BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini penulis akan memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan sistematika penulisan pada penelitian ini. 1.1 Latar Belakang Laporan tahunan merupakan bentuk pengungkapan informasi dari manajemen perusahaan kepada pihak eksternal. Secara umum pengungkapan pada laporan tahunan dapat dibagi menjadi dua yaitu pengungkapan wajib dan pengungkapan sukarela (Wardani, 2012). Pengungkapan wajib merupakan informasi yang harus diungkapkan oleh perusahaan karena adanya peraturan yang mewajibkan pengungkapan informasi tersebut. Pengungkapan sukarela adalah
pengungkapan
yang
dilakukan
oleh
perusahaan
melebihi
pengungkapan yang diwajibkan karena pengungkapan informasi tersebut dipandang relevan bagi para pengguna laporan keuangan (Hardiningsih, 2008). Dorongan perusahaan untuk melakukan pengungkapan sukarela pada laporan tahunan cukup beragam. Terdapat beberapa teori yang mendukung adanya pengungkapan pada laporan tahunan. Adapun teori-teori tersebut adalah agency theory, signalling theory dan legitimacy theory. Berdasarkan teori keagenan, perusahaan memiliki dorongan untuk melakukan pengungkapan karena adanya keinginan untuk mengurangi biaya yang muncul apabila terjadi konflik antara pemilik perusahaan dengan manajemen perusahaan (agen). Pemilik perusahaan memiliki kepentingan
untuk memaksimumkan kekayaan dengan adanya kenaikan harga saham. Namun manajemen perusahaan memiliki kepentingan lain untuk memeroleh bonus dan kenaikan jabatan. Perbedaan kepentingan tersebut dapat memunculkan konflik antara manajemen dengan pemilik dan menimbulkan biaya pengawasan yang harus ditanggung manajemen perusahaan. Oleh sebab itu manajemen perusahaan berusaha untuk mengurangi biaya tersebut dengan melakukan pengungkapan secara luas pada laporan tahunan (Wolk, James dan Royzcki, 2013). Berdasarkan
signalling
theory,
perusahaan
akan
melakukan
pengungkapan pada laporan tahunan karena perusahaan ingin memberi sinyal kepada investor. Sinyal tersebut akan menimbulkan reaksi pasar yang tercermin dari fluktuasi harga saham perusahaan. Apabila investor menerima informasi yang positif bagi investor maka investor akan merespon berita positif tersebut. Dampak dari reaksi investor tersebut tercemin pada harga saham yang semakin meningkat (Wolk et al, 2013). Berdasarkan total aset, terdapat dua jenis perusahaan yaitu perusahaan besar dan perusahaan kecil. Terdapat perbedaan karakteristik antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil (Hardiningsih, 2008). Adanya perbedaan tersebut menimbulkan reaksi investor yang berbeda pula antara informasi yang diberikan oleh perusahaan besar dan perusahaan kecil. Menurut Wolk et al (2013) pada bagian smaller firm vs larger firm, perusahaan kecil mempunyai dorongan yang lebih kuat untuk melakukan pengungkapan kepada publik daripada perusahaan besar. Hal ini disebabkan pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan kecil
memiliki information content yang lebih besar daripada perusahaan besar. Perusahaan kecil memiliki information content lebih besar daripada perusahaan besar karena informasi yang tersedia di pasar untuk perusahaan kecil masih terbatas dibandingkan dengan perusahaan besar. Pada penelitian ini pendapat dari Wolk et al (2013) selanjutnya disebut teori smaller firm vs larger firm. Berdasarkan teori tersebut, seharusnya ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif dengan luas pengungkapan sukarela. Namun
penelitian
yang dilakukan oleh Hardiman H (2005), Hardiningsih (2008), Nugroho (2011), Rofika dan Apsari (2011), Hammami dan Hossain (2012) serta Wardani (2012) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan signifikan positif terhadap luas pengungkapan sukarela. Menurut analisis penulis, desain penelitian-penelitian sebelumnya belum melakukan klasifikasi yang jelas antara golongan perusahaan besar dan golongan perusahaan kecil. Hal tersebut mengakibatkan sampel yang diambil belum merepresentasikan golongan perusahaan besar dan perusahaan kecil. Pada penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2012) teknik sampling yang digunakan adalah stratified random sampling dan sampel yang diambil adalah 79 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2009. Variabel ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan nilai buku total aset kemudian ditransformasi dengan menggunakan logaritma natural (ln). Adapun indikator luas pengungkapan sukarela yang digunakan oleh Wardani (2012) adalah indikator yang dikembangkan oleh Botosan (1997) dan Peraturan
Bapepam Kep-134/BL/2006. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2012) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan signifikan positif dengan luas pengungkapan sukarela. Berdasarkan analisis tersebut, pada penelitian ini penulis bermaksud memperbaiki desain penelitian Wardani (2012) dengan memperluas sampel dan memperbaiki indikator luas pengungkapan sukarela. Penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2012) belum melakukan klasifikasi yang jelas antara populasi perusahaan besar dan perusahaan kecil. Oleh sebab itu pada penelitian ini penulis akan menggunakan indeks Pefindo 25 sebagai sampel yang merepresentasikan perusahaan kecil. Indeks Pefindo 25 merupakan indeks yang terdiri dari perusahaan-perusahaan kecil dan menengah yang memiliki total aset kurang dari satu triliun rupiah. Penulis menggunakan indeks LQ 45 sebagai sampel yang merepresentasikan perusahaan besar. Namun perusahaan sampel yang diambil dari indeks LQ 45 harus memiliki total aset lebih besar dari satu triliun rupiah agar sampel dapat merepresentasikan perusahaan besar. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bermaksud untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap luas pengungkapan sukarela pada laporan tahunan perusahaan. 1.2 Rumusan Masalah Ukuran
perusahaan
dipertimbangkan
untuk
merupakan menentukan
salah faktor
satu
variabel
yang
yang
memengaruhi
patut luas
pengungkapan sukarela. Berdasarkan teori pengungkapan smaller firm vs larger firm, perusahaan kecil cenderung melakukan pengungkapan yang lebih
luas dibandingkan perusahaan besar (Wolk et al, 2013). Namun penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2012) menunjukkan bahwa semakin besar perusahaan maka semakin luas pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil penelitian tersebut bertentangan dengan teori. Populasi yang diambil pada penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2012) adalah perusahaan sektor riil yang terdaftar di BEI pada tahun 2009. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah stratified random sampling. Penulis beranggapan bahwa sampel yang diambil oleh Wardani (2012) belum mampu merepresentasikan populasi perusahaan besar dan perusahaan kecil. Oleh sebab itu penulis bermaksud untuk memperbaiki desain penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2012) dengan memperbaiki teknik pengambilan sampel agar sampel yang diambil dapat merepresentasikan populasi perusahaan besar dan perusahaan kecil. Pada penelitian ini penulis akan menggunakan indeks Pefindo 25 sebagai indeks yang mewakili perusahaan kecil yaitu perusahaan yang memiliki total aset kurang dari satu triliun rupiah. Adapun indeks LQ 45 digunakan sebagai indeks yang mewakili perusahaan besar dengan syarat perusahaan sampel yang terdaftar di indeks LQ 45 memiliki total aset lebih besar dari satu triliun rupiah. Penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2012) menggunakan indikator pengungkapan sukarela yang dikembangkan oleh Botosan (1997) setelah disesuaikan dengan peraturan Bapepam Kep-134/BL/2006. Namun pada penelitian ini penulis menggunakan GRI Index G.3 (Global Reporting Initiatives) untuk
menentukan indikator luas pengungkapan sukarela yang telah disesuaikan dengan Peraturan Bapepam-Kep134/BL/2006. 1.3 Pertanyaan Penelitian Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap luas pengungkapan sukarela pada laporan tahunan perusahaan? 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut a. Menguji hubungan ukuran perusahaan terhadap luas pengungkapan sukarela b. Memperbaiki desain penelitian sebelumnya dengan memperbaiki teknik pengambilan sampel c. Menggunakan indeks GRI G.3 sebagai dasar untuk menentukan indikator luas pengungkapan sukarela d. Memberikan kontribusi terhadap penelitian pengungkapan sukarela e. Menambah referensi atau literatur terkait penelitian luas pengungkapan sukarela untuk penelitian selanjutnya 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini penulis akan memaparkan permasalahan yang terjadi dan isi penelitian secara umum. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pada bab ini penulis akan memaparkan teori yang berhubungan dengan luas pengungkapan sukarela dan ukuran perusahaan, kajian terhadap penelitianpenelitian sebelumnya serta mengembangkan hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini penulis akan memaparkan variabel – variabel yang digunakan dan akan diuji pada penelitian ini. Bab ini terdiri dari populasi, sampel, definisi operasional variabel, pengukuran variabel, metode pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan memaparkan analisis data dan interpretasi data dengan menggunakan teknik analisis yang telah ditentukan pada bab III. Adapun analisis yang dilakukan antara lain analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis dan analisis sensitivitas. BAB V PENUTUP Pada bab ini penulis akan memaparkan kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan pada penelitian ini dan memberikan saran untuk penelitian yang selanjutnya terkait luas pengungkapan sukarela.