BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia menjadi perhatian utama pada abad XX-an. Hal ini berkaitan dengan perkembangan dalam ilmu ekonomi pembangunan dan sosiologi. Para ahli di kedua bidang tersebut sepakat pada satu hal, yaitu modal manusia berperan secara signifikan, bahkan lebih penting daripada faktor teknologi, dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Modal manusia tersebut tidak hanya mementingkan segi kuantitas saja, tetapi yang jauh lebih penting adalah segi kualitas. Pandangan baru dalam pertumbuhan produktivitas, yang dimulai pada akhir 1980-an dengan pionir seperti Paul Romer dan Robert Lucas, menekankan pada aspek pembangunan modal manusia (Roos dan Rylander, 2000). Modal manusia (Human Capital) merujuk pada pengetahuan dan keterampilan berproduksi seseorang. Pendidikan adalah satu cara dimana individu meningkatkan modal manusianya. Semakin tinggi pendidikan seseorang, diharapkan modal manusianya juga semakin tinggi. Ekonomi global ditandai dengan munculnya industri-industri baru yang berbasis pengetahuan. Basis pertumbuhan perusahaan berubah dari bisnis yang berdasarkan tenaga kerja (labor-based business) menjadi bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge-based business). Dengan kata lain terdapat fenomena pergeseran tipe masyarakat dari masyarakat industrialis dan jasa ke masyarakat pengetahuan (Wahdikorin, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Pandangan ekonomi modern, kemajuan ekonomi mengarah kepada ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan (knowledge management). Sistem ini berpendapat bahwa modal konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan, dan sumber daya aktiva fisik lainnya tidak bermakna tanpa modal berbasis pengetahuan dan teknologi. Penerapan modal berbasis pengetahuan dan teknologi dalam suatu perusahaan akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya lainnya, sehingga akan memberikan keunggulan bersaing (competitive advantage) bagi perusahaan tersebut (Iswati, 2006). Masyarakat berbasis pengetahuan, menurut Sullivan dan Sullivan (2000), merupakan bagian besar dari nilai produk serta kekayaan perusahaan. Adanya masyarakat pengetahuan (knowledge society) telah mengubah penciptaan nilai organisasi. Masa depan dan prospek organisasi kemudian akan bergantung pada bagaimana kemampuan manajemen untuk mendayagunakan the hidden value (nilai-nilai yang tidak tampak) dari aset tidak berwujud (M. Ikhsan, 2004). Aset tidak berwujud tidak dilaporkan dalam sistem akuntansi konvensional. Perusahaan lebih fokus pada aset berwujud (tangible assets) yang dimilikinya. Oleh karena itu penting untuk dilakukan penilaian terhadap aktiva tidak berwujud (intangible assets) tersebut, salah satunya dengan modal intelektual. Modal intelektual (Intellectual Capital/IC) awalnya mulai muncul dalam pers populer pada awal 1990-an (Stewart, 1991; 1994). Modal intelektual telah mendapat perhatian lebih, bagi para akademisi, perusahaan maupun para investor. Modal intelektual dapat dipandang sebagai pengetahuan, dalam pembentukan,
Universitas Sumatera Utara
kekayaan intelektual dan pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan (Stewart, 1997). Masalahnya adalah terletak pada bagaimana cara mengukunya dan pengukurannya. Dewasa ini, para peneliti terus berusaha untuk menemukan cara yang dapat diandalkan untuk mengukur aktiva tak berwujud dan modal intelektual. Modal intelektual masih belum dikenal secara luas di Indonesia. Sampai dengan saat ini, mayoritas perusahaan di Indonesia cenderung menggunakan conventional based dalam membangun bisnisnya sehingga produk yang dihasilkannya masih miskin kandungan teknologi. Selain itu, perusahaanperusahaan tersebut belum memberikan perhatian lebih terhadap human capital, structural capital, dan customer capital. Padahal, semua ini merupakan elemen pembangun modal intelektual perusahaan. Kesimpulan ini dapat diambil karena minimnya informasi tentang modal intelektual di Indonesia. Abidin (2000) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia akan dapat bersaing apabila menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasiinovasi kreatif yang dihasilkan oleh modal intelektual perusahaan. Hal ini akan mendorong terciptanya produk-produk yang semakin favourable di mata konsumen. Fenomena peran modal intelektual semakin strategis di tengah pemulihan krisis global. Bahkan akhir-akhir ini modal intelektual memiliki peran kunci dalam upaya melakukan peningkatan nilai (value) di berbagai perusahaan. Beberapa tahun terakhir ini sudah ada beberapa perusahaan yang melengkapi laporan kinerjanya dengan laporan modal intelektual. Langkah ini didorong oleh
Universitas Sumatera Utara
kesadaran bahwa laporan keuangan tradisional telah kehilangan relevansinya. Perhatian perusahaan terhadap pengelolaan modal intelektual beberapa tahun terakhir ini semakin besar. Hal ini disebabkan adanya kesadaran bahwa modal intelektual merupakan landasan bagi perusahaan untuk unggul dan bertumbuh. Kesadaran ini antara lain ditandai dengan semakin seringnya istilah knowledge based company muncul dalam wacana bisnis. Istilah tersebut ditujukan terhadap perusahaan yang lebih mengandalkan pengelolaan modal intelektual (Intellectual capital) sebagai sumber keunggulan dan pertumbuhan jangka panjangnya. Menurut Goh dan Lim (2004) dengan adanya permintaan transparansi yang meningkat di pasar modal, informasi modal intelektual membantu investor menilai kemampuan perusahaan dengan lebih baik. Oleh karena itu beberapa pihak tertarik untuk melakukan penelitian tentang praktek pengungkapan modal intelektual. Penelitian pengungkapan modal intelektual telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya Guthrie dan Petty (2000), Bozzolan et al (2003), Goh dan Lim (2004), Purnomosidhi (2006), Abdolmohammadi (2005), dan Guthrie et al (2006). Penelitian modal intelektual dengan tema berbeda, mencoba untuk menghubungkan modal intelektual dengan kinerja perusahaan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan umumnya mengukur kinerja keuangan yang diukur dengan Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA), dsb. Seperti yang dilakukan oleh Zhang Ji Jian et al (2006), Ulum (2007), dan Kuryanto (2007). Penelitian modal intelektual yang lain yaitu selain menghubungkan modal intelektual dengan kinerja keuangan juga menghubungkan modal intelektual
Universitas Sumatera Utara
dengan kinerja pasar atau nilai perusahaan. Umumnya, nilai perusahaan diukur dengan Market to Book Ratio. Penggunaan Market to Book Ratio untuk mengukur nilai perusahaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya Firer (2003), Firer dan Williams (2003), Najibullah (2005) dan Puntillo (2009). Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. Ukuran profitabilitas pada industri perbankan yang digunakan pada umumnya adalah return on equity (ROE) dan return on asset (ROA). Return on asset (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasinya, sedangkan return on equity (ROE) mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut (Siamat, 2002 dalam Sudiyatno dan Jati, 2010) Di Indonesia sendiri belum ada penelitian yang menghubungkan modal intelektual dengan biaya untuk aset/Cost to Asset (CTA). Padahal Cost to Asset (CTA) merupakan efisiensi biaya yang diperlukan dalam suatu perusahaan. Seberapa besar perusahaan dalam mengelola biayanya seefisien mungkin agar dapat menghasilkan kinerja yang semaksimal mungkin. Efisiensi penciptaan nilai dari aset berwujud dan aset tidak berwujud yang dimiliki perusahaan berdasarkan metode VAICTM yang dikembangkan oleh Pulic (1998), yaitu kemampuan perusahaan menciptakan nilai tambah atau Value Added (VA). Value Added (VA) adalah indikator untuk menilai keberhasilan bisnis. Sehingga efisiensi merupakan kemampuan untuk menciptakan nilai tambah dari pengelolaan komponen modal intelektual yang baik melalui metode VAICTM.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yaitu, variabel independen ialah intellectual capital yang diukur dengan menggunakan metode VAICTM. Variabel dependen yang digunakan ialah kinerja keuangan perusahaan yaitu rasio return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan assets turn over (ATO) yang merujuk pada penelitian Solikhah et al. (2010) dan penelitian Ulum et al. (2008). Di negara berkembang, seperti di Indonesia, keberadaan sebuah bank menjadi sangat penting dalam proses pembangunan ekonomi. Sektor perbankan merupakan sektor bisnis yang bersifat “intellectually intensive” (Kamath, 2007), dan juga termasuk sektor jasa, dimana layanan pelanggan sangat bergantung pada modal intelektual manusia. Maka penting dilakukan penelitian yang mengambil sampel penelitian pada perbankan. Perbankan merupakan salah satu industri yang masuk dalam kategori industri berbasis pengetahuan (knowledge based-industries) yaitu industri yang memanfaatkan inovasi-inovasi yang diciptakannya sehingga memberikan nilai tersendiri atas produk dan jasa yang dihasilkan bagi konsumen (Ambar, 2004). Fenomena modal intelektual di Indonesia dapat dilihat dari fakta efisiensi kinerja modal intelektual dari sektor perbankan di Indonesia dengan metode VAICTM, dapat dibuat suatu pemeringkatan untuk mengetahui bank mana yang paling efisien menggunakan modal intelektualnya selama periode observasi 2003-2007. Haryadi (2009) mengemukakan, terdapat 5 (lima) bank dengan kinerja modal intelektual yang efisien, 13 (tiga belas) bank dengan kinerja modal
Universitas Sumatera Utara
intelektual yang cukup efisien, dan 2 (dua) bank dengan kinerja modal intelektual yang tidak efisien. Hasil penelitian tersebut digambarkan pada gambar ini. GAMBAR 1.1 Lima Bank dengan Kinerja Modal Intelektual yang Efisien pada Perbankan Terbuka Tahun 2003-2007 5 Bank yang Memiliki Kinerja Modal Intelektual yang Paling Efisien
Sumber: Haryadi (2009)
Bank Pan Indonesia (11,61) dengan nilai kinerja modal intelektual yang paling efisien pada tahun 2003-2007 kemudian diikuti oleh Bank Lippo (10,81), Bank Danamon (9,91), Bank Central Asia (8,71), dan Bank Mandiri (8,25) menjadi Bank dengan kategori kinerja modal intelektual yang paling efisien. Kelima bank ini adalah bank dengan skor predikat modal intelektual tertinggi pada masa itu.
Universitas Sumatera Utara
GAMBAR 1.2 13 Bank dengan Kinerja Modal Intelektual yang Cukup Efisien pada Perbankan Terbuka Tahun 2003-2007
13 Bank yang memiliki kinerja modal intelektual yang cukup efisien 8 7 6 5 4 3 2 1 0
13 Bank yang memiliki kinerja modal intelektual yang cukup efisien
Sumber: Haryadi (2009) 13 Bank yang memiliki kinerja modal intelektual yang cukup efisien yaitu Bank Buana Indonesia (7,23), Bank Niaga (7,14), Bank Rakyat Indonesia (7,01), Bank Nusantara Parahyangan (6,85), Bank Mega (6,76), Bank Victoria Internasional (6,52), Bank Negara Indonesia (5,93), Bank Internasional Indonesia (5,51), Bank Swadesi (5,34), Bank Mayapada Internasional (5,27), Bank Kesawan (5,13), Bank Bumiputera Indonesia (4,76), dan Bank NISP (4,37).
Universitas Sumatera Utara
GAMBAR 1.3
2 Bank dengan kinerja modal intelektual yang tidak efisien 1,2 1
0,98
0,8 0,6
2 Bank dengan kinerja modal intelektual yang tidak efisien
0,4 0,2 0 -0,2
Bank Eksekutif
Bank Century -0,1
Sumber: Haryadi (2009) Dua bank yang dapat dikategorikan memiliki kinerja modal intelektual yang tidak efisien yaitu Bank Eksekutif (0,98), dan Bank Century (-0,10)
Berdasarkan uraian sebelumnya maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Terbuka di Bursa Efek Indonesia.” 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, terdapat hasil penelitian yang beragam dan seringkali kontradiktif mengenai modal intelektual serta masih terbatasnya penelitian di Indonesia yang meneliti antara modal intelektual dengan kinerja keuangan di perusahaan perbankan, maka rumusan masalah yang hendak disajikan dalam penelitian ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Apakah ada pengaruh antara Modal Intelektual (IC) dengan ROA (Return On Assets) ? 2. Apakah ada pengaruh antara Modal Intelektual (IC) dengan ROE (Return On Equity) ? 3. Apakah ada pengaruh antara Modal Intelektual (IC) dengan ATO (Assets Turn Over) ? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh modal intelektual perusahaan terhadap kinerja keuangan menggunakan rasio return on assets (ROA) pada bank terbuka di Indonesia. 2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh modal intelektual perusahaan terhadap kinerja keuangan menggunakan rasio return on equity (ROE) pada bank terbuka di Indonesia. 3. Mengetahui dan menganalisis pengaruh modal intelektual perusahaan terhadap kinerja keuangan menggunakan rasio assets turn over (ATO) pada bank terbuka di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang modal intelektual dan metode pengukurannya yang diterapkan dalam perusahaan perbankan.
Universitas Sumatera Utara
b. Bagi Perusahaan Perbankan Penelitian ini sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan untuk dapat lebih mengatur modal intelektual untuk kinerja keuangan perusahaan. c. Bagi Investor dan Calon Investor Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan perspektif untuk mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dengan investor. d. Bagi Manajer Keuangan Perusahaan Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan informasi dan pedoman untuk mengembangkan nilai tambah bagi perusahaan. e. Bagi Regulator Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi dalam pengambilan kebijakan dan keputusan terkait perlakuan Modal Intelektual, terutama untuk mengatur kebijakan pengungkapan perusahaan “ekonomi baru” yang memiliki Modal Intelektual sangat besar.
Universitas Sumatera Utara