BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko
tercemar kadmium, tembaga dan timbal.Makanan dapat menimbulkan berbagai penyakit apabila salah dalam pengolahan, penyimpanan, atau penyajian yang tidak bersih dan tidak memenuhi persyaratan sanitasi. Satu hal yang harus diperhatikan dalam upaya sanitasi makanan adalah perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan, penyajian dan penyimpanan (Chandra, 2007). Penelitian terhadap gorengan yangdisajikan dipinggir jalan diduga mengandung kadmium, tembaga, dan timbal. Timbal merupakan sisa-sisa pembakaran yang terjadi antara bahan bakar dengan mesin kendaraan, adanya polutan timbal karena pada bensin diberikan bahan tambah berupa Tetra Ethil Lead (TEL) sebagai upaya untuk meningkatkan angka oktan (Palar, 2004). Tembaga banyak digunakan pada pabrik yang memproduksi alat-alat listrik, gelas dan zat warna yang biasanya bercampur dengan logam lain (Yuliarti, 2007). Sedangkan kadmium dapat berasal dari asap kendaraan bermotor dan penggunaan pupuk berlebihan yang terakumulasi di tanah (Widaningrum, dkk., 2007). Sumber lain kadmium, tembaga dan timbal pada pisang goreng adalah peralatan pengolahan makanan yang digunakan, khususnya yang digunakan untuk memasak dan menyajikan makanan. Air minum yang disalurkan lewat pipa timbal akan tinggi kandungan timbal yang terlarut dalam air tersebut (Agustina, 2010; Yuliarti, 2007).
1
Posisi tempat berjualan di tepi jalan raya memungkinkan terjadinya penyerapan logam berat dari asap kendaraan bermotor, dan lama waktu pisang goreng terpapar, terpajan, ataupun terkontaminasi dengan lingkungan luar dapat mempengaruhi kadar logam yang terdapat dalam pisang goreng pinggir jalan (Muthmainnah, 2013). Penelitian Hasibuan, dkk (2012) di Medan membuktikan bahwa pada minyak sebelum penggorengan, kadar timbal tertinggi adalah 0,3091 ppm dan terendah 0,0876 ppm dan kadar timbal tertinggi padasampel minyak sesudah penggorengan adalah 0,8216 ppm dan terendah 0,3859 ppm. Kontaminasi kadmium, tembaga, dan timbal dalam makanan dengan konsentrasi yang melebihi batas aman dapat menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan konsumen. Timbal bisa merusak sel-sel saraf dan menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin (Darmono, 1995). Keracunan kadmium dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah. Keracunan tembaga dapat menyebabkan gangguangastrointestinal, sistem saraf pusat, ginjal, hati, pusing kepala, lemah, anemia, hingga kematian(Slamet, 1994). Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4001 pada tahun 2009 diketahui batas maksimum kadmium pada
buah olahan yaitu 0,2 mg/kg dan menurut surat
keputusan Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Nomor: 03725/B/SK/VII/89 diketahui bahwa batas maksimum tembaga pada buah dan hasil olahannya yaitu 5 mg/kg dan batas maksimum timbal pada buah dan hasil olahannya yaitu 2 mg/kg.
2
Berdasarkan hal tersebut dilakukan pengujian adanya kandungan logam berat kadmium, tembaga dan timbal pada pisang goreng pinggir jalan. Gorengan menjadi pilihan masyarakat karena selain harganya yang murah, enak, mudah didapat, juga dapat memberikan asupan energi di antara waktu makan. Namun kenyataannya belum banyak yang mengetahui keamanan gorengan tersebut untuk dikonsumsi. Salah satu aspek yang dapat menyebabkan gorengan kurang aman bagi kesehatan jika dikonsumsi adalah kadar logam berat yang terkandung didalamnya yang menyebabkan efek buruk terhadap tubuh. Untuk menganalisis timbal dan kadmium dapat dilakukan dengan metode kompleksometri
dan
spektrofotometri
serapan
atom
(SSA).
Sedangkan
menganalisis tembaga dapat menggunakan metode gravimetri, kompleksometri dan spektrofotometri serapan atom (Khopkar, 1985). Dalam hal ini penetapan kadar kadmium, tembaga dan timbal dilakukan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom karena memiliki beberapa keuntungan antara lain pelaksanaanya relatif cepat dan sederhana (Gandjar dan Rohman, 2007), bahan yang digunakan sedikit, dan spesifik untuk setiap logam tanpa dilakukan pemisahan pendahuluan (Khopkar, 1985). Oleh karena itu, metode ini dipilih untuk penetapan kadar kadmium, tembaga dan timbal pada pisang goreng pinggir jalan.
3
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Apakah pisang goreng pinggir jalan mengandung logam kadmium, tembaga dan timbal? b. Apakah kadar logam kadmium, tembaga dan timbal pada pisang goreng pinggir jalan telah melewati nilai ambang batas maksimum cemaran logam yang telah ditetapkan oleh Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4001 dan Surat Keputusan Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 03725/B/SK/VII/89? 1.3
Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian adalah
sebagai berikut: a. Pisang goreng pinggir jalan mengandung kadmium, tembaga dan timbal. b. Kadar logam kadmium, tembaga dan timbal pada pisang goreng pinggir jalan telah melewati batas maksimum cemaran logam yang telah ditetapkan oleh Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4001 dan Surat Keputusan Direktur
Jendral
Pengawasan
03725/B/SK/VII/89.
4
Obat
dan
Makanan
Nomor
1.4
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui apakah pisang goreng pinggir jalan mengandung kadmium, tembaga dan timbal. b. Untuk mendapatkan data kadar logam kadmium, tembaga dan timbal pada pisang goreng pinggir jalan telah melewati batas maksimum cemaran logam yang telah ditetapkan oleh Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4001 dan Surat Keputusan Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 03725/B/SK/VII/89.
1.5
Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat seberapa aman pisang goreng pinggir jalan tersebut dikonsumsi oleh masyarakat.
5