar Kelima Dunia (2012, 2 Februari). Viva.co.
3
Riset Alexa Internet, sebuah perusahaan penyedia informasi internet, sebagaimana ditunjukkan dalam grafik di atas menyebutkan bahwa demografi pengguna Twitter kebanyakan adalah usia 18-44 tahun, sebagian besar adalah wanita, dan merupakan pelajar atau lulusan perguruan tinggi. Besarnya pengguna Twitter di Indonesia menunjukkan betapa Twitter dapat menjadi social media yang efektif untuk menarik perhatian publik. Banyak publik figur di Indonesia menggunakan Twitter sebagai media untuk mempromosikan diri, mulai dari artis, politisi, pemuka agama hingga pejabat publik. Social media seperti Twitter memiliki efek yang signifikan yakni dapat menciptakan umpan balik yang lebih cepat antara komunikator dengan komunikannya. Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring adalah salah satu pejabat publik yang memiliki akun Twitter serta dikenal aktif menggunakan Twitter sebagai sarana komunikasi dengan publiknya. Beliau menggunakan Twitter sejak 20 Oktober 2009 dengan nama akun Twitter @tifsembiring. Per April 2012, lebih dari 366 ribu pengguna Twitter mem-follow akun Twitter tersebut, mengalahkan akun Twitter Presiden SBY; @presidenSBY, yang hanya diikuti 68.500 followers. Dari sisi penggunaan social media sebagai media PR, Tifatul Sembiring adalah menteri yang sangat komunikatif di dalam Kabinet Indonesia Bersatu II. Hampir tidak ada hari yang dilewatkannya untuk berinteraksi dengan pengguna Twitter lainnya dengan men-Tweet atau bahkan membalas Tweet dari para followersnya. Seperti diberitakan oleh Gatra, menurut Tifatul Sembiring Twitter
4
dapat menjadi media kampanye yang sangat efektif untuk merebut hati masyarakat, serta dapat menjadi jalan membangun citra bagi para calon kepala daerah4. Akun Twitter Tifatul Sembiring juga merupakan akun Twitter pejabat publik yang fenomenal karena pernah masuk peringkat ke 24 sebagai politisi terpopuler di jejaring sosial, dimana peringkat pertama dipegang oleh Presiden Amerika Serikat Barack Obama5. Menarik untuk disimak adalah bagaimana media mempersepsi akun Twitter pejabat publik. Hal inilah yang mendasari peneliti untuk mengangkat topik tentang bagaimana citra pejabat publik dalam social media dengan menganalisis pemberitaan di media online terkait akun Twitter
Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Tifatul
Sembiring, karena media berperan dalam pembentukan opini publik. Penelitian ini akan berfokus pada pemberitaan akun Twitter @tifsembiring di media online Detikcom dengan menggunakan pendekatan kualitatif, menggunakan teknik analisis framing. 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana media online Detikcom membingkai pemberitaan mengenai isi Twitter
Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Tifatul
Sembiring?
4 5
Tifatul Soal Twitter 4l4y (2012, 16 Februari). Gatra.com. Tifatul Politisi Terpopuler #24 di Jagat Maya (2011, 19 Juli). Vivanews.com.
5
1.3. Tujuan Penelitian Melakukan analisis terhadap bingkai berita mengenai isi Twitter Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Tifatul Sembiring di media online Detikcom. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis : Penelitian yang membahas tentang analisis framing isi
Twitter
Menkominfo
Tifatul
Sembiring
diharapkan
dapat
mengelaborasi keberlakuan konsep-konsep pembingkaian berita di media online dan menambah khasanah kajian kehumasan di ilmu komunikasi. 2. Manfaat Praktis : a. Memberi masukan kepada pejabat publik yang menggunakan akun Twitter pribadinya sebagai media PR terkait pandangan media massa terhadap akun Twitternya. b. Menjadi rujukan bagi pejabat publik yang menggunakan Twitter dalam berhubungan/berkomunikasi dengan khalayak followers-nya.
6