BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Pisang adalah nama umum yang diberikan kepada tumbuhan terna raksasa berdaun besar memanjang dari suku musaceae. Buah pisang merupakan salah satu jenis komoditi holtikultura dalam kelompok buah-buahan yang memiliki nilai sosial dan ekonomi cukup tinggi bagi masyarakat Indonesia karena sumber pro vitamin A yang baik. Pisang cukup dikenal oleh masyarakat luas karena budidaya pisang dapat dilakukan dimana saja dan pertumbuhannya relatif cepat. Selain itu, komoditas pisang juga mempunyai peluang besar untuk dimanfaatkan dalam aneka industri. Sehingga apabila ditangani secara sungguh-sungguh pisang akan menjadi salah satu sumber devisa yang potensial. Buah pisang juga mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan, seperti dapat mengobati pendarahan rahim, sariawan usus, ambeien, cacar air, diare, disentri, dan masih banyak lagi ( Rukmana, 1999). Tanaman pisang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan hidup manusia. Tetapi dari seluruh bagian tanaman pisang, buah pisanglah yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Buah pisang selain dimakan dalam bentuk segar, dapat juga di buat tepung dan dapat diolah lebih lanjut. Penggunaan tepung pisang 1
dan produk olahannya masih terbatas pada penelitian. Tepung pisang adalah salah satu cara pengawetan pisang dalam bentuk olahan karena membuatnya mudah, sehingga dapat diterapkan di daerah perkotaan maupun pedesaan. Pada dasamya, semua jenis pisang dapat diolah menjadi tepung pisang, asal tingkat ketuaanya cukup. Tetapi, sifat tepung pisang yang dihasilkan tidak sama untuk masing-masing jenis pisang. Pisang.yang paling baik menghasilkan tepung pisang adalah pisang kepok. Tepung pisang yang dihasilkannya mempunyai wama yang lebih putih dibandingkan dengan yang dibuat dari pisang jenis lain. Kelemahannya adalah aroma pisangnya kurang kuat. Tepung pisang mempunyai rasa dan bau yang khas sehingga dapat digunakan pada pengolahan berbagai jenis makanan yang mengggunakan tepung (tepung beras, terigu). Dalam hal ini, tepung pisang menggantikan sebagian atau seluruh tepung lainnya. Jenis-jenis makanan tersebut antara lain roti,cake/pancake, kue kering, kue lapis, awug-awug tepung pisang, puding dan makanan bayi/balita, kue pasir dan lainIain. Dalam industri tepung pisang, banyak digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan puding, makanan bayi, roti (terutama di Ekuador) dan lain-Iain ( Munadjim, 1992). Berdasarkan hal itulah, perlu dikembangakan teknologi pengeringan untuk memproduksi tepung buah pisang yang memiliki potensi besar untuk pengembangan pangan lokal untuk kemandirian pangan. Dalam upaya memperoleh hasil yang terbaik penelitian dilakukan dengan pembuatan mesin pengering dengan bahan bakar biogas.
2
Usaha peternakan sapi telah banyak berkembang di Indonesia, namun petani pada umumnya masih memelihara ternak sebagai usaha sambilan atau tabungan, sehingga
manajemen
pemeliharaannya
masih dilakukan secara konvensional.
Permasalahan utama yang dihadapi petani yaitu belum adanya keterpaduan usaha ternak dengan tanaman. Sehingga jumlah pakan secara memadai terutama pada musim kemarau tidak tersedia. Konsekuensinya banyak petani yang terpaksa menjual ternaknya walaupun dengan harga relatif murah. Upaya mengatasi permasalahan tersebut, petani di beberapa lokasi di Indonesia sejak dulu telah mengembangkan sistem integrasi tanaman ternak (Crops Livestock System, CLS). CLS pada umumnya telah berkembang di daerah dimana terdapat perbedaan nyata antara musim hujan (MH) dan musim kemarau (MK) dengan bulan kering lebih dari 3 bulan berturut-turut. Pengembangan
kawasan
sistem peternakan pertanian terintegrasi merupakan suatu model yang integratif dan sinergis atau keterkaitan yang saling menguntungkan antara tanaman dan ternak. Petani memanfaatkaan kotoran ternak sebagai bahan biogas, sisa hasil proses biogas yang berupa padatan dan cairan bisa digunakan sebagai pupuk organik untuk tanamannya, kemudian memanfaaatkan limbah pertanian sebagai pakan ternak. Pengering tipe rak yang berbahan bakar biogas berpotensi diterapkan dalam industri pangan untuk industri pengolahan tepung buah pisang. Konstruksi yang sederhana dan konsumsi energi yang relatif rendah memungkinkan keberhasilan penerapan pengering tipe ini di industri pangan. Perancangan dan desain pembuatan 3
mesin pengering dengan bahan bakar biogas untuk produksi tepung pisang lokal dapat mengeringkan pisang dengan energi yang hemat dan ramah lingkungan. Selain tidak merusak sifat kimia dari bahan yang dikeringkan secara keseluruhan.
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji kinerja mesin pengering untuk mengeringkan chip pisang menggunakan pengering tipe rak berbahan bakar gas. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu : a. Mengkaji kinerja pengering tipe rak dengan bahan bakar LPG maupun biogas untuk pengeringan chip pisang, yang meliputi variasi suhu, RH, dan efisienasi. b. Melakukan analisis kinetika pengering pada chip pisang sebagai bahan pembuat tepung, meliputi penentuan nilai konstanta laju pengeringan (k), energy aktivasi ( Ea), dan variasi suhu chip pisang. c. Membandingkan kinerja alat pengering, baik dengan bahan bakar LPG maupun biogas.
1.4. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini akan dikembangkan suatu mesin pengering berbahan bakar gas yang dapat digunakan dalam proses pengeringan komoditas pertanian lainnya, seperti pengeringan gabah, jagung, kopi, teh dan lain sebagainya yang memiliki partikel besar dan membutuhkan waktu pengeringan yang lama. 4
Penelitian ini diharapkan dapat dipublikasikan dalam jurnal ilmiah sebagai sumber informasi mengenai teknik pengeringan buah pisang secara cepat terhadap pengaruh suhu optimum untuk menghasilkan tepung pisang dengan kualitas baik, serta dapat diaplikasikan dimasyarakat untuk industri menengah.
5