BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan makanan. Tanpa air, manusia tidak akan bisa bertahan hidup lama. Selain berguna untuk manusia, air pun diperlukan oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang layak diminum tanpa mengganggu kesehatan (Depkes RI, 2006). Menurut Slamet (2004) dalam buku Kesehatan Lingkungan, air dalam tubuh manusia berkisar antara 50 – 70% dari seluruh berat badan. Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat dari jumlah air yang ada di dalam organ, seperti 80% dari darah terdiri atas air, 25% dari tulang, 75% dari urat syaraf, 80% dari ginjal, 70% dari hati, dan 75% dari otot adalah air. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian yang diakibatkan oleh dehidrasi. Karenanya orang dewasa perlu minum minimal sebanyak 1,5 – 2 liter sehari untuk keseimbangan dalam tubuh dan membantu proses metabolisme. Air yang dipergunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari terutama untuk minum harus memenuhi persyaratan kesehatan untuk mencegah timbulnya penyakit atau gangguan yang disebabkan atau ditularkan melalui air. Di samping itu, air juga merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai penularan penyakit (Azwar, 1996).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Departeman Kesehatan (2006), kebutuhan air minum di banyak negara di dunia tidak sama satu sama lain. Warga di negara maju lebih banyak memerlukan air minum daripada di negara berkembang. Di negara maju semua keperluan air dipenuhi dengan air minum, sedangkan di negara berkembang air minum khusus hanya dipergunakan untuk makan dan minum saja, karena untuk keperluan mencuci dan keperluan lainnya cukup dipenuhi oleh air bersih biasa. Di negara maju, air yang dibutuhkan adalah lebih kurang 500 liter seorang tiap hari (lt/or/hr) sedangkan di Indonesia (kota besar) sebanyak 200-400 lt/or/hr dan di daerah pedesaan hanya 60 lt/or/hr. Sebagian besar kebutuhan air minum masyarakat selama ini dipenuhi dari air sumur dan juga air yang sudah dioleh oleh Perusahaan Air Minum (PDAM). Seiring dengan makin majunya teknologi diiringi dengan semakin sibuknya aktivitas manusia maka masyarakat cenderung memilih cara yang lebih praktis dengan biaya yang relatif lebih murah dalam memenuhi kebutuhan air minum. Salah satu pemenuhan kebutuhan air minum yang menjadi alternatif dengan menggunakan air minum isi ulang (Pracoyo, 2006). Menurut Athena (2004) yang mengutip dari Siswanto (2003), masyarakat kini mulai beralih pada air minum isi ulang yang berasal dari depot. Air minum ini lebih dikenal dengan air minum isi ulang karena masyarakat memperoleh air minum ini dengan cara mengisi galon yang dibawanya di depot air minum. Dilihat dari harganya, air minum isi ulang jauh lebih murah yaitu hanya sepertiga dari harga air minum dalam kemasan. Hal inilah yang menyebabkan air minum isi ulang bermunculan. Keberadaan depot air minum isi ulang terus meningkat sejalan dengan
Universitas Sumatera Utara
dinamika keperluan masyarakat terhadap air minum yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi. Meski lebih murah, tidak semua depot air minum isi ulang terjamin keamanan produknya. Hasil pengujian kualitas 120 sampel air minum isi ulang dari 10 kota besar (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Cikampek, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, dan Denpasar) di Laboratorium Teknologi dan Manajemen Lingkungan, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2002, menunjukkan bahwa kualitas air minum yang diproduksi oleh depot air minum isi ulang bervariasi dari satu depot ke depot lainnya. Hal itu mengindikasikan bahwa ada perbedaan dalam karakteristik air baku, teknologi produksi, dan atau proses operasi dan pemeliharaan yang diterapkan di depot isi ulang. Hasil studi sempat menjadi perhatian publik karena pada beberapa sampel ditemukan adanya kontaminasi mikroorganisme. Sekitar 16% dari sampel tersebut terkontaminasi bakteri coliform, yang mengindikasikan buruknya kualitas sanitasi depot air minum isi ulang. Air minum yang dihasilkan oleh depot air minum harus memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907 tahun 2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Tetapi untuk menjamin agar air minum yang dihasilkan aman dan sehat untuk dikonsumsi maka diperlukan upaya penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum. Hygiene sanitasi depot air minum meliputi faktor tempat usaha, faktor tenaga sebagai operator dan faktor peralatan yang digunakan serta faktor sumber air baku yang akan diproses menjadi air minum (Depkes RI, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian Asfawi (2004) tentang faktor yang berhubungan dengan kualitas bakteriologis air minum isi ulang di Semarang menunjukkan kondisi hygiene pekerja depot air minum sebagian besar berada dalam kategori kurang yaitu sebanyak 21 orang (42,9%). Hal ini disebabkan karena pekerja tidak selalu mencuci tangan sebelum melayani konsumen. Sedangkan ditinjau dari kondisi sanitasi depot air minum terdapat 18 sampel (36,7%) yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Hal ini dikarenakan antara lain depot air minum berada pada daerah pencemaran dan kondisi bangunan yang kotor. Pemilik depot air minum merupakan orang yang paling bertanggung jawab dalam usaha depot air minum. Oleh karena itu, pemilik harus mengetahui hygiene sanitasi depot air minum. Hal ini diperlukan agar pemilik depot air minum dapat lebih memahami dan menerapkan cara produksi yang baik, sehingga masyarakat tidak dirugikan oleh beredarnya air minum dari depot air minum yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Pemilik juga harus melakukan pengawasan terhadap hygiene sanitasi pada setiap tahap-tahap yang dianggap kritis sehingga dapat terjamin keamanan dan kelayakan air minum untuk dikonsumsi. Kecamatan Medan Johor merupakan salah satu daerah yang memiliki jumlah depot air minum yang cukup tinggi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Medan, jumlah depot air minum yang terdapat di Kecamatan Medan Johor adalah 31 depot air minum. Selain itu jumlah penjualan air minum isi ulang pada depot air minum di Kecamatan Medan Johor juga tinggi. Berdasarkan survey awal pada 5 depot air minum di Kecamatan Medan Johor, setiap harinya depot air minum menjual sekitar 80 sampai 100 galon kepada konsumen.
Universitas Sumatera Utara
Kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi air minum siap pakai demikian besar, sehingga usaha depot pengisian air minum tumbuh subur dimanamana yang perlu dibina dan diawasi kualitasnya agar selalu aman dan sehat untuk dikonsumsi masyarakat (Depkes RI, 2006). Berdasarakan uraian di atas penulis ingin mengetahui pelaksanaan penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum di Kecamatan Medan Johor Kota Medan tahun 2010. 1.2. Perumusan Masalah Usaha depot air minum yang tumbuh pesat saat ini memiliki arti penting dalam penyediaan air minum yang terjangkau oleh masyarakat. Tetapi di sisi lain keberadaan depot air minum memiliki resiko terhadap kesehatan masyarakat jika tidak dikelola sesuai dengan persyaratan kesehatan. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin mengetahui tentang pelaksanaan penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum di Kecamatan Medan Johor tahun 2010. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pelaksanaan penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum di Kecamatan Medan Johor tahun 2010. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan pemilik depot air minum tentang pelaksanaan penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum
Universitas Sumatera Utara
b. Untuk mengetahui sikap pemilik depot air minum tentang pelaksanaan penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum c. Untuk mengetahui tindakan pemilik depot air minum tentang pelaksanaan penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum d. Untuk mengetahui kondisi hygiene sanitasi depot air minum 1.4. Manfaat Penelitian a. Menambah informasi bagi pengelola depot air minum akan pentingnya higiene sanitasi pada depot air minum serta menjaga kualitas produk dengan menggunakan sumber air yang memenuhi persyaratan sesuai dengan Kepmenkes No. 907/Menkes/SK/VII/2002. b. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan agar lebih meningkatkan pembinaan dan pengawasan kualitas air pada depot air minum isi ulang
Universitas Sumatera Utara