BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya, beribadah, dan dilatarbelakangi oleh lingkungan budaya di mana ia hidup. Budaya memiliki norma-norma yang menjadi panduan hidup, pilihan mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Budaya memiliki norma-norma yang dijadikan panduan dalam hidup semua manusia yang memilikinya. Kebudayaan dibentuk oleh unsur-unsurnya yang terdiri atas : agama atau sistem religi, organisasi sosial masyarakat, sistem mata pencaharian hidup atau ekonomi, sistem peralatan hidup atau teknologi, pendidikan atau ilmu pengatahuan, kesenian, dan bahasa. Ketujuh unsur kebudayaan itu, membentuk identitas khas manusia yang menggunakannya. Ketujuh unsur kebudayaan universal ini adalah wujud dalam masyarakat yang sistemnya kompleks maupun yang relatif sederhana. Unsur-unsur kebudayaan tersebut saling mendukung satu dengan lainnya, yang membentuk kebudayaan sekelompok manusia secara umum. Selain itu, kebudayaan juga diekspresikan ke dalam tiga wujud yaitu: (a) wujud dalam bentuk gagasan atau ide, (b) wujud dalam bentuk aktivitas atau kegiatan, dan (c) wujud dalam bentuk benda-benda. Ketiga wujud kebudayaan ini saling berkait antara satu dengan lainnya. Artinya wujud ide pastilah akan diteruskan
Universitas Sumatera Utara
ke dalam wujud aktivitas dan benda-benda. Sebaliknya wujud benda-benda dapat pula digunakan dalam mengkaji hubungannya dengan aktivitas dan ide yang terkandung di balik benda dan aktivitas yang dilakukan masyarakat manusia. Dalam konteks masyarakat Melayu Sumatera Utara misalnya, mereka beridentitaskan agama Islam, sejak abad ketigabelas. Sehingga muncul konsep kebudayaan yang disebut dengan adat bersendikan syarakâsyarak bersendikan kitabullah. Artinya segala kegiatan adat dan budaya dalam masyarakat Melayu adalah merujuk kepada hukum Islam (syarak). Jika ada pertentangan antara adat dan agama, maka rujukannya adalah agama. Masyarakat Melayu juga mengenal sistem sosial kemasyarakatan yang diistilahkan dengan turai sosial. Mereka mengenal pihak penerima isteri yang disebut anak beru. Mereka juga mengenal kerabat karena hubungan perkawinan yang disebut dengan kelompok semenda. Mereka juga mengenal masyarakat yang mengamalkan budaya Melayu yang terdiri atas berbagai suku, yang disebut dengan masyarakat seresam. Mereka juga mengenal golongan masyarakat bangsawan dan awam. Masyarakat Melayu Sumatera Utara juga mengenal sistem mata pencaharian sebagai nelayan, petani, pegawai negeri, dan seterusnya. Orang-orang Melayu Sumatera Utara juga memiliki sistem teknologi seperti sistem peralatan penangkapan ikan seperti jermal, pukat, jaring, jala, mesin, dan seterusnya. Mereka juga mengenal sistem pendidikan yaitu sistem pendidikan agama yang disebut pesantren, dan sistem pendidikan nasional yang disebut sekolah dasar, menegah, sampai perguruan tinggi. Masyarakat Melayu Sumatera Utara juga mempunyai kesenian, seperti seni tari
Universitas Sumatera Utara
Serampang Dua Belas, seni hadrah, seni silat, seni inai, seni ronggeng, dan lainlainnya. Mereka juga memiliki bahasa ibu yang disebut bahasa Melayu, sosiolek, Langkat, Deli, Serdang, Batubara, Asahan, dan Labuhanbatu. Semua orang memiliki kebudayaan, dan setiap kebudayaan mempunyai bahasa, yang selalu dikaitkan dengan aspek komunikasi verbal. Berbahasa adalah suatu kegiatan yang kita lakukan saat kita bangun tidur, bahkan kadang-kadang waktu dalam keadaan tidur dan mimpi. Sehingga kita menganggap bahwa berbahasa itu adalah suatu keharusan di dalam kehidupan manusia. Bahasa menjadi saluran komunikasi setiap manusia sebagai makhluk individu dan sosial. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir. Bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran kepada orang lain. Manusia dapat berpikir dengan baik karena dia memiliki bahasa. Tanpa adanya bahasa maka manusia tidak akan dapat berpikir secara abstrak dan rumit, sebagaimana yang lazim digunakan di dalam dunia ilmiah. Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak di mana objek-objek yang faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak. Dengan adanya transformasi ini maka manusia dapat berpikir mengenai sesuatu objek tertentu, meskipun objek tersebut secara faktual tidak berada di tempat di mana kegiatan berpikir itu dilakukan. Kalau kita telaah lebih lanjut, maka bahasa sebenarnya mengkomunikasikan tiga hal yaitu pikiran, perasaan, dan sikap. Bahasa digunakan dalam berbagai kehidupan sosial masyarakat. Ada yang digunakan dalam kegiatan komuniaksi sehari-hari antar warga masyarakat, baik di
Universitas Sumatera Utara
pekan, di sekolah, di rumah ibadah, di kerumunan, di warung kopi, dan sebagainya. Sampai penggunaannya yang lebih formal seperti di universitas, di dalam upacara adat, upacara keagamaan, upacara kenegaraan, dan lainnya. Begitu juga bahasa selalu digunakan dalam kegiatan yang bersifat estetis, yaitu pertunjukan lagu atau musik vokal. Kegiatan yang bersifat estetis di setiap budaya kerap memunculkan simbolsimbol, lambang, dan ikon-ikon tertentu yang digali dari sumber budaya itu sendiri. Keberadaan simbol, lambang, dan ikon tersebut mencerminkan sifat-sifat asli budaya masyarakatnya. Masyarakat Melayu identik dengan warna kuning, warna yang menyimbolkan keagungan masyarakat dan budayanya. Kesakralan dan kesucian masyarakat Cina dilambangkan dengan warna merah. Kajian tentang simbol, lambang, dan sejenisnya yang memiliki makna pada masyarakat itu disebut semiotik.
1.2 Masalah Penelitian Dari uraian di atas, maka penulis menentukan dua pokok masalah penelitian ini, yang akan dipecahkan melalui dua teori utama, dan disertai teori-teori lainnya. Adapun pokok permasalahan penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah makna teks lagu-lagu Melayu Sumatera Utara? Permasalahan ini akan dijawab dengan menggunakan teori semiotik. (2) Bagaimanakah peran bahasa Melayu dalam lagu-lagu Melayu Sumatera Utara?
Universitas Sumatera Utara
Istilah teks yang penulis maksud adalah mencakup struktur teks, jumlah bait, garapan teks, pengolahan kata dan suku kata, hubungan sampiran dan isi, aspek spontanitas dalam pertunjukan, hubungan teks dengan melodi lagu, ritme gendang, naik turunnya nada, densitas nada, wilayah nada, nada dasar, kontur, formula melodis, aksentuasi, frekuensi nada, dan hal-hal sejenis. 1.3 Tujuan Penelitian Sehubungan dengan masalah penelitian di atas, maka tujuan peneliti adalah sebagai berikut: (1) untuk mendeskripsikan makna semiotik yang terdapat dalam teks lagu-lagu Melayu Sumatera Utara; (2) untuk
mendeskripsikan peranan teks
lagu-lagu
Melayu
dalam seni
pertunjukan Melayu Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam beberapa hal: (1) Sebagai sumber informasi atau rujukan untuk memahami tentang makna semiotik teks lagu-lagu Melayu Sumatera Utara. (2) Menginformasikan dan melestarikan seni tradisional Melayu kepada masyarakat luas. (3) Menambah khasanah kepustakaan atau bahan bacaan dalam bidang linguistik, semiotik, dan antropologi.
Universitas Sumatera Utara
(4) Sebagai acuan dan konsep bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai teks dalam konteks budaya.
Universitas Sumatera Utara