BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama. Dalam jiwa manusia ada satu perasaan yang mengakui adanya Dzat Yang Maha Kuasa, tempat berlindung dan memohon pertolongan-Nya. Manusia akan merasa tenang dan tentram hatinya kalau dapat mendekat dan mengabdi kepada Dzat Yang Maha Kuasa. Agama mengajarkan manusia agar selalu mendekatkan diri kepada Tuhan. Itulah sebabnya manusia memerlukan pendidikan agama untuk menuntun ibadahnya. Pendidikan Agama Islam dalam masyarakat adalah usaha sadar untuk menyiapkan masyarakat agar memahami ajaran Islam (knowing), terampil melakukan ajaran Islam (doing), dan melakukan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari (being), walaupun cara mereka mempelajari Islam dengan cara yang berbeda-beda tapi mempunyai tujuan yang sama yaitu menyembah Allah SWT. Mempelajari Islam dalam pendidikannya tidak haruslah melalui sekolah ataupun melalui pendidikan formal lainnya karena pendidikan agama Islam di sekolah umum adalah untuk meningkatkan pemahaman, keterampilan melakukan, dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan utama pendidikan agama Islam di sekolah ialah keberagamaan, yaitu menjadi muslim yang sebenarnya. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari manusia bisa mempelajari Islam beserta prakteknya dalam hal nyata dan justru itu yang dapat menjadi momok dan perkembangan 1
yang lebih pesat dalam mempelajari Islam. Maka dari itu pendidikan agama akan lebih baik bilamana di ajarkan sejak dini sehingga dapat terpupuk dengan kuat pada diri manusia, dan itu merupakan tanggung jawab orang tua yang mana di sisi lain diberi kemampuan untuk membina anak didiknya agar menjadi orang baik dan mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji. Perkembangan agama sejak usia dini anak-anak memerlukan dorongan dan rangsangan sebagaimana pohon memerlukan air dan pupuk. Minat dan cita-cita anak perlu ditumbuh kembangkan ke arah yang baik dan terpuji melalui pendidikan (formal ataupun non formal). Cara memberikan pendidikan atau pengajaran agama haruslah sesuai dengan perkembangan psikologis anak. Oleh karena itu orang tua wajib memiliki jiwa pendidik dan agama, supaya segala gerak-geriknya menjadi teladan dan cermin bagi anakanaknya, (Daradjat, 2001: 127). Sesungguhnya pendidikan anak secara umum, dan pendidikan agama secara khusus merupakan kewajiban dan tanggung jawab yang dipikulkan oleh Allah di pundak para orang tua. Barang siapa menunaikan kewajiban dan tanggung jawab ini, maka berarti ia telah membebaskan diri dan keluarganya dari panasnya api neraka yang sudah emnunggu-nunggu para orang yang melanggar batasan-batasan agama dan orang-orang yang berbuat ceroboh terhadap kewajiban dan tanggung jawab, (Sayid, Muhammad, 2007: 582). Anak pada usia Taman Kanak-kanak ataupun sekolah dasar masih sangat terbatas kemampuannya. Pada umur ini kepribadiannya mulai
terbentuk dan ia sangat peka terhadap tindakan-tindakan orang di sekelilingnya. Pendidikan agama diperlukan untuk menanamkan kebisaaankebisaaan baik misalnya membaca do.a tiap kali memulai pekerjaan seperti do.a mau makan dan minum, do’a naik kendaraan, do’a mau pulang, dan lainlain yang bisaa di terapkan dalam kehidupannya sehari-hari. Disamping itu memperkenalkan Tuhan yang Maha Esa secara sederhana, sesuai dengan kemampuannya. Metode yang digunakan dalam menyampaikan pendidikan agama pada anak tentu berbeda dengan metode yang dilaksanakan untuk orang dewasa. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Zakiyah Daradjat sebagai berikut: “Anakanak bukanlah orang dewasa yang kecil, kalau kita ingin agar agama mempunyai arti bagi mereka hendaklah disampaikan dengan cara-cara lebih konkrit dengan bahasa yang dipahaminya dan tidak bersifat dogmatic saja.” (Darajat, 1996: 41) Dalam hal ini penulis mencoba mengungkap salah satu dari metode tersebut yang secara langsung ataupun tidak langsung bisa mempengaruhi perkembangan pendidikan agama anak. Yaitu melalui cerita dalam wujud visual yang ada dalam televisi. Cerita itu adalah cerita komedi anak dari Negara melayu “Upin dan Ipin”, yang mana dominan sekali menyampaikan cerita yang mendidik tentang agama kepada anak. Cerita Upin dan Ipin merupakan karya seni dalam wujud cerita dan tidak ada larangan untuk manusia untuk belajar Islam melalui seni Jika jiwa seni adalah rasa adanya keindahan, maka Al Qur'an menggugah dan menegaskannya dalam berbagai topic. Dengan kekuatan dia mengarahkan pandangan kepada hukum
"kebaikan" atau "keindahan" yang dititipkan Allah kepada segala sesuatu yang diciptakan agar manusia memandang kepada hukum "manfaat" atau "kegunaan"-nya. Al quran juga mengatur manusia bagaimana menikmati keindahan atau perhiasan dan memanfaatkannya. "Dan kamu menikmati pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan." (An Nahl 6). Ayat ini memperingatkan sisi keindahan, yaitu mengarahkan pandangan kita kepada oknum Allah yang sangat indah yang tidak pernah ada tangan seorang makhluk senimanpun mampu melukisnya, melainkan dilukis oleh tangan Sang Pencipta Yang Maha Suci. Cerita merupakan salah satu keindahan dengan cara yang berbeda yang sifatnya menuturkan. Cerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada murid-muridnya, orang tua kepada anaknya, guru bercerita kepada pendengarnya. Suatu kegiatan yang bersifat seni karena erat kaitannya dengan keindahan dan sandaran kepada kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita (Soekanto, 2001: 9). Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka metode dengan menggunakan cerita merupakan salah satu teknik penyampaian yang digunakan dalam proses pendidikan untuk anak yang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dengan teknik yang bervariasi dalam penyampaian pelajaran akan membantu orang tua dan guru dalam melaksanakan tugas secara baik. Oleh sebab itu, metode dengan cerita adalah salah satu pemberian pengalaman
belajar bagi anak dengan membawakan cerita kepada secara langsung, (Moeslichatoen. 2004: 157). Anak-anak itu sangat perasa dengan perasaan yang halus dan mudah terpengaruh.Cerita visual ini merupakan suatu acara mendidik yang bersifat seni karena erat kaitannya dengan keindahan dan sandaran kepada kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita. Anak-anak merupakan sosok individu yang mempunyai pikiran yang terbatas dan pengalaman yang sedikit. Mereka hidup dengan akal pikiran dan alam yang nyata, mereka dapat mengetahui dengan salah satu pancaindra, mereka belum dapat memikirkan soal-soal maknawi, soal-soal yang abstrak dan hukumhukum umum. Anak-anak itu sangat perasa dengan perasaan yang halus dan mudah terpengaruh. Berkenaan dengan pendidikan agama yang akan diberikan dan ditanamkan ke dalam jiwa anak, orang tua harus dapat memperhatikan kondisi anak di dalam mendidiknya, sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Orang tua sebagai pendidik harus dapat memikirkan dan memperhatikan tahapan-tahapan di dalam memberikan pendidikan agama pada anaknya. Peneliti tertarik dengan pemilihan judul ini karena dalam dunia anak adalah dunia pasif ide, maka dalam menunjang kemampuan penyesuaian diri seorang anak membutuhkan rangsangan yang cocok dengan jiwa mereka. Secara kejiwaan anak-anak ialah manusia yang akrab dengan simbol-simbol kasih sayang orang lain yang ada di sekitarnya, seperti melalui kata-kata sanjungan atau pujian. Salah satu cara untuk merangsang anak agar dapat
tertarik dan mengembangkan serta melakukan kegiatan yang baik dalam kehidupan sehari-hari maka penulis mencoba untuk mengetahui lebih jauh tentang pengaruh nilai-nilai akhlak anak melalui film “Upin dan Ipin” dan mengambil judul penelitian: “Telaah Cerita Anak Upin Dan Ipin Dari Sudut Pandang Pendidikan Islam Serta Pengaruhnya Terhadap Anak (Studi Kasus di desa Kebon Ploso Pacitan)
B. Penegasan Istilah Telaah: (menelaah) menganalisa dan mengolah untuk mendapatkan satu kesimpulan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, (Badudu, 2008: 360). Cerita Anak: (Cerita) sebuah alur yang diatur dengan gaya bahasa tertentu yang membentuk sebuah penyampaian atau kisah, (Badudu, 2008: 81). Cerita anak: Sebuah bentuk alur cerita yang dibuat secara sederhana supaya dimengerti anak, diciptakan dengan tujuan menghibur anak dengan tujuan sebagai pembelajaran, (Hardjana HP, 2006: 25). Upin Dan Ipin: Tayangan film religi anak yang berasal dari negeri Jiran Malaysia, yang menceritakan tentang 2 orang anak kecil yang selalu ingin belajar. (Agus Nizami Media Islam Blog, http://media-islam.or.id/about-2/) Sudut Pandang Pendidikan Islam: Hubungan yang tidak bisa dipisahkan dengan si pengarang dalam menyampaikan kisah terutama yang bersifat religi (Islam), bertujuan untuk menilai baik-buruk nya suatu peristiwa atau suatu kejadian (Albertine Mindrop, 2005: 93). Berdasarkan dengan penegasan istilah di atas makadapat disimpulkan bahwa maksud penulis menggunakan judul “Telaah Cerita Anak Upin dan
Ipin dari Sudut Pandang Pendidikan Islam serta Pengaruhnya Terhadap Anak (Studi Kasus di desa Kebon Ploso Pacitan) adalah untuk mengetahui seberapa jauh anak mampu menerima nilai akhlak baik dalam agama melalui cerita Upin dan Ipin dan juga seberapa jauh kesuksesan dalam perbandingan pendidikan formal dan pendidikan nonformal..
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang seperti yang dijelaskan diatas maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana deskripsi cerita anak “Upin dan Ipin” ditinjau dari segi pendidikan agama? 2. Nilai-nilai apa yang terkandung dalam cerita anak “Upin dan Ipin” yang mempengaruhi akhlak anak-anak di Kebon Ploso Pacitan? 3. Apakah dampak negatif dan positif dari cerita anak “Upin dan Ipin” pada anak-anak di Kebon Ploso Pacitan?
D. Tujuan dan Manfaat penelitian Adapun tujuan dari dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan cerita anak Upin dan Ipin ditinjau dari segi pendidikan. 2. Untuk memetakan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak “Upin dan Ipin” mempengaruhi akhlak anak-anak di Kebon Ploso Pacitan 3. Untuk menentukan dampak negatif dan positif dari cerita anak “Upin dan Ipin” pada anak-anak di Kebon Ploso Pacitan
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis Menambah khasanah keilmuan dan keislaman dalam dunia pendidikan tentang teori pengajaran diluar dunia formal dengan menggunakan sarana seni dan tekhnologi semabagi subjeknya. 2. Secara praktis a. Untuk instansi pendidikan dapat menjadi satu bahan maskan khususnya pemanfaatan media seni dan visual dalam mengembangkan pendidikan keislaman secara formal ataupun non formal. b. Untuk penulis, hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai sebuah sumber yang lebih konkrit apabila nantinya penulis terjun di bidang pendidikan.
E. Kajian Pustaka Novi Romawati (Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta: 2007) dalam skripsinya yang berjudul “Metode Bercerita Sebagai Penanaman Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia Pra-Sekolah Di Taman KanakKanak Bait Al-Falah Pondok Ranji” yang menyimpulkan bahwa Pelaksanaan pendidikan agama Islam melalui metode bercerita di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah dengan cara menyajikan cerita-cerita bersifat umum yang bernuansa Islami membuat anak didik memperhatikan dan mendengarkan dengan tenang ketika guru menjelaskan pelajaran yang didukung oleh alat peraga dan media (TV, Radio, Tape, VCD cerita Islami) ditunjang oleh kreativitas guru yang menarik.
Penulis menggunakan metode dan objek yang berbeda dengan skripsi Novi Romawati. Yang membuat berbeda adalah penulis menelaah sebuah film anak dari negeri Melayu yang berjudul “Upin dan Ipin”. Di dalam menelaah film penulis menggunakan alat-alat sederhana dalam pengunpulan data seperti Video, dan Computer. Penulis menggunakan kedua alat tersebut karena dalam film merupakan sebuah tayangan visual sehingga tidak memerlukan sarana lain seperti penelitian dalam sebuah novel. Dalam sebuah novel diperlukan ketelitian lebih karena harus mmahami isi cerita dari alur, plot, tema, character dan lain-lain. Subjeknya pun berbeda, penulis mengambil subjek dari anakanak yang berusia 6-11 tahun dan study kasus di desa Kebon Ploso Pacitan.
F. Metode Penelitian Dalam memecahkan suatu masalah digunakan cara tertentu yang sesuai dengan pokok masalah yang akan dibahas. Di samping itu cara-cara tertentu dipilih agar penelitian dapat menghasilkan data-data yang positif dan valid. Hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini yang berkaitan dengan metode penelitian adalah: 1. Jenis Penelitian Penelitian yang penulis lakukan berupa penelitian lapangan dan menggunakan penelitia kualitatif yang mana memerlukan data kata-kata tertulis, peristiwa dan perilaku yang diamati. Kelebihan dari metode ini adalah mempunyai fleksibilitas tinggi bagi peneliti ketika menentukan langkah-langkah dalam penelitian (Alwasilah, 2003: 97).
2. Subyek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini bukanlah pelaku seperti dalam kalimat melainkan sumber data, dan sumber data yang digunakan adalah suber data primer dan sumber data sekunder. Suber data primer adalah sumber data yang dikumpulkan oleh peneliti langsung dari sumber yang utama. Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu anak-anak usia 6 – 11 tahun. Sedangkan sumber data sekunder adalah sumbre data yang diperoleh dari data lain yang mendukung data primer seperti, dokumentasi, atau wawancara. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas seperti buku-buku pustaka tentang pendidikan keIslaman untuk anak, cerita Upin-Ipin itu sendiri, atau data lain yang mendukung yang diambil dari internet. Sampel merupakan bagian dari populasi. Kata sample bisa dipadankan sebagai contoh atau wakil. Kalau mempunyai populasi yang sangat besar dan tidak mungkin ditetliti secara keseluruhan maka peneliti mengambil sample dari populasi tersebut. Cara mengambil sample tidak bisa sembarangan untuk menghindari subjektifitas, melainkan harus dengan secara acak atau random yang bisaa di sebut dengan random sampling (Jauhari, 2009: 42). 3. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
a.
Metode wawancara Wawancara adalah Tanya jawab peneliti dengan responden. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban sesuai dengan kebutuhan penelitian. Jawaban tersebut dapat dijadikan data untuk dianalisis dalam kerangka menjawab pertanyaan penelitian atau memecahkan masalah penelitian. Wawancara tersebut harus sesuai dengan pedoman wawancra yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan penelitian (Jauhari, 2009: 40). Wawancara dilakukan guna mengambil data tentang pengaruh nilai-nilai akhlak yang terjadi pada anak-anak karena pengaruh cerita Upin dan Ipin, juga wawancara terhadap orang tua mereka yang turut menyaksikan perkembangan anak dalam nilai-akhlaknya.
b.
Metode Observasi Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain. Dengan pengamatan langsung terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-hal, perilaku, pertumbuhan dan sebagainya juga dapat memeperoleh data dari subjek baik yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tidak mau berkomunikasi secara verbal (Nazir, 1999: 212-213). Pengamatan langsung dilakukan untuk memeperoleh gambaran secara menyeluruh tentang perkembangan perilaku akhlak anak karena pengaruh cerita Upin dan Ipin.
c.
Metode dukumentasi Metode dokumentasi merupakan sarana membantu peneliti dalam mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat-surat, pengumuman atau pernyataan tertulis pustaka tertentu. Penulis mempelajari dokumen-dokumen tersebut untuk mengenal lebih jauh tentang objek dan subjek lebih jauh (Sarwono, 2006: 225). Sumber document dalam penelitian ini adalah buku pustaka atau virtual yang berkaitan dengan ke Islaman anak ataupun tentang cerita “Upin dan Ipin”.
4. Metode Analisis Data Tekhnik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis kualitatif yang mana tehnik analisis kualitatif adalah proses pengolahan data dengan cara mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, mengkategorikannya dan menguraikannya (Patton dalam Moleong, 2002: 103). Pertama mengumpulkan data serta mengelompokkan data dengan mengurutkan hasil data kemudian memilah data dan menyesuaikan dengan pola yang sudah disusun dan kemudian menguraikan serta menjelaskan guna mendapatkan hasil untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini.
G. Sistematika Penulisan Skripsi Sebuah skripsi akan lebih sistematis jika disusun dengan sistematika yang sesuai dengan kaidah yang baik, maka dalam skripsi ini penulis mencantumkan sistematika penulisan sekripsi sebagai berikut: BAB I pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika skripsi. Bab II, Film dan kajian tentang novel yang terdiri dari Film dan Kegunaan Media Pendidikan Islam. Bab III, Cerita anak Upin dan Ipin, nilai-nilai dan hasil observasi yang meliputi cerita anak dalam film Upin dan Ipin, nilai-nilai yang terkandung dalam film Upin dan Ipin, hasil observasi, dan dampak positif dan negatif dalam film Upin dan Ipin. Bab IV, Analisis data. Pembahasan yang meliputi tentang pengaruh cerita Upin dan Ipin pada nilai akhlak anak-anak di desa kebon Ploso Pacitan, Seberapa jauh nilai-nilai yang terkandung dalam cerita anak “Upin dan Ipin” mempengaruhi akhlak anak-anak di serta dampak negatif dan positif dari cerita anak “Upin dan Ipin” pada anak-anak BAB V penutup yang meliputi kesipulan dan saran, kat apenutup